Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MASJID”

Dosen Pengampu: Muhammad Yasin, Lc., MA.

Disusun Oleh :

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Masjid
Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
FATHIYAH NURAMALIAH TAJUDDIN
DEWI REZKY MAEMUNAH
AULIYA HANIFAH K
DIAN DEPITA
ASNIATI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu wa


Ta'ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah
“Kepemimpinan dalam Manajemen Masjid” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam tak lupa pula kita kirimkan salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam yang telah membimbing umat manusia dari
berbagai permasalahan menuju kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembacanya. Demikian ini kami berusaha menyusun makalah ini
selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan pengetahuan serta minimnya
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan demi pembuatan makalah berikutnya.

Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tak retak dan tidak ada istilah
final dalam ilmu, maka saya menyadari bahwa makalah ini bukan karya yang final.
In syaa Allah masih ada karya-karya selanjutnya. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami memperbaiki
makalah ini serta menjadikan pembelajaran bagi kami dikarya-karya kami
berikutnya.

Dan kami sebagai penyusun makalah ini berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Aamiin yaa
Robbal’alamin

Dan dengan ini kami sebagai penyusun makalah ini juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada: Muhammad Yasin, Lc, MA. Selaku dosen pembimbing kami di
mata kuliah Manajemen Masjid.

Gowa, 14 Desember 2021

ii
Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian Kepemimpinan dalam Manajemen Masjid..............................3


B. Fungsi Kepemimpinan dalam Manajemen Masjid....................................4
C. Ciri-Ciri Kepemimpinan dalam Manajemen Masjid.................................5
D. Struktur Kepemimpinan dalam Manajemen Masjid..................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................9

A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masjid sudah menjadi ciri khas masyarakat yang berpenduduk muslim. Dari
awal Islam tersebar, masjid memiliki peranan penting untuk aktifitas umat Islam. Di
masa-masa awal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan dakwah di
Madinah, maka yang paling awal dilakukannya adalah mendirikan masjid.

Pengertian masjid secara sosiologis, yang berkembang pada masyarakat Islam


Indonesia, dipahami sebagai suatu tempat atau bangunan tertentu yang
diperuntukkan bagi orang-orang muslim untuk mengerjakan shalat, yang terdiri dari
shalat wajib dan shalat sunnah, baik secara perseorangan ataupun jama'ah. Masjid
diperuntukkan juga untuk melaksanakan ibadah-ibadah lain dan melaksanakan shalat
Jum'at. Dalam perkembangan selanjutnya, masjid dipahami sebagai tempat yang
dipakai untuk shalat rawatib dan ibadah shalat Jum'at, yang sering disebut jami' atau
masjid jami'. Sedangkan bangunan yang serupa masjid yang dipakai untuk
mengerjakan shalat wajib dan sunnah di sebut surau.

Masjid yang didirikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berfungsi


sebagai sarana pembina iman, sarana pembina masyarakat, sarana pengokoh
ukhuwah Islamiyah, sarana perjuangan dan sarana tarbiyah. (Ahmad Yani, 2012)
Semangat untuk menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan iman, pembinaan
masyarakat dan lain sebagainya bukan saja di rasakan oleh generasi terdahulu. Saat
Islam disebarkan ke Indonesia, masjid juga menjadi ciri khas kemuliaan dan harga
diri masyarakatnya. Nampaknya semangat ini dibangun di atas pondasi nilai
berdasarkan firman Allah:

ِ ِ ‫اج َد اللَّ ِه من آمن بِاللَّ ِه والْي‬


ِ ‫ِإمَّنَا يعم ر مس‬
َ ‫َوم اآْل خ ِر َوَأق‬
َّ ‫َام الصَّاَل ةَ َوآتَى‬
ْ‫الزكَاةَ َومَل‬ ْ َ ََ َْ َ َ ُ ُ َْ
‫ين‬ ِ ‫خَي ْش ِإاَّل اللَّه ۖ َفعسى ُأولَِٰئك َأ ْن ي ُكونُوا ِمن الْمهت‬
‫د‬
َ َْ ُ َ َ َ ََٰ َ َ
1
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orangorang yang
mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)

Menurut Muhammad Taslim, mengelola masjid pada zaman sekarang ini


memerlukan ilmu dan ketrampilan manajemen. Pengurus masjid (takmir) harus
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Di bawah sistem pengelolaan
masjid yang tradisional, umat Islam akan sangat sulit berkembang. Bukannya tambah
maju, mereka malahan akan tercecer dan makin jauh tertinggal oleh perputaran
zaman. Masjid niscaya akan berada pada posisi yang stagnan, yang pada akhirnya
bisa ditinggal oleh jamaahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kepemimpinan dalam manajemen masjid?
2. Apa fungsi kepemimpinan dalam manajemen masjid?
3. Apa saja ciri-ciri kepemimpinan dalam manajemen masjid?
4. Bagaimana struktur kepemimpinan dalam manajemen masjid?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan dalam manajemen masjid.
2. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam manajemen masjid.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri kepemimpinan dalam manajemen masjid.
4. Untuk mengetahui struktur kepemimpinan dalam manajemen masjid.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MASJID

