Anda di halaman 1dari 14

Available online al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Tafsir Studies Website:

http://jurnal.nuruliman.or.id/index.php/alashriyyah
al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020

ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR AL KHATHIB ASY-SYARBINI

Fery Rahmawan Asma


Email: el.karimah@gmail.com
Diterima: 28 Maret 2020; Diperbaiki: 9 April 2020; Disetujui: 15 April 2020

Abstract
This article aims to reveal various israiliyyat data contained in the interpretation of Tafsir as-
Siraj al-Munir by Muhammad asy-Syarbini, then analyzed comparatively with the views of
other commentators. Therefore, the method that the author uses in this study is a qualitative
method, it aims to be able to find out what israiliyyat material that ash-Syarbini mentions in
his interpretation, what steps are taken in mentioning it as well as his response related to
these stories and his relationship with the commentators before his time related to the story of
israiliyyat. From the results of this study, the author succeeded in mapping the information
system of the story mentioned by the author of the commentary, the views of scholars
regarding these stories and the attitude of the author of the interpretation in commenting on
israiliyyat as well as the roots of the views of asy-Syarbini.
Keywords: asy-syarbi ni, Isra iliyya t, information system, as-siraj al-munir interpretation
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan beragam data israiliyyat yang terdapat pada tafsir
Tafsir as-Siraj al-Munir karya Muhammad asy-Syarbini, kemudian dianalisis secara komparatif
dengan pandangan mufassir lainnya. Oleh karena itu, metode yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif, hal ini bertujuan agar dapat mengetahui materi
israiliyyat apa saja yang asy-Syarbini sebutkan dalam tafsirnya, langkah apa yang diambil
dalam penyebutannya juga responnya terkait kisah-kisah tersebut serta kaitan dirinya dengan
para mufassir sebelum masanya terkait kisah israiliyyat. Dari hasil penelitian ini, penulis
berhasil memetakan sistem informasi kisah yang disebutkan oleh pengarang tafsir, pandangan
ulama terkait kidah-kisah tersebut dan sikap pengarang tafsir dalam mengomentari israiliyyat
serta akar dari pandangan asy-Syarbini.

Kata Kunci: asy-Syarbini, israiliyyat, sistem informasi, Tafsir as-Siraj al-Munir

63
al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

PENDAHULUAN sahabat, mereka adalah: Abdullah bin


Salam (w. 43 H/ 663 M), Ka’ab al-Ahbar
Israiliyyat adalah kisah atau cerita
(w. 34 H/ 654 M), Wahab bin
yang diriwayatkan dari Isra’il, yaitu
Munabbih (w. 114 H/ 732 M), ‘Abd al-
Ya’qûb bin Ishaq bin Ibrahim Abu al-
Malik bin ‘Abd al-‘Aziz bin Juraij (w. 150
Asbath yang ke-12.1 Pada mulanya,
H/ 767 M).3 Mereka banyak
istilah israiliyyat hanya menunjukkan
menyebutkan rincian kisah, seperti
corak Yahudi dalam tafsir, namun pada
yang dirincikan dalam kitab agama
perkembangannya, istilah tersebut
mereka sebelumnya. Selain mereka, ada
mencakup segala hal yang berkaitan
sahabat Nabi yang biasa dijadikan
dengan corak Yahudi dan Nashrani
sandaran riwayat-riwayat israiliyyat, dia
dalam tafsir beserta semua rincian
adalah Ibnu ‘Abbas. Banyak sekali
kisahnya, dimana unsur Yahudi lebih
riwayat-riwayat yang tidak jelas,
dominan dibandingkan Nashrani.
disandarkan oleh periwayat yang tidak
Sedangkan Mûsa bin Ibrahim bertanggung jawab kepadanya, hal ini
bin al-Ibrahim mendefinisikan disebabkan karena ketenaran dirinya,
israiliyyat dengan segala hal yang sehingga riwayat apapun yang
dinukilkan ke dalam buku-buku tafsir, disandarkan kepadanya kelak akan
sumbernya dari Ahl al-Kitab yang diperhitungkan. Penafsiran generasi
masuk Islam, terkait apa yang mereka sahabat ini, kiranya dapat dicirikan
pelajari dari literatur, agama dan para dengan menjadikan Ahl al-Kitab
pemuka agama mereka terdahulu.2 sebagai rujukan dalam penafsiran Al-
Definisi inilah, yang merupakan salah Qur’an. ( Ramzi Ni’na’ah : al-Israiliyyat:
satu penyebab terpuruknya tafsir bi al- 73).
ma’tsur. Dimana keberadaan israiliyyat
Gambaran di atas memberikan
dipenuhi dengan kebohongan dan
kita informasi, bahwa kisah israiliyyat
khurafat, yang bersumber dari kitab
seolah menjadi mata rantai informasi
Taurat dan ajaran yang mereka terima
masa silam yang tersistem, ia
dari para rahib.
ditransformasikan ke dalam buku tafsir
Kisah-kisah israiliyyat ini melalui proses pengajaran, dan
biasanya diambil dari empat orang penyaduran, tujuan dari transformasi
1 itu adalah sebagai penguat suatu pesan,
Muhammad Husain adz-Dzahabi (w. 1397
H/ 1977 M), al-israiliyyat fi at-Tafsir wa al-Hadis, penguat cerita masa silam serta sebagai
pelengkap majalah al-Azhar asy-Syarif, Rabi’ al- dalih, bahwa kisah yang sudah
Awwal, 1429 H, h. 43. Al-Asbath merupakan kata
jamak dari kata sibt, yang berarti anak, istilah ini dipaparkan itu benar terjadi di masa
kemudian berkembang sehingga memiliki makna silam.
sebuah kabilah, dimana kabilah tersebut kembali
pada satu orang. Lihat, Hamdi Zaqzuq dan dkk, Al Dalam perkembangan tafsir,
Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-Mutakhashshishah
(Kairo: Majelis A’la Li Syu`uun ad-Diniyyah, para mufassir lambat laun mulai
2006), h. 726.
2
Muhammad bin Ibrahim bin al-Ibrahim, 3
Manna’ bin Khalil al-Qaththan, Mabahits
Buhuts Manhajiyyah fi ‘Ulum Al-Qur’an, Cet. II fi ‘Ulum Al-Qur’an, vol. I (Maktabah al-Ma’arif,
(Urdun: Dar ‘Ammar, 1996), h. 99. 2000), h. 366.

