Anda di halaman 1dari 24

RINGKASAN MATERI KULIAH

MAKRO EKONOMI INDONESIA TERKINI

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia (G1)

Dosen Pengampu :

Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

Nama : Ni Luh Putu Santi Artini

NIM : 1907531016

No. Absen : 5 (Lima)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
1. PENGERTIAN EKONOMI MAKRO
Ekonomi makro adalah sebuah ilmu ekonomi yang mempelajari tentang
perekonomian sebuah negara secara komprehensif. Dengan kata lain, dalam ilmu
ekonomi makro dijelaskan tentang perubahan ekonomi sebuah negara yang berdampak
pada masyarakatnya dan pasar.
Beberapa aspek analisis dalam ekonomi makro diantaranya;
 Pendapatan nasional
 Kesempatan kerja
 Laju Inflasi
 Investasi Neraca pembayaran

Adapun tujuan mempelajari ilmu ekonomi makro atau makro-ekonomi adalah


untuk dapat memahami berbagai peristiwa ekonomi di sebuah negara serta memperbaiki
kebijakan ekonomi di negara tersebut.

Beberapa ahli di bidang ilmu ekonomi pernah menjelaskan pengertian ekonomi makro.
Beberapa ahli tersebut adalah:
1. Budiono (2001)
Menurut Budiono, teori ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari tentang pokok
ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang meliputi stabilitas dan
pertumbuhan perekonomian sebuah negara.
2. Sadono Sukirno (2000)
Menurut Sadono Sukirno pengertian Ekonomi Makro adalah sebuah cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan utama perekonomian secara
komprehensif terhadap berbagai masalah pertumbuhan ekonomi.
 Masalah tersebut diantaranya:
 Pengangguran
 Inflasi
 Neraca perdagangan dan pembayaran
 Kegiatan ekonomi yang tidak stabil
3. Samuelson dan Nordhaus
Menurut Samuleson dan Nordhaus pengertian ekonomi makro adalah cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari dan mengamati kinerja perekonomian secara keseluruhan
dan komprehensif.

2
4. Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld (2009)
Menurut Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld pengertian ekonomi makro
adalah sebuah ilmu ekonomi yang menangani variabel agregat ekonomi, seperti:
 Tingkat dan rata-rata pertumbuhan produksi nasional
 Angka pengangguran
 Suku bunga
 Inflasi

2. TUJUAN EKONOMI MAKRO


Tujuan Ekonomi Makro ada beberapa macam dan berpengaruh terhadap
perekonomian suatu negara. Setiap tujuan tersebut ditujukan untuk memecahkan
persoalan yang muncul di suatu negara. Berikut adalah beberapa tujuan dari penerapan
kebijakan Ekonomi Makro:
1. Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Kebijakan yang dihasilkan dalam Ekonomi Makro bertujuan untuk mengatur
penciptaan lapangan kerja. Dengan demikian, negara mampu meminimalisir
pengangguran. Hal ini karena tingginya angka pengangguran akan membawa
dampak buruk bagi sebuah negara. Tingginya tingkat pengangguran pada akhirnya
hanya akan menjadi beban bagi perekonomian negara tersebut.
2. Membuat Produksi dalam Negeri yang Tinggi
Banyak atau sedikitnya kapasitas produksi di suatu negara sangat tergantung pada
tinggi rendahnya jumlah investasi yang masuk ke negara tersebut. Sementara
investasi tergantung dari tingkat tabungan dalam negeri.
Lalu, tabungan dalam negeri tergantung dengan penghasilan masyarakat dan
tingkat suku bunga. Karenanya, guna meningkatkan kemampuan produksi di suatu
negara dapat dilakukan dengan meningkatkan penghasilan masyarakat.
3. Membuat Kondisi Ekonomi yang Stabil
Stabilitas ekonomi pada suatu negara meliputi kestabilan harga barang, lapangan
pekerjaan, serta tingkat pendapatan masyarakat. Penerapan kebijakan Ekonomi
Makro bertujuan untuk menstabilkan harga barang dan lapangan pekerjaan. Pada
akhirnya kondisi ini akan memberikan dampak yang baik bagi suatu negara.
4. Membuat Neraca Pembayaran Seimbang

3
Sudah menjadi keniscayaan bahwa setiap negara pastilah melakukan transaksi
perdagangan dengan negara lain. Praktik ini juga pada akhirnya bisa membawa
pengaruh terhadap kondisi ekonomi negara tersebut, makanya neraca pembayaran
harus seimbang. Beberapa komponen neraca pembayaran yang penting untuk
diketahui adalah lalu lintas moneter, transaksi berjalan, serta neraca perdagangan.
5. Membuat Pendapatan Penduduk yang Merata
Pembagian pendapatan penduduk secara merata dapat terjadi dengan pemerataan
hasil olahan sumber daya alam dan manusia. Meratanya pembagian pendapatan
tersebut diharapkan mampu meningkatkan tingkat konsumsi atau daya beli
masyarakat. Dengan demikian, kehidupan yang seimbang dan damai tanpa
kerusuhan pun dapat terwujud.

3. RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO


Teori ekonomi makro membahas tentang beberapa hal, diantaranya; penentuan
kegiatan perekonomian, inflasi, tingkat pengangguran, kebijakan pemerintah, dan hal lain
yang berkaitan dengan perekonomian secara keseluruhan.
Mengacu pada pengertian ekonomi makro di atas, berikut ini adalah ruang lingkup
ekonomi makro:
1. Penentuan Tingkat Kegiatan Perekonomian Negara
Pada analisis ini, teori ekonomi makro akan menjelaskan sejauh mana suatu
perekonomian dapat menghasilkan produk dan jasa. Analisis makro ekonomi ini
akan memberikan rincian pengeluaran secara agregat atau keseluruhan, meliputi:
 Pengeluaran dari rumah tangga (konsumsi rumah tangga)
 Pengeluaran Pemerintah
 Pengeluaran perusahaan atau investasi
 Eksport dan import
2. Kebijakan Pemerintah
Perekonomian suatu negara tidak akan terlepas dari masalah pengangguran dan
inflasi. Pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini
melalui serangkaian kebijakan, baik itu kebijakan moneter maupun kebijakan
fiskal.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat atau money suplay dalam

4
perekonomian. Sedangkan kebijakan fiskal merupakan langkah pemerintah dalam
mengubah struktur dan jumlah pajak serta pengeluaran yang tujuannya untuk
mempengaruhi kegiatan perekonomian.
3. Pengeluaran Agregat/ Menyeluruh
Ketika pengeluaran menyeluruh tidak mencapai tingkat yang ideal maka akan
terjadi masalah pada perekonomian. Untuk mewujudkan kesempatan kerja yang
lebih baik dan mengontrol laju inflasi, maka idealnya pengeluaran agregat harus
berada pada tingkat yang dibutuhkan.
Meski secara teori hal ini bisa dilakukan, namun pada praktiknya tujuan ini cukup
sulit untuk direalisasikan.

4. KEBIJAKAN DALAM EKONOMI MAKRO


Dalam mempelajari kebijakan dalam ekonomi makro seperti kebijakan fiskal dan
juga moneter, Grameds dapat mendapatkan informasi melalui buku Makro Ekonomi :
Pengantar Untuk Manajemen oleh Detri Karya.
Studi Ekonomi Makro menyoal hal-hal yang berkaitan dengan inflasi dan deflasi,
tingkat pengangguran, dan tersedianya lapangan kerja. Dalam praktiknya, Ekonomi
Makro mempunyai beberapa kebijakan sebagai berikut:
1. Kebijakan Fiskal
Pemasukan dan pengeluaran suatu negara adalah hal yang diatur dalam
kebijakan ini. Pemasukan atau penghasilan negara bisa didapatkan dari pajak yang
dibayarkan oleh setiap warga negara. Selain itu, pundi pendapatan negara lainnya
adalah berasal dari non pajak, seperti, lelang, denda, pemberian negara lain, dan
gratifikasi.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini menjadi pembeda antara Ekonomi Makro dan Mikro.
Kebijakan moneter berfungsi untuk mengukur seberapa banyak dana yang telah
dikeluarkan oleh bank sentral pada suatu negara. Makin banyak perputaran uang
yang terjadi maka akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan harga suatu produk. Sebaliknya
apabila perputaran uang sedikit maka harga suatu produk lebih murah. Inilah yang
disebut dengan deflasi. Kebijakan moneter mempunyai peranan penting dalam
kehidupan masyarakat, yaitu untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi di suatu

5
negara. Seperti itulah manfaat belajar ilmu ekonomi, yaitu agar dapat mengerti
penerapannya dalam aktivitas kita sehari-hari.
3. Kebijakan Segi Penawaran
Fungsi dari kebijakan ini adalah untuk menyeimbangkan neraca keuangan
di suatu perusahaan atau negara. Adalah wajar jika saat ini rata-rata perusahaan
membutuhkan ahli dalam ilmu ekonomi. Dengan ilmu itu harapannya semua
proses pengelolaan keuangan terutama yang memiliki kaitan dengan produksi
dapat dikurangi seminimal mungkin.
Selain itu kualitas produk juga terus dapat diseimbangkan. Dengan
demikian produk yang dihasilkan pun akan lebih berkualitas. Dalam konteks
Indonesia, Ekonomi Makro menjadi sistem untuk menganalisa perubahan
ekonomi di tanah air yang berpotensi memberikan pengaruh terhadap perusahaan,
masyarakat, dan pasar.
Dari Ekonomi Makro kita juga bisa mendapatkan penjelasan tentang
terjadinya perubahan kondisi ekonomi di Indonesia, demi mendapatkan hasil
analisa terbaik.

5. TUJUAN EKONOMI MAKRO DI INDONESIA


Indonesia juga memiliki tujuan tersendiri dalam penerapan kebijakan Ekonomi
Makro di dalam negeri. Menurut Kementerian Keuangan, tujuan Ekonomi Makro di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Menambah pendapatan nasional
Dengan mengetahui berapa jumlah pendapatan nasional Indonesia maka dapat
mengukur pertumbuhan ekonomi dengan lebih jelas. Kebijakan ekonomi yang
diambil pun bisa lebih efektif dan efisien.
2. Menambah kapasitas produksi
Bertambahnya kemampuan produksi nasional akan mampu meningkatkan
pembangunan ekonomi Indonesia. Cara untuk menambah kapasitas produksi tersebut
salah satunya adalah dengan memperbaiki situasi untuk investasi. Dengan demikian,
investasi yang masuk dapat memengaruhi produktivitas nasional.
3. Membuka lapangan kerja
Adanya peluang kerja karena meningkatnya produktivitas nasional pada
gilirannya akan mampu meningkatkan kapasitas produksi. Di sinilah peran kebijakan

