Anda di halaman 1dari 44

POLITIK HUKUM NASIONAL DAN KEDUDUKAN HUKUM

ISLAM
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Politik Hukum Keluarga Islam di Indonesia
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A

Dr. Khamami Zada, MA., MDC

Oleh:

Muhammad Ibnu Najib (21200435000011)

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1443 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembentukan hukum memiliki kekhasannya sendiri. Oleh
karena hukumtidak dibentuk di ruang hampa sehingga terhindar
dari aspek-aspek lain di luarhukum. Hukum tidak bisa menghindar
dari berbagai aspek yang timbul di zamanini. Pengaruh tersebut
menimbulkan dinamika dalam pembentukan hukum. Setidaknya,
hukum dalam pembentukanya dipengaruhi oleh lima aspek
diantaranya; sumber hukum, filsafat hukum, tujuan hukum,
legislasi hukum dan fakta-fakta sosial.11
Indonesia adalah Negara dengan mayoritas penduduknya
penganut agama Islam. Populasi ini adalah populasi besar yang
pada setiap dinamikanya memerlukan perhatian. Salah satu bentuk
perhatiannya adalah dengan memberikan keleluasaan dalam
beribadah. Jaminan beribadah diberikan landasannya dalam sila
Pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Turunan
daripada sila pertama ini secaraeksplisitdiatur dalam UUD 1945.
Pengaturan jaminan beribadah dituangkan dalam Pasal
28E ayat (1) dan (2) serta Pasal 29. Jaminan ini tidak bersifat
parsial, namun secara komprehensif diterapkan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Meskipun begitu, populasi yang besar serta tuntutan
pelaksanaan beragama Islam yang besar, haruslah mendapatkan
perhatian yang besar pula.
Negara dalam kapasistasnya sebagai pengambil kebijakan
1
Pada poin keempat, maksud dari legislasi hukum adalah proses hukum.
Di dalam
proseslegislasitidakbisadipungkiriakanterjadikontakkepentingandantukarpikirand
ariparapembentukdanahlihukum.Prosesiniterkadangjustrumenjadipenentuakhird
ari hukum.
secara adil dalam membentuk hukum dengan berorientasi pada
keadilan. Hukum idealnyadibentuk dengan mempertimbangkan
terwujudnya suatu nilai-nilai keadilan.2 Halitu senada dengan
tujuan hukum yang disebutkan oleh Gustav Radbruch yang
menyebutkan bahwa tujuan hukum ada tiga yakni untuk
menwujudkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.3
Salah satu jaminan yang harus diberikan oleh Negara bagi
pemeluk agama Islam adalah jaminan beribadah yang dituangkan
dalam peraturan perundang- undangan di Indonesia. Hal ini adalah
tujuan daripada hukum, yaitu untuk menwujudkan keadilan.
Keadilan tidak selalu berbicara persamaan, namun juga berbicara
soal kebutuhan dan kepentingan selama tidak merugikan pihak
lainnya.
Selain daripada itu, Indonesia adalah Negara dengan
kemajemukan hukum. Hal ini dapat dirunut dari kemajemukan
pemberlakuan hukum diIndonesia, dari hukum Islam, hukum Adat
dan hukum Barat.4 Sehingga pemberlakuan hukum Islam, nyata-
nyata memiliki tempat di dalam hukum Nasional di Indonesia.
Hukum Islam bersama dengan sistem hukum
lainnyasecarabersamaantelahmengisihukumNasionalsesuaidengan
porsidankebutuhannya.
Kajian ini membedah permasalahan politik hukum
nasional dan kedudukan hukum islam, perdebatan tentang syariat
islam dalam penyusunan konstitusi, perdebatan tentang syariat
islam dalam konstituante (1955-1959), dan kedudukan hukum
islam dalam legislasi nasional.
2
Abus Salam,PengaruhPolitikDalam PembentukanHukum
diIndonesia(Mazahib:JurnalPemikiranHukum
Islam,Vol.XIV,No.2(Desember2015)),h. 119.
3
AhmadAli,MenguakTabirHukum(Bogor:GhaliaIndonesia,2011),h.67.
B. Rumusan Masalah
Rincian rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana politik hukum nasional
2. Bagaimana perdebatan tentang syariat islam dalam
penyusunan konstitusi
3. Bagaimana perdebatan tentang syariat islam dalam
konstituante (1955-1959)
4. Bagaimana kedudukan hukum islam dalam legislasi nasional

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa hal
penting, yaitu:
1. Memahami politik hukum nasional
2. Mengetahui perdebatan tentang syariat islam dalam
penyusunan konstitusi
3. Mengetahui perdebatan tentang syariat islam dalam
konstituante (1955-1959)
4. Mengetahui kedudukan hukum islam dalam legislasi nasional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Politik Hukum Nasional


Politik merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
dan merumuskan suatu tujuan tertentu. Cara-cara tersebut tentu
bermaksud untuk menentukan kepastian yang menjadi tujuan
untuk menciptakan sistem tata kehidupan yang baik.
Dalam pengertian politik hukum sebagai cara untuk
menjamin terwujudnya kepentingan. Bernard L. Tanya 4
mengatakan bahwa pentingnya kepastian hukum tiada lain adalah
memastikan bahwa hukum (yang berisi keadilan dan norma-norma
yang memajukan kebaikan manusia) benar-benar berfungsi
sebagai peraturan yang ditaati. Dengan adanya kepastian hukum
aturan-aturan itu ditaati sehingga keadilan benar-benar
mendatangkan manfaat bagi kebaikan manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai komunitas.
Politik hukum merupakan seni dalam merencanakan suatu
kepentingan tertentu dalam bentuk tertentu untuk ditampilkan
dalam bentuk ketetapan yang resmi yang ditujukan kepada tujuan
tertentu. Di sisi lain politik hukum sama dengan sistem etika yang
menuntut suatu tujuan harus berdasarkan pada akal sehat yang
dapat diuji dan ketika ditetapkan untuk mencapaianya dapat diuji
dengan barometer “kriteria moral”. Di sini menunjukkan bahwa

4
Bernard L. Tanya, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama,
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2011), h. 2.
politik hukum merupakan sikap aktif dalam menangkap realisme
kehidupan yang terus aktif mencari apa yang seharusnya
berkembang di masyarakat.
Bagi masyarakat Indonesia politik hukum lebih dipahami
sebagai wacana demokrasi yang bebas dan tidak terbatas.
Perbincangan tentang politik dan hukum merupakan konsumsi
yang hangat diperbincangkan, walau terkadang cenderung pesimis
ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan. Hal ini disebabkan
politik dipahami dalam pengertian pragmatis. Absori mengatakan
politik dalam pengertian pragmatis merupakan pemahaman yang
biasa dikenal dalam politik praktis dipahami sebagai cara, alat dan
strategi yang dilakukan seseorang atau partai politik dalam rangka
untuk meraih atau mempertahankan kekuasaan. 5
Ruang lingkup politik hukum menurut Padmo Wahyono
sebagai kebijakan dasar yang menentukan arah bentuk maupun isi
dan hukum yang akan dibentuk yang berupa kebijakan penerapan
hukum dan penegakannya. Ini menunjukkan bahwa ruang lingkup
politik yaitu kebijakan hukum yang akan diberlakukan di masa
yang akan datang (ius constituendum).
Lahirnya bangsa Indonesia pada proklamasi 17 Agustus
detik-detik awal berlakunya sistem hukum nasional. Berbagai
pergolakan dan perdebatan wacana keilmuan hadir memperkokoh
khazanah tentang formulasi sistem tata hukum nasional. Yaitu tata
hukum baru yang berbeda dengan tata hukum colonial, tata hukum
nasional yang mencerminkan cita-cita hukum Indonesia dan
menjadi sarana bagi masyarakat Indonesia untuk menanggulangi
masalah-masalah aktual yang dihadapinya.

5
Absori, Politik Hukum Menuju Hukum Progresif, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2013), h. 1.
Walau demikian bukan berarti bahwa sejak saat itu telah
lahir tata hukum nasional yang betul-betul tata hukum nasional
dalam arti yang sesuai dengan cita-cita masyarakat Indonesia. Hal
ini bisa berarti sebab sebagai negara yang baru merdeka tetntu saja
belum dapat begitu saja membuat tata hukum yang baru sama
sekali, melainkan berdasarkan pasal 2 aturan peralihan UUD 1945
(yang lahir sehari setelah proklamasi), sistem hukum yang
pluralistis zaman penjajahan masih berlaku bagi negara Indonesia
yang sudah merdeka ini.
Setelah merdeka dari penjajahan, konsekuensi logis adalah
upaya melahirkan sistem pemerintahan baru yang tentunya
melahirkan dinamika hukum dan politik. Karena hukum dan
politik tidak bisa dipisahkan. Maka pada waktu itu terjadi
perdebatan tentang dasar negara dan sistem pemerintahan. Proses
ini tentu melahirkan dinamika politik hukum yang menarik untuk
dicermati.
Ada dua berdebatan dalam menentukan sistem hukum
yang diinginkan. Ada golongan yang menginginkan sistem hukum
merupakan hasil dari kepentingan politik hukum negara penjajah.
Di sisi lain ada harapan sistem hukum merupakan bersumber dari
hukum agama islam. langkah ini dibuktikan dengan kekuatan
poros pendukung Piagam Jakarta, namun salah satu anggota Tim
Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta yaitu Mr. A.A
beragama kristen.
Menurut pandangan Adnan Buyung Nasution, negara dan
masyarakat merupakan kesatuan yang utuh, negara tidak bisa
dipisahkan dan dilepaskan dari masyarakat, dan masyarakat tidak
bisa dipisahkan dan dilepaskan negara.6
Lahirnya Pancasila sebagai groundnorm merupakan
proses panjang dan bukan dalam waktu sekejap, akan tetapi
merupakan refleksi panjang atas rintisan pemikiran para tokoh di
seluruh nusantara. Pancasila merupakan warisan budaya yang
secara implisit berakar dan bersumber dari kebudayaan masyarakat
sebagai nilai-nilai yang tertanam di nusantara. 7
Pengakuan atas Pancasila sebagai dasar tertib hukum juga
diamine oleh organisasi sosial keagamaan seperti Nahdlatul
Ulama’ dan Muhammadiyah pada masa orde baru. Bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum Pancasila, yaitu hukum yang
berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa yang diperuntukkan
untuk kemanusiaan yang adil dan beradab demi terciptanya
persatuan Indonesia yang damai dan bermartabat. Pembentukan
atas semua produk hukum dan aturan hukum lainnya berdasarkan
permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan demi terwujudnya tujuan hukum
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 8