Fery Rahmawan Asma Page | 64


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 60-73.

menyadari bahwa kandungan- pada masanya. Dengan kondisi ini pola


kandungan kisah israiliyyat ini pemikiran para mufassir terpecah
menyisakan hal buruk, baik itu bagi menjadi dua; pertama, mereka yang
ilmu tafsir dan juga bagi kaum menganggap bahwa israiliyyat
muslimin secara umum. Oleh karena merupakan warisan turun temurun
itu, para ahli tafsir berusaha mengkaji sebagai bukti kisah itu sudah terjadi di
dan meneliti kembali kisah-kisah yang masa lampau, sehingga sah-sah saja jika
ada, namun itulah manusia, yang tidak ini ditampilkan di dalam penafsian.
sempurna dalam segala hal. Sebagian Kedua, bahwa israiliyyat sekalipun
mufassir dinilai masih kurang teliti dianggap sebagai warisan kisah turun
dalam mengkaji kisah-kisah israiliyyat temurun, namun di dalamnya banyak
ini. Diantara buku-buku tafsir yang sekali kisah yang menjebak kaum
masih mengutip kisah-kisah israiliyyat, muslimin, merongrong akidah mereka,
yaitu: Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an oleh karenanya ia tidak patut ada
karya Abu Ja’far ath-Thabari (w. 310 H / dalam penafsiran.
923 M), Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim Salah satu metode menafsirkan
karya Ibnu Katsir (w. 774M/ 1372 M), Al Qur`an, adalah metode at-Tahlili,4
Ruh al-Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’an al- dan ulama yang juga turut
Azhim wa as-Sab’i al-Matsani karya al- menggunakan metode at-Tah}lili
Alusi (w. 1270 H/ 1853 M), Al-Kasyf ‘An adalah, Muhammad asy-Syarbini -yang
Bayan Tafsir Al-Qur’an karya ats- kemudian dalam penelitian ini penulis
Tsa’labi (w. 437 H/ 1045 M), Lubab at- singkat menjadi asy-Syarbini- dalam as-
Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil karya al- Siraj al-Munir fi al-I’anati ‘Ala Ma’rifat
Khazin (w. 741 H/ 1340 M), Tafsir Kalam Rabbina al-H{akim al-Khabir.
Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H/ 767 Seorang ulama fikih asy-Syafi’i yang
M), Tafsir al-Kasysyaf karya Az- terkenal, dimana hasil karyanya dalam
Zamakhsyari (w. 538 H/ 1143 M), dan bidang fikih banyak dikaji oleh orang
tafsir al-Manar karya Rasyid Ridha (w. Indonesia. Dia adalah pensyarah kitab
1354 H/ 193 5M). al-Minhaj pengarang kitab al-Iqna’ fi
Berbagai buku yang baru saja H{illi Alfazh Abi Suja’ fi Fiqh Asy-Syafi’i,
dipaparkan, betapa itu serta masih ada karya lainnya yang
menggambarkan bahwa kisah berkaitan dengan kajian fikih.
israiliyyat ini terangkai dan mengalir
begitu saja bak sistem yang sudah 4
Metode Tah}lili (Analitik): Sebuah metode
terorganisir dengan baik. Dalam kurun penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan
waktu yang tak sedikit, kisah israiliyyat memaparkan segala aspek yang terkandung di
dalam ayat-ayat yang ditafsirkan, serta
itu masih saja masuk ke dalam ranah menerangkan makna-makna yang tercakup di
penafsiran, bahkan para para mufassir dalamnya sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan penafsir. Lihat. M. Quraisy Syihab,
yang memasukkan unsur israiliyyat ini Tafsir Al-Qur’an dengan metode maudhu’i yang
ke dalam buku tafsir mereka dikutip oleh Busthami A. Ghani, ed., Beberapa
Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’an, Cet. I (Perguruan
merupakan ulama dan penafsir ulung Tinggi Ilmu Al-Qur’an, 1986), h. 37.

