Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

KORUPSI DAN PITA MERAH

Disusun oleh :
Risna Puspita Dewi, S.STP
NIM. G2C120025

Kelas A

MAGISTER ADMINISTARI PUBLIK


UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2021
KORUPSI DAN PITA MERAH

A. PENGERTIAN KORUPSI

Pita Merah adalah istilah yang menunjuk kepada peraturan yang


berlebihan atau penerapan terhadap aturan resmi yang kaku yang dianggap
mengurangi produktivitas dan menyebabkan penundaan pengambilan
keputusan.
Korupsi berasal dari kata latin, corrumpere, corruptio atau corruptus
artinya adalah penyimpangan dari kesucian (profanity), tindakan tak bermoral,
kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidak jujuran atau kecurangan. Dalam
pembendaharaan kata Bahasa Indonesia, korupsi diartikan sebagai: perbuatan
yang busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Sedangkan dalam kamus bahasa indonesia yang terbaru dapat ditemukan
bahwa korupsi berarti penyelewengan atau penggelapan (uang negara,
perusahaan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Disini
ditunjuk dua macam korupsi, yaitu korupsi uang dan korupsi waktu.
Untuk pertama kalinya Korupsi menjadi istilah yuridis dalam peraturan
penguasaan militer PRT/PM/06/1957 tentang pemberantasan korupsi. Di dalam
peraturan ini, korupsi diartikan sebagai perbuatan- perbuatan yang merugikan
keuangan dan perekonomian negara. Selanjutnya dirumuskan pula tindakan-
tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi.
1. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh siapapun juga untuk kepentingan
sendiri, untuk kepentingan orang lain atau utuk kepentingan suatu badan
yang langsung menyebabkan kerugian bagi keuangan dan perekonomian
negara;
2. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seorang pejabat yang menerima gaji
atau upah dari keuangan negara ataupun dari suatu badan yang menerima
bantuan dari keuangan negara atau daerah yang dengan mempergunakan
kesempatan atau kewenangan kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh
jabatan, langsung atau tidak langsung membawa keuntungan atau material
baginya.

Tindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001
Tentang Pemeberantasan Tindak Pidana Korupsi, adalah:
1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Nepoisme, memiliki kaitan yang erat dengan korupsi meskipun istilah ini
kurang mendapatkan perhatian yang memadai dari para penulis masalah
korupsi. Asal kata nepotisme adalah: nepos, yang secara artian berarti cucu.
Nepotisme adalah usaha-usaha yang disengaja oleh seorang pejabat dengan
memanfaatkan jabatan dan kedudukannya sendiri, famili, atau kawan dekatnya
dengan cara yang tidak adil. Beberapa istilah yang merujuk kepada nepotisme
juga dapat dilihat dalam berbagai literatur , misalnya personal-interest
(kepentingan pribadi) atau group interest (kepentingan kelompok).

B. SEBUAH FENOMENA SERIBU WAJAH


Korupsi sebagai fenomena sosial, ekonomis, dan politis ternyata memiliki
penampakan yang beraneka macam. Korupsi bisa dilakukan oleh aparat
administrative yang paling bawah hingga aparat paling tinggi. Namun, dengan
mengamati jenis-jenis korupsi yang lazim dalam sistem kenegaraan modern,
dapatlah dikemukakan beberapa kategori korupsi.
Pemerasan adalah korupsi dimana pihak pemberi dipaksa menyerahkan
uang suap untuk menecegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,
kepentingannya, atau sesuatu yang berharga bagi dirinya. Korupsi defensif
adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan, jadi korupsinya dalam
rangka mempertahankan diri.
Korupsi investif adalah pemberian barang atau jasa tanpa memperoleh
keuntungan tertentu, selain keuntungan yang masih dalam angan angan,atau
yang dibayangkan akan diperoleh di masa depan. Korupsi otogenik adalah
bentuk korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya adalah satu
orang. Terakhir, korupsi dukungan adalah korupsi yang dilakukan untuk
melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah ada maupun yang akan
dilaksanakan.

C. PENGARUH DAN AKIBAT KORUPSI


Konsekuensi negatif dari korupsi sistemik terhadap proses demokratisasi dan
pembangunan yang berkelanjutan adalah :
a. Korupsi mendelegetimasikan proses demokrasi dengan mengurangi
kepercayaan publik terhadap proses politik melalui politik uang;
b. Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik,
membuat tiadanya akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of law. Hukum
dan birokrasi hanya melayani kepada kekuasaan dan pemilik modal;
c. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman yang berdasarkan kinerja
karena hubungan patron-client dan nepotisme;
d. Korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum
bermutu rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga
menganggu pembangunan yang berkelanjutan;
e. Korupsi mengakibatkan sistem ekonomi karena produk yang tidak kompetitif
dan penumpukan beban hutang luar negeri.

