Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas Puji syukur kami panjatkan
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmatNya, penyusunan Makalah Heat Treatment dapat
diselesaikan. rahmatNya, penyusunan Makalah Heat Treatment dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Makalah ini disusun untuk
menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Metalurgi Teknik sehingga pelaksanaannya dapat
berjalan dengan baik dan Metalurgi Teknik sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan
lancar, serta pada akhirnya tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini lancar, serta pada
akhirnya tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kelemahan Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga
dan kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat terutama yang
mengasuh mata kuliah ini, sangat kami rekan sejawat terutama yang mengasuh mata kuliah ini,
sangat kami perlukan untuk

perlukan untuk kesempurnaan kesempurnaan tulisan tulisan ini. ini. Untuk iUntuk itu tu penulis
mengucapkanpenulis mengucapkan terima kasih.

Penulis Penulis

(2)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR . . . i

DAFTAR ISI . . . ii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

A. LATAR BELAKANG . . . 1

B. RUMUSAN MASALAH . . . 2

C. TUJUAN . . . .. . . 2

BAB II ISI . . . . . . 3

A. Transformasi Fasa . . . 3

B. Case Hardening . . . .. . . 6

C. Proses-proses Heat Treatment . . . 7

BAB III PENUTUP . . . 10

KESIMPULAN . . . 10
(3)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan ogam dari
mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus dilalui untuk
memperoleh suatu produk logam yang mempunyai kualitas tinggi, baik dari segi mekanik, fisik
maupun kimianya.

Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar penggunaanya. Salah satu sifat yang
dimiliki oleh logam adalah sifat mekanik. Sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh logam antara lain
kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan, mampu bentuk, dan mampu las. Sifat-sifat mekanik
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi kimia, perlakuan yang diberikan,
dan struktur butirnya.

Struktur btir yang terdapat pada suatu logam dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima oleh logam
tersebut, yang akan mempengaruhi pada sifat mekanik logamnya, misalnya pengerolan pada suatu
logam maka struktur butir logam tersebut akan laminar (memanjang) dan sifat kekerasannya akan
naik. Contoh lain hasil dari heat treatment, dengan mengamati struktur butirnya selain gambaran
sifat mekaniknya yang dapat diketahui, fasa yang ada juga dapat diketahui.

Perlakuan panas (heat treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari pengendalian
pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu untuk menghasilkan logam
dengan sifat mekanik yang diinginkan. Perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan mikro
struktur logam yang seragam,

meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan (untuk finishing product), serta sifat
mampu las, sifat mampu mesin, sifat mampu bentuk dan dapat mengurangi tegangan sisa (untuk
produk setengah jadi), yang muncul dari hasil pengerjaan logam tersebut sebelumnya.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Transformasi Fasa

2. Case Hardening

3. Proses-proses Heat Treatment

C. Tujuan

1. Dapat menjelaskan tujuan dari Heat Treatment 2. Menjelaskan prosedur proses heat Tretmen
(5)

BAB II A. Transformasi Fasa

Pada perlakuan panas sangat berkaitan erat dengan transformasi fasa biasanya setelah diberikan
perlakuan logam tersebut pasti akan berubah fasanya. Proses perlakuan panas biasanya berupa
pemanasan dan pendinginan. Pada besi baja proses pemanasan biasanya dilakukan pada suhu
austenit yang akan bertransformasiselama proses pendinginan, pemberian waktu tahan (holding
time) bertujuan untuk memberikan kesempatan atom-atom untuk menghomogenkan austenit.

Pendinginan akan menyebabkan austenite bertransformasi dan struktur mikro yang terbentuk
sangat tergantung pada laju pendinginan. Besi dikenal sebagai suatu logam yang memiliki sifat
allotropi, memmiliki lattice yang berbeda, besi memiliki tiga macam modifikasi allotropi. Besi cair
akan mulai membeku pada suhu 1535 0C menjadi besi delta (δ) dengan struktur BCC. Pada 14000C
akan mengalami trasnformasi menjadi besi gamma (γ) yang biasa disebut austenit dengan struktur
FCC. Besi austenit ini tetap stabil sampai temperature 9100C,dimana terjadi transformasi lagi
menjadi besi alpha non magnetic (α) yang berstruktur BCC.

Pada pendinginan selanjutnya sudah tidak ada lagi perubahan transformasi fasa. Pada 768 0C terjadi
perubahan menjadi besi alpha non magnetic menjadi alpha magnetic, tetapi tidak terjadi perubahan
struktur kristal. Setiap proses transformasi selalu mengalami penghentian penurunan temperatur
yang ditandai oleh garis mendatar, yang menunjukan proses berlangsung secara isotermal.