Page | 65 Fery Rahmawan Asma


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

Sosoknya yang memiliki latar Tafsirnya dibuat dengan


belakang dan kecenderungan bahasan yang sederhana sehingga
pemikiran fikih, khususnya fikih asy- mudah dipahami. Dia juga turut
SyAfi’i, namun tafsir yang dia tulis, menyebutkan beberapa informasi
berbeda dengan kebanyakan mufassir kajian mufassir sebelumnya, semisal az-
yang berlatar belakang seorang ahli Zamakhsyari, al-Baidawi dan al-
fikih, dia tidak menjadikan tafsirnya ini Baghawi, Fakhr ad-Din ar-Razi dan
dipenuhi dengan perbedaan pendapat ulama lainnya. Inilah sekilas gambaran
para ulama fikih, seperti yang tentang tafsirnya secara umum,
dilakukan oleh al-Qurthubi (w. 671 H/ sedangkan terkait periwayatan
1272 M), Alkiya al-Hirasi (504 H/ 1110 israiliyyat, penulis belum menemukan
M), al-Jassah (w. 370 H/ 980 M), akan karya yang mengupasnya secara
tetapi yang dia muat dalam tafsirnya komperhensif. Oleh karena itu, penulis
adalah, ulasan nahwu dan sisi tertarik untuk mengkaji sistem
kebahasaan, status hadis, perbedaan informasi israiliyyat dengan beragam
qira’at dalam sebuah ayat dan lain rentetan pendapat ulama yang
sebagainya, seperti yang dia sebutkan merupakan akar israiliyyat ini
dalam awal tafsirnya.5 menyeruak di dalam kitab tafsir.
Kepakarannya akan ilmu qira’at METODE PENELITIAN
juga tidak dipungkiri lagi, seperti Penelitian ini termasuk
ulasannya terkait bacaan (َ‫ط‬ ِ dalam
َ ‫)ص َرا‬ penelitian analisis tafsir. Penafsiran al-
surah al-Fatihah. Dia menyatakan, Khathib asy-Syarbini yang terkait
bahwa ada sebagian ulama qira’at yang dengan ssistem informasi israiliyyat,
membacanya dengan mengganti lafazh dianalisis dan dideskripsikan secara
“Shad” menjadi huruf “Zay”sehingga mentah apa adanya dari bukunya. Maka
terbaca “Zirath.” Hamzah membaca metode analisis data ini tergolong
kata ini dengan isymam, yaitu sang kualitatif, karena mengedepankan
pembaca menyatukan bibirnya dan interpretasi penulis tentang bermacam-
mengeluarkan huruf antara huruf “Shad macam data yang dikumpulkan oleh
dan Zay”. Khalaf membaca kata penulis. Dalam melakukan analisis
“Shirat” yang kedua dengan isymam. data, penulis akan mengkaji temuan
Qunbul membaca semuanya huruf data, yang kemudian
“Shad” dalam Al-Qur’an dengan huruf mengkolaborasikan data tersebut
“Sin”. Dimana para Imam qira’at lain, dengan data yang lainnya.
membacanya dengan huruf “Shad”
Kajian penelitian ini terkait
dalam semua tempat.
dengan pola sistem informasi
pemikiran seorang penafsir terhadap
5
Syams ad-Din Muhammad bin Ahmad al- suatu wacana, maka metodologi tafsir
Khathib asy-Syarbini asy-Syafi’i, as-Siraj al-Munir
fi al I’Anati ‘Ala Ma’rifat Kalam Rabbina al- yang digunakan dalam penelitian ini
Hakim al-Khabir, vol. I (AL Amiriyyah, 1385), h. mengacu pada disiplin ilmu tersebut
3.

Fery Rahmawan Asma Page | 66


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 60-73.

yaitu dengan pendekatan teologis. disebabkan karena pengikutnya yang


Pendekatan ini penulis pakai sebagai banyak dan agamanya yang besar, serta
pintu masuk dan sekaligus pisau ukur lebih banyak berbaur dengan kaum
untuk melakukan penelitian ini. muslimin, sejak awal munculnya Islam
hingga tersebar luas ke seantero dunia,
Data-data yang terkumpul, akan
dimana manusia banyak yang memeluk
dikaji secara bersamaan. Penganalisisan
Islam.6
data seperti ini dikenal juga dengan
metode komparatif, yaitu Diantaranya ada yang
membandingkan penafsiran asy- mengatakan, bahwa ulama kaum
Syarbini dengan beberapa kitab lainnya muslimin memutlakkan kalimat
yang diidentifikasi mengutip israiliyyat. israiliyyat ini terhadap seluruh akidah
Tehnik seperti ini digunakan untuk selain akidah Islam, tak terkecuali
memudahkan peneliti dalam berkaitan dengan akidah dan kisah-
mengambil kesimpulan. kisah yang orang Yahudi dan Nashrani
sisipkan ke dalam agama Islam sejak
LANDASAN TEORI
awal hijrah.
Epistimologi israiliyyat
Diantaranya, ada juga yang
merupakan hal baru yang tidak pernah
mengatakan, bahwa epistimologi
dipaparkan oleh ulama terdahulu,
israiliyyat yang paparkan oleh para
epistimologi ini baru diungkapakan
peneliti ulama Islam, memutlakkannya
oleh beberapa ulama mutaakhir dengan
terhadap ragam kisah dan khabar
ragam bahasa, seperti yang disebutkan
Yahudi dan Nashrani yang masuk ke
Ramzi Ni’na’ah dalam bukunya:
dalam masyarakat Islam setelah
Lafazh israiliyyat yang nampak masuknya beberapa orang Yahudi ke
menunjukkan suatu corak Yahudi dalam Islam atau hanya agar tampak
dalam tafsir, dimana bekas ajaran dirinya masuk ke dalam agama
Yahudi sangat nampak di dalamnya, tersebut. 7
namun yang diinginkan adalah
Jum’ah menyatakan, bahwa
pernyataan yang lebih luas dan
israiliyyat merupakan kumpulan kisah
menyeluruh, maka yang kita inginkan
dan khabar yang memiliki mata rantai
adalah hal-hal yang mencakup corak
bersambung ke dalam pengetahuan
Yahudi dan Nashrani dalam tafsir, yang
kaum muslimin dari jalan Ahl al-Kitab
di dalamnya sangat kental dengan
dari kalangan Yahudi dan Nashrani.
pengetahuan Yahudi dan Nashrani.
Mayoritas israiliyyat ini berkaitan
Kami mutlakkan dengan kata
dengan kejadian masa lampau dan juga
israiliyyat, yaitu melihat dari aspek
yang dominan, dimana aspek Yahudi
6
lebih dominan daripada aspek Muhammad Husain adz-Dzahabi, at-Tafsir
wa al-Mufassirun, vol. I (Kairo: Maktabah
Nashrani. Aspek dari Yahudi inilah Wahbah, 2005), h. 121.
yang paling dominan sehingga banyak
7
Ramzi Ni’na’ah, al-Israiliyyat wa
Atsaruha fi Kutub at-Tafsir (Damaskus: Dar al-
kutipan darinya, hal tersebut Qalam, 1970), h. 73.