B. Perdebatan Syariat Islam dalam Penyusunan Konstitusi

6
Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di
Indonesia (Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959) judul asli The
Aspiration For Constitutional Government in Indonesia: A Sosio-Legal Study of the
Indonesia Konstituante 1956-1959. Terjemah oleh Sylvia Tiwon (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti, 2001), h. 91.
7
Soerjanto Poespowardojo, Filsafat Pancasila: Sebuah Pendekatan
Sosio-Budaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 16.
8
Pada Munas NU di Pesantren Sukorejo, Situbondo tanggal 21
Desember 1984.
Pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dan
diberlakukannya UUD1945 pada tanggal 17 dan 18 Agustus 1945,
maka kedudukan hukum Islam secara umumtidak diubah dan
masih berfungsi sebagai sistem hukum khusus orang Islam di
bidangtertentu.1KedudukaninidiwujudkanmelaluiketentuanbahwaR
epublikIndonesiaadalahnegara berdasarkan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sila yang dimuat dalam
Pembukaandanpasal129Ayat(1)UUD1945yangsesuaidenganPiaga
mJakarta22Juni1945.Pasal
29Ayat(1)UUD1945diikutidenganAyat(2)yangberbunyi,“Negaram
enjaminkemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan
untukberibadatmenurutagamanyadan kepercayaannyaitu”. UUD
1945 menggariskan bahwa, Indonesia tidak menjadi negara
sekular sepertiNegara Barat dan Negara Komunis. Indonesia tidak
menjadi negara agama atau
negaraIslamsepertibeberapanegaradiTimurTengah.SesuaisilaKetuh
ananYangMahaEsa, Indonesia menganut negara agama terbuka
atau negara dengan kebebasan bernegara.Dalam model seperti ini,
Hukum Islam tidak boleh menjadi sistem hukum yang absolutbagi
segala lembaga pemerintahan atau seluruh Indonesia, namun ia
hanya mempunyaikedudukansebagaimanaditetapkan
padamasaBelanda.

KedudukanHukumIslamtersebutdikukuhkanmelaluikeb
erlakuanperaturanperundanganBelanda.KebijakanPemerintahRe
publikIndonesiasejaktahun1945bertujuanuntukmencapaikepasti
anHukumIslam.Namundemikian,PemerintahRepublikIndonesiai
nginmencabutdanmembatasiwewenangnya.KepastianHukumIsl
amdimulaidengan UU No.22/1946. UU tersebut mengatur
pencatatan nikah, talak, dan rujuk
untukorangIslamdanmencabutperaturanperundanganBelandayan
gtidakjelas.Selainitu,UUNo.22/1946 mengandung jadwal
penyusunanKompilasiHukum Islam.
Selanjutnya, Pasal 35 Ayat (2) UU No.
19/1948menyatakan: “Perkara-
perkaraperdataantaraorangIslamyangmenuruthukumyanghidupd
iperiksadandiputusmenuruthukum agamanya dan diputus oleh
Pengadilan Negeri yang terdiri atas seorang
HakimyangberagamaIslamsebagaiketuadanduaoranghakimahlia
gamaIslamsebagaianggotayangdiangkatolehPresidenatasusulMe
nteriAgamadenganpersetujuanMenteriKehakiman”. 9
Indonesia mengalami sejarah panjang dalam pergantian
konstitusi. Mulai dari penetapan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai konstitusi pertama yang berlaku mulai 18 Agustus
1945-27 Desember 1949. Kemudian berganti dengan Konstitusi
RIS pada 27 Desember 1949-17 Agustus 1950. Berganti lagi
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara yang berlaku mulai
17 Agustus 1950-5 Juli 1959. Namun Dewan Konstittuante
yang bertugas menyusun undang-undang baru tidak berhasil
membuat undang-undang baru sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang merupakan
jalan keluar untuk menyelamatkan negara dari ketidakpastian. 10
Dalam setiap fase konstitusi terdapat pergolakan
pendapat dengan golongan agamawan, berikut penjelasannya:
a. Fase Undang-Undang Dasar 1945
UntukmenggantikanUUDSementara1950,makadilakukan
sebuahcarakonstitusionalyaitupemilhanumumagamadanbertujuan
9
AbdulHalim,Politik HukumIslamdiIndonesia(Jakarta:
CiputatPress,2005),h.76-77.
10
Kus Eddy Sartono, Kajian Konstitusi Indonesia dari Awal Kemerdekaan
Sampai Era Reformasi, HUMANIKA, Vol 9 No 1, 2009, h. 93-106.
membentukmajeliskonstituante,tugasnyaadalahmembuatundang-
undangataukonstitusibarusebagai pengganti dari UUD Sementara
1950. Berdasarkan pasal 134 UUDS
1950merupakandasaruntukmembentukUUD.Dalamkonstituantete
rsebutberanggotakan 550 orang hasil pemilu 1959. Dan pada
tahun yang sama,
konstituateinitidakdapatmelahirkankonstituantebaru,bahkanpadat
ahuntersebut,lahir gagasan dari presiden Soekarno berupa konsep
demokrasi terpimpin.11
Konstitusiadalahsegalaketentuandanaturantentangketatan
egaraan;undang-undang dasar suatu Negara. Departemen
Pendidikan Nasional
RI.Dalampengertianterminologisnya,konstitusididefinisikanantar
alain: “Hukum organik dan dasar dari sebuah negara, tertulis atau
tidak tertulis,
yangmenegakkankarakterdankonseppemerintahan,membentangk
anprinsip-
prinsipdasaryangmenjadiacuandalamkehidupaninternal,bangsaata
uNegaratersebut,mengorganisirpemerintahan,danmengatur,mendi
stribusikandanmembatasifungsi-
fungsiberbagaidepartemensertamenjelaskancakupandanbentukpel
aksanaankekuasaan-kekeuasaanyangberdaulat. 12
Sedangkankonstitualismeadalahkonsepatauteoripemerint
ahankonstitusional atau keterikatan kepada teori tersebut.
Konstitusionalisme antara
laindapatdigambarkandenganpiramidaHansKelsendalamPureThe
orylaw.Padaujung paling atas terdapat grundnorm (norma dasar)
berupa UUD yang mengilhamitangga-tangga peraturan
11
Rifyal Ka’bah, Hukum Islam Sebagai Hukum Negera di Indonesia,
(Purwokerto: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2010), h. 1
12
Rifyal Ka’bah, Hukum Islam Sebagai Hukum Negera di Indonesia,
(Purwokerto: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2010), h. 2.
perundang-undangan yang ada di bawahnya, yaitu TapMPR, UU,
Perpu, PP, Kepres, dan Perda. Peraturan perundang-undangan
yang lebihrendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebihtinggi.Sistem seperti iniberlaku
hampir di semuanation-stateyangberdasarkankonstitusi dan
kedaulatan hukum, termasuk Negara Republik Indonesia, sesuai
rincipasal-pasalyangditetapkanolehmasing-masingkonstitusi.
JikadilihatkedudukanhukumIslamdalamUUD1945,ketika
menjelangproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para
pejuang dan tokoh-tokoh
bangsatelahmerumuskanbentuk,dasar,dantujuannegaraRepublikI
ndonesia,sebagaimana terlihat dalam rancangan konstitusi negara
tersebut. Panitia PersiapanKemerdekaan Indonesia (PPKI) telah
menerima hasil kerja Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 13tentangRancangan Undang-
UndangDasar negaraRepublikIndonesia.
Namunketikaberhubungandengankonsepsidasarnegara,m
akaterjadideadlock.Terdapatduakelompokyangberdebatyangterdi
ridarikelompokmenjadikan prinsip sebagai sebuah konsepsi
negara dan sebaliknya kelompok yanglain meninginkan sebgai
Islam sebagai sebuah konsepsi negara. Sumber
perbebatantersebutlahirdarisudutpandangyangberbedamengenaik
orelasinegaradanagama,dari68anggotaBPUPKI,hanya15orangya
ngkonsistendansebagairepresentasipoltikdanideologiumatIslam.A
nggotaBPUPKIselain15orangtersebut dapat dikatakanbersepakat
tidak menerima Islam menjadi dasar negarabagi Indonesia. Inilah
faktor terciptanya deadlock,sehingga muncul panitia
sembilanyangbertugassebagaiproblemsolvingterhadapdeadlockte
rsebut.
13
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 83-85.
KelompokyangkonsistenIslamsebagaidasarnegaramengut
usempatperwakilannyayaituAbikusnoTjokrosujoso(PSII),Abdulk
aharMuzakir(Muhammadiyah),H.A.Salim(Penjadar),WachidHasj
im(NU).Limaanggotalainnya adalah Soekarno, Mohammad
Hatta, A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo,
danMuhammadYamin. 14

