BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2001).
Hipertensi di artikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal (Reeves, dkk., 2001)
Di dunia hamper 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan
darah tinggi. Tekanan darah merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak
organ tubuh. Setiap tekanan darah tinggi menyebabkan satu dari setiap 7 kematian ( 7
juta pertahun). Disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) dari 50% penderita Hipertensi
yang diketahui hanya 20 % yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati
dengan baik (Adequately Treated Cases). Padahal hipertensi merupakan penyebab
utama penyakit jantung, otak, syaraf, kerusakan hati dan ginjal sehingga membutuhkan
biaya yang tidak sedikit (http://www.info.sehat.com). Penderita hipertensi yang
diperiksa di Puskesmas dilaporkan teratur sebanyak 22,8 %, sedangkan tidak teratur
sebanyak 77, 2 %. Dari klien hipertensi dengan riwayat kontrol teratur dalam tiga
bulan terakhir. malah dilaporkan 100% masih mengidap hipertensi. Data Puskesmas
Waiklibang, penderita hipertensi selama bulan Mei 2020 sampai dengan Juni 2020
sebanyak 5,43 % dari jumlah pasien yang masuk selama periode tersebut. Di banyak
Negara saat ini, prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup
seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial.
Penyakit hipertensi memiliki tanda dan gejala dari penyakit yang sulit untuk
dideteksi. Untuk itulah penulis tertarik untuk mengambil kasus untuk karya tulis
ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Tn ‘S’ dengan Hipertensi di
ruang Rawat Inap Puskesmas Waiklibang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,
ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan
Teori, Bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teori medis dan konsep dasar
asuhan keperawatan. Bab III Tinjauan Kasus, Bab ini merupakan penerapan asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, daftar diagnosa keperawatan, rencana tindakan, catatan
keperawatan, dan catatan perkembangan. Bab IV Pembahasan, bab ini berisi tentang
kesenjangan yang terjadi dalam teori dan kasus yang dikaji penulis dari setiap asuhan
keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi. Bab V Penutup, bab ini meliputi kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos
yaitu diluar kemauan kita.
1) Bentuk
Bentuknya menyerupai jantung klien, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan disebut juga basis kardis. Di sebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks kardis.
2) Letak
Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum
anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan
kosta IV, dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
a) Batas atas jantung : Interkostalis 2 (ICS 2)
b) Batas kiri jantung : Mid sternum klavikula
c) Posisi (Apex/ujung) : Mid Clavikula ICS 6 (ICS5-ICS6)
d) Batas bawah jantung : ICS 5 – ICS 6
e) Batas kanan jantung : Mendekati sternum
3) Ukuran
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira-kira 250-300 gram.
4) Lapisan Jantung
Jantung terbungkus oleh kantong yang longgar dan elastis (pericardium)
yang terdiri dari dua lapisan :
a) Lapisan sebelah dalam (pericardium visceral)
b) Lapisan sebelah luar (pericardium parietal)
b. Fisiologi
Fungsi jantung adalah memompa darah kaya oksigen ke dalam sistem arteri
(yang membawa ke sel-sel) dan menampung darah deoksigen dari sistem vena
dan meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri kapiler, vena dan
pembuluh limfe adalah membekukan darah ke dan dari jaringan dan sel di
seluruh tubuh.
Fungsi bilik jantung :
1) Atrium kanan : Menampung darah miskin oksigen dari tubuh melalui vena
kava superior serta interior darah kemudian mengalir ke
ventrikel kanan.
2) Vertikel kanan : Berupa pompa berotot, menanpung darah artrium kanan
dan memompanya ke paru melalui arteri pulmoner.
3) Atrium Kiri : Menerima darah kaya oksigen dari paru melalui tempat
vena pulmoner. Darah kemudian mengalir ke ventrikel kiri.