Tiap bentuk allotropi besi mempunyai kemampuan melarutkan karbon yang berbeda-beda.
Mekanisme transformasi struktur dalam baja dipengaruhi pengaturan temperatur pemanasan,
waktu pendinginan, dan unsur paduan yang terkandung dalam baja. Untuk mempelajari perlakuan
panas maka terlebih dahulu harus mempelajari karakteristik baja selama proses transformasi selama
pemanasan maupun pendinginan karena hal itu dapat memprediksi struktur mikro

(6)

Transformasi fasa baja pada saat pemanasan pada baja hipoeutektoid terdiri dari butir kristal ferrit
dan perlit, bila pemanasan mencapai garis A1 maka perlit akan mengalami reaksi eutektoid secara
isotermal reaksinya sebagai berikut : Ferit + Fe3C →austenit

Ferit akan bereaksi dengan sementit dari perlit membentuk austenit. Temperatur tidak akan
mengalami kenaikan bila perlit belum habis, setelah habis maka akan terjadi kenaikan temperatur
dan ferit proeutektoid akan mengalami transformasi allotropik ferit yang BCC akan menjadi austenit
yang FCC. Pada baja hipereutektoid pada temperatur kamar struktur mikro terdiri dari perlit dan
jaringan sementit yang membungkus butir-butir kristal perlit.

Bila dipanaskan hingga temperatur A1 maka akan terjadi reaksi eutektoid seperti baja hipoeutektoid
yaitu ferrit dan sementit pada perlit akan bereaksi membentuk austenit pada temperatur A1
austenit mengandung 0,8% karbon, sisanya berada pada sementit, jika temperatur dinaikan diatas
A1, maka kemampuan austenit melarutkan karbon juga akan naik, sehingga karbon pada sementit
sedikit demi sedikit akan larut dalam austenit sedangkan jaringan sementit lama-kelamaan menjadi
menipis dan akhirnya pada temperatur Acm jaringan sementit akan habis, struktur seluruhnya
sudah menjadi austenit.
Austenit yang tebentuk belum homogen, dimana pada baja hipoeutektoid austenit dari perlit
mengandung 0,8% C sedangkan yang berada pada ferit kadar karbon jauh lebih sedikit. Pada baja
hipereutektoid austenit awalnya mengandung 0,8%C dari perlit, namun akan bertambah dari karbon
yang larut dari jaringan sementit yang berada di sekitar austenit.

Pada transformasi pendinginan biasanya pendinginan dilakukan setelah dilakukan pemanasan


sampai mencapai temperatur austenit dan ditahan pada temperatur tersebut kemudian dilakukan
pendinginan dengan laju pendinginan tertentu.

Struktur mikro yang terbentuk setelah pendinginan akan tergantung pada laju pendinginan.
Sehingga akan dapat diprediksi sifat mekanis apa yang diharapkan. Transformasi fasa pada saat
pendinginan memegang peranan penting terhadap sifat baja yang diberikan suatu perlakuan panas.
Austenit dari baja hipoeutektoid bila didinginkan dengan lambat, pada temperatur kritis A3 mulai

(7)

terbentuk inti kristal ferit yang tumbuh pada batas butir kristal austenit. Transformasi ini terjadi
karena austenit mengalami perubahan allotropik dari besi gamma menjadi besi alpha.

Karena ferit hanya dapat melarutkan karbon dalam jumlah yang sedikit maka kandungan karbon
dalam austenite akan semakin besar bila ferit yang tumbuh makin banyak (ditandai dengan turunnya
temperatur), besa rnya kandungan karbon dalam austenit dengan menurunnya temperatur
mengikuti garis A2, sehingga pada saat temperatur mencapai titik A1 komposisi eutektoid dan
selanjutnya austenit akan bertransformasi manjadi ferrit. Gambar 1. dibawah ini adalah gambar

diagram Fe-Fe3C.

Ketika logam mengalami perlakuan panas adanya unsur-unsur paduan mempengaruhi peningkatan
kekerasan dan kekuatan hasil perlakuan panas. Unsur-unsur paduan yang mempengaruhi kekerasan
dan kekuatan hasil perlakuan panas adalah sebagai berikut :

1. Chromium : pengaruhnya untuk meningkatakan tegangan dan kekerasan, membentuk kekerasan


dan menyetabilkan karbida.

(8)

2. Phospor : meningkatkan tegangan dan hardenability, mengurangi keuletan dan ketangguhan.

3. Magnesit : pengaruhnya untuk meningkatakan tegangan dan kekerasan, membentuk karbit,


meningkatkan hardenability, range perpindahan panas

4. Silikon : berpengaruh untuk menegangkan pearlit dan cenderung menguatakan pearlit selalu
untuk mengembang karena unsur ini digunakan sebagai oksida magnesit.

5. Tungsten : berpengaruh untuk membentuk kekerasan dan menyetabilkan karbit, menaikan range
dari temperatur dan temperatur tempering

6. Vanadium : berpengaruh untuk menguatkan karbida, membentuk element. Tidak digunakan


sebagai unsur yang berdiri sendiri, tapi untuk menggabungkan karbida ke austenit pada stainless
steel.
7. Molybdenum : menguatkan karbit dan membentuk element, dan juga meningkatkan temperatur
tinggi pada gaya creep.