Tim perumus berhasil mencapai kompromi tentang


landasan falsafah Negarayang dituangkan dalam suatu naskah
rancangan pembukaan Undang-Undang Dasaryang disahkan
tanggal 22 juni 1945, yang oleh Mohammad Yamin disebut
denganpiagamJakartaatauJakartaCharter.Sebagaidiketahui
bahwakonsepsi dasar negaraIndonesiatermuat
dalampiagamJakartadandiberinamadengan Pancasila.
Jikadianalisissecaraseksama,kedudukanhukumIslamdala
mrancangannaskahkonstitusiIndonesiamerdeka,denganjelasterlih
atbahwakedudukanhukum Islam dirumuskan secara eksplisit dan
mempunyai posisi yang kuat sebagaicita hukum (rechtsidee).
Rumusan cita hukum ini terdapat dalam naskah PembukaanUUD
yang kedudukannya jika dilihat dari sudut pandangan teori
hukum murniHans Kelsen dan Nawiasky berada lebih tinggi
daripada pasal-pasal UUD. Rumusanitu adalah
staatsfundamentalnorm atau pokok kaedah fundamental Negara,
sepertiditerjemahkanolehNotonagoro.
NamunrumusanpiagamJakartamenjadimentahkembalipa
dasaatrangcangan naskah konstitusi Indonesia merdeka itu akan
disahkan oleh PPKI padatanggal 18 Agustus 1945. 15Tujuh kata

14
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 89.
15
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 92.
pada sila
pertamadalampiagamJakartaolehPPKIdigantidengankata“YangM
ahaEsa”danditambahkanpadakata“Ketuhanan”sehinggasusunanr
umusannyadalampembukaan itu menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Kata-kata ketuhanan YangMaha Esa di dalam
pembukaan itu ditegaskan kedudukannya dalam batang
tubuhUUD1945 pasal29 ayat 1. 16

Dengan pencoretan rumusan dalam piagam Jakarta,


kemudian disusul denganpencoretan syarat presiden haruslah
beragama Islam sebagai kensekuensinya, makakedudukan
hukum Islam dalam UUD 1945 dalam periode pertama
berlakunya ininampakmenjadisamar-
samar,tidaksetegasrancangannaskahnyasebagaimanadisepakatiol
ehBPUPKI.Tokoh-
tokohgolonganIslammenerimapencoretanitu,agaknyadidasarkan
kepadaduapertimbangan agama.
Pertama, adanya keadaan yang mendesak pada hari-hari
pertama kemerdekaan,ketika rasa persatuan harus lebih
dikedepankan untuk mempertahankan proklamasikemerdekaan
dari ancaman Jepang yang meskipun telah kalah perang tetapi
masihmemiliki persenjataan yang lengkap,maupun ancaman dari
pihak Belanda yangtelahbersiap-
siapuntukmengambilalihwilayahIndonesiayangselamatigasetenga
htahunlamanyaberadadibawahkekuasaaantentarapendudukanJepa
ng.
Kedua,tokoh-
tokohIslammenyadaribahwaUUDyangdisahkanpadatanggal
18Agustus1945adalahUUDsementara.Soekarnosendirisebagaiket
uaPPKI

16
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Samarinda: Raja
Grafido Persada, 2006), h. 234.
mengingatkansemuaanggotabadanitubahwaUUDyangdisahkanitu
adalah“Undang-UndangDasarSementara.,Undang-
Undangdasarkilat,suaturevolutiegrondwet. Nanti, katanya, jika
keadaan telah memungkinkan, akan dibentuk
MajelisPermuswaratan Rakyat melalui pemilihan umum. Badan
inilah nantinya yang akanmembuat UUDyangbersifattetap. 17
b. Fase Konstitusi RIS
Kemerdekaan negara Republik Indonesia yang dicapai
melalui revolusi
padatahun1945ternyatamendapattantanganbaikdariluarnegeri.Bel
andasebagaibekaspenjajahnegeriini,dengansendirinyatidakrelade
ngankemerdekaanIndonesia.Karenaitu,denganmemboncengsekut
u,pasukanBelandamemasukiwilayahIndonesiapadaakhirAgustus1
945.Merekadatangkembaliuntukmenegakkankekuasaanjajahanny
adanberusahauntukmenghapuskanNegaraRepublik Indonesia.
Kehadiran pasukan Belanda dan pemerintah
sipilnya(NICA,NetheralndsIndiesCivilAdministration)mendapatp
erlawanansengitdariparapejuang,baikmelaluipertempuranmaupun
diplomasi.
Melalui berbagai pertempuran, Belanda berhasil
menguasai kembali sebagianwilayah Indonesia. Di daerah-daerah
yang dikuasai ini, Belanda mendirikan negara-negara kecil yang
bertujuan untuk mengepung Republik Indonesia yang sejak
awaltahun1946telahmemindahkanpusatpemerintahannyakeYogy
akarta.Negara-
negarayangdidirikanolehBelandainiberhimpundalamsuatuwadah
permusyawaratan federal yang dinamakan dengan istilah BFO.
Dalam
perundinganantaradelegasiIndonesiadandelegasiBelandapadatahu
17
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 94-95.
n1947,dapatdicapaipersetujuanLinggarjati.
Pokok-pokok persetujuan itu antara lain ialah bahwa
kedua pihak sama-samaberitikad untuk menyelesaikan
persengketaan dan mengakhiri permusuhan dengansama-sama
mencari jalan keluar dari kesulitan. Jalan keluar yang disepakati
itu ialah,baik Belanda maupun Republik Indonesia secara
bersama-sama akan membentukNegara republik Indonesia
Serikat (RIS). Antara RIS dengan Kerajaan Belanda
akandijadikan suatu ikatan yang dinamakan Uni Indonesia
Belanda dengan ratu
Belandasebagaiketuanya.PersetujuanLinggarjatiinimendapatbany
aktantangandaridalam negeri, tetapi akhirnya sidang pleno KNIP
di Malang memberikan
ratifikasikepadaperjanjianyangdidatangkanolehperdanamenteriSu
tanSjahrir.
Dalam konteks pembentukan RIS itulah disusun
rancangan konstitusi baru olehtiga pihak, yaitu Republik
Indonesia, BFO, dan Kerajaan Belanda.Soepomo salahsatu tokoh
penting dalam proses penyusunan UUD 1945, diangkat menjadi
ketua timRepublik
Indonesiadalamperundinganpenyusunankonstitusi
baruini.Hasilnyalahirlah konstitusi Indonesia Serikat yang mulai
berlaku di seluruh wilayah RIS padatanggal27 Desember1949. 18
Dengan berlakunya Konstitusi RIS, UUD 1945
dinyatakan tidak berlaku sebagaiKonstitusi Republik Indonesia.
Konstitusi RIS terdiri atas mukaddimah dan
batangtubuhyangterdiriatas197pasal,tanpapenjelasanresmi.
Mengenal landasan falsafah negara, mukaddimah konstitusi RIS
menyebutkan
18
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 102.
bahwanegaraituberdasarkan“pengakuankeTuhananYangMahaEs
a,PeriKemanusiaan,Kebangsaan, kerakyatan dan Keadilan
Sosial”. Inilah pokok-pokok dari cita
negaradancitahukumyangdikandungolehmukaddimahKonstitusiR
IS.19
Rumusan-rumusan itu tidak secara eksplisit
menghubungkan dengan Islam.,meskipundilihatdarisudutprinsip-
prinsipyangdikandung,iamenunjukkankesejalanan dengan
prinsip-prinsip Islam melalui suatu interpretasi substansi
yanghati-hati. Meskipun kemungkinan keterkaitannya dengan
Islam tetap ada,
namunmukaddimahKonstitusiRIStidakmemberikanpenegasanten
tangkedudukanhukum Islam sebagaimana dalam naskah
rancangan UUD 1945 yang dihasilkan olehBPUPKI.
.Dalampasal18KonstitusiRISdikatakan bahwa “ setiap
orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsafan batin,
danagama”. Tetapi pasal ini juga mengakui kebebasan setiap
orang, baik secara
pribadimaupunkelompokuntukberpindahagama,baikdilakukansec
aradiam-diammaupundilakukansecara terbukadidepanumum. 20
Meskipunrumusanpasal18KonstitusiRISmengandungsem
angatliberal,pasalitusekaligusmenjaminkebebasanbagisetiaporan
guntuk“mengajarkan,mengamalkan,beribadat,mentaatiperintahda
naturan-aturanagama,sertamendidikanak-
anakdalamimandankeyakinanorangtuamereka”.Rumusanseperti
itu nampaknya menempatkan negara pada posisi netral dalam

19
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 102.
20
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 104.
hubungannyadengan agama. Secara tersirat pasal ini
menempatkan agama menjadi urusan pribadimasing-masing,
keluarga, dan lembaga-lembaga keagamaan belaka, bukan
urusannegara.
DalamkonteksitulahdapatdimengertipandanganHazairinb
ahwamukaddimah Konstitusi RIS yang menyebutkan Ketuhanan
Yang Maha Esa sebagaisalah satu landasan falsafah Negara
hanyalah “Pancasila palsu” sebagai lipsservicebelaka. Pandangan
Hazairin ini dapat dipahami karena meskipun dalam cita
negaradancitahukumyangterkandungdalammukaddimahKonstitu
siRIS,masihterdapat kemungkinan persesuaiannya dengan
prinsip-prinsip Islam, tetapi
dalamBatangTubuhKonstitusiitu,citaNegaradancitahukumtaditid
aktercermindenganjelas.Bahkandilihatdarirumusanpasal18tadi,int
erpelasiunsurLiberalismenampaklebihmenonjoldibandingkanden
ganimplementasicitamasyarakat(volksgreemenschapsidee)baikda
lamIslamMaupundalamcitamasyarakat adatsuku-
sukubangsaIndonesia. 21

