http://jurnal.nuruliman.or.id/index.php/alashriyyah
al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020
Abstract
This article aims to reveal various israiliyyat data contained in the interpretation of Tafsir as-
Siraj al-Munir by Muhammad asy-Syarbini, then analyzed comparatively with the views of
other commentators. Therefore, the method that the author uses in this study is a qualitative
method, it aims to be able to find out what israiliyyat material that ash-Syarbini mentions in
his interpretation, what steps are taken in mentioning it as well as his response related to
these stories and his relationship with the commentators before his time related to the story of
israiliyyat. From the results of this study, the author succeeded in mapping the information
system of the story mentioned by the author of the commentary, the views of scholars
regarding these stories and the attitude of the author of the interpretation in commenting on
israiliyyat as well as the roots of the views of asy-Syarbini.
Keywords: asy-syarbi ni, Isra iliyya t, information system, as-siraj al-munir interpretation
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan beragam data israiliyyat yang terdapat pada tafsir
Tafsir as-Siraj al-Munir karya Muhammad asy-Syarbini, kemudian dianalisis secara komparatif
dengan pandangan mufassir lainnya. Oleh karena itu, metode yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif, hal ini bertujuan agar dapat mengetahui materi
israiliyyat apa saja yang asy-Syarbini sebutkan dalam tafsirnya, langkah apa yang diambil
dalam penyebutannya juga responnya terkait kisah-kisah tersebut serta kaitan dirinya dengan
para mufassir sebelum masanya terkait kisah israiliyyat. Dari hasil penelitian ini, penulis
berhasil memetakan sistem informasi kisah yang disebutkan oleh pengarang tafsir, pandangan
ulama terkait kidah-kisah tersebut dan sikap pengarang tafsir dalam mengomentari israiliyyat
serta akar dari pandangan asy-Syarbini.
63
al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.
apa yang terjadi pada kondisi para Nabi Yahudi atau Nashrani atau juga orang
dan Rasul, dimana kisah-kisah dan Yahudi yang masuk Islam, bahkan
khabar ini, tidak terlepas dari adanya sebagian ulama yang memandangnya
pertentangan, kebohongan yang secara luas, yaitu semua hal yang
dibuat-buat, sebab itu bersumber dari dimasukkan oleh musuh-musuh Islam,
Taurat dan Injil, dimana Taurat dan baik itu berkaitan dengan atau akidah
Injil telah mengalami perubahan. 8 ataupun kisah.
Ramzi Ni’na’ah merupakan Ada beberapa hal lainnya yang
ulama yang mengartikan israiliyyat ini turut memicu masuknya israiliyyat ke
dalam arti yang luas, bahkan dalam penafsiran Al-Qur’an, yaitu:
menurutnya israiliyyat ini mencakup Pertama, adanya perbedaan politik dan
semua ragam dakhil yang masuk ke aliran kepercayaan. Kedua, adanya
dalam tafsir Al-Qur’an, khususnya zindiq dan kufur dalam agama. Ketiga,
kisah yang dibuat-buat serta adanya perbedaan aliran fikih, ilmu
mengandung kebohongan, bahkan kalam dan mengungulkan alirannya.
kisah yang tidak termasuk ke dalam Keempat, adanya fanatisme suku,
bahasan israiliyyat. Penulis sepakat kabilah, bahasa bahkan Negara. Kelima,
dengan apa yang dipaparkan oleh mencari simpati khalayak ramai dengan
Jum’ah Abdul Qadir yang memberikan nasehat dan bercerita.
mengkhususkan israiliyyat pada hal-hal Keenam, bodohnya seseorang akan
yang bersumber dari Yahudi dan agamanya, walaupun maksud
Nashrani, menurutnya hal tersebut sebenarnya adalah baik. Ketujuh,
disebabkan banyaknya riwayat-riwayat sarana mendekat kepada penguasa.
yantg dha’if bahkan maudhu’ yang Kedelapan, membuat-buat sesuatu
disebabkan oleh kebohongan penyalin (seperti hadis maudhu’) guna
atau kebodohan sang penyalin suatu menjadikan sesuatu itu digemari atau
teks kitab.9 dijauhi. 10
Dari beberapa epistimologi yang Kaum Yahudi merupakan kaum
para ulama sebutkan, penulis melihat yang telah mendiami jazirah arab sejak
bahwa arah pemikiran mereka sama, abad ke- 1 Masehi, yaitu di saat Roma
namun hanya berbeda pada bagaimana dapat menundukkan kota Palestina.