Page | 67 Fery Rahmawan Asma


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

apa yang terjadi pada kondisi para Nabi Yahudi atau Nashrani atau juga orang
dan Rasul, dimana kisah-kisah dan Yahudi yang masuk Islam, bahkan
khabar ini, tidak terlepas dari adanya sebagian ulama yang memandangnya
pertentangan, kebohongan yang secara luas, yaitu semua hal yang
dibuat-buat, sebab itu bersumber dari dimasukkan oleh musuh-musuh Islam,
Taurat dan Injil, dimana Taurat dan baik itu berkaitan dengan atau akidah
Injil telah mengalami perubahan. 8 ataupun kisah.
Ramzi Ni’na’ah merupakan Ada beberapa hal lainnya yang
ulama yang mengartikan israiliyyat ini turut memicu masuknya israiliyyat ke
dalam arti yang luas, bahkan dalam penafsiran Al-Qur’an, yaitu:
menurutnya israiliyyat ini mencakup Pertama, adanya perbedaan politik dan
semua ragam dakhil yang masuk ke aliran kepercayaan. Kedua, adanya
dalam tafsir Al-Qur’an, khususnya zindiq dan kufur dalam agama. Ketiga,
kisah yang dibuat-buat serta adanya perbedaan aliran fikih, ilmu
mengandung kebohongan, bahkan kalam dan mengungulkan alirannya.
kisah yang tidak termasuk ke dalam Keempat, adanya fanatisme suku,
bahasan israiliyyat. Penulis sepakat kabilah, bahasa bahkan Negara. Kelima,
dengan apa yang dipaparkan oleh mencari simpati khalayak ramai dengan
Jum’ah Abdul Qadir yang memberikan nasehat dan bercerita.
mengkhususkan israiliyyat pada hal-hal Keenam, bodohnya seseorang akan
yang bersumber dari Yahudi dan agamanya, walaupun maksud
Nashrani, menurutnya hal tersebut sebenarnya adalah baik. Ketujuh,
disebabkan banyaknya riwayat-riwayat sarana mendekat kepada penguasa.
yantg dha’if bahkan maudhu’ yang Kedelapan, membuat-buat sesuatu
disebabkan oleh kebohongan penyalin (seperti hadis maudhu’) guna
atau kebodohan sang penyalin suatu menjadikan sesuatu itu digemari atau
teks kitab.9 dijauhi. 10
Dari beberapa epistimologi yang Kaum Yahudi merupakan kaum
para ulama sebutkan, penulis melihat yang telah mendiami jazirah arab sejak
bahwa arah pemikiran mereka sama, abad ke- 1 Masehi, yaitu di saat Roma
namun hanya berbeda pada bagaimana dapat menundukkan kota Palestina.
setiap dari mereka memandang Dari sinilah, banyak orang-orang
israiliyyat tersebut. Ada yang Yahudi yang berhijrah ke Yatsrib dan
memandangnya secara sempit, yaitu Hijaz, semisal bani Quraizhah, bani
kisah yang datangnya dari orang Nadhir dan bani Bahdal, dimana ketiga
suku ini berhijrah dari Palestina
8
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-Qadir, ad-Dakhil menuju Yatsrib bagian selatan, hingga
baina ad-Dirsat al-Manhajiyyah wa an-Namadzij
ath-Thathbiqiyyah (Kairo: Al Azhariyyah, 2006), h. akhirnya bani Nadhir dan sekelompok
21.
9
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-QAdir, ad-Dakhil 10
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-Qadir, ad-Dakhil
baina ad-DirsAt al-Manhajiyyah wa an-Namadzij baina ad-Dirasat al-Manhajiyyah wa an-Namadzij
ath-Thathbiqiyyah…, h. 47. ath-Thathbiqiyyah…, h. 31-41.

Fery Rahmawan Asma Page | 68


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 60-73.