HanyabeberapaminggusetelahRISdibentuk,usaha-
usahauntukmembubarkan negara-negara bagian ciptaan Van
Mook itu segera dilakukan. Padaawal 1950, negara bagian RIS
tinggal tiga Negara saja, yaitu Republik
Indonesia,NegaraSumateraTimur,danNegaraIndonesiaTimur.Pe
merintahfederalRISmaupunpemerintahRepublikIndonesiayangbe
rkedudukandiYogyakartadihadapkan kepada berbagai kesukaran
dalam berbagai usaha untuk menyatukanketigaNegara
bagianinike dalam sebuahnegara kesatuan.
Dalamsuasanakritisdiatas,salahseorangtokohgolonganaga
maIslamMuhammadNatsir,mengajukansebuahkonsepsiuntukmel
21
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 105.
eburketiganegarabagianRISitukedalamNegaraKesatuanRepublikI
ndonesiamelaluisuatuperundingansegitiga.KonsepsiNatsirinidiaju
kansebagaisebuahmosiyangkemudian dikenal dengan sebutan
“Mosi Integral Natsir” dan mendapat
dukungansuaramayoritasparlemensementaraRIS.
PerdanamenteriRIS,MohammadHattaakhirnyamelaksana
kanmosiparlemen RIS itu persetujuan ketiga Negara bagian itu
dengan RIS dicapai padatanggal 19 Mei 1950. Semuanya sepakat
untuk membentuk kembali Negara
KesatuanRepublikIndonesiasebagaijelmaandaripadaRepublikInd
onesiaberdasarkanproklamasi17Agustus1945.Pembentukankemb
aliNegaraKesatuanRepublikIndonesia itu akhirnya dapat
dilakukan secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1950.Dengan
demikian, Konstitusi RIS pun dengan resmi dinyatakan tidak
berlaku lagidan digantikan dengan Undang-undang dasar
sementara Republik Indonesia, yangkemudiandikenaldengan
sebutan UUDsementara1950.
c. Fase Undang-Undang Dasar Sementara 1950
Sebagai tindak lanjut dari piagam kesepakatan
pembentukan kembali
NegaraKesatuanRepublikIndonesia,dibentuklahdelegasiperundin
gantaraRepublikIndonesiadenganRISuntukmerumuskandraftkons
titusibaru.DelegasiRISdipimpin oleh Menteri Kehakiman
Soepomo tokoh yang telah memainkan perananpenting dalam
perumusan dua konstitusi sebelumnya, sedangkan delegasi
republikIndonesia dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Mr.
abdul Hakim, seorang
tokohPartaiMasyumiyangsebelumnyamenjabatsebagaiGubernurS
umateraUtara.22
22
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 105.
Hasil perundingan kedua delegasi di atas, masing-masing
diterima, baik
olehparlemendanSenatRISmaupunolehBadanPekerjaKNIPsebaga
iparlemensementara Republik Indonesia. Berdasarkan
penerimaan badan-badan perwakilanini, akhirnya Undang-
undang dasar Sementara Republik Indonesia disahkan
olehPresiden RIS Soekarno pada tanggal 15 Agustus 1950, dan
dinyatakan mulai
berlakuduaharikemudian,tanggal17Agustus1950.UUDsementarat
erdiriatasMukaddimahdanBatangTubuh146pasaltanpapenjelasanr
esmi.Jadi,jikadibandingkan dengan konstitusi RIS yang terdiri
atas 197 pasal, jelaslah bahwa UUDSementarainilebihsingkat
daripadakonstitusiyangdigantikannya.
Dilihatdarisudutmukaddimahnya,tampaknyatidakadaperb
edaanyangprinsipil antara Mukaddimah Konstitusi RIS dengan
Mukaddimah UUD
Sementara1950,kecualiperubahandarifederalismemenjadiNegara
kesatuan.Landasanfalsafah negara dalam Mukaddimah UUD
sementara 1950 menggunakan
rumusanyangsamadenganKonstitusiRIS,yaituKetuhananYangMa
haEsa,PeriKemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan
Sosial. Rumusan-rumusan
inisepertitelahdikemukakanketikamembahasMukaddimahKonstit
usiRIStetapmemberikanpeluanguntukmencarititiktemunya
dengan prinsip-prinsipIslam.
Asas Ketuhanan Yang Maha Esa, memang memerlukan
tafsir tertentu untukmemahami kaitannya dengan agama. Dilihat
dari perspektif Islam, asas ini dapatdicari kesejalanannya dengan
asas-asas ajaran Islam tentang ketuhanan. Meskipundemikian,
rumusan kedudukan hukum Islam dalam Mukaddimah UUD
Sementara1950 ini masih samar-samar dan kurang jelas,
terutama jika dibandingkan dengandraft naskah UUD 1945 hasil
perumusan BPUPKI, ataupun dalam pembukaan
UUD1945dalammasaberlakunyapadaperiodeyangpertama,meski
punbeberapaperkataandalam Piagam Jakarta telah dihapuskan.
Kesamar-
samarankedudukanhukumIslammasihdirasakandalamBatangTub
uh UUD Sementara 1950. Namun Konsistensi antara asas
Ketuhanan Yang MahaEsa di dalam Mukaddimah dengan asas
pengaturan kehidupan agama lebih
jelasdibandingkandenganKonstitusiRIS.AsasKetuhananYangMa
haEsayangdijumpai dalam mukaddimah, dikemukakan lagi
dalam pasal 34, yang
mengatakan“NegaraberdasaratasKetuhananYangMahaEsa”dan“
Negaramenjaminkemerdekaantiap-tiappenduduk untuk memeluk
agamanyamasing-masing danuntuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu”. Rumusan semacam
inisamadenganrumusandalampasal29UUD1945,tetapitidakdijum
paidalamKonstitusiRIS.RumusandasarKetuhananYangMahaEsaj
aminankebebasanberagama ini, cukup menjadi materi pengaturan
hukum di bidang-bidang tertentuyangdijiwaiolehhukumIslam.23
d. Fase Undang-Undang Dasar 1945 periode kedua
UntukmenggantikanUUDSementara1950,makadilakukan
sebuahcarakonstitusionalyaitupemilihanumumdanbertujuanmem
bentukmajeliskonstituante,tugasnyaadalahmembuatundang-
undangataukonstitusibarusebagai pengganti dari UUD Sementara

23
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 105.
1950. Berdasarkan pasal 134 UUDS
1950merupakandasaruntukmembentukUUD.Dalamkonstituantete
rsebutberanggotakan 550 orang hasil pemilu 1959. Dan pada
tahun yang sama, konstituateini tidak
dapatmelahirkankonstituantebaru, bahkanpada tahun
tersebut,lahirgagasandaripresidenSoekarnoberupakonsepdemokra
siterpimpin.
Sejaktahun1959,dilakukanpemungutansuarayangberorent
asiuntukmengharapkanIndonesiakembalipadaUUD1945.Adatigas
erangkaianpemungutan suara yang dilakukan , akan tetapi saat
itu tidak quarum,
maksudnyajumlahsuaratidakterpenuhi2/3darijumlahtotalsuarayan
gada. Karena suara tidak quarum maka dilakukan voting
sebanyak tiga kali. Dari hasil votinh tersebut,terjadi walk out
dalam sidang tersebut, sehingga presiden Soekarno memandang
iniadalahsituasikritis,makaiamengeluarkandekritPresidenpada5Ju
li1959sekaligus “ mencabut nyawa”lembagatersebut.
Patut diingat bahwa substansi dari dekrit presiden yang
tertanggal 5 Juli 1959tersebut di atas adalah pembubaran
UUDSementara dan diberlakukannya
kembaliUUD1945.Dandalamsalahsatubunyikonsiderandaridekritt
ersebutyangdinyatakan oleh Presiden Soekarno bahwa piagam
Jakarta merupakan spirit bagiUUD1945.
Ada hal yang menarik yang terjadi dalam wacana
kembali kepada UUD
1945danmaksudpengakuanpiagamJakartaterhadapUUD1945.Pad
asaat anggotaDPR, bapak Anwar Haryono dari Partai Masyumi
dan bapak H.A Sjaichu (NU)
yangkeduanyamenayakanhaltersebut.DanbapakJuandaselakuper
wakilandaripemerintah memberikan jawaban dari kedua anggota
DPR tersebut (bapak
AnwarHaryonodanH.ASjaichu)denganmengatakanbahwapiagam
Jakartamempengerahuisecara simultanPembukaandan pasal29
UUD1945.
DalampembukaanUndang-UndangDasar1945pokok-
pokokpikiranyangmenjiwaiperwujudancita-
citahokumdasarNegaraadalahPancasila.Dengandemikian bangsa
Indonesia mempunyai dasar-dasar ataupun sumber tertib
hokumbaru, hokum yang mencerminkan kepribadian bangsa
Indonesia untukmengaturtata tertib hidup bangsa dan masyarakat
Indonesia baru yang bebas dari sisa-sisa cirizamanpenjajahan.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan fundamen
filsafat (Philoso phischegrondslag), yang di atasnya dibangun
Indonesia merdeka. Pancasila sebagai StaatsFundamental Norm,
terdiri dari dua lapisan, yaitu fundamen moral (etika, agama)
danfundamenpolitik.HubunganyangeratantaraPancasilasebagaida
sarNegara,denganUUD1945sebagai
hokumdasar,membawapengaruhkepada tatanilai,corak dan isi
hokum yang berlakudi Indonesia. Pengaruh itu bermuara
kepadakeinginan luhur bangsa, yaitu bahwa semua hokum yang
berlaku harus bersumberdandijiwaiserta
tidakbolehbertentangandengan Pancasiladan UUD1945.
Menurut Ismail Sunny, setelah Indonesia merdeka,
kedudukan hukum Islamdalamketatanegaraan
Indonesiaharusdibagidalam duaperiode:
- Periode penerimaan Hukum Islam sebagai sumber persuasive,
berlaku 22 Juni1945 sampai5 Juli1959.
- Periode penerimaan Hukum Islam sebagai sumber otoritatif,
berlaku 5 Juli 1959sampaisekarang.
Ada dua frasa dalam hukum konstitusi sebagai landasan
untuk
menyatakanmenerimaberlakunyaUUD1945yaitupersuasivesourced
anauthoritativesource.DengandemikianUUD1945dandiawaliprokla
masimengukuhkanUUD1945sebagai dasar konstitusi pemerintahan
negara Indonesia dan ini juga mengakhiridasarhukumberlakunya
teoriresepsi.