B. Case Hardening

Pengerasan permukaan adalah proses laku panas untuk mendapatkan kekerasan pada bagian
permukaannya saja sedang bagian dalam tetap berada pada sifat semula yaitu keuletan maupun
ketangguhan yang tetap tinggi. Jenis-jenis dan mekanisme dari case hardening antara lain :

a.Karburising, mekanismenya adalah dengan menambahkan karbon, kemudian melakukan


pengerasan dengan kuens (pendinginan cepat).

b. Nitriding, proses thermokimia ferritik dimana atom nitrogen be rdifusi pada fase ferrit dalam
dapur pada suhu 500-5900C dan atmosfirnya mengandung Nat,dan akan bereaksi dengan unsur
yang ada dalam baja membentuk nitride, dan tidak ada lagi transformasi lagi yang terjadi.

c. Cyaniding atau carbonitriding, mekanismenya adalah dengan menambahkan cyanida dan karbon,
kemudian melakukan pengerasan dengan kuens (pendinginan cepat).

(9)

C. Proses-proses Heat Treatment

Ada beberapa proses-proses pada perlakuan pada Heat Treatment yaitu sebagai berikut:

1. Quenching ( pengerasan )

Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam sehingga mencapai
batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka audtenit perlu waktu
pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media
pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja.
Ini mencegah proses suhu rendah, seperti transformasi fase, dari terjadi hanya menyediakan jendela
sempit waktu di mana reaksi ini menguntungkan kedua termodinamika dan kinetis diakses, dapat
mengurangi kristalinitas dan dengan demikian meningkatkan ketangguhan dari kedua paduan dan
plastik (dihasilkan melalui polimerisasi).

Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi ferit atau
perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit untuk
mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit,
imi berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada keadaan karbon.

2. Anneling

Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas temperature kritis ( 723
°C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature merata disusul dengan pendinginan
secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga
diperoleh struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Tujuan proses anneling :

(10)

b. Menghilangkan tegangan dalam / sisa c. Memperbaiki butir-butir logam.

3. Normalizing

Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenit yang kemudian
diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan
ferit namunhasilnya jauh lebih mulus dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk
melunakkan logam. Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini
belum

tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar
karbon.

4. Tempering

Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit di bawah temperature kritis,
kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya dipertahankan sampai merata selama 15 menit.
Selanjutnya didinginkan dalam media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun
pula. Dalamhal ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan
menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena dengan proses ini
belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini

tergantung oleh kadar karbon. Tempering dibagi dalam:

a.Tempering pada suhu rendah(150-300˚C). Tujuannya hanya untuk mengurangi tegangan tegangan
kerut dan kerapuhan dari baja. Proses ini digunakan untuk alat alat kerja yang tidak mengalami
beban yang berat, seperti misalnya alat alat potong mata bor yang dipakai untuk kaca dan lain lain.

b. Tempering pada suhu menengah(300-500˚C). Tujuannya menambah keuleatan dan kekerasannya


menjadi sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat alat kerja yang mengalami beban berat
seperti palu, pahat, pegas pegas(Mustofa
(11)

Ahmad Ary,2006)

c. Tempering pada suhu tinggi(500-650˚C). Tujuannya untuk memberikan daya keuletan yang beasar
dan sekaligus kekerasan menjadi agak rendah. Proses ini digunakan pada roda gigi, poros, batang
penggerak dan lain lain

(12)

BAB III Kesimpulan

Perlakuan panas (heat treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari pengendalian
pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu untuk menghasilkan logam
dengan sifat mekanik yang diinginkan. Perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan mikro
struktur logam yang seragam, meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan (untuk
finishing product),

Note:

Austenit adalah besi kubik berpusat muka . Istilah austenit juga diterapkan pada paduan besi dan
baja yang memiliki struktur FCC (austenitic steel ). Austenit adalah alotrop besi non-magnetik .
Dinamai untuk Sir William Chandler Roberts-Austen, seorang ahli metalurgi Inggris yang terkenal
karena studinya tentang sifat fisik logam . Juga Dikenal Sebagai: besi fasa gamma atau γ-Fe atau baja
austenitic.

Contoh: Jenis baja tahan karat yang paling umum digunakan untuk peralatan layanan makanan
adalah baja austenitik.

Ketentuan Terkait Austenitization , yang berarti memanaskan besi atau paduan besi, seperti baja, ke
suhu di mana struktur kristalnya bertransisi dari ferit ke austenit.

Austenitisasi dua fase , yang terjadi jika karbida tak terlarut tetap mengikuti langkah austenitisasi.

Austempering , yang didefinisikan sebagai proses pengerasan yang digunakan pada besi, paduan
besi, dan baja untuk memperbaiki sifat mekaniknya. Dalam austempering, logam dipanaskan hingga
fase austenit, dipadamkan antara 300–375 ° C (572–707 ° F), dan kemudian dianil untuk
mentransisikan austenit menjadi ausferrit atau bainit.

Anda mungkin juga menyukai