5
4) Vantrikel Kiri : Bilik paling besar dan paling berotot, menerima darah kaya
oksigen dari paru melalui atrium kiri dan memompanya ke
dalam sistem sirkulasi melalui aorta.
Bunyi Jantung
Satu siklus jantung ekivalen dengan satu denyut jantung lengkap, yaitu sistole
(kontraksi) dan diastole (relaksasi). Jantung yang berdenyut menghasilkan empat
bunyi. Dua bunyi pertama dapat di dengar dengan melekatkan telinga pada dinding
thoraks, atau seperti biasanya memakai stetoskop. Kedua bunyi jantung pertama itu
biasanya diucapkan berupa “lub-dup”. Bunyi pertama, lub, kuat, lama dan bernada
rendah dan disebabkan oleh sistole ventrikel dan menutupnya katub
atrioventrikular. Bunyi kedua, dup lebih singkat dan lebih tajam dan disebabkan
oleh menutupnya katub aorta dan katub pulmoner karena darah cenderung mengalir
kembali ke dalam ventrikel selama diastole. Bunyi jantung ketiga terdengar pada
sebagian besar anak dan pada kira-kira 50% remaja. Bunyinya lemah, bernada
rendah yang paling jelas di apeks jantung dan lebih jelas pada inspirasi, apalagi
setiap olah raga. Pengisian ventrikel dengan cepat setelah katub atrioventrikuler
terbuka. Bunyi keempat atau “atrial” dapat di dengar pada keadaan tertentu,
sehubungan dengan kontraksi atrium.
Siklus Jantung
Siklus jantung adalah urutan kejadian dalam satu denyut jantung siklus ini
terjadi dalam dua fase : diastole dan sistole.
Diastole
Diastole adalah periode istirahat yang mengikuti periode kontraksi pada
awalnya :
1. Darah vena memasuki atrium kanan melalui vena cava superior dan inferior.
2. Darah yang teroksigenasi masuk atrium kiri melalui vena pulmonalis.
3. Kedua kutub atrioventrikular (trikuspidalis dan mitralis) tertutup dan darah
dicegah untuk kembali masuk ke atrium, saat darah masuk ke dalam ventrikel.
4. Katub pulmonalis dan aorta tertutup mencegah kembalinya darah dari arteri
pulmonalis kembali ke dalam ventrikel kanan dan dari aorta kembali ke dalam
ventrikel kiri, kemudian :
5. Dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki kedua atrium, tekanan
didalamnya meningkat, dan ketika tekanan didalamnya lebih besar dari vertikel,
katub AV terbuka dan darah mulai mengalir dari atrium ke dalam ventrikel.
Sistole
Sistole adalah periode kontraksi otot berlangsung selama 0,3 detik.
6
2. Patofisiologi
a. Etiologi
1) Faktor lingkungan
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi.
2) Usia
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, klien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 – 60% mempunyai tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi
yang terjadi pada orang yang bertambah usianya, terjadi hilangnya
elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
3) Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih
awal.
4) Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan
karakteristik personal
5) Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa kanak-kanak atau usia pertengahan,
resiko tinggi untuk terkena hipertensi.
6) Merokok
Yang diduga menjadi penyebab adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan
katekolamin oleh sistem saraf otonom.
7) Diabetes mellitus
7
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-159
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 120 ≥ 120
c. Proses Penyakit
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatik ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre ganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Pada saat bersamaan sistem saraf simpatik merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
8
d. Manifestasi klinik
1) Meningkatkan tekanan darah > 190/90 mmHg
2) Sakit kepala
3) Epitaksis
4) Pusing/migraine
5) Rasa berat ditengkuk
6) Lemah, lelah
7) Mata berkunang-kunang
e. Komplikasi :
1) Gagal ginjal
2) Stroke
3) Infark myocardium
4) Penyakit arteri koroner
5) Gagal jantung
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. BUN / Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
b. Glukosa : hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
c. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
9
4. Penatalaksanaan
a. Intervensi Terapeutik
Modifikasi gaya hidup sebagai terapi awal
1) Penurunan berat badan, jika berat badan sebelumnya lebih dari 10% berat
badan ideal.
2) Membatasi alkohol (tidak lebih dari 30 cc etanol per hari)
3) Melakukan latihan aerobik tiga kali per minggu
4) Mengurangi asupan natrium, kalsium dan magnesium yang dianjurkan setiap
hari ke dalam diet.
5) Berhenti merokok
6) Mengurangi diet lemak dan kolesterol yang tersaturasi
b. Intervensi farmakologis
1) Obat-obatan antihipertensi, meskipun gaya hidup sudah berubah, tekanan
darah tetap 140/90 mmHg atau lebih selama 3 sampai 6 bulan bergantung
pada kondisi klien, obat-obatan yang mungkin meliputi diuretik, penyekat
beta-adrenergik, penyekat alfa-reseptor, inhibitor enzim yang mengkonversi
angiotensin (ACE) dan antagonis kalsium (penyekat saluran kalsium).
2) Jika hipertensi tidak terkontrol dengan obat pertama dalam 1 sampai 3 bulan,
tiga pilihan berikut dapat dipertimbangkan :
a) Jika klien patuh minum obat dan tidak mengalami efek samping, dosis
obat tersebut dapat ditingkatkan
b) Jika klien mengalami reaksi yang merugikan, kelas obat yang lain dapat
menggantikannya
c) Obat kedua dari kelas yang lain dapat ditambahkan, jika penambahan obat
kedua menurunkan tekanan, maka obat pertama harus dihentikan secara
perlahan.
Intervensi Keperawatan :
Pemantauan :
1) Pantau tekanan darah klien pada interval yang teratur
2) Pantau respon klien terhadap terapi obat.
3) Pantau berat badan dan diet klien
4) Pantau urinalisa untuk proteinuria, tanda keterlibatan ginjal
10
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa
yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur).
Tanda : Berat badan normal atau obesitas
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah
11
g. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : Angina (Penyakit arteri koroner/keterlibatan
jantung). Sakit kepala oksiptal berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama yang mengkaji : Donbosko Doni Pura
Program Studi : DIII Keperawatan
1. IDENTIFIKASI
16
a. Klien
Nama Initial : Tn“ S “
Tempat/ Tgl Lahir (umur) : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah Anak : -
Agama/ Suku : Katolik
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang Digunakan : Daerah
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Alamat Rumah : Dusun I-Ds.Beloaza
b. Penanggung jawab
Nama : Ny “T”
Alamat Rumah : Dusun I-Ds.Beloaja
Hubungan dengan klien : Anak kandung
2. DATA MEDIK
a. Dikirim Oleh : IGD
b. Diagnosa Medik :
1) Saat Masuk : Hipertensi
2) Saat Pengkajian : Hipertensi
3. KEADAAN UMUM
a. Keadaan Sakit : Klien tampak sakit sedang
Alasan : posisi duduk dan aktif, alat medik yang
digunakan Infus RL 20 tts/mnt di tangan kiri.
4. TANDA – TANDA VITAL
a. Kesadaran
1) Kualitatif : Compos mentis
2) Kuantitatif :
Skala Coma Glasgow : > Respon motorik :6
> Respon bicara :5
> Respon Membuka Mata :4 +
Jumlah 15
Kesimpulan : Compos mentis
3) Flapping tremor/ asterixis : Negatif
180+2(100)
= 126 , 6 mmHg
MAP : 3 = 126,6 mmhg
Kesimpulan : Perfusi ginjal tidak memadai
c. Suhu : 36 oC, axillar
d. Pernafasan : - Frekuensi : 18 x/mnt
- Irama : teratur
- Jenis : dada
5. PENGUKURAN
a. Tinggi badan : 160 cm
b. Berat badan : 48 kg
48
2
= 19 , 2 mmHg
: (1 ,60 )
IMT
6. GENOGRAM
70
Kesimpulan : Klien tinggal dengan adik perempuannya, dalam keluarga ada riwayat
penyakit hipertensi yaitu ibunya
7. KAJIAN POLA KESEHATAN
2) Data Objektif
19
a) Observasi
Pada saat pengkajian, klien tampak menghabiskan satu porsi
makanan yang disediakan rumah sakit.
b) Pemeriksaan Fisik
Keadaan rambut berwarna hitam beruban, tipis dan tidak rontok,
hidrasi kulit, lembab, palpebrae tidak terdapat edema, conjungtiva
an anemis, sclera an ikterik, hidung tidak terdapat sekret dan tidak
ada polip, mukos tidak ada peradangan, rongga mulut bersih, tidak
tampak sariawan, gigi geligi tidak utuh, gigi palsu tidak ditemukan,
kemampuan mengunyah keras, klien mampu makan buah apel, lidah
bersih, tonsil tidak ditemukan pembesaran, pharing tidak ada
peradangan, kelenjar getah bening leher tidak terdapat pembesaran,
kelenjar parotis tidak ada pembesaran, kelenjar tyroid, tidak terdapat
benjolan, Pemeriksaan abdomen inspeksi bentuk simetris, bayangan
vena, tidak ditemukan, benjolan vena tidak ditemukan, auskultasi,
peristaltik usus 18 x/mnt, palpasi tidak terdapat tanda nyeri umum,
tidak ada massa, hidrasi kulit kering, tidak ada nyeri tekan R
Suprapubica, hepar tidak terdapat pembesaran, lien tidak ditemukan
pembesaran, perkusi tympani, ascites negatif, kelenjar limfe inguinal
tidak ada pembesaran. Pada pemeriksaan kulit; spider naevi, uremic
frost, icterik, edema negatif, dan tidak ada tanda-tanda radang dan
tidak ada lesi.
c) Terapi
IVFD : RL 20 tts / menit
c. Pola Eliminasi
1) Data Subjektif
a) Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan,
lembut, jumlahnya sedang, bau khas, BAK 5 -6 kali sehari warna
kuning jernih.
b) Keadaan Sejak Sakit
Saat masuk rumah sakit tanggal 05 Mei 2020, klien
mengatakan belum BAB, baru setelah hari ketiga dirawat klien dapat
BAB dengan lancar. Saat pengkajian tanggal 08 Mei 2008 klien
mengatakan BAB lancar, warnanya kuning kecoklatan, lembek, bau
khas, BAK 5-6 kali.
2) Data Objektif
a) Observasi
20
2) Data Objektif
a) Observasi
Aktivitas harian klien seperti makan, mandi, buang air kecil
buang air besar, mobilisasi di tempat tidur, dan ambulansi dapat
beraktivitas secara mandiri, sedangkan untuk berpakaian dan
kerapian, klien dibantu orang lain. Postur tubuh klien agak
bungkuk, dan gaya jalan seimbang, tidak ada anggota gerak yang
cacat, tidak ada fiksasi dan thyroidektomi.
b) Pemeriksaan Fisik
Perfusi pembuluh perifer kuku kembali dalam 2 detik.
Pemeriksaan thoraks dan pernafasan , inspeksi bentuk thoraks
simetris, stridor, dypsnea d’effort dan sianosis negatif, palpasi vocal
fremotus kiri dan kanan teraba sama, perkusi sonor, batas paru hepar
ICS 5, Auskultasi suara nafas vesikuler, suara ucapan jelas dan tidak
ada suara tambahan.
Pemeriksaan jantung, inspeksi ictus cordis tampak pada ICS 5 dan
klien tidak menggunakan alat pacu jantung, palpasi ictus cordis teraba
pada ICS 5 dan thrill negatif, perkusi batas atas jantung ICS 2, batas
kanan jantung linea strenalis kanan, batas kiri jantung linea medio
21
2) Data Objektif
Observasi
klien. selalu didampingi dan diberi support oleh keluarganya dan dapat
bekerja sama baik dengan perawat
2) Data Objektif
Observasi
Klien berpakaian dan bertingkah laku sesuai dengan jenis kelaminnya. Dan
tidak ada perilaku yang menyimpang.
2) Data Objektif
24
a) Observasi
Klien tampak gelisah
b) Pemeriksaan Fisik
Tekanan : 180 / 100 mmHg, HR : 84 x /menit, Kulit tidak basah
2) Data Objektif
Klien tampak mengucapkan doa sebelum makan, klien tampak tabah
dalam menghadapi penyakit ini.
yang mengkaji
8. Daftar Obat
9. Patoflow Kasus
TD : 180/100 mmHg
N : 82 x/mnt
P : 18 x/mnt
S : 36 0C
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
P : 18 x/mnt
S : 36 0C
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. ‘S’ / 70 Tahun
Ruang / Kamar : Lukas Rawat Inap
Tabel 3-3: Rencana Keperawatan
Hasil Yang Nama
No Diagnosa Keperawatan Rencana tindakan Rasional
diharapkan Jelas
1. Nyeri kepala berhubungan Tujuan jangka panjang: 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. Untuk mengetahui tingkat Donny
dengan peningkatan tekanan Nyeri kepala hilang dirasakan klien nyeri klien sehingga
vaskuler serebral yang Tujuan jangka pendek mempermuda dalam
ditandai dengan : dalam waktu 2 x 24 jam pemberian tindakan
Data Subyektif : klien tidak lagi pusing
- Klien mengatakan kepala 2. Observasi tanda-tanda 2. Adanya nyeri dapat
kepala terasa pusing Kriteria hasil : vital mempengaruhi perubahan
Data Obyektif - Skala nyeri klien 2 tanda-tanda vital
- Klien tampak - Klien tampak rileks.
memegangi kepalanya - Tanda-tanda vital 3. Mempertahankan tirah 3. Meminimalkan stimulasi /
- Saat dikaji skala nyeri dalam batas normal baring selama fase akut meningkatkan relaksi
klien 4 TD = 120/80 mmHg
- Ekspresi wajah klien S = 36,5-37,5 OC 4. Ajarkan klien untuk 4. Dengan teknik relaksasi
tampak meringis N = 60-90 /menit relaksasi saat nyeri timbul dapat mengurangi nyeri.
- Tanda-tanda vital : P = 20-26 x/menit
TD : 180/100 mmHg 5. Hilangkan /minimalkan 5. Aktivitas yang dapat
N : 82 x/mnt aktivitas vasokontriksi meningkatkan
P : 18 x/mnt yang dapat meningkatkan vasokontriksi
S : 36 0C sakit kepala, misalnya menyebabkan sakti kepala
mengejan saat BAB, pada adanya peningkatan
batuk panjang, mem- tekanan vaskuler serebral
bungkuk
6. Libatkan keluarga dalam 6. Keterlibatan keluarga dapat
mendampingi klien memberikan rasa nyaman
pada klien sehingga dapat
menurunkan ketegangan
28
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
09.2
20.0
21.4
24.0
0 Team
- Klien diperiksa dr. Cici, instruksi : dapat terapi ulang,
obat cedocard 3 x 1 tab Team
20.0
10 mei - Mengkaji keadaan umum klien,
2020 Klien tampak sakit sedang, klien tampak baring di Donny
III 21.4 tempat tidur, terpasang infuse Rl 20 tetes/menit di
tangan kiri.