Selainitu,halinijugamengisyaratkanbahwahukumIslamberlakubagib
angsa Indonesia yang beragama Islam bukan karena hukum Islam
diterima olehhukum adat sebagaimana disebutkan teori resepsi,
akan tetapi hukum Islam berlakukerenakedudukan hukumIslam
itusendiri.
Dalam perjalanan waktu kurang lebih empat belas tahun,
sejak tanggal 22
Juni1945sampaidengan5Juli1959terjadimufakatyangtertuangdalamg
entlemenagreement.GentlemenAgreementadalahsebuahkesepakatan
antarapemimpinnasionalisdanpemimpinagama.DalamKlausa“kewaj
ibanmenjalankansyariatIslam bagi pemeluk-pemeluknya, maka
kedudukan hukum merupakanpersuasivesource, dan apa saja yang
lahirkan dari sidang-sidang BPKI termasuk bagian darisumber
persuasive dariUUD1945.
Setelah ditetapkannya Piagam Jakarta dalam Dekrit
Presiden RI tanggal 5 Juli1959, penerimaan Hukum Islam telah
menjadi sumber otoritatif (authoritative source)dalam hukum tata
negara Indonesia, bukan sekedar sumber persuasive
(persuasivesource).
Dalamperkembanganselanjutnya,beberapaundang-
undangdanperaturanpemerintah yang menjiwai hukum Islam antara
lain Undang-undang R.I Nomor 1Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Undang-undang R.I Nomor 14 Tahun 1970 tentangPokok-Pokok
Kekuasaan Kehakiman, Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun
1977tentang Perwakafan Tanah Milik, yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari pasal49 ayat 3 Undang-undang R.I No. 5 Tahun
1989 jo Undang-undang R.I Nomor 3Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama, Instruksi Presiden R.I No.1 Tahun 1991,
sertamenginstruksikan penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam
kepada Menteri Agama.24Dikeluarkan pula PP R.I No. 72 Tahun
1992 tentangBank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, sebagai salah
satu peraturan pelaksanaan dariUndang-undang R.I No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, dan beberapa undang-undangyanglain.
BagihukumIslam,adapeluanguntukmenghasilkanundang-
undangyangberasaskan hukum Islam. Hal tersebut ditandai dengan
dikeluarkannya ketetapanMPR No. III/MPR/2000. Bahkan lebih
khusus disebutkan dalam pasal 2 ayat 7 bahwadalamkondisi
tertentu,peraturandaerahpada suatudaerah di
Indonesiadapatdiakomodirdandapatdiprioritaskanperaturandaerahter
sebutsertamengesampingkan untuk diberlakukan peraturan yang
bersifat umum.25

24
Ramli Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 61.
25
Irfan Idris, Islam dan Konstitusionalisme: Kontribusi Islam dalam
Penyusunan Undang-Undang Dasar Indonesia Modern, (Yogyakarta: AntonyLib-
Indonesia, 2009), h. 32.
Secara faktual, dengan memperhatikan kedudukan
hukum Islam saat ini,
makahukumIslamberpeluangsangatterbukauntukmenghasilkansekali
gusmemperkayahukumdiIndonesia,danbagiumatIslamsedapatmung
kinmelakukan usaha-usaha progresif dan inovatif untuk pembaruan
hukum Islam yangdapat dijadikan sebagaihukumpositif diIndonesia.

C. Perdebatan tentang Syariat Islam dalam Konstituante (1955-


1959)

PerjuanganpolitikIslamdalammempertahankanlegal-
formalnyasebuahnegara tak kujung surut pada BPUPKI
danPPKIawal-
awalkemerdekaan.Namunterusberlanjut(baca:mereproduksikembali
bentukperjuanganpenegakanIslamdiIndonesia)dalampentaspolitikpa
da pemilu pertama tahun 1955, berlanjutjugamelaluisidang-
sidangdiMajelisKonstituantewalaupunpadaakhirnyadibubarkanmelal
uidekritPresiden5juli 1959 untuk kembali pada UUD 1945. 26
Sehingga dasar negara Indonesia melalui kebijakan negara berhasil
di dekonfensionalisasi27kembali.
26

Indonesiasejak1950sampai1957dikenalsebagaiDemokrasiKonstitusionalyangartin
ya secara sistem dalam pemerintahanya berjalandi bawah UUD 1950. Lihat
Bahtiar Effendi, Islamdan Negara…hlm 94. Kegagalan Politik Islam
padapemilihanumumpertamanya29September1995(57 kursi dari total 257 kursi).
Lihat Juga AhmadSyafii Maarif,Islam danMasalah…hlm
122.danMajelisKonstituante (43,5%kursi).LihatBahtiarEffendi, Islam dan Negara…
hlm 105. Ali AkhbarAbaibMasRabbaniLubis,Ilmu Hukum…hlm185.
27
Dekonfenssionalisasi adalah istilah yangawalnya digunakan di
Belanda,yang dalam
suatupertemuantertentudihadiriolehperwakilanberbagaimacamkelompokagama(
peribadatan)dalammenyepakatisebuahlandasansecarabersama.Lihat C.A.O. Van
Nieuwenhuije,“IslamandNationalSelf-RealizationinIndonesia,Nieuwenhuijze,
Cross-Cultural Studies, The Hague,MontonandCo,1963,hlm152.
Selamatahunpertamasampaisetelahtahun1950Indonesiabe
rjalandibawahUUDSdanpadaakhir1955,majelisdiberikansebuahtang
gungjawabuntuk mengganti UUDS yang
diberlakukansemenjak1950(FuadFachruddin,2006:276). Soekarno
dalam pidatonya tanggal
18Agustus1945menjelaskanbahwaUUD/UUDSyangdibuatsementara
inimasihbersifattemporer,baruketikakeadaannegaraIndonesiamulaia
manmakadikumpulkankembaliMPRyangdapat membuat UUD lebih
lengkap (JajangIndraFadila,2014:134).
PembentukkanlembagamelaluipemilihanUmumpadasaatituanggotan
yadikenalsebagaiKonstituante(majeliskonstituente)ataulembagapem
buatUUD,dengantujuanuntukmenyusunkonstitunsibaru,kewenangan
untukmenyusunUUDbarudilaksanakanbersamapemerintah(T.A.Leg
owo,2005:200).Namundemikian,dalamusulanpembentukanUUDBar
uMajelisKonstuantemengalamikesulitanuntukmencapaikesepakatan
quorum(MarwatiDjoened, 1992:282).

MajelisKonstituanteakhirnyamenjalanipemungutansuara
untukmenyepakatiditerimaatautidaknya mengembalikan UUD 1945,
namun
syaratsuarasebanyak2/3tidakmampuuntukdiperoleh,meskipunjumlah
suaraterbanyakmasihmengenaikembalinyaUUD1945danhaliniyang
dinilaiolehpresiden sebagai ketidak mampuan
majeliskonstitunteuntukmenjalitugasmereka,bahkanadasebagianang
gotamajeliskonstituanteyangmenyatakantidakmaumengikuti sidang-
sidang pleno selanjutnya.28

Kesepakatanmajeliskonstituanteyangtakkunjungakhirme

28
Inu Kencana Syafi’i, Sistem Politik Indonesia, (Makassar: Refika
Aditama, 2002), h. 26.
nimbulkanlahirnyaDekrtitPresiden5Juli1959,denganditandaiberakhir
nyaDemokrasiLiberal (Parlementer)
sekaligusmembubarkanparlementerterahiryangdipimpin oleh
Djuanda, dengan mendirikankabinet kerja yang dibangun oleh
PresidenSoekarno29.Soekarno-
puncoupd‟etat,bahwaperkembangandaripadakejadian-kejadianyang
berakhir dengan coup ini benar-
benarberlangsungsebagaiyangtelahdiuraikanini, yaitu pemaksaan
kembali kepada UUD1945menyebabkanketidak-
sanggupankonstituante(sebenarnyaketidaksediaanmemenuhi
kehendak Presiden), ini terbuktioleh alasan pertama dalam Dekrit
tersebut,yaituPresidenmenganjurkankepadaKonstituante untuk
kembali ke UUD 1945,akan tetapi Konstituante tidak
memberikankeputusan.AkibatdaripadatidakadanyakeputusandariKo
nstituanteini,makasebagian besar daripada anggotanya,
yangmerupakangolongan-
golonganyangmenyokongkeinginanPresidenitu,mengeluarkanpernya
taantidakakanmenghadirisidang-
sidanglagi,sehinggadenganalasanini,Konstituantedianggaptidakmun
gkindapatmenyelesaikantugasnyalagi.30

D. Kedudukan Hukum Islam dalam Legislasi Nasional

Sistem hukum nasional lahir dari citahukum dan norma


dasar Negara
KesatuanRepublikIndonesia.NormadasartersebutterdapatdalamP
ancasilasebagaimanatertuangdalamPembukaanUndang-

29
Marwati Djoened PoesponegorodanNugrohoNotosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), h. 311.
30
Amin, S. M., Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin,
(Bandung: Bulan Bintang, 1967), h. 14.
UndangDasar1945.Hakikatdarisistemhukumyangdianutadalahkes
elarasan,keserasian,masyarakatdannegarayangterangkumdalamsil
a-
silaPancasilayangdalampelaksanaannyadiperlukanpengendalians
ecarautuhdankonsekwen.