Korupsi yang sistematik dapat menyebabkan :


a) Biaya ekonomi tinggi oleh penyimpangan intensif;
b) Biaya politik oleh penjarahan atau pengangsiran terhadap suatu lembaga
publik, dan;
c) Biaya sosial oleh pembagian kesejahteraan dan pembagian kekuasaan yang
tidak semestinya.
D. SEBAB- SEBAB KORUPSI
Menurut M. Dawan Rahardjo dalam artikelnya Korupsi Kolusi dan
Nepotisme (KKN) menggambarkan bahwa timbulnya perbuatan korupsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, apakah kelembagaan pemerintah itu
memberikan kesempatan kepada perbuatan korupsi. Kedua, lingkungan budaya
yang memepengaruhi psikologi orang-seorang. Ketiga, pengaturan ekonomi
yang mungkin memberikan tekanan-tekanan tertentu. Tindak pidana korupsi
bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Pelaku korupsi menyangkut berbagai hal
yang sifatnya kompleks.
Faktor faktor penyebabnya tidak saja dapat berasal dari internal pelaku
korupsi, Tetapi dapat juga berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi
seseorang untuk melakukan korupsi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi menurut
Andi hamzah sebagai berikut:
a) Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan
kebutuhan yang makin hari makin meningkat;
b) Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber
atau sebab meluasnya korupsi;
c) Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan kurang
efisien sering di pandang sebagai penyebab korupsi, dalam arti bahwa yang
demikian itu akan memberi peluang untuk melakukan korupsi. Semakin
besar anggaran pembangunan, semakin besar pula kemungkinan
kebocoran- kebocoran;
d) Modernisasi mengembangbiakkan korupsi karena membawa perubahan nilai
dasar atas masyarakat membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan
baru, membawa perubahan yang diakibatkannya dalam bidang kegiatan
sistem politik, memperbesar kekuasaan pemerintah dan melipat gandakan
kegiatan-kegiatan yang diatur oleh peraturan pemerintah;
e) Faktor mental yang tidak sehat lebih dominan untuk mendorong terjadinya
perbuatan korupsi. Sebab sekalipun faktor-fakor lainnya itu ada / terdapat
pada diri seseorang, akan tetapi apabila ia bermental sehat tidak akan
melakukan perbuatan korupsi (semacam ada rem).

E. UPAYA-UPAYA MENANGKAL KORUPSI


• Cara Sistemik Struktural
Salah satu sumber dari korupsi berasal dari kelemahan yang terdapat
system poitik dan system administrasi negara dengan birokrasi sebagai
perangkat pokoknya karena itu harus mendayahgunakan segenap struktur
politik maupun infrastruktur politik pada saat yang bersamaan membenahi
birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat dimasuki korupsi dapat ditutup.
a. Suprastruktur Politik adalah keseluruhan lembaga penyelenggara
negara yang mempunyai kewenangan hukum konstitusinal yang
bersumber dari UUD 1945. Seperti MPR, Presiden, DPR, DPA, BPK, MA
dan Pemerintahan Daerah beserta jajarannya.
b. Infrastruktur Politik adalah organisasi-organisasi kekuatan sosial dan
kemasyarakatan yang tidak mempunyai kewenangan hukum
konstitusional tetapi tetap berperan sebagai kelompok penekanan. Semis
KPK, Indonesia coruption watch,dll.

• Cara Abolisionistik
Korupsi adalah suatu kejahatan yang harus diberantas dengan terlebih
dahulu menggali sebab-sebabnya dan kemudian penanggulangan diaahkan
pada usaha-usaha menghilangkan sebab-sebab tersebut. Oleh karena itu,
jalan yang ditempuh adalah dengan mengkaji permasalahan- permasalahan
yang tengah terjadi di masyarakat, mempelajarii dorongan-dorongan individual
yang mengarah ketindakan-tindakan korupsi, meingkakan kesadaran hukum
masyarakat, serta menindak orang-orang korup berdasarkan hukum yang
berlaku.cara ini juga diharapkan menjadiperangkat preventif dengan
menggugah ketaatan hukum.
• Cara Moralistik
Faktor penting dalam persoalan korupsi adalah faktor sikap dan mental
manusia. Oleh karena itu usaha penanggulangannya harus pula terarah pada
factor moral manusia sebagai pengawas aktivitas-aktivitas tersebut. Cara
moralistik dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental dan moral
manusia, khotbah- khotbah,ceramah atau penyuluhan dibidang keagamaan,
atika dan hukum. Tidak kurang pentingnya adalah pendidikan moral di rumah
ataupun disekolah yang dimulai sejak dini. Cara lain masih ada nih, yaitu tentu
saja harus dilaksanakan secara berkesinambungan, ialah melakukan
pengawasan atau pengawasan terhadap seluruh lembaga pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai