1 1641571917 koCaU5U5
1 1641571917 koCaU5U5
Pada pertemuan ke lima belas ini mahasiswa bisa memahami dan mempelajari isi materi
tentang konsep dan mekanisme dari kegagalan. Penyebab kerusakan yang paling umum
terjadi pada komponen mesin adalah kelelahan, lebih dikarenakan muatan dinamis
daripada muatan statis, terutama sekali pada aplikasi aeronotika. Ini mengimplikasikan
bahwa muatan atautegangan maksimum yang menyebabkan kelelahan jauh lebih
sedikit dibandingmuatan statis. Jenis keretakan ini biasanya terjadi pada komponen
yang menjadi sasaran bagi aplikasi yang berulang dalam tegangan alternatif
isi Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila
menerima tegangan berulang – ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah
batas kekuatan elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen
mesin disebabkan oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang
sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat banyak faktor yang
mempengaruhinya.
MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam paparan materi ini akan menjelaskan mengenai tentang proses konsep
dan mekanisme dari kegagalan. Memperkirakan umur lelah suatu komponen adalah
sulit. Kesukaran ini disebabkan oleh banyaknya factor yang mempengaruhi umur lelah.
Kelelahan adalah fenomena yang penting dan kompleks karena terhitung fenomena ini
merupakan 80% dari semua jenis kegagalan struktural. Ini pertama kalinya diketahui di
tahun 1800 pada permukaan yang rusak dari sebuah as roda/gandar lokomotif dan
selama 125 tahun penelitian telah dilakukan untuk ini.
Untuk itulah sudah merupakan hal yang wajar untuk menanyakan mengapa
kelelahan masih tejadi dengan sangat teratur dan pada jenis produk industrial yang
sangat luas. Alasan yang paling dominan adalah struktur metal kompleks mungkin
mengandung area tegangan dan kerusakan yang tersembunyi atau tak dikenal.
Mekanisme patah lelah terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap awal terjadinya retakan
(crack initiation), tahap penjalaran retakan (crack propagation) serta patah akhir atau
patah statis akibat dari penampang yang tersisa tidak mampu lagi menerima beban
JUDUL
A. KONSEP DAN MEKANISME DARI KEGAGALAN
https://www.youtube.com/watch?v=Y-bqhq2Y8pE
TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengujian spesimen merupakan salah satu tahapan yang sangat penting untuk
menjamin mutu dan kualitas suatu material, komponen atau bahan tertentu ntuk
memastikan layak untuk digunakan serta sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan.
Mayoritas komponen kelelahan timbul dari beberapa bentuk penimbul tegangan.
Tegangan tensil, baik terapan maupun residual merupakan komponen mayor dari
kelelahan dan secara umum jauh lebih lemah dari yang dibutuhkan bagi keretakan
statik. Setelah beberapa jumlah kritis dari daur tegangan, retakan akan terbentuk dalam
daerah konsentrasi tegangan tertinggi. Dengan siklus berkelanjutan, retakan akan
bertambah dalam panjang dan dalam petunjuk garis tegak lurus pada tegangan tensil
Universitas Muhammadiyah Riau
Lembaga Penjaminan dan Pengendalian Kualitas Mutu
151
teraplikasi. Permulaan dan perkembangbiakkan dari sebuah kelelahan merupakan
sebuah proses yang rumit, keduanya terjadi karena pembaharuan plastik. Tidak seperti
keretakan pipa/ saluran, keretakan akibat kelelahan tidak menunjukkan adanya
pembaharuan dalam daerah kerusakan.
Umur lelah biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus tegangan yang dicapai
sampai spesimen atau komponen patah. Dengan demikian umur total tersebut telah
mencakup pula tahap awal retakan dan penjalaran retakan yang bila telah cukup jauh
penjalarannya akan menyebabkan patah menjadi dua. Selain itu data kelelahan lain
yang penting adalah laju penjalaran retakan (crack growth rate). Laju penjalaran
retakan inilah yang datanya dapat dipakai untuk memperkirakan umur lelah.
Uji lelah yang sederhana dilakukan dengan memberikan pembebanan atau
tegangan yang relatif sederhana, yaitu beban uniaksial atau lenturan. Dengan beban
tersebut akan diperoleh tegangan tarik dan tegangan tekan yang berfluktuasi. Baja
memiliki batas kelelahan (fatigue limit) atau batas ketahanan (endurance limit) yang
jelas, sedangkan alumunium tidak mempunyai batas kelelahan yang jelas.