DalampenjelasanUndang-
UndangNomorNomor12Tahun2011tentangPembentukanPeratura
nPerundang-undangan ditegaskan bahwa Sistem hukumnasional
merupakan hukum yang berlaku
diIndonesiadengansemuaelemennyayangsaling menunjang antara
satu dengan yanglaindalamrangkamengantisipasidanmengatasi
permasalahan yang timbul
dalamkehidupanbermasyarakat,berbangsa,danbernegarayangberd
asarkanPancasila danUndang-
UndangDasarNegaraRepublikIndonesia Tahun 1945 (UU Nomor
12 Tahun2011; Pasal 2). Penempatan Pancasila sebagaisumber
darisegalasumber hukumnegaraadalah sesuai dengan Pembukaan
Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun 1945
alinea keempat yaitu KetuhananYang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil
danberadab,PersatuanIndonesia,Kerakyatanyangdipimpinolehhik
matkebijaksanaandalamPermusyawaratan/
Perwakilan,danKeadilansosialbagiseluruhrakyatIndonesia.
Menempatkan Pancasila
sebagaidasardanideologinegarasertasekaligusdasar filosofis
negara sehingga setiap materimuatanPeraturanPerundang-
undangantidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilaiyangterkandungdalamPancasila(UUNomor12Tahun2011;
Penjelasan Pasal2)

PembangunanhukumnasionaldiIndonesiatidakterlepasdar
iPancasilasebagai dasar negara yang menjadi
landasanfilosofisataubasisepistimlogisuntukmencapaikehidupanb
erbangsadanbernegara. Sebagaimana yang
dikemukakanolehSatjiptoRahardjo,bahwauntukmembangunsuatu
tatananhukum,setidaknyadibutuhkantigakomponen,yaitunormahu
kum,pelaksanaannorma-
normahukum,danpenyelesaiansengketayang timbul akibat
suasana tertib hukum
itusendiri31.MengenainormahukumIndonesia,A.HamidS.Attamim
imenegaskanbahwaPancasilaadalahmerupakan norma atau asas
yang
menjadipedomandanbintangpemanduterhadapUUD1945,perunda
ng-undangansertaperaturan-peraturanlainnya.KarenaPancasila
sebagai norma dasar negara yangmembentuknorma-
normahukumdibawahnya.Secarahirarkis,normahukumyang di
bawah terbentuk berdasarkan
padanormahukumyanglebihtinggi,sehinggaantarnormahukumyan
glebihtinggidanlebihrendahtidakbolehbertentanganantara satu
dengan lainnya, demikian
pulasebaliknya.HalinimenegaskanbahwaPancasilamerupakacita-
citahukum(rechtsidee) bagi bangsa Indonesia.32

Mochtar Kusumaatmadja menegaskanakan


pentingnyamemertahankan asas-

31
Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, (Jakarta: UKI Press,
1979), h. 54.
32
Hamid S Attamimi, Ilmu Perundang-undangan, (Yogyakarta: Kanisius,
1998), h. 12.
asasyangmenjadicerminandaritekaddanaspirasisebagaisuatubangs
ayangmencapaikemerdekaannyamelaluisuatuperjuangan. Asas-
asas dan konsep tersebutterkandungdalamUndang-
UndangDasar1945danMukaddimahnyayangmencerminkanfalsaf
ahPancasila.Asaskesatuandanpersatuanataukebangsaanmengama
natkanbahwahukumIndonesiaharusmerupakanhukumnasionalyan
gberlakubagiseluruhbangsaIndonesia. Hukum nasional berfungsi
mengintegrasikan bangsa Indonesia.
1. Asas ketuhanan mengamanatkan bahwa tidak boleh terdapat
produk hukum nasional yang bertentangan dengan agama atau
bersifat menolak atau antagonistik dengan agama.
2. AsasPerikemanusiaanmengamanatkanbahwa hukum harus
melindungi warganegara dan menjunjung tinggi
martabatmanusia.
3. Asas KesatuandanPersatuanmengamanatkan bahwa hukum
nasionalberlaku bagi seluruh bangsa
Indonesia.Hukumnasionalsebagaialatintegrasiyangberfungsim
empersatukanbangsaIndonesia.
4. Asas Demokrasi mengamanatkan
bahwadalamhubunganantarahukumdankekuasaan,kekuasaanh
arustundukpadahukum,bukansebaliknya.Padaanalisisterakhir,
kekuasaanadapadarakyatdanwakilrakyat.
5. AsasKeadilanSosialmengamanatkanbahwasemuawarganegara
memilikihak yang sama dan ahwa semua orangsama di
hadapan hukum.33

MenurutJimlyAsshiddiqiy,hukumhendaknyadapatdipahamidandik
33
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam
Pembangunan, (Bandung: PT Alumni, 2013), h. 32.
embangkan sebagai satu kesatuan
sistem.Apalagi,negarahendakdipahamisebagaisuatu konsep, yaitu
sebagai Negara
Hukum.Dalamhalhukumsebagaisatukesatuansistem,terdapateleme
n:(1)Elemenkelembagaan(elemeninstitusional),
(2)Elemenkaidahaturan(elmeninstrumental),dan (3) Elemen
perilaku para subjek hukumyang menyandang hak dan kewajiban
yangditentukanolehnormaaturan(elemensubjektif dan kultural).
Ketiga elemen
sistemhukumtersebutmencakup(a)kegiatanpembuatan hukum (law
making), (b) kegiatanpelaksanaanataupenerapanhukum
(lawadministrating),(c)kegiatanperadilanatas
pelanggaranhukum(lawadjudicating),
(d)pemasyarakatandanpendidikanhukum(law socialization and
law education) dalam artiseluas-luasnyayangjugaberkaitandengan;
(e)pengelolaaninformasihukum(lawinformationmanagement)seba
gaikegiatanpenunjang.34
Dengan demikian, arah pembangunan hukum nasional
Indonesia berorientasi pada pembenahan hukum yang masih
didominasi oleh hukum warisan kolonial Belanda menjadi hukum
yang mencerminkan jiwa nasional Indonesia seutuhnya.
Pembangunan hukum nasional akan tetap memperhatikan hukum
tidak tertulis serta nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, selain
dari nilai-nilai global sebagai akibat pembaharuan materi hukum
dunia.
Terkait pembangunan hukum nasional yang mengarah
pada kodifikasi dan unifikasi serta pengembangan budaya hukum,
34
Jimly Asshiddiqie, Pengentar Ilmu Hukum Tata Negara, (Subang:
Perpustakaan Universitas Subang, 2010), h. 14.
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 dinyatakan
bahwa strategi kebijakan ini mewadahi tiga arah kebijakan Garis-
garisBesar Haluan Negara (GBHN) yang menjadi cakupan dalam
strategi ini, yaitu (1)
penataansistemhukumnasionalyangmenyeluruhdanterpadutanpam
engabaikanhukumagamadanhukumadat,penyempurnaandanpemba
haruanproduk-produkhukumkolonialyangdiskriminatif,
menghapuskan
ketidakadilangendermeliputisetiapbidangpenyelenggaraanpemban
gunandanpenyesuaian produk peraturan perundang-
undangansesuaidengantuntutanreformasi, (2)
melakukanratifikasikonvensi-konvensiinternasional yang terkait
dengan HAM, danmengembangkanperaturanperundang-
undanganyangmendukungkegiatanperekonomiandalammenghada
piperdagangan bebas, dan (3) mengembangkan budaya hukum di
semualapisan masyarakat untuk terciptanya
kesadarandankepatuhanhukumdalamrangkasupremasihukumdante
gaknyanegarayangberdasarkanatashukum.Langkahpertamadaristra
tegiiniadalahmemantapkanperanProlegnasmelaluipenetapanpriorit
asperaturanperundang-
undanganyangmemberilandasandanmemperkuatupaya-
upayamewujudkanpemerintahanyangbaik(goodgovernance).(UU
Nomor25Tahun 2000).

Padaprinsipnya,politikhukumnasionalberperan;pertama,menerima
masukanmengenainilai-nilaiatastujuan―hasil yang didapat dari
hasil olahanfilsafat hukum dan memilih nilai-nilai
atautinjauanterbaikyanghendakdicapaidarinilai-
nilaiyangtelahdipilihselanjutnyadirumuskanmenjadialatuntukmenc
apaitujuan nasional, yang kemudian dijabarkanlagi dalam bidang-
bidang yang lain. Kedua,dirumuskan pula cara-cara untuk
mencapaitujuanyangtelahdirumuskantersebutdenganmenerangkan
nyadalamperaturanperundang-undangansebagaihukumpositif.