6
Ekonomi Makro di Indonesia, yaitu untuk menarik para investor agar mau
menanamkan modalnya. Dengan demikian, lapangan kerja baru pun tercipta.
4. Mengendalikan inflasi
Salah satu penyebab inflasi adalah karena terlalu besarnya permintaan
terhadap sebuah komoditas. Akibatnya adalah harga komoditas tersebut melambung
tinggi. Melalui Ekonomi Makro, Indonesia mampu melakukan kebijakan cash
ratio, politik pasar terbuka, dan politik diskonto. Tujuannya satu, menghentikan laju
inflasi di dalam negeri.
5. Mewujudkan kestabilan ekonomi
Analisa Ekonomi Makro di Indonesia dapat dipergunakan untuk menjaga
stabilitas ekonomi negara. Kondisi yang stabil ini penting. Mengapa? Agar para
pelaku ekonomi di luar negeri dapat percaya kepada Indonesia sehingga nantinya
mereka mau melakukan investasi di negeri ini. Kestabilan ekonomi Indonesia baru
dapat tercapai jika dua variabel Ekonomi Makro berjalan seimbang. Kedua variabel
tersebut adalah neraca pembayaran dan tingkat permintaan persediaan barang.
6. Membuat neraca pembayaran luar negeri berada pada posisi seimbang
Analisa terhadap Ekonomi Makro Indonesia perlu dilakukan dengan tujuan
untuk mengupayakan keseimbangan pada neraca pembayaran luar negeri. Neraca
pembayaran sendiri berisi rangkuman berbagai transaksi, seperti, penjualan dan
pembelian barang dan jasa, hibah dari luar negeri, serta transaksi keuangan antar
penduduk di dalam dan luar negeri.
Neraca pembayaran luar negeri haruslah berada pada posisi seimbang untuk
menghindari terjadinya defisit. Dalam mempelajari lebih dalam mengenai tujuan
ekonomi makro, baik dari aspek individu hingga keseluruhan kegiatan dalam
perekonomian, buku Ekonomi Mikro Suatu Pengantar merupakan pilihan yang tepat.

6. PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO DI INDONESIA


Ekonomi Makro juga memberikan pengaruh terhadap iklim bisnis Indonesia. Hal
ini telah menjadi kepastian, karena kaidah yang berlaku adalah besarnya perubahan
ekonomi dapat memberi pengaruh kepada masyarakat juga perusahaan dan pasarnya.
Ekonomi Makro juga memiliki kaitan yang erat dengan persoalan keuangan negara. Hal
ini karena konsep ini mampu memberikan pengaruh terhadap stabilitas harga, pencapaian
keseimbangan, tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Namun pada konteks bisnis di
Indonesia, ada beberapa persoalan Ekonomi Makro yang sering muncul.

7
Pertama, adanya permasalahan pada perbankan dan kredit macet. Kedua, adanya krisis
nilai tukar dalam negeri terhadap utang luar negeri Indonesia. Ketiga adalah persoalan
tentang pengangguran dan kemiskinan. Terakhir, permasalahan Ekonomi Makro yang
sering muncul pada konteks bisnis adalah menyoal pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Dalam rentang sejarah penegakan hukum di Indonesia, timbul banyak pertanyaan


bagaimana kerugian nonhukum seperti aset yang terbengkalai menjadi mesin tua, ribuan
karyawan yang di-PHK dan hal lainnya jika terjadi sebuah tindak pidana. Oleh sebab itu,
buku Analisis Ekonomi Mikro Tentang Hukum Pidana Indonesia hadir untuk menjawab
pertanyaan tersebut.

7. KONDISI TERKINI EKONOMI MAKRO DI INDONESIA


1. Pendapatan Nasional
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan
pendapatan negara pada semester I tahun 2021 mencapai Rp886,9 triliun atau
terjadi pertumbuhan 9,1 persen dibandingkan tahun lalu. Capaian tersebut
merupakan 50,9 persen dari target APBN 2021 yang sebesar Rp1.743,6 triliun.
Jika dilihat dari penerimaan negara, terjadi geliat pemulihan ekonomi yang
terekam cukup kuat. Pertumbuhan pendapatan negara 9,1 persen dibandingkan
tahun lalu yang mengalami kontraksi 9,7 persen. Ini adalah suatu kenaikan yang
sangat tinggi dan bagus bagi Indonesia.
Menteri Keuangan juga menyampaikan penerimaan pajak telah mencapai
Rp557,8 triliun atau 45,4 persen dari target tahun ini yang sebesar Rp1.229,6
triliun. Pertumbuhan perpajakan ini mendekati 5 persen. Tahun lalu penerimaan
pajak Indoensia mengalami hantaman yang sangat kuat yaitu kontraksinya sampai
12 persen atau hanya Rp531,8 triliun. Sekali lagi, dari sisi penerimaan pajak
terjadi pemulihan, mengalami pertumbuhan mendekati 5 persen.
Sementara, penerimaan bea dan cukai telah terkumpul sebesar Rp122,2
triliun atau 56,9 persen dari target Rp215,0 triliun. Capaian ini tumbuh hingga
31,1 persen dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu itu tumbuhnya 8,8 persen. Jadi
terjadi kenaikan yang meloncat lebih tinggi, lebih dari 3 kali lipat dari
pertumbuhan penerimaan kepabeanan dan cukai. Penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) telah mencapai Rp206,9 triliun. Capain ini ini merupakan kenaikan 11,4
persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp185,7 triliun. Ini juga suatu

