Anda di halaman 1dari 6

PENUGASAN KELUARGA SEHAT

1. Bagaimana kebijakan bagi pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir
di era adaptasi kebiasaan baru?
a. Ibu hamil
Program Zona HIJAU Zona KUNING,ORANGE,
MERAH
Kelas Ibu Dapat melalui metode tatap Kelas ibu ditunda
Hamil muka (maks. 10 peserta) pelaksanaannya atau
dengan mengikuti protokol dilaksanakan secara online.
kesehatan secara ketat.
P4K Pengisian stiker P4K dilakukan Pengisian stiker P4K
oleh tenaga kesehatan pada dilakukan oleh ibu
saat ANC. hamil/keluarga dipandu
bidan/perawat/dokter
melalui media komunikasi.
- ANC melalui janji temu / teleregistrasi dengan skrining anamnesa (secara
online/telpon) untuk mencari faktor resiko / gejala COVID-19

- ANC pada kehamilan normal minimal 6x :


• 2x di trimester 1,
• 1x di trimester 2,
• 3x di trimester 3
• (penjelasan di pedoman)

- ANC oleh dokter minimal 2x untuk Skrining Faktor Risiko termasuk pemeriksaan USG
pada ANC 1 di TM 1 dan ANC 5 di TM 3
• Pemeriksaan USG pada kontak erat/suspek/ probable/terkonfirmasi COVID-19 ditunda
sampai episode isolasinya berakhir

• Pelajari Buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, segera ke fasyankes jika ada
risiko / TANDA BAHAYA
• Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu. Pada usia 28 minggu, minimal 10
gerakan dalam 2 jam.

• Ibu hamil senantiasa jaga kesehatan : konsumsi makanan bergizi seimbang, jaga
kebersihan diri, tetap aktivitas fisik

• Tetap minum TTD.


• Pada ibu hamil suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19 : TTD sesuai pertimbangan
dokter yang merawat

• Konseling perjalanan untuk ibu hamil sesuai anjuran pemerintah, mencari riwayat
perjalanan 14 hari terakhir

• Pada ibu hamil suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19 mulai diberikan KIE mengenai


pilihan IMD, rawat gabung dan menyusui

b. Ibu bersalin
- Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Rujukan persalinan terencana untuk ibu hamil dengan :
1. Memiliki risiko persalinan
2. Status suspek dan terkonfirmasi COVID-19
- Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum taksiran persalinan
- Pemilihan tempat persalinan ditentukan kondisi saat skrining risiko persalinan,
kondisi saat inpartu, dan status ibu terkait COVID-19
- Pada zona KUNING, ORANGE, MERAH skrining dilakukan dengan atau tanpa
tanda dan gejala COVID-19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan (anamnesa, px
darah NLR atau rapid test).
- Pada zona hijau skrining COVID dilakukan pd ibu yg memiliki kontak erat atau
gejala
- Hasil skrining COVID-19 dicatat di Buku KIA dan dikomunikasikan ke Fasyankes
tempat rencana persalinan
- KB pasca salin tetap sesuai prosedur, diutamakan menggunakan MKJP
c. Nifas
Kunjungan Zona HIJAU Zona KUNING, ORANGE, MERAH
Pasca Salin
Kunjungan 1 Dilakukan di Fasilitas Dilakukan di Fasilitas Kesehatan
(6 jam – 2 hari) Kesehatan Dilakukan melalui media online baik
Kunjungan 2 Dilakukan kunjungan untuk pemantauan maupun edukasi. Jika
(3 – 7 hari) rumah oleh tenaga sangat perlu, dapat dilakukan kunjungan
Kunjungan 3 kesehatan dengan janji rumah oleh tenaga kesehatan didahului
(8-28 hari) temu dan menerapkan janji temu dengan menerapkan protokol
Kunjungan 4 protokol kesehatan. Jika kesehatan baik bagi tenaga kesehatan
(29-42 hari) perlu, dapat ke fasyankes maupun ibu dan keluarga
dengan didahului
teleregistrasi / janji temu