E. Arah Kebijakan Hukum Islam Nasional

IndonesiamerupakansalahsaturepresentasinegaraMuslimyangmampume
njembatanikesenjanganantaracoraknegaraagamadannegarasekuler.Se
carayuridis-
konstitusionalnegaraIndonesiabukannegaraagamadanbukanpulaneg
arasekuler.Indonesiaadalahreligiousnation-stateataunegara-
kebangsaanyangberagama,negarayangmenjadikanajaranagamaseba
gaidasarmoral,sekaligussebagaisumberhukummaterildalampenyeleng-
garaankehidupanberbangsadanbernegara.Halinidenganjelastersuratpa
dasilapertamadasarnegaraIndonesia,Pancasila,yakni“KetuhananYa
ngMahaEsa.”35Kondisitersebut
memungkinkanhukumIslamuntukberkontribusidalamwilayahhuku
mnegara.

SaatinieksistensihukumIslamsecarabertahapmendapattempatdalamsiste
mhukumnasional.36 Ekseptasi hukum Islam sebagai produk

35
Moh.
MahfudMD,PolitikHukumdiIndonesia(Jakarta:LP3ES,2006),h.9.
36
ArskalSalimmengklaimupayaislamisasiintensifdanberkelanjutanatashuku
mIndonesiaberlangsungselamatigadekadeterakhir.LihatArskalSalim,Challengingth
eSecularState:theIslamizationofLawinModernIndonesia(Honolulu:UniversityofHa
waiiPress,2008),h.169.
legislasi nasional memiliki
landasanyangkokohbaiksecarafilosofis,sosiologis,maupunyuridis,tigak
riteriastandarkeberlakuansuatuhukumdalamteorihukummodern.37
Cukupbanyakproduklegislasiyangbermaterikan
atausesuaidenganhukumIslam. Hal menarik kehadirannya berawal
pada masa kepemimpinan Orde Baru, rezim yang dinilai
berkonfigurasi politik otoritarian.
JumlahnyasemakinmeningkatpadaerapascaOrba(erareformasi),yangs
ecarateorimencitrakancorakpolitikdemokratis.
Akantetapi,kondisitersebuttidakotomatismemberikemudahandanlebi
hakomodatif bagi aspirasi umat Islam yang notabene mayoritas di
Indonesia. Sejumlahrancangan peraturan yang dipandang
mengakomodasi aspirasi umat Islam
IndonesiaatauminimaltidakbertentangandenganajaranIslamdiganjal
pro-
kontradanprosesnyapuntidakberjalanlancar,sepertiyangdialamiRanca
nganUndang-
UndangAntiPornografi(RUUAP)padatahun2008danRUUKitabUnd
ang-undangHukumPidana(RUUKUHP).
Hal lain yang juga menarik disorot adalah munculnya
aspirasi sejumlah daerahyang mendeklarasikan pemberlakuan
peraturan daerah tentang implementasi
Syariah(PerdaSyariah),yangdiresponspro-kontrapublik. Benang
ideologis dari fenomena gerakan Islam Syariat di berbagai daerah
tersebut menurut Syafi’i Ma’arif adalah kredo “Islam adalah solusi dan
Integralisme

37
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam
Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1982), h. 13.
Islam.38Memangmasihperluwaktuuntukmenilaiefektiftidaknyaperatur
antingkatregionaltersebutdapatmemberikanefekpositifdansolusibagike
hidupanmasyarakat.Beberapapenelitijustrumenemukanfaktamenari
k.Terdapatdeterminansosialdanpolitikdibalikperkembanganperatur
andaerahsyariahditingkatregionaldiIndonesia. Kebanyakan
penelitian memaparkan bahwa kelompok-kelompok Islam
adalahpendukungutamadaripelaksanaansyariahdiarenapublikdalamb
entukundang-
undangatauperaturan.Selainitu,pendukungperaturandaerahsyariahdiw
ilayahtertentuberasaldarisebuahgerakanbudayamengekspresikaniden
titasagamasetempat.Dariperspektifini, kelompok-kelompok Islam
telah mempengaruhi para pemimpin politik lokal,
legislatifdanberbagaiaktorpolitiklainnyauntukmenerapkansyariahd
idaerahmerekasebagaicarauntukmengenaliidentitasbudayamereka.
Sebagianpenelitijustrumelihatbahwaelitpolitiksendiriyangtelahmem
ainkanperanpentingdalammengadopsisyariahsebagaidasaruntukperat
urandaerah.Dalamsetiapkasusinielittelahmemanipulasisentimenag
amauntukmelayanikepentinganpolitikmerekasendiri.Halinimembant
uuntukmen-
jelaskanstagnasiterbarudalampengenalanperaturandaerahsyariahbaru
.Dalambanyak
kasus,politisiyangawalnyamendukungdiberlakukannyasyariahkehilan
ganminatsegerakembalipolitikmulaiberkurang.39
Hampirsenada,penelitiyanglainmenemukanbahwa,pertama,kehadira

38
LihatPengantarinHaedarNashir,IslamSyariat,ReproduksiSalafiyahIdeologis
diIndonesia(Bandung:PenerbitMizan,2013),h.17.
39
JamhariMakrufandIimHalimatusa’diyah,“Shari’aandRegionalGovernancei
nIndonesia:AStudyofFourProvinces,”dalamAustralianJournalofAsianLaw,vol.XV,No.
1,Article4(2014).
nPerdaumumnyadilatarbelakangikepentinganelit.Kedua,pemberlakuan
Syariahcendrungmerupakanalatpencitraanromatismesejarahyangingi
ndikembalikanpadamasakini.Ketiga,regulasiterkaitSyariahlebihmena
mpakandesignmengaturrakyat,bukan terhadap pemimpin. Keempat,
kalangan non Muslim, wanita, dan etnis
tertentumenjadipihakyangpalingrentansebagaikorbandariimplementasi
PerdaSyariahtersebut.40Bagaimanapunkenyataantersebutmencermin
kandinamikahukumIslamdiIndonesiamasaakandatangakanterusberl
angsungdanmasihakandiwarnaituntutandanresistensiantaraberbagaie
lemenmasyarakatnegeriini.
Sebagai gambaran, Arskal Salim dan Azyumardi Azra
mencatat setidaknya adatiga bentuk respons atas formalisasi
hukum Islam di Indonesia: Pertama, dari
kalanganinternalpemerintahyangmengizinkanintegrasihukumIslampa
dasistemhukumnasional,tetapi hanya dalam wilayah terbatas;
Kedua, penolakan dari kalangan non-Muslim
dansebagiankecilMuslimterhadapimplementasisyariat(hukumIslam)d
alammasalahhukum
apapundenganalasanakanmerusakprinsippersamaanhukum;Ketiga,
darikelompokMuslimtertentuyangberusahalebihkerasuntukmendistrib
usikanlebihbanyaklagiunsur-
unsurhukumIslamagardilegalisasikandalamsistemhukumnasional
.41
Pola sikap beragam masyarakat juga terlihat pada
40
WasistoRaharjoJati,”PermasalahanImplementasiPerdaSyariahdalamOt
onomiDaerah”dalamManahij,Vol.VII(2Juli2013),h.45.
41
Arskal Salim and Azyumardi Azra, “the State and Shari’a in the
Persective of
IndonesianLegalPolitics,”inArskalSalimandAzyumardiAzra(ed.),Shari’aandPoliticsin
ModernIndonesia(Singapore:ISEAS,2003),h.13.
aspirasi sebagian umat
Islamyangberhasildilegislasimenjadihukumnegara.Sebagaicontoh,Am
irSyarifuddinmenunjukUUPerkawinanNo.1/1974,setidaknyamuncul
tigabentukrespons.Pertama,kelompokumat Islam yang tidak
mengakuinya sebagai aturan yang menggantikan hukum
fikih.Mereka tetap berpedoman dan hanya patuh kepada hukum
fikih. Jumlah mereka
yangmengambilsikapinimasihbanyak,khususnyamasyarakatyangbera
dadipedesaan.Kedua,kelompok umat Islam yang mengakuinya
sebagai UU yang harus ditaati dalam kontekssebagai warga
negara; sembari tetap mengakui dan menjalankan aturan fikih.
Ketiga,kelompokumatIslamyangmenganggapnyasebagaiUUnegaray
angsahperihalmengatururusanperkawinanumatIslamIndonesia.Merek
amenilaibahwaUUPerkawinan,sepanjangyangmengaturperkaraperkaw
inanumatIslam,merupakanformatmutakhirfikihmunakahatversiIndones
ia.Bagimereka,fikihyangadatetapdiberlakukansejauhtidakdiaturdala
mUUPerkawinan.42Sebuah proses legislasi nasional sepatutnya
mencerminkan dan
mempertimbangkannilaiagamasebagaiunsurpentingdalampembanguna
nhukum.Kesadaranhukummasyarakatsebagaipilarpembangunanhuku
msendiriberpangkaldarinilai-nilaihidupyangmereka
yakini.Dalamkaitanini,Islamyangmerupakanagamamayoritasmasy
arakatIndonesiadapatdipastikanmenjadiconditiosinequanon.43Namun
demikian,aspirasiintegrasihukumIslamdalamhukumnasionalmasihdih
adapkanpadabeberapamasalah,baikdalamwilayahteorimaupunpraktik
42
Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu Penting Hukum
Islam KontemporerdiIndonesia(Jakarta:CiputatPress,2002),h.49-50.
43
AbdulGaniAbdullah,“HukumIslamdalamSistemMasyarakatIndonesi
a,”dalamCikHasanBisri(ed.),HukumIslamdalamTatananMasyarakatIndonesi
a(Jakarta:Logos,1998),h.56.
.Padawilayahpertama,antaralain,hukumIslammasihdipahamidandii
nterpretasikansecaraberagamolehumatIslam,suatukondisiyangmen
yulitkanbagikodifikasihukumyangdianutsistemhukumIndonesia.Seme
ntaradalamwilayahkedua,masihterjadipro-
kontradikalanganinternumatdaneksternaldenganumatpenganutaga
mayanglain.
Selainkeduawilayahitu,sebagianpihakmenilailangkahlegislasihukum
Islamsaratdenganmuatanpolitik,danhanyamempersempitruanggera
kdanmanfaathukumIslamitusendiri,
sertamengantarkannyapadaemaskulasihukumIslam. 44 Adapula
pihak yang menganggap bahwa campur tangan negara atas hukum
agama sebagaiupaya kekuasaan, atas dasar kepentingannya,
menentukan corak dan muatan
hukumIslamyangakandiberlakukan.