Kepemimpinan dapat diartikan suatu kapabilitas atau kemampuan


memengaruhi orang lain, sehingga orang tersebut dengan penuh semangat berusaha
mencapai tujuan.1 Dalam literatur bahasa Inggris, kepemimpinan biasa disebut
dengan leadership yang berasal dari akar kata lead, yakni memimpin atau mengetuai,
sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan al-Qiyadah. Untuk kata pemimpin atau
memimpin, di dalam literatur Islam digunakan sedikitnya tiga istilah: imam, wali
atau auliya, ra’in. Kepemimpinan melukiskan tanggung jawab yang harus diemban
bagi setiap pemimpin.2

Pengertian seperti ini tentu saja melibatkan dua unsur yang sangat penting,
yaitu orang dan kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk menggunakan
pengaruh atau mengubah sikap dan tingkah laku individu suatu kelompok, dan
tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah
laku orang atau kelompok lain.

Dalam kepemimpinan manajemen masjid, seorang pemimpin harus


menjalankan fungsi kepemimpinan (leadership function). Artinya, pemimpin
kepengurusan masjid harus dapat memimpin terlaksananya aktivitas-aktivitas yang
telah direncanakan atau yang sudah menjadi program kerja pengurus dalam satu
periode kepemimpinan, serta memimpin kelompok-kelompok yang berkaitan dengan
tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin masjid.

Oleh karena pemimpin manajemen masjid mengemban tugas yang cukup berat,
ia harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang bisa mendukung terimplikasikannya
tugas dan fungsi-fungsi sebagai seorang pemimpin.

1
Asep Usman Ismail, Manajemen Masjid, (Bandung: Angkasa, 2010), hal. 109.
2
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 52.
3
Sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin manajemen masjid yaitu penuh
energi, mempunyai stabilitas dalam emosi dan perasaan, mempunyai pengetahuan
yang luas tentang hubungan manusia, keinginan untuk menjadi pemimpin harus
menjadi daya dorong yang muncul dari dalam dan bukan atas desakan dari luar
(orang lain), mempunyai kemahiran dalam berkomunikasi (communication) dan
mempunyai skill mengajar.

Hal-hal tersebut diperlukan karena kemajuan atau kemunduran sebuah


organisasi bergantung sepenuhnya kepada seorang pemimpin yang membawahkan
beberapa departemen/seksi-seksi. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan
yang mengedepankan prinsip persaudaraan, kekeluargaan, kasih sayang, dan
memposisikan diri sebagai pihak yang menerima usulan, kritikan, dan bahkan
bantahan sekalipun, bukan kepemimpinan yang otoriter yang selalu memaksakan
kebijakan-kebijakannya meski tidak mendapat respon anggota yang dipimpinnya.

B. FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MASJID


Dalam manajemen, perencanaan dan pengorganisasian berhubungan dengan
aspek-aspek yang lebih abstrak dari proses manajemen, sedangkan kegiatan
kepemimpinan sangat konkrit, yaitu berkaitan langsung dengan orang. Dengan
menciptakan suasana yang tepat, para manajer membantu bawahannya untuk
menjalankan tugas dengan baik.3 Agar tugas tersebut dapat berjalan dengan efektif
makan seorang pemimpin harus melaksanakan tiga fungsi utama :

1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan


masalah, yaitu menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi, dan
pendapat.
2. Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan (maintenance), yaitu
mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok tertentu atau tim
kerja berjalan lebih lancar.
3. Fungsi yang berhubungan dengan pemersatu (integrated) yang menyangkut
persetujuan dengan tim lain atau orang lain, pencegahan perbedaan pendapat,
dan lain sebagainya.

3
Ibid, hal. 116.
4
C. CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MASJID

Dalam mengemban amanah kepemimpinan, pemimpin memiliki tipe atau


gayanya sendiri, diantaranya:

1. Gaya kepemimpinan otoriter atau otokrasi, artinya sangat memaksakan, sangat


mendesakkan kekuasaanya kepada bawahan.
2. Gaya kepemimpinan demokratis, artinya bersikap tengah antara memaksakan
kehendak dan memberi kelonggaran pada bawahan. 
3. Gaya kepemimpinan laissez faire, yakni sikap membebaskan bawahan.
4. Gaya kepemimpinan situasional, yakni suatu sikap yang lebih melihat situasi,
kapan harus bersikap memaksa, kapan harus moderat, dan kapan situasi apa
pula pemimpin harus memberikan keleluasaan. 4

Berdasarkan tipe-tipe atau gaya kepemimpinan diatas, pemimpin masjid yang


paling cocok adalah orang yang bertipe kepemimpinan situasioal. Figur dengan tipe
kepemimpinan situasioal mudah diterima oleh jamaah yang ada pada kenyataannya
sangat beragam. Jamaah memerlukan pemimpin yang ngemong dan tidak kaku, yang
afdol diajak berbicara oleh lapisan sosial yang mana pun. Diantara ciri-ciri
kepemimpinan bertipe situasional, yaitu supel dan luwes, berwawasan luas, mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu menggerakkan bawahan, bersikap
keras pada saat-saat tertentu, berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah,
mempunyai tujuan yang jelas, bertanggung jawab, memberi kesempatan pada
bawahan untuk menguratakan pendapat pada saat-saat tertentu, mengutamakan
kepentingan bersama, bersikap tegas dalam situasi dan kondosi tertentu dan mau
menerima saran dan kritik dari bawahan.

D. STRUKTUR KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MASJID

Berhasil atau gagalnya pengelolaan suatu masjid, sangat bergantung pada


kepengurusan yang dibentuk dan sistem yang diterapkan dalam manajemen dan
organisasinya.5 Kepengurusan masjid konvensional, umumnya bersifat sederhana,
bahkan seumur hidup. Dengan demikian, manajemen kepengurusan modern harus
4
Ibid, hal. 53.
5
mampu merombak sistem lama yang kurang baik. Akan tetapi, dibutuhkan
pendekatan yang intens terhadap kepengurusan lama, sehingga perubahan sistem
tidak akan mempengaruhi secara negatif terhadap jama’ah dan kepengurusan
berikutnya.6

Penentuan Struktur dapat dilakukan dengan melihat kebutuhan dan


perkembangan masjid yang ada. Masing-masing masjid bisa jadi berbeda. 7 Sebagai
contoh sederhana pada makalah ini dikemukakan susunan pengurus masjid lengkap
dengan seksi-seksi dan lembaga-lembaganya. Susunan pengurus dikemukakan hanya
sebagai contoh saja. Masing-masing daerah bisa mengembangkannya lebih jauh atau
lebih sederhana sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah masing-masing.8

A. Badan Penasehat
1. ………….
2. ………….
3. ………….
B. Badan Pengurus
1. Ketua Umum:
Ketua I :
Ketua II:
2. Sekretris Umum:
Sekretaris I :
Sekretaris II:
3. Bendahara Umum:
Bendahara I :
Bendahara II:
C. Seksi-seksi
1. Seksi Peribadatan
2. Seksi Dakwah Islam
3. Seksi Organisasi
4. Seksi Perlengkapan dan Sarana
5. Seksi Perpustakaan
6. Seksi Koperasi dan BMT
7. Seksi Sosial
5
Aziz Muslim, Manajemen Pengelolaan Masjid, (Jurnal Aplikasia: Jumal Aplikasi llmu-ilmu
Agama, Vol. V,No. 2, 2004), hal. 111.
6
Elmansyah, Modul Praktikum Manajemen Masjid, (Pontianak: Institut Agama Islam Negeri
(Iain) Pontianak, 2016), hal. 11.
7
Ibid, hal. 12.
8
Aziz Muslim, Loc.cit.
6
D. Lembaga-lembaga
1. Lembaga Dakwah
2. Lembaga Pembinaan dan Tahfidz Al Qur'an
3. Lembaga Haji dan Umroh
4. Lembaga Pengkajian Islam
5. Lembaga Pembinaan Muallaf
6. Lembaga BMT
7. Lembaga Remaja Masjid

Pengurus masjid yang terdiri dari beberapa orang tersebut, dalam


melaksanakan tugasnya tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi dan kerja
sama merupakan sifat utama dalam praktek berorganisasi. Kekompakan dalam
bekerja antar pengurus masjid sangat diperlukan baik dalam melaksanakan program
maupun dalam upaya memecahkan berbagai kendala dan hambatan yang timbul.9

Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap kehidupan masjid.


Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan sukses apabila dilaksanakan oleh
pengurus yang kompak bekerjasama. Berbagai kendala dan hambatan yang dijumpai
dalam pelaksanaan kegiatan akan mudah diatasi oleh pengurus yang kompak bahu
membahu. Tanpa pengurus masjid yang kompak, misalnya Ketua dan Sekretarisnya
berjalan sendiri-sendiri atau salah satunya tidak aktif, maka yang terjadi adalah
kepincangan dalam kepengurusan yang berakibat kegiatan masjid terganggu dan
lumpuh. Oleh karena itu, pengurus masjid paling tidak harus memiliki karakter saling
pengertian, tolong menolong dan mau nasehat menasehati agar semuanya berjalan
dengan baik:10

a. Saling Pengertian

Setiap pengurus perlu memiliki sikap saling pengertian, dengan


menyadari perbedaan fungsi dan kedudukan masing-masing. Mereka dilarang
saling mencampuri urusan dan wewenang, juga tidak dibenarkan saling
menghambat. Apabila seorang pengurus berhalangan dan tidak dapat

9
Aziz Muslim, Op. cit, hal. 112.
10
Ibid, hal. 113.
7
menjalankan tugas-tugasnya dengan penuh pengertian, pengurus yang lain
menggantikannya. Sebaliknya, bila salah seorang pengurus bertindak keliru,
yang lain meluruskannya. Yang diluruskan degan penuh pengertian harus
menerimanya. Tumbuhnya saling pengertian di antara pengurus masjid, insya
Allah, merekat kekompakan dan keutuhan sesama pengurus.

b. Tolong Menolong

Pengurus masjid juga perlu memiliki rasa tolong-menolong atau berusaha


untuk saling menolong. Praktek tolong-menolong itu pertama-tama tentu
menyangkut hubungan kerja. Bila ada pengurus yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas, pengurus yang lain berusaha menolong dan
membantunya jika suasana seperti itu tidak ada, terhambatnya pelaksanaan
tugas tentu akan dirasakan dampaknya oleh seluruh pengurus.

c. Nasehat Menasehati

Sesama pengurus masjid juga perlu saling menasehati. Apabila ada


pengurus yang berbuat kesalahan dan kekeliruan dalam melaksanakan tugas, ia
harus dengan senang hati menerima teguran dan saran-saran dari pengurus
yang lain. Dalam kapasitas sebagai Ketua, misalnya, ia berwenang menegur
dan menasehati stafnya, tetapi di sisi lain diapun harus bersedia dinasehati,
menerima saran dan bila perlu kritik dari stafnya, tanpa harus merasa
tersinggung dan marah.

Hidupnya suasana saling pengertian, tolong-menolong dan saling menasehati


sesama pengurus memungkinkan seluruh pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan
baik, lancar dan mencapai sasaran yang telah digariskan. Kekompakan pengurus
masjid akan terpelihara dengan ajeg jika seluruh personil bersungguh-sungguh
membinanya dan melestarikannya. Sebaliknya, apabila pengurus mengabaikannya
yang akan terjadi tentunya roda organisasi menggelinding secara terpatah-patah.11

11
Ibid, hal. 113-114.
8
9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepemimpinan dapat diartikan suatu kapabilitas atau kemampuan
memengaruhi orang lain, sehingga orang tersebut dengan penuh semangat
berusaha mencapai tujuan. Dalam literatur bahasa Inggris, kepemimpinan biasa
disebut dengan leadership yang berasal dari akar kata lead, yakni memimpin atau
mengetuai, sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan al-Qiyadah. Untuk kata
pemimpin atau memimpin, di dalam literatur Islam digunakan sedikitnya tiga
istilah: imam, wali atau auliya, ra’in.
Seorang pemimpin harus melaksanakan tiga fungsi utama agar tugas
kepemimpinannya dapat berjalan dengan efektif, yaitu fungsi yang berhubungan
dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah, fungsi yang berhubungan
dengan pemeliharaan (maintenance), dan fungsi yang berhubungan dengan
pemersatu (integrated) yang menyangkut persetujuan dengan tim lain atau orang
lain, pencegahan perbedaan pendapat, dan lain sebagainya.
Dalam mengemban amanah kepemimpinan, pemimpin memiliki tipe atau
gayanya sendiri. Pemimpin masjid yang paling cocok adalah orang yang bertipe
kepemimpinan situasioal, yakni suatu sikap yang lebih melihat situasi, kapan harus
bersikap memaksa, kapan harus moderat, dan kapan situasi apa pula pemimpin
harus memberikan keleluasaan.
Dalam penentuan Struktur kepemimpinan dalam manajemen masjid dapat
dilakukan dengan melihat kebutuhan dan perkembangan masjid yang ada. Masing-
masing masjid bisa jadi berbeda sehingga setiap daerah bisa mengembangkannya
lebih jauh atau lebih sederhana sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah
masing-masing.
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun

10
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ayub, Mohammad E. 1996. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press.

Elmansyah. 2016. Modul Praktikum Manajemen Masjid. Pontianak: Institut Agama


Islam Negeri (IAIN) Pontianak.

Ismail, Asep Usman. 2010. Manajemen Masjid. Bandung: Angkasa.

Muslim, Aziz. 2004. Manajemen Pengelolaan Masjid. Jurnal Aplikasia: Jurnal


Aplikasi llmu-ilmu Agama.Vol. V, No. 2.

11

Anda mungkin juga menyukai