orang yang bersama mereka menetap Qura’ dan juga Madinah.12 Mereka
disebuah lembah, yang bernama hidup layaknya suatu kelompok yang
Bathhan, sedangkan bani Quraizhah solid, dimana mereka memiliki kitab
dan bani Bahdal mendiami lembah yang menjadi pedoman hidup; yaitu
Mahzur.11 Taurat dan Tilmûd, mereka memiliki
syariat, adat kebiasaan, hari raya,
Pada masa jahiliyah, bangsa arab
tempat berkumpul dan belajar “al-
kerap melakukan perjalanan, saat
Madaris.”13 Begitu juga kaum Nashrani
musim panas tiba, mereka pergi ke arah
yang turut ambil andil untuk hidup di
Syam dan kala musim dingin menyapa,
sana layaknya kaum Yahudi, mereka
mereka pergi ke Yaman. Di negeri
juga memiliki kitab yang mereka
Yaman maupun Syam saat itu, banyak
jadikan sebagai pedoman; yaitu berupa
sekali Ahl al-Kitab, yang mayoritas
Injil, serta ragam adat istiadat dan hari
mereka adalah orang Yahudi, di negeri
raya.
itulah terjadi ragam pertemuan dan
pembauran bangsa arab dengan Ahl al- Begitu juga kaum Nashrani yang
Kitab yang bermukim di sana (adz- mendiami jazirah arab, mereka berbaur
Dzahabi: al-Israiliyyat: 16), dimana dari dengan orang-orang arab lainnya,
ragam pembauran inilah, bangsa arab bahkan dalam pandangan kaum arab
banyak membawa ragam pengetahuan pedalaman, kaum Yahudi dan Nashrani
dan kisah mereka, inilah salah satu merupakan kaum terpandang dan
faktor penyebab tersebarnya israiliyyat berilmu. Pada masa Nabi memang
di kalangan bangsa arab. Hal yang kaum muslimin tidak terpikirkan untuk
menjadi catatan bahwa, ragam mencari keterangan tambahan dari apa
pengetahuan Yahudi yang diserap oleh yang Al-Qur’an sebutkan secara global.
bangsa arab kala itu sangat terbatas dan Pada zaman Nabi, terjadi banyak
jangkauannya pun sempit, itu perdebatan antara orang-orang Yahudi
disebabkan karena keilmuan bangsa dan kaum muslimin, sebab kaum
arab sebelum Islam datang, memang Yahudi merasa terusik dengan
belum mapan untuk menerima ragam kehadiran kaum muslimin di Madinah,
pengetahuan yang banyak. tak jarang ada yang sengaja masuk ke
Ketika nabi Muhammad Saw dalam agama Islam dengan hanya
datang ke Madinah (Yatsrib), orang- berpura-pura, sehingga dapat memata-
orang Yahudi telah hidup pada matai kaum Muslimin, namun juga ada
beberapa kabilah, mereka banyak yang yang tulus ikhlas ingin memeluk Islam.
mendiami Taimaa`, Fadak, Wadi al- Sejarah mencatat, bahwa pada zaman
Nabi Muhammad, rahib Yahudi yang

12
Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-Qadir, ad-Dakhil
baina ad-Dirasat al-Manhajiyyah wa an-
11
Muhammad Sayyid Thanthawi, Banu Nama>dzij ath-Thathbiqiyyah…, h. 25.
Israil fi Al-Qur’an wa as-Sunnah, Cet. II (Mesir: 13
Muh}ammad Sayyid Thanthawi, Banu
Dar asy-Syuruuq, 2000), h. 66. Israil fi Al-Qur’an wa as-Sunnah…, h. 69.

Page | 69 Fery Rahmawan Asma


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

memeluk Islam hanya ada dua orang, bagi umat Islam, sedangkan Taurat dan
yaitu: ‘Abdullah bin Salam (w. 43 H/ Injil menceritakannya secara
663 M) dan Mikhriq. Keberadaan Nabi mendetail. 14 Para mufassir dari
dan Islam pun tercium oleh para kalangan sahabat terdahulu, memang
pemuka kaum Nashrani, sehingga ada gemar membaca. Dari sinilah mereka
sekelompok dari mereka yang sengaja menginginkan penjelasan secara detail
mendatangi Nabi Muhammad Saw tentang kisah-kisah ini dapat dinikmati
guna berdebat akan hakikat Nabi ‘Isa, oleh orang lain.
yang akhirnya membuat Tamim ad- Namun demikian, para sahabat
Dari memeluk Islam. Jalan perdebatan tidak serta merta menerima berbagai
inilah yang merupakan celah masuknya ragam penjelasan dan kisah-kisah serta
israiliyyat ke dalam penafsiran Al- berita akan kejadian yang luar biasa ini
Qur’an. dengan tangan terbuka, banyak
Pada masa Nabi, ada juga diantara mereka yang menolak kisah-
beberapa rahib lainnya yang memeluk kisah ini. Mereka juga sangat selektif
Islam, seperti, Ka’ab bin al-Ahbar, dalam memilih kisah-kisah semacam
Wahab bin Munabbih dan lainnya, ini. Mereka tidak mengambil kisah-
dimana ada beberapa orang yang kisah yang berkaitan dengan akidahdan
menanyai mereka terkait rincian suatu kisah yang berkaitan dengan hukum
kisah di dalam Al-Qur’an, baik itu yang yang terkait dengan penghalalan dan
berkaitan dengan sosok yang ada pengharaman sesuatu. Nah, adanya
sedang diceritakan, tempat terjadinya kecocokan diantara keduanya inilah, -
suatu kisah dan ragam pelengkap suatu antara Al-Qur’an dengan Taurat- yang
kisah, seperti penjelasan tentang membuat israiliyyat bisa masuk ke
bahtera Nuh, dari apa dibuat, berapa dalam ranah penafsiran Al-Qur’an.
lama dibuat, bagaimana gambaran Ulasan yang telah penulis
perahunya, di dalamnya ada berapa paparkan di atas memberikan
tingkat, dan diisi apa saja perahu kesimpulan bahwa, sistem informasi
tersebut, dan lain sebagainya. masuknya israiliyyat ke dalam ranah
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang penafsiran Al-Qur’an, bisa berasal dari
kemudian menjadikan israiliyyat ini jalur perdebatan yang terjadi antara
dapat masuk ke dalam ranah penafsiran Nabi dengan Ahl al-Kitab, bisa juga dari
Al-Qur’an. jalur tanya jawab kaum muslimin
Tidak dapat dipungkiri bahwa kepada muslim lainnya yang
Al-Qur’an memiliki kesamaan dengan notabenenya dia adalah seorang rahib
Taurat dan Injil dalam menceritakan sebelum dia memeluk Islam, bisa juga
kisah umat terdahulu, lebih khusus masuk melalui campur baurnya bangsa
kisah para Nabi dan ragam kejadian arab dengan Ahl al-Kitab yang menetap
aneh. Al-Qur’an menceritakannya
secara global, sebagai sumber pelajaran 14
Muhammad Husain adz-Dzahabi, at-
Tafsir wa al-Mufassirun…, h. 57.