07.0
09.4
10.1
21.4
24.0
10 Mei 06.0 - Keadaan umum klien sudah membaik, klien tampak Team
2020 sudah bangun dari tidur, klien tampak didampingi
I keluarga
10.0
12.0
16.0
17.0
17.3
EVALUASI KEPERAWATAN
Jelas
05/5/2020 1 S : Klien mengatakan pusing kepala mulai berkurang Donny
O : Klien tampak memegangi kepalanya
A : nyeri kepala masih ada
P : intervensi 2 dan 6 diteruskan
BAB IV
PEMBAHASAN
37
Setelah penulis mempelajari teori tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler ; hipertensi dan melakukan secara langsung asuhan keperawatan pada pasien
Tn. ‘S’ ternyata antara teori dengan yang ditemukan dalam praktek lapangan terdapat kesenjangan.
Hal ini disebabkan karena tingkat kegawatan, persepsi individu, dan pemahaman terhadap penyakit
yang dialami saat ini.
Adapun uraian mengenai kesenjangan yang penulis amati dan dapatkan mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagai berikut ;
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karena itu penulis perlu
melakukan secara teliti, cermat dan sistematis melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
secara langsung, serta di dukung oleh sumber-sumber seperti catatan medik dan hasil pemeriksaan
penunjang.
Setelah penulis secara cermat mempelajari teori pengkajian pasien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler ; hipertensi, maka penulis mendapatkan tanda dan gejala yang khas berdasarkan teori
yaitu : peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, susah tidur, pusing, denyut nadi meningkat, mual
muntah, sesak nafas, dan noturia (kencing di malam hari) pandangan menjadi kabur (Faqih
Ruhyanudin, 2007)
Pada pengkajian pasien Tn.’S’ dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi, penulis
menemukan tanda dan gejala sebagai berikut : nyeri kepala (pusing).
Berdasarkan uraian di atas penulis pada dasarnya menemukan kesamaan dari tanda dan gejala
antara teori dengan pengkajian keperawatan namun tidak semua tanda dan gejala tersebut penulis
temukan dalam pengkajian secara langsung terhadap pasien Tn.”S” dengan gangguan sistem
kardiovaskuler ; hipertensi karena pasien sudah mengalami tindakan tindakan keperawatan sejak
tanggal 05 Mei 2020. Pengkajian yang
5 penulis lakukan adalah pada hari ketiga sejak pasien mulai
masuk Puskesmas, sehingga tanda dan gejala yang timbul telah teratasi sebagian.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data pada
pasien Tn.”S” karena pasien sangat kooperatif dan data-data pendukung lainnya telah penulis
dapatkan dari hasil keperawatan sebelumnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan ditegakkan berdasarkan analisa data yang di dapat pada waktu pengkajian.
Masalah yang di dapat bersifat faktual dan potensial yang dapat diatasi atau dikurangi serta di cegah
dengan tindakan keperawatan.
Dalam diagnosa keperawatan secara teori dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi,
penulis menemukan beberapa diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia
4. Resiko tinggi terhadap gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sirkulasi darah tidak stabil.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
38
Sedangkan melalui pengkajian dan penganalisaan data yang penulis lakukan pada pasien Tn. ‘S’
dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi, penulis uraikan menjadi diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
3. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi
Diagnosa keperawatan secara teori, tidak seluruhnya ditemukan pada kasus pasien Tn. ‘S’ dengan
gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi, yaitu untuk diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik, resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan iskemia, resiko tinggi terhadap gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sirkulasi darah
tidak stabil tidak ditegakkan pada saat pengkajian tanggal 08 Mei 2020 karena telah dilakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut dan pasien mulai berangsur pulih setelah
dilakukan perawatan selama 3 hari di Puskesmas.
Selain itu untuk diagnosa keperawatan gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler penulis tegakkan, karena dalam melakukan pengkajian tanda dan gejala yang
menunjukkan adanya kerusakan gendang telinga pasien sebelah kiri.
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan mata rantai antara penerapan kebutuhan pasien dengan melaksanakan
tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan teori yang disesuaikan dengan
kondisi pasien saat dikaji. Dalam membuat perencanaan, penulis membuat prioritas masalah sesuai
dengan kebutuhan Maslow yaitu mengutamakan kebutuhan dasar biologis kemudian menyusul
kebutuhan yang lain. Pada prinsipnya perencanaan ini disusun dalam rangka mengurangi dan
mengatasi serta mencegah masalah kesehatan yang mungkin pada pasien. Dalam membuat
perencanaan diperlukan kolaborasi dengan team kesehatan yang lain seperti dokter dan petugas
kesehatan lainnya.
Pada prinsipnya perencanaan disusun dalam rangka mengurangi dan mengatasi masalah pasien
sehingga tindakan yang dilakukan tidak menyimpang dari hasil yang diharapkan.
Adapun rencana keperawatan pada Tn.”S” dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi
antara lain :
1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Rasionalisasi : kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien, observasi tanda-tanda vital,
mempertahankan tirah baring selama fase akut, ajarkan klien untuk relaksasi saat nyeri timbul,
hilangkan /minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, mem-bungkuk, libatkan keluarga dalam mendampingi klien.
Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai indikasi.
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Rasionalisasi : kaji penyebab kerusakan pendengaran, berikan lingkungan yang tenang dan tidak
kacau, dekati individu dari sisi yang pendengarannya lebih baik, misalnya jika pendengarannya
39
lebih baik pada telinga kiri, dekati orang tersebut dari sebelah kiri, anjurkan untuk menggunakan
alat bantu pendengaran
3. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi
Rasionalisasi : kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan dan akibat lanjut, jelaskan pada klien tentang proses hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan dan akibat lanjut), bantu klien
dalam mengidentifikasikan faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah, misalnya
obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolsterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alkohol
(lebih dari 60 cc/hari dengan teratur) pola hidup stress., bahas pentingnya menghentikan kebiasaan
merokok dan bantu klien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok, jelaskan pentingnya
mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti
kopi yang mengandung kafein, natrium (makanan asin).
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana keperawatan. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan pada pasien Tn. ‘S’ dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi tidak
banyak mengalami kesulitan sampai dengan penyusunan karya tulis ini.
Adapun tindakan keperawatan pada pasien Tn.”S” dengan gangguan sistem kardiovaskuler ;
hipertensi antara lain :
1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tindakan keperawatan yang dilakukan mengkaji tingkat nyeri klien, mengobservasi tanda-tanda
vital, menganjurkan klien untuk tirah baring untuk mengurangi timbulnya nyeri, mengajarkan
klien teknik relaksasi seperti menarik nafas dalam bila nyeri timbul, menjelaskan kepada klien
aktivitas yang dapat memicu nyeri kepala seperti mengejan saat BAB, menganjurkan keluarga
untuk mendampingi klien berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Tindakan keperawatan yang dilakukan mengkaji penyebab gangguan pendengaran klien,
memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien, memberikan penjelasan kepada
keluarga untuk berbicara dengan klien dari arah telinga yang baik, menyarankan kepada klien
untuk menggunakan alat bantu pendengaran jika diperlukan.
3. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit yang
diderita, member penyuluhan kepada klien tentang penyakit hipertensi, mengkaji pola hidup klien,
memberikan penyuluhan kepada klien akibat dari merokok, minum kopi, dan makanan asin.
Rencana keperawatan yang disusun berdasarkan kebutuhan pasien dapat dilaksanakan semua
terhadap pasien karena pasien berangsur lebih baik secara perlahan dan memerlukan waktu yang lama
dan dapat mematuhi anjuran dan pengarahan dari tim kesehatan. Namun untuk rencana untuk
memberikan alat bantu pendengaran, klien masih mempertimbangkannya karena biaya yang cukup
mahal untuk alat tersebut.
40
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan asuhan keperawatan dan
didokumentasikan secara tertulis di dalam catatan keperawatan. Ini dapat dilihat berdasarkan tujuan,
kriteria hasil yang telah disusun dengan apa yang dicapai selama tahap pelaksanaan. Pada kasus
pasien Tn. ‘S’ di dapat empat diagnosa keperawatan setelah dilakukan pelaksanaan sesuai rencana
tindakan dapat di evaluasi.