8
pemulihan yang luar biasa karena tahun lalu PNBP kita mengalami kontraksi 11,2
persen.
2. Kesempatan kerja
Kesempatan kerja merupakan sebuah kondisi dimana terdapat jumlah
lapangan pekerjaan yang masih tersedia bagi para pencari pekerjaan. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesempatan kerja yaitu, laju inflasi,
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, serta tidak sesuainya antara
pembangunan dengan mayoritas lapangan pekerjaan yang diinginkan. Rendahnya
kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kesempatan kerja yang masih
kurang.
Adanya kesempatan kerja yang cukup luas makaakan membutuhkan
tenaga kerja yang banyak sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat
karena mereka mendapatkan upah atau penghasilan dan mengurangin angka
kemiskinan yang ada. Mengenai kesempatan kerja tercantum dalam Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27 ayat (2) yang berisi bahwa setiap warga
negara Indonesia memiliki hak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak agar
terwujudnya kemanusiaan. Selain itu terdapat pula dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja. Maka dari itu,
kurangnya kesempatan kerja merupakan masalah yang besar karena menyagkut
hak seorang warga negara Indonesia.
Belum lagi di awal Maret 2020, Indonesia dikejutkan dengan adanya
penyebaran virus covid-19 dengan kasus pertama sebanyak 3 penderita positif
covid-19. Virus corona pertama kali ditemuka di Wuhan, China pada tahun 2019.
Semakin hari virus ini semakin menyebar sehingga hampir seluruh dunia terkena
wabah corona. Virus ini menyeba melalui komunikasi antara orang yang terpapar
virus corona seperti mengobrol, tertawa, hingga bersin tanpa menutup mulut.
Sehingga pemerintah negara Indonesia memberlakukan beberapa kebijakan
seperti lockdown, PSBB, PPKM Jawa Bali, dan lainnya. Diharapkan dengan
adanya kebijakan tersebut dapat memutus rantai virus corona. Namun cukup
banyak dampak negatif dari adanya kebijakan tersebut, pasalnya hampir semua
sektor baik itu sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan,
ketenagakerjaan, dan lainnya menjadi vakum atau berhenti dalam waktu cukup
lama. Sehingga mau tidak mau banyak perusahaan yang melakukan pemutusan
hubungan kera (PHK) agar tetap berjalannya perusahaan walaupun sedang dalam
9
kondisi pailit. Selain itu agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia tetap terjaga
dengan baik walaupun sebelumnya mengalami penurunan yang cukup tinggi.
Menurut data di Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat di tahun 2020 terjadi
inflasi terendah seesar 1,68 persen. Kemudian Menteri Ketenagakerjaan
Indonesia, Ida Fauziyah mengatakan bahwa terjadi peningkatan angka
penganguran di Indonesia menjadi 7,07 persen yang sebelumnya 4,9 persen.
Di tengah kondisi bermasyaakat Indonesia yang masih kurangnya
kesempatan kerja ditambah adanya virus covid-19, membuat pemerintah
indonesia berpikir keras untuk mencari jalan keluar. sehingga pemerintah
memberlakukan New Normal. New Normal merupakan kegiatan melakukan
aktivits kembali namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk
meminimalisir serta mencegah penularan virus corona. Kebijakan ini cukup
efektif diterapkan hal ini dibuktikan bahwa sampai saat ini di tahun 2021 jumlah
kasus orang terpapar virus corona menurun dengan signifikan walaupun sempat
mengalami peningkatan yang tinggi.
Untuk menanggulangi kesempatan kerja, pemerintah Indonesia khususnya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengadakan
program Kartu Prakerja khususnya yang terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK) dengan memberikan pelatihan kerja melalui platform video dan juga
dukungan fiinansial diharapkan dapat meningkatkan poduktivitas masyarakat di
masa pandemi covid-19. Selain itu pemerintah melakukan pengembangan dan
memperluas kesempatan kerja melalui program padat karya dan kewirausahaan
untuk pekerja yang terdampak, program tersebut seperti memberikan pelatihan
kepada masyarakat (PKM) serta mengembangkan balai latihan kerja (BLK) secara
online. Adanya program kebijakan tersebut memberikan hasil terhadap kondisi
keteagakerjaan dan perekonomian di Indonesia. hal tersebut dibuktikan dengan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat tingkaat kesempatan kerja
dalam ruang lingkup nasional di bulan Februari 2021 naik sebesar 93,74
persen dari sebelumnya 922,93 persen di bulan Agustus 2020.
Dari kenaikan tersebut, tingkat pengangguran terhadap adanya kesempatan
kerja pun menurun menjad 6,26 persen pada Februari 2021 sedangkan di bulan
Agustus 2020 sebesar 7,07 persen. Masyarakat Indonesia pun percaya bahwa
kesempatan kerja akan semakin meningkat karena dilihat dari Indeks Ekspektasi
Lapangan Kerja yang naik dari bulan sebelumnya sebesar 117,9 persen di bulan
10
April 2021. Sehingga dapat dsimpulkan bahwa tingkat kesempatan kerja pasca
pandemi cukup menimbulkan adanya peningkatan yang signifikan setelah
diadakan beberapa program di tengah new normal.
3. Inflasi
a. Indeks Harga Konsumen/Inflasi Menurut Kelompok
Perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2021 secara
umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di
90 kota, pada November 2021 terjadi inflasi sebesar 0,37 persen, atau terjadi
kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,66 pada Oktober 2021
menjadi 107,05 pada November 2021. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–
November) 2021 sebesar 1,30 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun
(November 2021 terhadap November 2020) sebesar 1,75 persen.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh


naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok
makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,84 persen; kelompok pakaian dan
alas kaki sebesar 0,09 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan
bakar rumah tangga sebesar 0,14 persen; kelompok perlengkapan, peralatan

11
dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,35 persen; kelompok
kesehatan sebesar 0,01 persen; kelompok transportasi sebesar 0,51 persen;
kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,18 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,22 persen; dan
kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,37 persen. Sementara
kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok
pendidikan tidak mengalami perubahan. Beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga pada November 2021, antara lain: minyak goreng, telur ayam
ras, cabai merah, daging ayam ras, rokok kretek filter, ikan segar, sewa
rumah, kontrak rumah, tarif angkutan udara, mobil, kue kering berminyak, dan
emas perhiasan. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga,
antara lain: bawang merah dan tomat.
Pada November 2021 dari 11 kelompok pengeluaran, 7 kelompok
memberikan andil/ sumbangan inflasi dan 4 kelompok tidak memberikan
andil/sumbangan terhadap inflasi nasional. Kelompok pengeluaran yang
memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: kelompok makanan, minuman
dan tembakau sebesar 0,21 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar
0,01 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
sebesar 0,03 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin
rumah tangga sebesar 0,02 persen; kelompok transportasi sebesar 0,06 persen;
kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,02 persen;
dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang tidak memberikan andil/sumbangan
terhadap inflasi nasional, yaitu kelompok kesehatan; kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; dan
kelompok pendidikan.
b. Perbandingan Inflasi Tahunan
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2021 sebesar 1,30
persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2021 terhadap November
2020) sebesar 1,75 persen. Sedangkan tingkat inflasi pada periode yang sama
tahun kalender 2020 dan 2019 masingmasing sebesar 1,23 persen dan 2,37
persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun untuk November 2020 terhadap
November 2019 dan November 2019 terhadap November 2018 masing-
masing sebesar 1,59 persen dan 3,00 persen.
12
4. Investasi Neraca pembayaran
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2021 mencatat
surplus sehingga menopang ketahanan eksternal. NPI pada triwulan III 2021
mencatat surplus 10,7 miliar dolar AS, setelah mengalami defisit 0,4 miliar dolar
AS pada triwulan sebelumnya. Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi
berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat
defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat. Dengan
perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2021
mencapai 146,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan 137,1 miliar dolar AS
pada akhir Juni 2021. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan
8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas
standar kecukupan internasional.
- Transaksi berjalan pada triwulan III 2021 mencatat surplus, terutama
ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang yang naik
signifikan. Transaksi berjalan pada periode laporan mencatat surplus 4,5
miliar dolar AS (1,5% dari PDB), setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami defisit 2,0 miliar dolar AS (0,7% dari PDB). Kinerja positif
tersebut terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin
meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas sejalan dengan masih

13
kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga
komoditas ekspor utama di pasar internasional. Selain itu, defisit neraca jasa
tercatat lebih rendah, antara lain disebabkan oleh perbaikan kinerja jasa
transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan
dengan peningkatan aktivitas ekspor. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan
primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi langsung
yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi berbasis sumber daya alam
(SDA).
- Transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2021 mencatat surplus
yang makin meningkat, terutama bersumber dari investasi
langsung. Pada triwulan III 2021, transaksi modal dan finansial mencatat
surplus sebesar 6,1 miliar dolar AS (2,0% dari PDB), lebih tinggi dari capaian
surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 1,6 miliar dolar AS (0,6% dari
PDB). Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk neto (net inflows)
investasi langsung yang tetap terjaga sebesar 3,3 miliar dolar AS. Investasi
lainnya juga mengalami surplus, setelah mengalami defisit pada triwulan
sebelumnya, yang dipengaruhi oleh penurunan pembayaran neto pinjaman luar
negeri, peningkatan penempatan simpanan nonresiden di dalam negeri, serta
tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR). Selain itu, investasi
portofolio selama triwulan III 2021 juga mencatat net inflows yaitu sebesar 1,1
miliar dolar AS, meskipun menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar
4,0 miliar dolar AS, sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang
masih berlangsung.

Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global


yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan
guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan
dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor
eksternal.

5. Pengeluaran dari rumah tangga (konsumsi rumah tangga)


Berdasarkan data kinerja perekonomian Indonesia kuartal III 2021 yang
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan
pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2021 mengalami
peningkatan 1,03 persen dibanding kuartal III 2020. BPS mencatat bahwa 83,54

14
persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III 2021
disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

BPS menemukan bahwa penjualan eceran untuk komoditas makanan,


minuman, dan tembakau tumbuh sebesar 5,79 persen dibanding kuartal III 2020.
Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit juga ikut mengalami
pertumbuhan, yakni sebesar 9,42 persen dibanding kuartal III 2020. Untuk
diketahui, penggunaan uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit mengalami
penurunan sebesar 8,75 persen pada kuartal III 2020.

Namun penurunan terjadi di sejumlah komponen. Seperti komoditas


sandang yang menurun 14,27 persen dibanding tahun lalu, suku cadang dan
aksesoris menurun 9,29 persen, serta peralatan informasi dan telekomunikasi
menurun 32,38 persen.

15
Penurunan juga terjadi pada jumlah angkutan rel dan udara, baik
domestik maupun internasional. Pada angkutan rel, jumlah penumpang menurun
40,1 persen, sedangkan jumlah penumpang angkutan udara mengalami
penurunan sebesar 23,3 persen.
Untuk diketahui, perekonomian Indonesia pada kuartal III 2021
mengalami pertumbuhan sebesar 3,51 persen bila dibandingkan dengan kuartal
yang sama di tahun sebelumnya. Namun pertumbuhan itu masih belum
mencapai level yang sama pada kuartal III 2018-2020, yang mampu tumbuh 3-5
persen.
Menurut Kepala BPS Margo Yuwono, hal ini dikarenakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat selama Juli-Agustus.
Pembatasan itu diberlakukan untuk menekan kasus Covid-19 yang melonjak.
Akibatnya, mobilitas masyarakat pun terbatas dan itu akhirnya mengganggu
aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Mobilitas penduduk meningkat kembali
pada September seiring dengan pelaksanaan vaksinasi yang semakin masif dan
peningkatan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Dua hal tersebut menambah
kepercayaan diri untuk beraktivitas. Tetapi secara keseluruhan mobilitas
penduduk lebih rendah dibandingkan triwulan II 2021 ataupun 2020.
6. Pengeluaran Pemerintah
Pandemi Covid-19 'menghantui' Indonesia sejak bulan Maret 2020. Virus
Corona ini pertama kali muncul pada tahun 2019 dari salah satu pasar hewan di
Wuhan, China. Penyebaran virus ini adalah dari manusia ke manusia yang
berinteraksi hingga menyebar ke seluruh negara. Dampak yang terjadi pada
perekonomian Indonesia adalah Pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang
mengalami penurunan tajam hingga -5.32% (berdasarkan data triwulan II 2020).
Saat ini perekonomian Indonesia sudah berada dalam zona resesi karena
pertumbuhan negatif pada kuartal II dan III tahun ini. Ekonomi Indonesia pada
kuartal II 2020 telah mengalami kontraksi 5,32%, dan Menteri Keuangan telah
memastikan bahwa kontraksi pada kuartal III 2020 akan berada di kisaran -2,9%
hingga -1% (Prof. Candra Fajri Ananda Ph.d).
Menghadapi besarnya tekanan ekonomi akibat Covid-19, APBN Indonesia
berupaya keras untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia agar tak kian larut
dalam resesi yang berkepanjangan dengan melakukan stimulus dan upaya keras
dalam penerapannya. APBN 2020 telah bekerja keras dalam menyelamatkan
16
kesehatan dan ekonomi masyarakat dari serangan Covid. Penurunan penerimaan
negara diiringi dengan kenaikan belanja menjadi keniscayaan yang ada pada
APBN tahun 2020. Pada tahun 2021 mendatang, APBN juga akan tetap digunakan
sebagai instrumen penopang ekonomi. Meski tidak sebesar tahun 2020, defisit
APBN tahun 2021 diperkirakan sebesar Rp 1.000,64 triliun atau 5,7% dari PDB.

Sektor kesehatan menjadi hal utama dalam pengeluaran APBN,


pengeluaran diarahkan untuk mempercepat pemulihan kesehatan pada masa
pandemi. APBN yang dikeluarkan untuk anggaran kesehatan pada APBN tahun
2020 yaitu Rp 2.540.422,5 miliar rupiah. Sedangkan untuk pengeluaran APBN
tahun 2021 yaitu sebesar Rp 2.750.028 miliar rupiah.

Bukan hanya sektor kesehatan saja yang terkena imbas dari virus ini,
hampir seluruh sektor terkena imbasnya bahkan dapat dikatakan bahwa sektor
perekonomianlah yang paling parah dan Indonesia berada pada jurang resesi
perekonomian. Banyaknya sektor ekonomi yang terdampak Covid-19
menyebabkan pemerintah melakukan perubahan target penerimaan maupun
belanja dalam APBN 2020. Data menunjukkan bahwa hingga Desember 2020,
defisit APBN setara minus 6,09% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia
dengan realisasi sebesar 92% dari target tahun ini Rp1.039,2 triliun.

Untuk perlindungan masyarakat, anggaran dana APBN dialokasikan


sebesar Rp 152,7 triliun rupiah. Pengalokasian tersebut berguna untuk menunjang
kebutuhan masyarakat, contohnya adalah dana PKH sebesar Rp 28,7 triliun
rupiah, kartu sembako sebesar Rp 45,1 triliun rupiah, bantuan kartu pekerja
terhadap karyawan yang di-PHK oleh perusahaan dialokasikan dana sebesar Rp
11 triliun rupiah, dukungan program jaminan kehilangan pekerjaan sebesar Rp 5,6
triliun rupiah, dan BLT untuk Desa sebesar Rp 27,2 triliun rupiah, sisanya
dialokasikan untuk cadangan perluasan sebesar Rp 36,16 triliun rupiah.

Lalu, apakah alokasi untuk kebutuhan masyarakat sudah efektif?


Jawabannya adalah tidak efektif. Mengingat mayoritas masyarakat pada masa
pandemi memiliki penghasilan yang rendah dan banyaknya PHK maupun UMKM

17
yang bangkrut, serta daya beli masyarakat yang turun, dan penyaluran bantuan
yang tidak konsisten.

Untuk menunjang pengeluaran negara, pengalokasian APBN dibagi


berdasarkan target prioritas. Anggaran dalam bidang kesehatan gunanya untuk
menguatkan sistem kesehatan nasional. Targetnya berupa vaksinasi, obat, lab,
pelayanan kesehatan, dan pembangunan gedung puskesmas hingga RS rujukan.
Anggaran pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan kompetensi. Dalam
perkembangannya, anggaran pendidikan berangsur-angsur naik hingga Rp 550
triliun rupiah untuk tahun 2021. Alokasi dana untuk perlindungan sosial dan
kesehatan pangan pun turut diberikan guna mencapai pemulihan sosial keluarga
miskin sebagai penunjang kesehatan dan pendidikan.

Dari gambar diatas merupakan respons komprehensif dari pemerintah Indonesia


terhadap pandemi dalam mencegah penurunan ekonomi yang lebih dalam. Yaitu
dengan adanya Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang bertujuan untuk
memperkuat kapasitas perawatan kesehatan dan memberikan dukungan keuangan
kepada rumah tangga dan bisnis yang rentan serta bank sentral mendukung upaya
ini dengan membeli obligasi pemerintah di pasar perdana merupakan suatu
langkah yang luar biasa. Untuk mendukung rencana ini, Indonesia sementara

18
waktu menangguhkan defisit anggaran pra-pandemi sebesar 3 persen dari PDB
hingga 2023. Selain itu, karena adanya rasio utang publik yang relatif rendah dan
pemulihan yang sedang berlangsung, pengembalian utang harus dilakukan secara
bertahap dan dilengkapi dengan rasio utang publik.
Untuk sebagian besar, belanja semua barang dan jasa pemerintah melibatkan
pengorbanan untuk output swasta. Dari sudut pandang ekonomi, program
pemerintah seperti yang diinginkan akan tercipta jika manfaat terhadap
masyarakat melebihi nilai kerugian barang dan jasa sektor swasta.

Dukungan kebijakan dan ekonomi global juga dapat menjadi mobilitas pendorong
utama dan diikuti dengan optimistis negara karena adanya kemajuan program
vaksinasi. Hingga kini pemerintah senantiasa memantau dan mewaspadai
perkembangan kondisi global dan domestik yang sangat dinamis di tengah
ketidakpastian Covid-19 dengan peluncuran vaksinasi yang lambat, pemulihan
diperkirakan akan bertahap selama tahun ini.

Langkah antisipasi diwujudkan dalam RUU Anggaran APBN tahun 2021 untuk
mendorong optimisme dalam mengatasi resesi dengan melakukan kebijakan yang
memfokuskan belanja negara untuk bidang kesehatan, jaring pengaman nasional
(social safety net), dan pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan
masyarakat yang terdampak, serta menjaga stabilitas sektor keuangan.

19
7. Eksport dan impor
Nilai ekspor Indonesia November 2021 mencapai US$22,84 miliar atau
naik 3,69 persen dibanding ekspor Oktober 2021. Dibanding November 2020 nilai
ekspor naik sebesar 49,70 persen.Ekspor nonmigas November 2021 mencapai
US$21,51 miliar, naik 2,40 persen dibanding Oktober 2021, dan naik 48,38 persen
dibanding ekspor nonmigas November 2020.Secara kumulatif, nilai ekspor
Indonesia Januari–November 2021 mencapai US$209,16 miliar atau naik 42,62
persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Demikian juga ekspor nonmigas
mencapai US$197,98 miliar atau naik 42,00 persen.Peningkatan terbesar ekspor
nonmigas November 2021 terhadap Oktober 2021 terjadi pada komoditas bahan
bakar mineral sebesar US$211,3 juta (5,39 persen), sedangkan penurunan terbesar
terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$811,4 juta (24,17
persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–
November 2021 naik 35,42 persen dibanding periode yang sama tahun 2020,
demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,03 persen dan ekspor hasil tambang
dan lainnya naik 94,28 persen.Ekspor nonmigas November 2021 terbesar adalah
ke Tiongkok yaitu US$5,41 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,54 miliar dan
Jepang US$1,64 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,61 persen.
Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar
US$4,14 miliar dan US$1,80 miliar. Menurut provinsi asal barang, ekspor
Indonesia terbesar pada Januari–November 2021 berasal dari Jawa Barat dengan
nilai US$30,71 miliar (14,68 persen), diikuti Kalimantan Timur US$22,00 miliar
(10,52 persen) dan Jawa Timur US$21,06 miliar (10,07 persen).
Nilai impor Indonesia November 2021 mencapai US$19,33 miliar, naik
18,62 persen dibandingkan Oktober 2021 atau naik 52,62 persen dibandingkan
November 2020.Impor migas November 2021 senilai US$3,03 miliar, naik 59,37
persen dibandingkan Oktober 2021 atau naik 178,79 persen dibandingkan
November 2020. Impor nonmigas November 2021 senilai US$16,30 miliar, naik
13,25 persen dibandingkan Oktober 2021 atau naik 40,79 persen dibandingkan
November 2020.Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar
November 2021 dibandingkan Oktober 2021 adalah mesin/perlengkapan elektrik
dan bagiannya US$425,5 juta (25,61 persen). Sedangkan penurunan terbesar
adalah serealia US$127,9 juta (26,78 persen).
20
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–
November 2021 adalah Tiongkok US$49,50 miliar (32,42 persen), Jepang
US$13,27 miliar (8,69 persen), dan Thailand US$8,20 miliar (5,37 persen). Impor
nonmigas dari ASEAN US$26,36 miliar (17,27 persen) dan Uni Eropa US$9,65
miliar (6,32 persen).Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–
November 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi
peningkatan pada barang konsumsi US$4.752,5 juta (36,73 persen), bahan
baku/penolong US$38.737,9 juta (41,65 persen), dan barang modal US$4.217,0
juta (19,92 persen).Neraca perdagangan Indonesia November 2021 mengalami
surplus US$3,51 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,20 miliar.
Sedangkan di sektor migas terjadi defisit US$1,69 miliar.

8. PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL


PANDEMI covid-19 masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia.
Pasalnya, kasus aktif virus mematikan itu belum mengarah tajam ke angka nol meski tak
dipungkiri dari waktu ke waktu data menunjukkan kasusnya mulai melandai. Meski
demikian, masyarakat dan semua pihak tanpa terkecuali harus tetap waspada dan diminta
tidak lengah.
Kewaspadaan, kehati-hatian, dan penerapan protokol kesehatan harus tetap secara
disiplin diterapkan. Semua pihak tanpa terkecuali wajib bahu membahu menekan
kebangkitan virus mematikan itu di Tanah Air. Pasalnya, gelombang covid-19 memukul
sangat keras lalu efeknya memicu krisis kesehatan dan imbasnya terhadap krisis ekonomi.
Untungnya, pengendalian kasus virus korona di Tanah Air melalui berbagai jurus yang
diterapkan pemerintah telah membuahkan hasil. Sebut saja seperti
penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), menggenjot
vaksinasi covid-19, hingga terus mengingatkan masyarakat untuk memberlakukan
protokol kesehatan.

Upaya tersebut akhirnya membuat ekonomi Indonesia masih tumbuh positif.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia di triwulan III-2021
terhadap triwulan III-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 3,51 persen (yoy). Dari sisi
produksi, lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 14,06 persen.

21
Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 29,16 persen. Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 mencapai Rp4.325,4
triliun atau atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.815,9 triliun.

Sementara itu, ekonomi Indonesia triwulan III-2021 terhadap triwulan


sebelumnya mengalami pertumbuhan 1,55 persen. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan
III-2021 meningkat di hampir seluruh wilayah, kecuali kelompok di Pulau Bali dan Nusa
Tenggara yang mengalami kontraksi pertumbuhan 0,09 persen.

"Namun, Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 57,55 persen mencatat


pertumbuhan sebesar 3,03 persen," ungkap data BPS. Meski demikian, pemerintah
berkomitmen untuk terus mengimplementasikan kebijakan guna menekan penyebaran
covid-19 dan menstimulus perekonomian yang salah satunya melalui anggaran program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Adapun pemerintah mengklaim berbagai program
selama 2021 telah on-track. Kebijakan belanja countercyclical pemerintah, khususnya
melalui program PEN diklaim telah melindungi masyarakat yang rentan serta
menstimulasi sektor usaha untuk kembali tumbuh positif. Tapi yang disayangkan adalah
realisasi PEN baru mencapai 69,8 persen per 10 Desember 2021.

Berikut rincian realisasi anggaran PEN hingga 10 Desember 2021:


- Bidang kesehatan sebesar Rp143,29 triliun (66,7 persen).
- Perlindungan sosial Rp152,18 triliun (81,5 persen).
- Insentif usaha Rp62,86 triliun (100 persen).
- Program prioritas Rp83,64 triliun (70,9 persen).
- Dukungan UMKM dan korporasi Rp77,73 triliun (47,9 persen).

Adapun program yang baru adalah jaminan kehilangan pekerjaan yang merupakan
turunan dari UU Cipta Kerja. Perubahan alokasi untuk beberapa komponen PEN di
antaranya penanganan kemiskinan ekstrem, program padat karya, dan jaminan kehilangan
pekerjaan. Sebagian sektor pariwisata sangat terbantu dengan bantuan subsidi upah
demikian pula dengan sektor ritel. Pemerintah membuat beberapa jaring seandainya salah
satu sektornya mengalami kendala oleh operasionalisasi dan administrasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2021. “Ekonomi Makro: Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Kebijakan &
Penerapannya di Indonesia” https://www.gramedia.com/literasi/ekonomi-makro/.
Diakses pada 20 Desember 2021.

Ayu, M. Badan Pusat Statistik. 2021. Tingkat Kesempatan Kerja Nasional Naik Jadi 93,74%
pada Februari 2021.

Bratadharma, Angga. 2021. “Peduli dan Lindungi via Anggaran Pemulihan Ekonomi
Nasional” https://www.medcom.id/ekonomi/makro/0k8Xox9k-peduli-dan-lindungi-
via-anggaran-pemulihan-ekonomi-
nasional#:~:text=Berdasarkan%20data%20Badan%20Pusat%20Statistik%20%28B
PS%29%2C%20ekonomi%20Indonesia,kegiatan%20sosial%20mengalami%20pert
umbuhan%20tertinggi%20sebesar%2014%2C06%20persen. Diakses pada 20
Desember 2021.

Dewanto, Fadjar. 2021. “Perkembangan Ekspor dan Impor November 2021”


https://www.beritadaerah.co.id/2021/12/15/perkembangan-ekspor-dan-impor-
november-2021/. Diakses pada 20 Desember 2021.

Haryono, Erwin. 2021. “Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan III 2021 Surplus, Ketahanan
Eksternal Terjaga” https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-
release/Pages/sp_2330521.aspx. Diakses pada 20 Desember 2021.

Hasanudin, Nurul. Badan Pusat Statistik. Perkembangan Indek Harga Konsumen/Inflasi


November 2021.

Javier, Faisal. 2021. “BPS: Konsumsi Rumah Tangga Kuartal III 2021 Tumbuh 1,03 Persen
Dibanding Kuartal III 2021” https://data.tempo.co/data/1257/bps-konsumsi-rumah-
tangga-kuartal-iii-2021-tumbuh-103-persen-dibanding-kuartal-iii-2020. Diakses
pada 20 Desember 2021.

Kemenkeu. 2021. “Menkeu: Pendapatan Negara emester I Tahun 2021 Tumbuh 9,1 Persen”
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-pendapatan-negara-semester-
i-tahun-2021-tumbuh-9-1-persen/. Diakses pada 20 Desember 2021.

23
Octavianti, Dewi. 2021. “Menggali Lebih Dalam Efektivitas Pengeluaran Pemerintah
Berdasarkan APBN Selama Masa Pandemi”
https://www.kompasiana.com/dewiokta1235/617a950006310e79f5373102/menggal
i-lebih-dalam-efektivitas-penggeluaran-pemerintah-berdasarkan-apbn-selama-masa-
pandemi?page=all#section1. Diakses pada 20 Desember 2021.

Prameswari, Safira Audi. 2021. “Tingkat Kesempatan Kerja saat Pandemi Covid-19”
https://www.kompasiana.com/safiraaudiprameswari3031/61bb09d006310e1bb4636
a72/tingkat-kesempatan-kerja-saat-pandemi-covid-19. Diakses pada 20 Desember
2021.

24

Anda mungkin juga menyukai