Terlepasdarisejumlahmasalahdiatas,dapatdikatakanumatIslamIndone
siacukupleluasamenjalankanajaranhukumIslamdalamlapangankeper
dataantanpadiwajibkanolehnegara.Sedangkandalamlapanganhukum
publik,tundukpadahukumnasionalyangbersifatunifikatif(berlakusam
auntuksemuawarganegarameskipunagamanyaberbeda-
beda).Dalamranahhukumpubliksepertihukumtatanegara,hukumtata
pemerintahan,hukumpidana,hukumlingkunganhidup,danlainnya,ya
ngberlakubukanhukumagamatertentu. Pandangan inklusif seperti
itu merupakan konsekuensi dari pilihan Indonesiamengenai
hubungan antara negara dan agama yang dirajut dalam apa yang
kita sebutsebagai negara Pancasila. Negara Pancasila bukanlah
44
MahsunFuad,HukumIslamIndonesia:dariNalarPartisipatorishinggaEm
ansipatoris(Yogyakarta:LKiS,2005),h.4.
negara agama dan bukan
negarasekuler.SistemhukumPancasilamemastikanadanyalandasanpel
ayananhukumterhadapmasyarakatIndonesiayangsejakawalditakdirk
anhidupdalamkemajemukan.
F. Kesimpulan

Pengaruhrelasiagamadannegaraatascorakhukumsuatunegarasesun
gguhnyalebihmerefleksikantampilanluarsemata.Padaakhirnya,semu
anegarayangmempunyaisistemhukumdengandasaragamaatausetidakny
alatarbelakangkeagamaanpundihadapkandenganmasalahsekularisasih
ukum.TakterkecualibudayahukumdansistempolitikdiBaratyangber
asaldarihukumalamataunormaKristen,akandipengaruhitransformas
isosialdanhukumdalamruangglobal.Dengankondisitersebut,hubun
ganantaraagamadanhukumtundukpadapersyaratankeadilan,demokr
asidansupremasihukum.HaliniberlakusamauntukIslammoderndan
hukumsekulerBarat.

SelamatidakadaperubahanekstremdandrastispadaideologidankonstitusiI
ndonesia,penulismemprediksiminimaljangkapendekdanmenengah(d
uadekadekedepan)tidakakanadaperubahansignifikanterkaitrelasiIsl
amdannegaradiIndonesia.BegitupuladenganrelasihukumIslamdanh
ukumnegara.Paradigmarelasisimbiosisagama-negara
setiamengawalprinsipsyariahsubstantifdalamkonstitusinegaraberid
eologiPancasila(kalimatin sawâ’’), sehingga kontribusi hukum
Islam sebagai salah satu sumber hukumnasional mengalir searah
politik hukum yang mempertimbangkan prinsip
pluralisme,demokrasi,danHakAsasiManusia,kebutuhanpembanguna
ndanresponsglobal,serta— yanglebihprinsip—
tidakbertentangandenganideologiPancasiladankonstitusinegara(UU
D1945).PolitikhukumnasionalmasihmemberitempatbagiperanSyaria
hsubstantifuntukmewarnaipotretlegislasihukumIslamdiIndonesia.Sec
araspesifik,hukumekonomiSyariahmerupakanbidangyangpaling“ama
n”berkontribusidalampranatahukumnasional.

IslamisasihukumnasionalmasihjadipilihanutamaIndonesiadibandingna
sionalisasihukumIslam,formalisasi,danlokalisasihukumIslam.
Dalamkaitanini,MahkamahKonstitusi(MK) akan menjadi aktor dan
pilar terdepan dalam mengawal kehadiran hukum
Islamdiwilayahpublikataunegara.
Padabagianlain,dinamikaformalisasisyariatIslam(hukumIslam
formalistik) akan berjalan melambat seiring dengan turunnya
popularitas
partaiIslamdalamPemiluterakhirinidansibukberkonsentrasibagiupayak
onsolidasidan“bersih-
bersih”internal.KegagalansuksesipolitikolehkelompokIslamdisejuml
ahnegaraTimur Tengah, yang dalam bagian tertentu menginspirasi
pengusung khilafah dan syariat
diIndonesia,telahmempertegaswajahIslammoderatdansyariahsubstan
tifsebagaipilihanyangsudahterujidanrelevanbagiIndonesia,termasu
knegaraMuslimdiAsiaTenggara lainnya.

G. Daftar Pustaka
Salam, Abus,PengaruhPolitikDalam PembentukanHukum
diIndonesia, Mazahib:JurnalPemikiranHukum
Islam,Vol.XIV,No.2Desember2015.
Ali, Ahmad,MenguakTabirHukum, Bogor:GhaliaIndonesia,2011.
Tanya, Bernard L., Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama,
Yogyakarta: Genta Publishing, 2011.
Absori, Politik Hukum Menuju Hukum Progresif, Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2013.
Nasution, Adnan Buyung, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di
Indonesia (Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-
1959) judul asli The Aspiration For Constitutional
Government in Indonesia: A Sosio-Legal Study of the
Indonesia Konstituante 1956-1959. Terjemah oleh
Sylvia Tiwon, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2001.
Poespowardjono, Soerjanto, Filsafat Pancasila: Sebuah
Pendekatan Sosio-Budaya, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
Munas NU di Pesantren Sukorejo, Situbondo tanggal 21
Desember 1984.
Halim, Abdul,Politik HukumIslamdiIndonesia, Jakarta:
CiputatPress,2005.
Kus Eddy Sartono, Kajian Konstitusi Indonesia dari Awal
Kemerdekaan Sampai Era Reformasi, HUMANIKA,
Vol 9 No 1, 2009.
Ka’bah, Rifyal, Hukum Islam Sebagai Hukum Negera di
Indonesia, Purwokerto: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, 2010.
Hutabarat, Ramli, Kedudukan Hukum Islam dalam Konstitusi-
konstitusi Indonesia dan Peranannya dalam Pembinaan
Hukum Nasional, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Samarinda:
Raja Grafido Persada, 2006.
Irfan Idris, Islam dan Konstitusionalisme: Kontribusi Islam dalam
Penyusunan Undang-Undang Dasar Indonesia Modern,
Yogyakarta: AntonyLib-Indonesia, 2009.
C.A.O. Van Nieuwenhuije,“IslamandNationalSelf-
RealizationinIndonesia,Nieuwenhuijze, Cross-Cultural
Studies, The Hague,MontonandCo,1963.
Sayfi’i, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, Makassar: Refika
Aditama, 2002.
Marwati Djoened PoesponegorodanNugrohoNotosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1992.
Amin, S. M., Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin,
Bandung: Bulan Bintang, 1967.
Rahardji, Satjipto, Hukum dalam Jagat Ketertiban, Jakarta: UKI
Press, 1979.
Attamimi, Hamid S, Ilmu Perundang-undangan, Yogyakarta:
Kanisius, 1998.
Kusumaatmadja, Mochtar, Konsep-konsep Hukum dalam
Pembangunan, Bandung: PT Alumni, 2013.
Asshiddiqie, Jimly, Pengentar Ilmu Hukum Tata Negara, Subang:
Perpustakaan Universitas Subang, 2010.
MD, Moh. MahfudMD,PolitikHukumdiIndonesia,
Jakarta:LP3ES,2006.
Salim,
Arskal,ChallengingtheSecularState:theIslamizationofLa
winModernIndonesia,
Honolulu:UniversityofHawaiiPress,2008.
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum
dalam Masyarakat, Jakarta: Rajawali, 1982.
Nashir,
Haedar,IslamSyariat,ReproduksiSalafiyahIdeologisdiIndo
nesia, Bandung:PenerbitMizan,2013.
JamhariMakrufandIimHalimatusa’diyah,“Shari’aandRegionalGover
nanceinIndonesia:AStudyofFourProvinces,”dalamAustralia
nJournalofAsianLaw,vol.XV,No.1,Article4(2014).
WasistoRaharjoJati,”PermasalahanImplementasiPerdaSyariahdalam
OtonomiDaerah”dalamManahij,Vol.VII, 2Juli2013.
Arskal Salim and Azyumardi Azra, “the State and Shari’a in the
Persective of
IndonesianLegalPolitics,”inArskalSalimandAzyumardiA
zra(ed.),Shari’aandPoliticsinModernIndonesia,
Singapore:ISEAS,2003.
Syarifudin, Amir, Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu Penting
Hukum Islam KontemporerdiIndonesia,
Jakarta:CiputatPress,2002.
AbdulGaniAbdullah,“HukumIslamdalamSistemMasyarakatInd
onesia,”dalamCikHasanBisri(ed.),HukumIslamdalamT
atananMasyarakatIndonesia, Jakarta:Logos,1998.
MahsunFuad,HukumIslamIndonesia:dariNalarPartisipatorishing
gaEmansipatoris, Yogyakarta:LKiS,2005.

Anda mungkin juga menyukai