setiap dari mereka memandang Dari sinilah, banyak orang-orang
israiliyyat tersebut. Ada yang Yahudi yang berhijrah ke Yatsrib dan
memandangnya secara sempit, yaitu Hijaz, semisal bani Quraizhah, bani
kisah yang datangnya dari orang Nadhir dan bani Bahdal, dimana ketiga
suku ini berhijrah dari Palestina
8
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-Qadir, ad-Dakhil menuju Yatsrib bagian selatan, hingga
baina ad-Dirsat al-Manhajiyyah wa an-Namadzij
ath-Thathbiqiyyah (Kairo: Al Azhariyyah, 2006), h. akhirnya bani Nadhir dan sekelompok
21.
9
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-QAdir, ad-Dakhil 10
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-Qadir, ad-Dakhil
baina ad-DirsAt al-Manhajiyyah wa an-Namadzij baina ad-Dirasat al-Manhajiyyah wa an-Namadzij
ath-Thathbiqiyyah…, h. 47. ath-Thathbiqiyyah…, h. 31-41.
orang yang bersama mereka menetap Qura’ dan juga Madinah.12 Mereka
disebuah lembah, yang bernama hidup layaknya suatu kelompok yang
Bathhan, sedangkan bani Quraizhah solid, dimana mereka memiliki kitab
dan bani Bahdal mendiami lembah yang menjadi pedoman hidup; yaitu
Mahzur.11 Taurat dan Tilmûd, mereka memiliki
syariat, adat kebiasaan, hari raya,
Pada masa jahiliyah, bangsa arab
tempat berkumpul dan belajar “al-
kerap melakukan perjalanan, saat
Madaris.”13 Begitu juga kaum Nashrani
musim panas tiba, mereka pergi ke arah
yang turut ambil andil untuk hidup di
Syam dan kala musim dingin menyapa,
sana layaknya kaum Yahudi, mereka
mereka pergi ke Yaman. Di negeri
juga memiliki kitab yang mereka
Yaman maupun Syam saat itu, banyak
jadikan sebagai pedoman; yaitu berupa
sekali Ahl al-Kitab, yang mayoritas
Injil, serta ragam adat istiadat dan hari
mereka adalah orang Yahudi, di negeri
raya.
itulah terjadi ragam pertemuan dan
pembauran bangsa arab dengan Ahl al- Begitu juga kaum Nashrani yang
Kitab yang bermukim di sana (adz- mendiami jazirah arab, mereka berbaur
Dzahabi: al-Israiliyyat: 16), dimana dari dengan orang-orang arab lainnya,
ragam pembauran inilah, bangsa arab bahkan dalam pandangan kaum arab
banyak membawa ragam pengetahuan pedalaman, kaum Yahudi dan Nashrani
dan kisah mereka, inilah salah satu merupakan kaum terpandang dan
faktor penyebab tersebarnya israiliyyat berilmu. Pada masa Nabi memang
di kalangan bangsa arab. Hal yang kaum muslimin tidak terpikirkan untuk
menjadi catatan bahwa, ragam mencari keterangan tambahan dari apa
pengetahuan Yahudi yang diserap oleh yang Al-Qur’an sebutkan secara global.
bangsa arab kala itu sangat terbatas dan Pada zaman Nabi, terjadi banyak
jangkauannya pun sempit, itu perdebatan antara orang-orang Yahudi
disebabkan karena keilmuan bangsa dan kaum muslimin, sebab kaum
arab sebelum Islam datang, memang Yahudi merasa terusik dengan
belum mapan untuk menerima ragam kehadiran kaum muslimin di Madinah,
pengetahuan yang banyak. tak jarang ada yang sengaja masuk ke
Ketika nabi Muhammad Saw dalam agama Islam dengan hanya
datang ke Madinah (Yatsrib), orang- berpura-pura, sehingga dapat memata-
orang Yahudi telah hidup pada matai kaum Muslimin, namun juga ada
beberapa kabilah, mereka banyak yang yang tulus ikhlas ingin memeluk Islam.
mendiami Taimaa`, Fadak, Wadi al- Sejarah mencatat, bahwa pada zaman
Nabi Muhammad, rahib Yahudi yang
12
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-Qadir, ad-Dakhil
baina ad-Dirasat al-Manhajiyyah wa an-
11
Muhammad Sayyid Thanthawi, Banu Nama>dzij ath-Thathbiqiyyah…, h. 25.