Fery Rahmawan Asma Page | 70


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 60-73.

di suatu tempat, bisa juga karena ada pula yang ditolak. Hal itu
adanya kecocokan beberapa hal yang disebabkan keadaan bangsa arab yang
terdapat pada Taurat dengan apa yang tidak pandai menulis dan membaca,
ada di dalam Al-Qur’an sehingga diri dimana mereka adalah bangsa badui
mereka lebih condong untuk (pedalaman). Mereka pun ingin
mengetahui paparan detail akan suatu mengetahui sesuatu, seperti lazimnya
kisah. sifat manusia yang senanstiasa ingin
mengetahui sesuatu, seperti halnya
Yunus Hasan Abidu
ingin mengetahui tentang penyebab
menyatakan, bahwa pemalsuan
terjadinya alam semesta, asal mula
dibidang tafsir sudah ada sejak dahulu,
penciptaan, maka mereka (bangsa arab)
sebagaimana pemalsuan yang terjadi di
bertanya kepada Ahl al-Kitab sebelum
dalam hadis. Hal ini merupakan
mereka dan mereka menerima
konsekuensi pecahnya kaum muslimin
pendapatnya. Ahl al-Kitab tersebut
ke dalam beberapa aliran setelah
adalah ahli Taurat dari kalangan
terbunuhnya Ali ra. pada tahun 41 H,
Yahudi dan Nashrani. Ahli Taurat yang
yaitu saat munculnya Syi`ah, Khawarij
berada di antara bangsa arab ketika itu,
dan aliran sesat lainnya, juga masuknya
mereka adalah kaum badui, sama
orang-orang ke dalam agama Islam
seperti bangsa arab lainnya. Mereka
dengan tujuan untuk mengelabui Islam
tidak mengetahui isi kitab Taurat
dan para pemeluknya. Masing-masing
kecuali seperti apa yang diketahui oleh
aliran berusaha menyebarluaskan
orang-orang awam dari Ahl al-Kitab.
madzhab dan bersikap fanatik terhadap
Mayoritas mereka berasal dari suku
idiologinya. Sehingga mereka
Himyar yang menjadikan agama
memalsukan banyak riwayat dan
Yahudi sebagai basis mereka.
pendapat untuk mendukung tujuan
mereka, lantaran sebab inilah kitab- Setelah mereka ini memeluk
kitab tafsir menjadi penuh dengan hal agama Islam pun, keterkaitan mereka
tersebut, khususnya kitab-kitab tafsir bi pada agama sebelumnya masih sangat
al-ma’tsur.15 kuat, terutama yang tidak berhubungan
dengan hukum syariat. Contohnya
Dalam mencari rincian
seperti, hal-hal yang berhubungan
penjelasan dari suatu kisah di dalam Al-
dengan kisah asal kejadian makhluk,
Qur’an, Ibnu Khaldûn menggambarkan
kisah-kisah tentang peperangan dan
kondisi bangsa arab saat itu, bahwa:
lain sebagainya. Mereka itu antara lain
“Para ulama terdahulu telah
adalah, Ka’ab al-Ahbar, Wahab bin
mengumpulkan beragam tafsir naqli,
Munabbih, ‘Abdullah bin Salam dan
hanya saja kitab hasil kutipan mereka;
yang lainnya. Dengan demikian, maka
ada yang bernilai dan ada yang tidak
beragam tafsir dipenuhi dengan
bernilai; ada yang dapat diterima dan
kutipan mereka. Adapun kisah-kisah
15
Yunus Hasan Abidu, Tafsir Al-Qur’an; yang disandarkan kepada mereka tidak
Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir, Cet. 1
(Tangerang: Gaya Media Pratama, t.t.), h. 59. berkaitan dengan masalah hukum. Di

Page | 71 Fery Rahmawan Asma


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

dalam masalah hukum, mereka sangat Mengenai hukum periwayatan


berhati-hati dalam mencari israiliyyat ini, ulama memiliki
kebenarannya, sebab hukum tersebut pandangan yang berbeda, sehingga
harus diamalkan. terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
kelompok ulama yang membolehkan
Para mufassir, dalam hal yang
periwayatan israiliyyat dan kelompok
tidak terkait dengan hukum, seringkali
lainnya yang tidak
mempermudah dan kebanyakan
memperbolehkannya.
mereka memenuhi tafsir mereka
dengan ragam kutipan tersebut. Telah Dampak buruk yang
kami paparkan sebelumnya, bahwa ditimbulkan dari keberadaan israiliyyat
sumber kisah-kisah tersebut adalah di dalam tafsir dikarenakan:
berasal dari ahli Taurat yang tinggal di 1. Hal tersebut memberikan
pedalaman. Sampai saat ini, belum ada peluang, juga sebagai gerbang
penelitian yang akurat untuk masuk bagi orang yang ingin
mengetahui nilai kebenaran dari ragam
merongrong Islam dari dalam,
kisah yang mereka kutip tersebut, sehingga mereka dapat
lantaran popularitas dan kedudukan memperburuk wajah Islam.
yang tinggi sebagai tokoh agama, kisah-
kisah mereka itu dapat diterima dengan 2. Banyak orang yang tertipu
baik.”16 dengan kisah-kisah israiliyyat,
sehingga membuat mereka
Sumber-sumber israiliyyat dari memasukkannya ke dalam buah
kalangan sahabat, mereka itu adalah: karya mereka, tanpa mengetahui
Abdullah bin ‘Abbas, Abu Hurairah, bahwa itu adalah israiliyyat.
Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash, ‘Abdullah
bin Salam (w. 43 H/ 663 M), Tamim ad- 3. Sebagian ulama menyatakan
Dari. Sedangkan dari kalangan tabi’in bahwa israiliyyat ini merupakan
sangatlah banyak, namun penulis salah satu penghalang majunya
hanya akan mengulas dua dintaranya, pemikiran Islam.
yaitu: Ka’ab bin al-Ahbar, Wahab bin 4. Israiliyyat ini berimbas pada
Munabbih. tafsir Al-Qur’an, sehingga
Israiliyyat terbagi ke dalam membuat penafsiran Al-Qur’an
beberapa bagian, sesuai dari segi apa tidak lagi diyakini secara penuh
israiliyyat ini ditinjau. Para ulama telah kebenarannya.
membaginya menjadi tiga tinjauan: 5. Hal ini menjadikan kaum
Tinjauan dari segi sanadnya, tinjuan muslimin terpecah menjadi
dari segi kandungan isinya dan tinjauan kelompok-kelompok.
dari segi cocok tidaknya dengan syariat
6. Banyak orang yang akhirnya
Islam.
sibuk untuk mencari-cari kisah
16
tersebut.
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu
Khaldun (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 429-440.

