Disusun oleh :
Riti Riani (01.1.19.00869)
2.1.1 Pengertian
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Marah juga
merupakan reaksi atau ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, tidak tercapai keinginan sehingga dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan dan
menghukum (Dalami,dkk, 2014).
Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri
maupun orang lain. (Pardede, Siregar & Hulu, 2020)
1) Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2) Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3) Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4) Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan, kreativitas terlambat
5) Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
Adaptif Maladaptif
2.1.6 Etiologi
Menurut Nurhalimah (2016) Proses terjadinya perilaku kekerasan
pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi
A. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
yaitu adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau
melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat
aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
B. Faktor Prespitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan
penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari
dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang
yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan
rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar
individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
2.1.7 Penatalaksanaan
A. Farmakologi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif
tinggi contohnya : clorpromazine HCL yang digunakan mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat dipergunakan dosis efektif rendah,
contoh : Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika,
tetapi meskipun demikian keduannya mempunyai efek anti tegang, anti
cemas, dan anti agitasi.
B. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan terapi sebagai bentuk kegiatan
membaca koran, main catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi
dirinya.
C. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu
keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan yaitu, mengenal
masalah kesehatan, membuat keputusan kesehatan, memberi perawatan
pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan
menggunakan sumber daya pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku
maladaptive (primer), mengulangi perilaku maladaptive (sekunder) dan
memulihkan perilaku maladaptive dan adaptive sehingga derajat kesehatan
pasien dan keliuarga dapat ditingkatkan secara optimal.
D. Terapi Somatik
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic
terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien,
tetapi target terpai adalah perilaku pasien (Prabowo, 2014).
2.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggalmasuk RS, tanggal
pengkajian
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa
sebab, memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasa dan
pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak
mau minum obat secara teratur
3. Faktor predisposisi
1) Gangguan jiwa dimasa lalu
2) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali
mengalami gangguan jiwa
3) Pengobatan sebelumnya
4) Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya ke dukun
sebagai alternative serta memasung dan bila tidak berhasil
baru di bawa kerumah sakit jiwa
5) Trauma
6) Biasanya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan
7) Herediter
8) Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala,
pengobatan dan perawatan.
9) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
10) Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak,
dihina, dianiaya, penolakan dari lingkungan
4. Fisik
1) Ukur dan observasi itanda-tanda vital seperti tekanan darah
akan bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat
cepat
2) Ukur tinggi badan dan berat badan
3) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan
pada saat pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah)
4) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara
kasar dan ketus)
5. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat
menggambar kan hubungan klien dengan keluarga. Tiga
generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh
klien maupun keluarga pada saat pengkajian.
2) Konsep diri Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien
yang mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan
dengan orang lain sehingga klien merasa terhina, diejek
dengan kondisinya tersebut.
3) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas
dengan pekerjaan nya, tidak puas dengan statusnya, baik
disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat
tinggal
4) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan
dengan orang lain akan terlihat baik, harmonis atau terdapat
penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek
dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan
keluarga. Harga diri kerap berkaitan dengan depresi yang
ditandai dengan perasaan yang tidak pas, menurunnya
kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan
datang ( Dirgayunita, 2016)
5) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peran atau tugas
yang di embannya dalam keluarga, kelompok atau
masyarakat dan biasanya klien tidak mampu melaksanakan
tugas dan peran tersebut dan merasa tidak berguna.
6) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap
tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja dan masyarakat.
7) Harga diri
Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik,
penilaian dan penghargaan terhadap diri dan kehidupannya
yang selalu mengarah pad apenghinaan dan penolakan.
6. Hubugan sosial
1) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
2) Peranserta dalam kegiatan kelompok
3) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah
klien berperan aktif dalam kelompok tersebut
4) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat
7. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
2) Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami
gangguan jiwa.
3) Kegiatan ibadah
4) Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukani badah.
8. Status mental
1) Penampilan
2) Biasanya penampilan klien kotor.
3) Pembicaraan
4) Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
5) Aktivitas motorik
6) Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan
akan terliha ttegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-
ubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
7) Alam perasaan
8) Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
9) Efek
10) Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah
tanpa sebab
11) Interaksi selama wawancara
12) Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan
terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau
menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.
13) Persepsi
14) Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas
15) Isi Pikir
16) Biasanya klien meyakini diri nya tidak sakit, dan baik-baik
saja
17) Tingkat kesadaran
18) Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
19) Memori
20) Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat
kejadian yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat
jangka panjang.
21) Kemampuan penilaian
22) Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan
dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
9. Kebuthan persiapan pulang
1) Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
2) BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada
gangguan
3) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang
mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien
sangat bau dan kotor, dan klien hanya melakukan
kebersihan diri jika disuruh.
4) Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian
dengan sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki
5) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,
seperti: menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah
tidur seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka
dan menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah,
kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
6) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan
klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus
minum obat.
7) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatan nya, dan
tidak peduli tentang bagai mana cara yang baik untuk
merawat dirinya.
8) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian
sendiri dan mengatu rbiaya sehari-hari.
10. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi
dengan lingkungan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-156.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226
Suerni, T., & Livana, P. H. (2019). Respons Pasien Perilaku Kekerasan. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 41-46.
https://doi.org/10.37287/jppp.v1i1.16
Utari, Dwi. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.H Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan Di Desa Juli Seutuy Bireuen. 10.31219/osf.io/jhg52.
https://www.researchgate.net/publication/350165674_Asuhan_Keperawata
n_Jiwa_Pada_NyH_Dengan_Risiko_Perilaku_Kekerasan_Di_Desa_Juli_S
eutuy_Bireuen