B. KELELAHAN
Kelelahan adalah fenomena yang penting dan kompleks karena terhitung
fenomena ini merupakan 80% dari semua jenis kegagalan struktural. Ini pertama
kalinya diketahui di tahun 1800 pada permukaan yang rusak dari sebuah as
roda/gandar lokomotif dan selama 125 tahun penelitian telah dilakukan untuk ini. Untuk
itulah sudah merupakan hal yang wajar untuk menanyakan mengapa kelelahan masih
tejadi dengan sangat teratur dan pada jenis produk industrial yang sangat luas.
Alasan yang paling dominan adalah struktur metal kompleks mungkin
mengandung area tegangan dan kerusakan yang tersembunyi atau tak dikenal.
Mayoritas komponen kelelahan timbul dari beberapa bentuk penimbul tegangan.
Tegangan tensil, baik terapan maupun residual merupakan komponen mayor dari
kelelahan dan secara umum jauh lebih lemah dari yang dibutuhkan bagi keretakan
statik. Setelah beberapa jumlah kritis dari daur tegangan, retakan akan terbentuk dalam
daerah konsentrasi tegangan tertinggi.
Dengan siklus berkelanjutan, retakan akan bertambah dalam panjang dan dalam
petunjuk garis tegak lurus pada tegangan tensil teraplikasi. Permulaan dan
perkembangbiakkan dari sebuah kelelahan merupakan sebuah proses yang rumit,
keduanya terjadi karena pembaharuan plastik. Tidak seperti keretakan pipa/ saluran,
keretakan akibat kelelahan tidak menunjukkan adanya pembaharuan dalam daerah
kerusakan.
Untuk itu, tak ada indikasi sebelumnya tentang serangan retakan akibat kelelaha
yang dapat dideteksi secara visual. Secara normal retakan sangat sulit untuk dideteksi
sampai mereka berkembang menjadi ukuran makroskopik menjadi perputusan yang
arsial atau bahkan komplit. Metode dasar dalam pemunculan data kelelahan mesin
biasanya dalam bentuk kurva S-N. bias dilihat pada gambar 1 dibawah ini yang
mengilustrasikan kurva jenis S-N.
Selain tiga kondisi tegangan diatas, ada satu lagi kondisi tegangan yang sering
digunakan, yaitu release compression dimana gelombang dibawah sumbu axis.
Keempat kondisi tegangan mempunyai amplitudo yang konstan.
1. Hasil dari kelemahan atau kerusakan desain (seperti lubang, sudut, galur)
2. Diambil dari sisa proses penyulingan logam (pipa, inklusi, segrerasi)
3. Disebakan oleh proses pembuatan.
4. Disebabkan hasil operasi atau lingkungan ( korosi, penyinaran, objek asing, dan
kerusakan)
Garis lekukan dibentuk selama beberapa ribu putaran tegangan yang pertama
dan putaran berturut-turut menghasilkan garis galangan tambahan. Secara umum, ada
beberapa garis lekukan yang lebih rentan dibandingkan sisanya dan yang akan tampak
bekas, sementara yang lainnya akan diperbaiki.Lekukan yang rentan ini merupakan
daerah embrionik untuk terjadinya kelelahan berupa retakan.
Mikrograf SEM dari intrusi dan ekstrusi sudah mengindikasikan bahwa proses ini
diasosiasikan dengan pembentukan derajat mikro dan retakan mikro. Sekali terbentuk,
kelelahan berupa keretakan cenderung bertambah pada sudut kira-kira 45º untuk
tegangan tensil. Retakan 45º dapat dengan mudah diidentifikasi sebagai daerah
permulaan yang sempit pada permukaan yang retak setelah kerusakan pada
kebanyakan campuran, kecuali pada nikel yang kekuasaannya tinggi dan kobalt
campuran di mana area yang besar pada permukaan yang retak terdiri dari jenis
retakan ini. Angka peningkatan keretakan pada daerah I sangat lemah dan hasil dari
beberapa diameter atom per putaran dibandingkan dengan jumlah beberapa micron per
putaran pada daerah II.
Sebuah peralatan mikroskop yang penting dan unik bagi perubahan kelelahan
adalah pembentukan bubungan dan galur pada intrusi dan ekstrusi daerah lekukan.
Universitas Muhammadiyah Riau
Lembaga Penjaminan dan Pengendalian Kualitas Mutu
158
Sebuah mekanisme pembentukan pada intrusi dan ekstrusi yang disarankan oleh
Cotrell dan Hall diperlihatkan secara skematik pada gambar dibawah ini.