Fery Rahmawan Asma Page | 72


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 60-73.

7. Kisah-kisah ini memberikan ini, maka penulis dapat menyuguhkan


kebimbangan pada pemikiran kesimpulan sebagai berikut:
yang benar. 1. Informasi israiliyyat yang asy-
Hal ini mampu menghilangkan Syarbini tuliskan dalam
kepercayaan seseorang terhadap tafsirnya, dapat diklarifikasikan
riwayat dari sahabat dan tabi’in yang menjadi dua hal:
shahih. a. Berkaitan dengan kisah-kisah:
HASIL PENELITIAN hal ini juga terbagi menjadi
tiga hal:
Terkait kecenderungan asy-
Syarbini terhadap israiliyyat, penulis 1) Berkaitan dengan kisah
melihat dalam beberapa penafsirannya para Nabi terdahulu,
yang mengandung israiliyyt. Dia lebih seperti kisah Nabi Adam
condong menyebutkan beragam rincian dan anaknya Qabil dan
kisah-kisah dalam Al-Qur’an, baik itu Habil. Kisah Nabi Ibahim
dengan menyatakan, “kama rawa ar- yang dilemparkan ke
ruwwat” (sebagaimana yang dalam api. Kisah Nabi
diriwayatkan oleh banyak periwayat) Mûsa bersama kaumnya
sebelum pengutipan kisah tersebut, di padang Tiih, kisah Nabi
namun dalam beberapa tempat dalam Musa dengan para
tafsirnya, terkadang dia langsung penyihir. Kisah Nabi Nuh}
menyebutkan kisah tersebut tanpa ada dan orang yang beriman
perkataan sebelumnya. bersamanya. Kisah Nabi
Sulaiman yang cincinnya
Tentang pemaparan sistem
diambil oleh syethan,
informasi israiliyyat dalam tafsirnya,
ragam perkataan yang
yang membedakan dirinya dengan para
disebutkan Sulaiman.
mufassir lainnya adalah, bahwa
Kisah Nabi Daud yang
sekalipun dirinya menyebutkan rincian
diuji Allah dengan godaan
israiliyyat, dia tetap menyebutkan
syethan yang menjelma
sandaran informasi israiliyyat tersebut,
burung nan indah serta
seringkali ia menyandarkannya kepada
istri dari Auriya, kisah
Al Khazin, Ath-Thabari dan Al
Nabi Daud diberi
Baidhawi, dimana tidak setiap hal yang
keterampilan membuat
berbau kisah di dalam Al-Qur’an
tameng. Kisah Nabi
dikutipkan kisahnya ke dalam tafsir as-
Ayyub yang Allah uji
Sirj al-Munir, tidak seperti beberapa
dengan penyakit. Kisah
mufassir lainnya.
Nabi Isa dan
SIMPULAN DAN SARAN kemampuannya. Kisah
Setelah penulis melakukan Nabi Yusuf yang dijual
kajian terhadap tafsir as-Siraj al-Munir hingga dipertemukan

Page | 73 Fery Rahmawan Asma


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

kembali dengan ayahnya; tongkat Musa dan batu,


Ya’qub. penyifatan bahtera Nuh,
penyifatan tabut, kisah
2) Berkaitan dengan kisah
tentang al-bait (Ka’bah),
kaum terdahulu: seperti
maksud dari Syajarah
kisah kaum IrAm yang
“Pohon” dalam kisah Nabi
membuat bangunan
Adam,
megah yang menandingi
surga, kisah Ash}ab al-Fill 2) Berkaitan dengan
yang Allah musnahkan perincian tempat: Seperti
dengan lemparan batu maksud dari al-Qaryah
dari neraka, kisah Ashab “Negeri” dalam kisah Nabi
al-Kahfi. Kisah bani IsrAil Musa, maksud dari al-Ard
yang dilarang menangkap al-Muqaddasah, lima kota
ikan pada hari sabtu, yang dibalik.
kisah Bani Israil yang
3) Berkaitan dengan
saling membunuh. personifikasi: Seperti
3) Berkaitan tentang tokoh penyifatan mengenai
dalam Al-Qur’an: Seperti hewan melata, orang yang
asal usul syethan yang disebut Nabi dalam surah
berasal dari kalangan al-Baqarah ayat 246.
malaikat, kisah malaikat Jumlah Nabi yang
yang mengajarkan sihir, dibunuh oleh orang kafir.
nama-nama anak 4) Berkaitan dengan
Ibrahim, kisah Bal’am, perincian suatu masa:
Raja yang mengambil Seperti umurnya Nabi
paksa perahu dalam kisah Nuh dan kapan dia
Khidhir, Kisah Ratu Bilqis diutus, lamanya masa
dengan hadiah yang Nabi Yusuf dipenjara,
dikirimkan kepada Nabi umur Nabi Yusuf saat
Sulaiman, kisah Qarun bermimpi bebintangan,
dan hartanya berserta umur Nabi Zakariyya dan
jumlah orang yang
sang istri yang Allah
membawa hartanya. karuniai Yahya
Samiri yang dapat melihat
Jibril c. Berkaitan dengan cara atau
metode asy-Syarbini dalam
b. Berkaitan dengan perincian penyebutan israiliyyat.
sesuatu: Hal ini juga terbagi
menjadi empat hal: 1) Asy-Syarbini lebih sering
mengawali kisah yang
1) Berkaitan dengan perician diungkapkannya itu
benda: Seperti penyifatan

