Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DENGUE FEVER DI


RUANGAN PARKIT ANAK RSUD SLG KEDIRI

Disusun Oleh:
ELSHA PATRESIA NAYOMI
NIM. 01.3.21.00483

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
T.A 2021/2022
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama : ELSHA PATRESIA NAYOMI


NIM : 01.3.21.00483
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DENGUE
FEVER DI RUANGAN PARKIT ANAK RSUD SLG KEDIRI

Kediri, 11 Januari 2022


Dosen Penguji II Dosen Penguji I

Maria Anita Y., S.Kep., Ns., M.Kes Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

Mengetahui,
Ketua STIKES RS Baptis Kediri

Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan askep ujian praktek “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DENGUE FEVER DI RUANGAN
PARKIT ANAK RSUD SLG KEDIRI”

Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada:

Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji pertama dan Ibu Maria Anita
Y., S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji kedua, yang memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan.

Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.

Kediri, 11 Januari 2022

Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot / nyeri sendi yang
disertai ruam, trombositopenia dan diatesis hemoragik (Amin dan Hardi, 2015).
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue arbovirus yang
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Suriadi & Yuliani,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (WHO, 2011).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Kota
Samarinda Tahun 2016).

1.1.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome
(DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016). Di Indonesia
pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah
sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2016).
1.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan :
1. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari
di kebanyakan kasus.
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi DBD menurut WHO (2011), yaitu :
1. Derajat I tanda dan gejala demam, dan manifestasi perdarahan (Uji
bendung positif) dan tanda perembasan plasma.
2. Derajat II tanda dan gejala seperti derajat I ditambah perdarahan spontan.
3. Derajat III tanda dan gejala seperti derajat I dan II ditambahkan kegagalan
sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, gelisah,
diuresis menurun).
4. Derajat IV tanda dan gejala syok hebat dengan tekanan darah dan nadi
yang tidak terdeteksi
1.1.5 Patofisiologi

Arbovirus (melalui Infeksi virus


nyamuk aedes aegypti) Beredar dalam darah dengue(viremia)

Membentuk dan melepaskan Mengaktifkan


PGE 2 hipotalamus zat C3a, C5a sistem

Peningkatan reabsorpsi Permeabilitas


Hipertermi membran meningkat
Na+ dan H2O

Agresi trombosit Kerusakan endotel Dengue Shock


pembuluh darah Syndrome
trombositopeni
Trombositopeni Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik
faktor pembekuan dan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi
Asidosis Metabolik jaringan tidak efektif

Resiko syok Hipoksia jaringan


(hypovolemik)

Kekurangan volume cairan Ke ekstravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Asites
Efusi pleura Hepatomegali

Penekanan intra abdomen


Ketidakefektifan Mual, muntah
Pola nafas
Nyeri Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1.1.6 Pentalaksanaan
1. Terapi
a. Memenuhi kebutuhan cairan
b. Memberikan antipiretik dari golongan asetaminofen
2. Penatalaksanaan medis
Menurut Marni (2016) tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
dan pemeriksaan diagnostik yaitu:
a. Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
CVP dipasangkan ketika anak mengalami renjatan berat untuk
mengukur tekanan vena central melalui vena safena magna atau vena
jugularis.
b. Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan
yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb: 10-
16 gr/dL.
c. Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma. Nilai normal: 33- 38%.
d. Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml. Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
e. Leukosit mengalami penurunan dibawah normal. Nilai normal:
9.000-12.000/mm³.

1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Susalaningrum,R (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut
1. Hb dan PCV meningkat (>20%).
2. Trombosite (< 35-40 mmHg HCO3 rendah.
3. IgD degue positif.
4. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponateremia.
5. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
6. Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
Menurut Nursalam, Susilaningrum & Utami. (2013), pengkajian yang
muncul pada pasien dengan DBD antara lain:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DBD adalah anak demam
tinggi dan kondisi anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat
demam kesadaran komposmentis. Panas menurun terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Pada DBD, anak bisa mengalami serangan ulang DBD dengan tipe virus
yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, kemungkinan timbul
komplikasi dapat dihindari.
6. Riwayat gizi
Semua anak dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko
apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak menderita DBD sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
adekuat anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan yang
kurang kebersihanya (air yang menggenang) dan gantungan baju dikamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolik yaitu frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang.
b. Eliminasi alvi (BAB) yaitu kadang-kadang anak mengalami diare.
DBD pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urin yaitu perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami kurang tidur karena
sakit atau nyeri otot dan persendian.
e. Kebersihan yaitu upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama tempat tempat sarangnya
nyamuk Aedes Aegypti.
f. Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DBD, keadaan
fisik anak sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; tanda-
tanda vital nadi lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; adanya
perdarahan spontan petekia; perdarahan gusi dan telinga; nadi lemah,
kecil tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, tidak teratur; tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma; nadi tidak teraba; tensi tidak terukur;
pernafasan tidak teratur; ekstrimitas dingin; berkeringat dan kulit
tampak biru.
10. Sistem integumen
a. Kulit adanya petekie, tugor kulit menurun, keringat dingan, lembab.
b. Kuku cyanosis atau tidak.