RANGKUMAN
Berdasarkan atas hasil dari investigasi secara detail yang telah didiskusikan diatas,
urutan Konsep dan Mekanisme dari Kegagalan bahan material dilakukan secara tidak
langsung, tetapi melalui karakteristik yang dapat dihubungkan dengan kondisi yang
sebenarnya.
Mayoritas komponen kelelahan timbul dari beberapa bentuk penimbul tegangan.
Tegangan tensil, baik terapan maupun residual merupakan komponen mayor dari
kelelahan dan secara umum jauh lebih lemah dari yang dibutuhkan bagi keretakan
statik. Setelah beberapa jumlah kritis dari daur tegangan, retakan akan terbentuk dalam
daerah konsentrasi tegangan tertinggi.
Kelelahan adalah fenomena yang penting dan kompleks karena terhitung
fenomena ini merupakan 80% dari semua jenis kegagalan struktural. Ini pertama
kalinya diketahui di tahun 1800 pada permukaan yang rusak dari sebuah as
roda/gandar lokomotif dan selama 125 tahun penelitian telah dilakukan untuk ini. Untuk
itulah sudah merupakan hal yang wajar untuk menanyakan mengapa kelelahan masih
tejadi dengan sangat teratur dan pada jenis produk industrial yang sangat luas. Aspek
metalurgi pada kelelahan :
Kerusakan berupa kelelahan terjadi melalui 4 langkah/ tahap, yang diberi nama:
1. Nukleasi retakan mikro
2. Perkembangan retakan mikro
3. Perkembangan retakan makro
4. perputusan atau patahan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Collins,J.A., 1993, Failure of Material in Mechanical Design, Analysis Predection
and Prevention, John Willey & Son, Inc US, New York United States of America
2. Dieter, George E., 1992, Metalurgi Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga, alih bahasa oleh
Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta
3. Smallman, R. E., Bishop, R. J. (1999) Modern Physical Metallurgy and Materials
Engineering, sixth edition,pg 368 – 372. Oxford Auklend Boston Johannesburg
Melbourn New Delhi.
4. Cahn, R. W., Haasen. P., Kramer. E. J., (1993), Material Science and
Technology, A Comprehensive Treatment, Vol 2A., Characterisation of Material
Part 1. Eric Lifshin. V. H, New York.
5. Jiemo, T., Lingling, W., Baoging, Z., Xiaohua, T., and Guongguo, P., (1988),
Microstructure and Growth Mechanism of SiC Whisker, Proceeding of The Third
International Symposium, Las Vegas, pp. 148-154.
6. Rusianto, T., Mesin, T., Industri, F. T., & Sains, I. (2009). HOT PRESSING
METALURGI SERBUK ALUMINIUM, 2, 89-95.
7. George,E.,1986.,Mechanical Metalurgy, edisi 3, McGraw Hill Book, New York,
hal. 659-662.
8. Tippler,P.A.1998, Fisika untuk Sains dan Teknik jilid I ,edisi 3 Penerbit Erlangga,
Halaman 568-570.
9. J.S. Baker, L.B. Fricke,The Traffic - Accident Investigation Manual,
6th edn. (NorthwesternUniversity Traffic Institute, USA, 1986)
10. J.L. Otegui, Fatigue Damage Leads to a Serious Traffic Accident. Eng. Fail.
Anal. 9, 109- 122(2002). ISSN 1350–6307
11. T.A. Kletz, Learning From Accidents, 2nd ed. (Butterworth–Heinemann Ltd,
Oxford, 1994).ISBN 0 7506 1952 X
12. J.L. Otegui, E. Rubertis, Cañerías y Recipientes de Presión, EUDEM , Editoria
13. Cahn, R. W., Haasen. P., Kramer. E. J., (1993), Material Science and
Technology, A Comprehensive Treatment, Vol 2A., Characterisation of
Material Part 1. Eric Lifshin. V. H, New York
14. Smallman, R. E., Bishop, R. J. (1999) Modern Physical Metallurgy and
Materials Engineering, sixth edition,pg 368 – 372. Oxford Auklend Boston
Johannesburg Melbourn New Delhi.
15. Cahn, R. W., Haasen. P., Kramer. E. J., (1993), Material Science and
Technology, A Comprehensive Treatment , Vol 2A., Characterisation of
Material Part 1. Eric Lifshin. V. H, New York