Fery Rahmawan Asma Page | 74


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 60-73.

ََِ ‫ي‬
dengan kata “َ ‫ف‬ ََ ‫ َ ُر ِو‬،‫ي‬
َ ‫ُر ِو‬
terlahir berkaitan dengan
israiliyyat di dalam penafsiran
ُّ ََ‫ََ َرَوى‬،‫اْلَ ْخبَا ِر‬
َ‫ََقَالََََأ َْه َُل‬،ُ‫الرَواة‬ Al-Qur’an.

َ‫ََقِْي َل‬،‫ََقَالَََفُالَ ٌن‬،‫”التَّ ْف ِس ِْْي‬ 2. Jika bisa diadakan takhassus


dalam perkuliahan terkait
2) Sering kali asy-Syarbini kajian israiliyyat secara khusus
tidak menyebutkan dan ad-Dakhil secara umum.
bahwa, kisah yang 3. Para pengajar tafsir Al-Qur’an
dipaparkannya itu seharusnya dapat menjelaskan
menyatu dengan mata rantai sitem informasi
penafsirannya terhadap israiliyyat kepada masyarakat,
ayat-ayat Al-Qur’an, serta menentukan sikap
sehingga seolah-olah itu terhadap israiliyyat yang ada
bukanlah kisah melainkan dalam penafsiran Al-Qur’an
penafsirannya akan Al- yang sedang dia bahas.
Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
2. Berkaitan dengan sikap
dominan asy-Syarbini setelah Abidu, Yunus Hasan. Tafsir Al-Qur’an;
Sejarah Tafsir dan Metode Para
memaparkan israiliyyat. Dia
Mufasir. Cet. 1. Tangerang: Gaya
lebih dominan untuk tidak Media Pratama, t.t.
mengomentari israiliyyat yang Dzahabi, Muhammad Husain adz-. at-
ada, khususnya yang memiliki Tafsir wa al-Mufassirun. Vol. I.
hukum tawaqquf atau maskut Kairo: Maktabah Wahbah, 2005.
‘anhu. Sedangkan jika israiliyyat Ghani, Busthami A., ed. Beberapa Aspek
tersebut memiliki kandungan Ilmiah tentang Al-Qur’an. Cet. I.
Perguruan Tinggi Ilmu Al-
makna yang keluar dari syariat
Qur’an, 1986.
Islam atau menodai Khaldun, Ibnu. Muqaddimah Ibnu
kema’shuman seorang nabi, Khaldun. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
maka dia mengomentari hal ini Manna’ bin Khalil al-Qaththan.
dengan mengutipkan pendapat Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an.
Fakh ad-Din ar-Razi atau al- Vol. I. Maktabah al-Ma’arif,
2000.
Baidawi.
Muhammad bin Ibrahim bin al-
Sementara saran penulis terkait Ibrahim. Buhuts Manhajiyyah fi
penelitian ini adalah: ‘Ulum Al-Qur’an. Cet. II. Urdun:
Dar ‘Ammar, 1996.
1. Lingkup kajian ad-Dakhil dalam Ni’na’ah, Ramzi. al-Israiliyyat wa
penafsiran Al-Qur’an, Atsaruha fi Kutub at-Tafsir.
khususnya mengenai israiliyyat Damaskus: Dar al-Qalam, 1970.
haruslah ditingkatkan lagi Qadir, Jum’ah ‘Ali ‘Abd al-. ad-Dakhil
dikalangan akademisi, sehingga baina ad-Dirsat al-Manhajiyyah
wa an-Namadzij ath-
kelak ada banyak karya yang

Page | 75 Fery Rahmawan Asma


al Ashriyyah: Journal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 6 (No. 01), Mei 2020: 63-76.

Thathbiqiyyah. Kairo: Al
Azhariyyah, 2006.
Syams ad-Din Muhammad bin Ahmad
al-Khathib asy-Syarbini asy-
Syafi’i. as-Siraj al-Munir fi al
I’Anati ‘Ala Ma’rifat Kalam
Rabbina al-Hakim al-Khabir. Vol.
I. AL Amiriyyah, 1385.
Thanthawi, Muhammad Sayyid. Banu
Israil fi Al-Qur’an wa as-Sunnah.
Cet. II. Mesir: Dar asy-Syuruuq,
2000.
Zaqzuq, Hamdi dan dkk. Al Mausu’ah
al-Qur’aniyyah al-
Mutakhashshishah. Kairo:
Majelis A’la Li Syu`uun ad-
Diniyyah, 2006.

Fery Rahmawan Asma Page | 76

Anda mungkin juga menyukai