Disusun Oleh:
ELSHA PATRESIA NAYOMI
NIM. 01.3.21.00483
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Maria Anita Y., S.Kep., Ns., M.Kes Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep
Mengetahui,
Ketua STIKES RS Baptis Kediri
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan askep ujian praktek “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DENGUE FEVER DI RUANGAN
PARKIT ANAK RSUD SLG KEDIRI”
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada:
Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji pertama dan Ibu Maria Anita
Y., S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji kedua, yang memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.
Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome
(DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016). Di Indonesia
pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah
sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2016).
1.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan :
1. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari
di kebanyakan kasus.
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi DBD menurut WHO (2011), yaitu :
1. Derajat I tanda dan gejala demam, dan manifestasi perdarahan (Uji
bendung positif) dan tanda perembasan plasma.
2. Derajat II tanda dan gejala seperti derajat I ditambah perdarahan spontan.
3. Derajat III tanda dan gejala seperti derajat I dan II ditambahkan kegagalan
sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, gelisah,
diuresis menurun).
4. Derajat IV tanda dan gejala syok hebat dengan tekanan darah dan nadi
yang tidak terdeteksi
1.1.5 Patofisiologi
Resiko perfusi
Asidosis Metabolik jaringan tidak efektif
Asites
Efusi pleura Hepatomegali
Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Penyebab
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (missal. Infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7. peningkatan kebutuhan oksigen
8. perubahan laju metabolisme
9. suhu lingkungan eksterm
10. ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. berat badan eksterm
12. efek agen farmakologis (mis. sedasi)
Intervensi Utama
Regulasi Temperatur
Intervensi Pendukung
Edukasi aktivitas/istirahat Manajemen demam
Edukais berat badan efektif Manajemen hipertermia
Edukasi dehidrasi Manajemen hipotermia
Edukasi pengukuran suhu tubuh Manajemen lingkungan
Edukasi terapi cairan Pemantauan cairan
Edukasi termoregulasi Pemantauan tanda vital
Kompres dingin Pencegahan hipertermi maligna
Kompres panas Perawatan bayi
Manajemen cairan Promosi teknik kulit ke kulit
Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Tindakan
Observasi
- Monitor suhu bayi sampai stabil (36,50C – 37,50C)
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
- Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Bodong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir (mis. bahan
polyethylene, polyurethane)
- Gunakan topi bayi untuk menvegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer.
- Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses evaporasi
- Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis. selimut, kain bedong, stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di deka jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angina
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan penghangat ruangan
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
- Gunakan Kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel
pad dan intravascular cooling cathetedzation untuk menurunkan suhu
tubuh
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk BBLR
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
Termoregulasi L.14134
Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Ekspresi Membaik
Kriteria Hasil
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit Merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi 1 2 3 4 5
Oksigen
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi 1 2 3 4 5
perifer
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku 1 2 3 4 5
sianolik
hipoksia 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Suhu Tubuh 1 2 3 4 5
Suhu Kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darah
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
SDKI
Defisit Nutrisi
D. 0019
Kategori : Fisiologis
SLKI
Status Nutrisi
L.03030
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Porsi makanan
1 2 3 4 5
yang dihabiskan
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi
keinginan untuk
1 2 3 4 5
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan
tentang pilihan
1 2 3 4 5
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yang
sehar
Pengetahuan
tentang standar
1 2 3 4 5
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan
penyimpanan
1 2 3 4 5
makanan yang
aman
Penyiapan dan
penyimpanan
1 2 3 4 5
minuman yang
aman
Sikap terhadap
makanan/minuman
1 2 3 4 5
sesuai dengan
tujuan kesehatan
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Perasaan cepat
1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Berat badan
Indek Massa 1 2 3 4 5
Tubuh (IMT)
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan 1 2 3 4 5
kulit trisep
Membran
1 2 3 4 5
mukosa
SIKI
I.03119
Manajemen Nutrisi
Tindakan
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.
WHO. (2011). World health statistics 2011. Diakses tgl 9 Februari 2019. from
World Health Organization: https://www.who.int/gho/publicati
ons/world_health_statistics/EN_ WHS2 11_Full.pdf. Pukul 23.00 WIB.