Israil fi Al-Qur’an wa as-Sunnah, Cet. II (Mesir: 13
Muh}ammad Sayyid Thanthawi, Banu
Dar asy-Syuruuq, 2000), h. 66. Israil fi Al-Qur’an wa as-Sunnah…, h. 69.
memeluk Islam hanya ada dua orang, bagi umat Islam, sedangkan Taurat dan
yaitu: ‘Abdullah bin Salam (w. 43 H/ Injil menceritakannya secara
663 M) dan Mikhriq. Keberadaan Nabi mendetail. 14 Para mufassir dari
dan Islam pun tercium oleh para kalangan sahabat terdahulu, memang
pemuka kaum Nashrani, sehingga ada gemar membaca. Dari sinilah mereka
sekelompok dari mereka yang sengaja menginginkan penjelasan secara detail
mendatangi Nabi Muhammad Saw tentang kisah-kisah ini dapat dinikmati
guna berdebat akan hakikat Nabi ‘Isa, oleh orang lain.
yang akhirnya membuat Tamim ad- Namun demikian, para sahabat
Dari memeluk Islam. Jalan perdebatan tidak serta merta menerima berbagai
inilah yang merupakan celah masuknya ragam penjelasan dan kisah-kisah serta
israiliyyat ke dalam penafsiran Al- berita akan kejadian yang luar biasa ini
Qur’an. dengan tangan terbuka, banyak
Pada masa Nabi, ada juga diantara mereka yang menolak kisah-
beberapa rahib lainnya yang memeluk kisah ini. Mereka juga sangat selektif
Islam, seperti, Ka’ab bin al-Ahbar, dalam memilih kisah-kisah semacam
Wahab bin Munabbih dan lainnya, ini. Mereka tidak mengambil kisah-
dimana ada beberapa orang yang kisah yang berkaitan dengan akidahdan
menanyai mereka terkait rincian suatu kisah yang berkaitan dengan hukum
kisah di dalam Al-Qur’an, baik itu yang yang terkait dengan penghalalan dan
berkaitan dengan sosok yang ada pengharaman sesuatu. Nah, adanya
sedang diceritakan, tempat terjadinya kecocokan diantara keduanya inilah, -
suatu kisah dan ragam pelengkap suatu antara Al-Qur’an dengan Taurat- yang
kisah, seperti penjelasan tentang membuat israiliyyat bisa masuk ke
bahtera Nuh, dari apa dibuat, berapa dalam ranah penafsiran Al-Qur’an.
lama dibuat, bagaimana gambaran Ulasan yang telah penulis
perahunya, di dalamnya ada berapa paparkan di atas memberikan
tingkat, dan diisi apa saja perahu kesimpulan bahwa, sistem informasi
tersebut, dan lain sebagainya. masuknya israiliyyat ke dalam ranah
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang penafsiran Al-Qur’an, bisa berasal dari
kemudian menjadikan israiliyyat ini jalur perdebatan yang terjadi antara
dapat masuk ke dalam ranah penafsiran Nabi dengan Ahl al-Kitab, bisa juga dari
Al-Qur’an. jalur tanya jawab kaum muslimin
Tidak dapat dipungkiri bahwa kepada muslim lainnya yang
Al-Qur’an memiliki kesamaan dengan notabenenya dia adalah seorang rahib
Taurat dan Injil dalam menceritakan sebelum dia memeluk Islam, bisa juga
kisah umat terdahulu, lebih khusus masuk melalui campur baurnya bangsa
kisah para Nabi dan ragam kejadian arab dengan Ahl al-Kitab yang menetap
aneh. Al-Qur’an menceritakannya
secara global, sebagai sumber pelajaran 14
Muhammad Husain adz-Dzahabi, at-
Tafsir wa al-Mufassirun…, h. 57.