Setelah sebelumnya pasien dirawat di Puskesmas mulai tanggal 5 Mei 2020 dan penulis
melaksanakan pengkajian pada tanggal 08 Mei 2020 maka semua intervesi dihentikan karena pasien
pulang beres pada tanggal 10 Mei 2020
Pasien berangsur-angsur baik dan pasien menunjukkan hasil keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri berkurang dan ekspresi wajah pasien tampak tenang dengan skala nyeri 2
2. Tidak terjadi gangguan komunikasi
3. Klien mengerti tentang proses, penyebab, dan perawataan dari penyakit hipertensi.
Berhubung pasien berangsur baik dan pulang beres, maka perawat menganjurkan untuk menjaga
kebersihan luka, meminum obat secara teratur dan melakukan kontrol ulang sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan, serta menjaga pola makan agar tidak terjadi konstipasi.
BAB V
PENUTUP
41
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi,
khususnya pada pasien Tn. ‘S’ yang dirawat di rawat inap. Penulis melakukan pengkajian mulai dari
tanggal 08 Mei 2020 sampai dengan 10 Mei 2020, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada saat pengkajian penulis mengalami hambatan dengan klien, karena klien memiliki gangguan
pendengaran. Dalam mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan penulis
memperoleh data melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien dan data penunjang
lain seperti pemeriksaan laboratorium, akan tetapi tidak semua masalah keperawatan yang ada
dalam teori ditemukan pada pasien dengan penyakit yang sama.
2. Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan tanda dan
gejala yang ada pada pasien. Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh penulis untuk pasien Tn.
“S” dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi antara lain :
a. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
c. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi
3. Perencanaan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah pasien berdasarkan diagnosa keperawatan
yang sesuai dengan kondisi pasien, kemampuan penulis dan fasilitas Puskesmas waiklibang
kerjasama dengan team medis lainnya sehingga terjadi kesinambungan dalam melakukan tindakan
keperawatan, dengan demikian rencana yang disusun dapat dilaksanakan kepada pasien.
4. Pelaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
dibuat, tetapi tidak semua rencana keperawatan secara teoritis dilakukan implementasi
dikarenakan melihat kondisi pasien.
75
5. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap pergantian jam dinas. Bila masalah belum teratasi maka
rencana dilanjutkan kembali. Evaluasi masalah yang dilakukan pada pasien Tn. ‘S’ tidak
semuanya teratasi karena klien masih mengalami gangguan pendengaran dan intervensi
dihentikan karena pasien pulang beres.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran, antara lain :
1. Perawat hendaknya meningkatkan kerja sama dengan pasien dan keluarga untuk menggali
permasalahan dan keluhan pasien sehingga setiap masalah keperawatan yang ada pada pasien
dapat diketahui dan selanjutnya diatasi.
2. Karena tidak semua diagnosa keperawatan secara teori timbul pada kenyataan, maka perawat
perlu mengetahui landasan teori dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi.
3. Perencanaan keperawatan yang tepat dapat menjadi penentu keberhasilan dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler ; hipertensi. Untuk itu
perawat perlu memperluas pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan sehingga
dapat membuat perencanaan yang cepat dan tepat.
42
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas segala rahmat dan
berkatnya penulis dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Dengan hipertensi di Ruang rawat
Inap puskesmas Waiklibang.
Dalam meyusun laporan ini penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala rawat inap.
2. Kepala puskesmas
3.dokter Puskesmas
4. teman – teman Perawat di ruangan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya menbangun demi
43
perkembangan dan kemajuan selanjutnya. Penulis berharap ini dapat berguna untuk kita semua
khususnya yang membaca laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semuanya.
Waiklibang,juni 2020
Penulis