11. Pemeriksaan diagnostik


a. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
b. Trombositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d. Ig. D dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatrimia.
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2
1.2.2 Diagnosa Keperawatan

SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)

Termoregulasi Tidak Efektif D.0149


Kateori: Lingkungan
Subkategori: Keamanan dan Proteksi

Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal

Penyebab
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (missal. Infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7. peningkatan kebutuhan oksigen
8. perubahan laju metabolisme
9. suhu lingkungan eksterm
10. ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. berat badan eksterm
12. efek agen farmakologis (mis. sedasi)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Kulit dingin/hangat
2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuatif

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Piloereksi
2. Pengisian kapiler >3 detik
3. Tekanan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi nafas meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik

Kondisi Klinis Terkait


1. Cedera medulla spinalis
2. Infeksi/sepsis
3. Pembedahan
4. Cedera otak akut
5. Trauma

SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia)


Daftar tautan SDKI-SIKI
Termoregulasi Tidak Efektif

Intervensi Utama
Regulasi Temperatur

Intervensi Pendukung
Edukasi aktivitas/istirahat Manajemen demam
Edukais berat badan efektif Manajemen hipertermia
Edukasi dehidrasi Manajemen hipotermia
Edukasi pengukuran suhu tubuh Manajemen lingkungan
Edukasi terapi cairan Pemantauan cairan
Edukasi termoregulasi Pemantauan tanda vital
Kompres dingin Pencegahan hipertermi maligna
Kompres panas Perawatan bayi
Manajemen cairan Promosi teknik kulit ke kulit

Daftar Intervensi Keperawatan

Regulasi Temperatur 1.14578

Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal

Tindakan
Observasi
- Monitor suhu bayi sampai stabil (36,50C – 37,50C)
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
- Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Bodong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir (mis. bahan
polyethylene, polyurethane)
- Gunakan topi bayi untuk menvegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer.
- Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses evaporasi
- Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis. selimut, kain bedong, stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di deka jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angina
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan penghangat ruangan
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
- Gunakan Kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel
pad dan intravascular cooling cathetedzation untuk menurunkan suhu
tubuh
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk BBLR
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)


Daftar tautan SDKI-SLKI)

Termoregulasi Tidak Efektif


Luaran Utama Termoregulasi
Luaran Tambahan Adaptasi Neonatus
Perfusi Perifer
Status Kenyamanan
Termoregulasi Neonatus
Tingkat Cedera

Daftar Luaran Keperawatan

Termoregulasi L.14134

Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal

Ekspresi Membaik

Kriteria Hasil
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit Merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi 1 2 3 4 5
Oksigen
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi 1 2 3 4 5
perifer
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku 1 2 3 4 5
sianolik
hipoksia 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Suhu Tubuh 1 2 3 4 5
Suhu Kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darah
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
SDKI
Defisit Nutrisi
D. 0019

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme


Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)\
6. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Objektif :
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen 2. Otot pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amvotropic lateral sclerosis
Referensi
1. Luka bakar
2. Kanker
3. Infeksi
4. AIDS
5. Penyakit Crohn’s
6. Enterokolitis
7. Fibrosis kistik

SLKI

Status Nutrisi
L.03030

Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Ekspetasi : Membaik

Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Porsi makanan
1 2 3 4 5
yang dihabiskan
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi
keinginan untuk
1 2 3 4 5
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan
tentang pilihan
1 2 3 4 5
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yang
sehar
Pengetahuan
tentang standar
1 2 3 4 5
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan
penyimpanan
1 2 3 4 5
makanan yang
aman
Penyiapan dan
penyimpanan
1 2 3 4 5
minuman yang
aman
Sikap terhadap
makanan/minuman
1 2 3 4 5
sesuai dengan
tujuan kesehatan

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Perasaan cepat
1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Berat badan
Indek Massa 1 2 3 4 5
Tubuh (IMT)
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan 1 2 3 4 5
kulit trisep
Membran
1 2 3 4 5
mukosa

SIKI
I.03119

Manajemen Nutrisi

Definisi : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang

Tindakan

Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 2016. Demam Berdarah Dengue:


Epidemiologi,
Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Profil Kesehatan Kota
Samarinda : Kalimantan Timur.

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:


Erlangga.

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC


PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

Roghodatul, A., Riesmiyatiningdyah, R., Diana, M., & Putra, K. W. R.


(2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak R Dengan Diagnosa Dengue
Hemerragic Fever (DHF) Di Ruang Ashoka Di RSUD Bangil
Pasuruan (Doctoral dissertation, Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo).

Suriadi, Y, R. (2010). Buku pegangan praktis klinik asuhan keperawatan pada


anak. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.

WHO. (2011). World health statistics 2011. Diakses tgl 9 Februari 2019. from
World Health Organization: https://www.who.int/gho/publicati
ons/world_health_statistics/EN_ WHS2 11_Full.pdf. Pukul 23.00 WIB.

World Health Organization (WHO). 2015. Impact of Dengue.


Http://www.who.int/
csr/disease/dengue/impact/en/. diakses 25 November 2018

Anda mungkin juga menyukai