di suatu tempat, bisa juga karena ada pula yang ditolak. Hal itu
adanya kecocokan beberapa hal yang disebabkan keadaan bangsa arab yang
terdapat pada Taurat dengan apa yang tidak pandai menulis dan membaca,
ada di dalam Al-Qur’an sehingga diri dimana mereka adalah bangsa badui
mereka lebih condong untuk (pedalaman). Mereka pun ingin
mengetahui paparan detail akan suatu mengetahui sesuatu, seperti lazimnya
kisah. sifat manusia yang senanstiasa ingin
mengetahui sesuatu, seperti halnya
Yunus Hasan Abidu
ingin mengetahui tentang penyebab
menyatakan, bahwa pemalsuan
terjadinya alam semesta, asal mula
dibidang tafsir sudah ada sejak dahulu,
penciptaan, maka mereka (bangsa arab)
sebagaimana pemalsuan yang terjadi di
bertanya kepada Ahl al-Kitab sebelum
dalam hadis. Hal ini merupakan
mereka dan mereka menerima
konsekuensi pecahnya kaum muslimin
pendapatnya. Ahl al-Kitab tersebut
ke dalam beberapa aliran setelah
adalah ahli Taurat dari kalangan
terbunuhnya Ali ra. pada tahun 41 H,
Yahudi dan Nashrani. Ahli Taurat yang
yaitu saat munculnya Syi`ah, Khawarij
berada di antara bangsa arab ketika itu,
dan aliran sesat lainnya, juga masuknya
mereka adalah kaum badui, sama
orang-orang ke dalam agama Islam
seperti bangsa arab lainnya. Mereka
dengan tujuan untuk mengelabui Islam
tidak mengetahui isi kitab Taurat
dan para pemeluknya. Masing-masing
kecuali seperti apa yang diketahui oleh
aliran berusaha menyebarluaskan
orang-orang awam dari Ahl al-Kitab.
madzhab dan bersikap fanatik terhadap
Mayoritas mereka berasal dari suku
idiologinya. Sehingga mereka
Himyar yang menjadikan agama
memalsukan banyak riwayat dan
Yahudi sebagai basis mereka.
pendapat untuk mendukung tujuan
mereka, lantaran sebab inilah kitab- Setelah mereka ini memeluk
kitab tafsir menjadi penuh dengan hal agama Islam pun, keterkaitan mereka
tersebut, khususnya kitab-kitab tafsir bi pada agama sebelumnya masih sangat
al-ma’tsur.15 kuat, terutama yang tidak berhubungan
dengan hukum syariat. Contohnya
Dalam mencari rincian
seperti, hal-hal yang berhubungan
penjelasan dari suatu kisah di dalam Al-
dengan kisah asal kejadian makhluk,
Qur’an, Ibnu Khaldûn menggambarkan
kisah-kisah tentang peperangan dan
kondisi bangsa arab saat itu, bahwa:
lain sebagainya. Mereka itu antara lain
“Para ulama terdahulu telah
adalah, Ka’ab al-Ahbar, Wahab bin
mengumpulkan beragam tafsir naqli,
Munabbih, ‘Abdullah bin Salam dan
hanya saja kitab hasil kutipan mereka;
yang lainnya. Dengan demikian, maka
ada yang bernilai dan ada yang tidak
beragam tafsir dipenuhi dengan
bernilai; ada yang dapat diterima dan
kutipan mereka. Adapun kisah-kisah
15
Yunus Hasan Abidu, Tafsir Al-Qur’an; yang disandarkan kepada mereka tidak
Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir, Cet. 1
(Tangerang: Gaya Media Pratama, t.t.), h. 59. berkaitan dengan masalah hukum. Di
ََِ ي
dengan kata “َ ف ََ َ ُر ِو،ي
َ ُر ِو
terlahir berkaitan dengan
israiliyyat di dalam penafsiran
ُّ ََََ َرَوى،اْلَ ْخبَا ِر
َََقَالََََأ َْه َُل،ُالرَواة Al-Qur’an.
Thathbiqiyyah. Kairo: Al
Azhariyyah, 2006.
Syams ad-Din Muhammad bin Ahmad
al-Khathib asy-Syarbini asy-
Syafi’i. as-Siraj al-Munir fi al
I’Anati ‘Ala Ma’rifat Kalam
Rabbina al-Hakim al-Khabir. Vol.
I. AL Amiriyyah, 1385.
Thanthawi, Muhammad Sayyid. Banu
Israil fi Al-Qur’an wa as-Sunnah.
Cet. II. Mesir: Dar asy-Syuruuq,
2000.
Zaqzuq, Hamdi dan dkk. Al Mausu’ah
al-Qur’aniyyah al-
Mutakhashshishah. Kairo:
Majelis A’la Li Syu`uun ad-
Diniyyah, 2006.