d. Bayi Baru lahir


Penanganan bayi baru lahir ditentukan dari status kasus ibunya
- Bayi dari ibu yang BUKAN Suspek/ Probable/ Terkonfirmasi COVID-19 tetap mendapat
Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir
- Bayi dari ibu suspek, probable atau terkonfirmasi COVID-19 :
- Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat,
- Dikeringkan seperti biasa,
- Segera dimandikan setelah stabil
- Bayi dari ibu HbsAg reaktif dan terkonfirmasi COVID-19 dan bayi klinis sakit :
pemberian vaksin Hepatitis B ditunda sampai klinis bayi baik
- HbIg tetap diberikan
- Bayi dari ibu HIV mendapat ARV profilaksis, pada usia 6-8 minggu dilakukan EID
bersamaan imunisasi DPT-HepB-Hib.
- Bayi dari ibu sifilis diberi injeksi Benzatin Penisilin
- Pengambilan sampel SHK dilakukan setelah 24 jam sebelum ibu dan bayi pulang dari
fasyankes (idealnya pada 48-72 jam setelah lahir)
2. Jelaskan peran keluarga dalam perawatan balita dan anak prasekolah
Penyiapan SDM Unggul sangat bergantung pada peran keluarga dalam pengasuhan anak,
utamanya pada usia dini. Pada masa ini, keluarga perlu memastikan pemenuhan nutrisi,
stimulasi, dan proteksi pada anak yang merupakan bekal perkembangan software (atau
otak) dan hardware (organ tubuh lainnya) pada anak. Keluarga juga perlu melakukan
evaluasi pengasuhan, melalui pemantaun tumbuh kembang dan perilaku anak.
Untuk membantu keluarga melaksanakan perannya dalam pengasuhan, Kementerian
Kesehatan terus mendorong keluarga untuk memanfaatkan buku KIA sebagai acuan
dalam pemenuhan hak Kesehatan anak.
3.       Jelaskan kegiatan pepelayanan kesehatan remaja baik itu didalam faskes maupun diluar
faskes
Di Faskes Diluar Faskes
Puskesmas PKPR Rumah Sakit Di Institusi Di Komunitas
Puskesmas yang RS yang 1. Sekolah / 4.Posyandu
memberikan memberikan Madrasah / Remaja
pelayanan kesehatan pelayanan Pesantren
yang nyaman bagi kesehatan yang 2. Lapas / Lpka
anak usia sekolah nyaman bagi anak 3. Rumah Singgah
dan remaja dan usia sekolah dan Panti / Lksa
komprehensif remaja dan
komprehensif
4.  Sebutkan pelayanan terpadu yang diberikan bagi perempuan dan anak korban
kekerasan di era adaptasi kebiasaan baru
- Petugas kesehatan harus lebih jeli dalam mendeteksi dini adanya kasus KDRT termasuk
incest pada pasien/klien yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan juga bagi keluarga
yang dulunya pernah mengalami KDRT sebelum masa pandemi, karena KDRT sangat mungkin
terulang kembali.
- Pelayanan kesehatan dan layanan visum et repertum (ver) diarahkan ke RS non rujukan covid-
19 dan dilakukan di ruangan terpisah dari pasien sakit ataupun IGD.
- Kasus rujukan dari jejaring penanganan dilakukan dengan membuat perjanjian terlebih dahulu.
- Diperlukan penguatan koordinasi dengan jejaring penanganan kasus kekerasan, seperti
P2TP2A/UPTD PPA, dinas sosial, kepolisian, dan LSM melalui sistem online.
- Dukungan psikososial dan konseling lanjutan kasus KtP/A dapat dilakukan secara online,
lewat telepon, atau melalui media sosial lainnya.
5. Bagaimana strategi pelayanan kesehatan lansia di era pandemic covid 19?
Lanjut usia (lansia) merupakan salah satu kelompok yang rentan karena telah terjadi penurunan
sistem imunitas tubuh, kecenderungan multimorbiditas dan gejala penyakit yang serius sehingga
berisiko terjadinya kematian akibat paparan COVID19. Pada studi yang ada di beberapa negara,
data memperlihatkan bahwa semakin bertambah usia, semakin tinggi pula angka kematian (case
fatality rate) dan rendahnya survival rate kesembuhan lansia terhadap COVID 19.
- Pada masa pandemi COVID-19, pelayanan Kesehatan lansia dilakukan dengan beberapa
penyesuaian, sebagai berikut:
Dari sisi kebijakan telah dilakukan sebagai berikut:
 Menunda pelaksanaan Posyandu Lansia sampai Pandemi COVID-19 di Indonesia berakhir,
informasi melalui jejaring Puskesmas.
 Menunda pemeriksaan kesehatan rutin ke faskes kecuali kondisi darurat, melalui jejaring
Puskesmas, RS dan organisasi profesi.
 Sebagaimana penyakit kronis pelayanan obat bagi peserta program rujuk balik (PRB) untuk
kebutuhan 2 bulan yang sebelumnya 1 bulan melalui jejaring BPJS kesehatan
 Penyuluhan kesehatan, pemantauan berkala dan kunjungan rumah dilakukan via media jarak
jauh atau secara online memanfaatkan jaringan komunikasi web/aplikasi yang telah ada, atau
bila sangat perlu konsultasi langsung dengan perjanjian, melalui jejaring Puskesmas,
organisasi profesi, LSM dan media sosial.
 Selain itu dilakukan pemberian masker kepada lansia yang tinggal di 40 panti sosial dan
binaan 80 Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKS LU) serta pengelola/pengasuh di
wilayah Jabodetabek dengan total sekitar 11.000 orang. Distribusi diharapkan selesai dalam
2 minggu ini.
Bagi Tenaga Kesehatan diminta untuk:
 Melakukan sosialisasi tentang menjaga lansia agar terhindar dari penularan Covid-19
kepada masyarakat, keluarga dan pengasuh lansia.
 Memastikan kecukupan obat bagi lansia bersama keluarga atau pengasuh, sehingga lansia
yang harus minum obat secara rutin tetap mengonsumsi obat secara teratur.
 Memberi bimbingan kepada keluarga /pendamping lansia untuk lakukan isolasi mandiri
jika lansia atau anggota keluarga mengalami gejala demam/batuk dan bila terjadi gejala
lebih berat dilakukan rujukan sesuai protokol.
Upaya promotive preventif, kepada masyarakat dan lansia diberikan pesan-pesan kesehatan
melalui flyer, media sosial maupun penyuluhan langsung oleh petugas, dengan isi pesan
antara lain:
 Jauhi keramaian, kerumunan dan kegiatan sosial. Sedapat mungkin tetap di rumah/tempat
tinggal. Keluarga dan pengasuh dapat memberi bantuan pada lansia dalam aktifitas fisik
dan kegiatan yang menyenangkan termasuk membantu lansia untuk tetap terhubung
dengan komunitas (misalnya dalam menggunakan gawai untuk melakukan video call
kepada kerabat).
 Tetap jaga kondisi lingkungan yang BERSIH, AMAN dan NYAMAN, ventilasi dan
cahaya matahari cukup
 Makan makanan dengan gizi seimbang, bila perlu minum multivitamin
 Cukup istirahat dan tidur, minimal 6-8 jam sehari.
 Dalam hal ini Kementerian Kesehatan melakukan koordinasi dan melibatkan berbagai
pihak, antara lain dengan Kementeriaan Sosial, BPJS Kesehatan, organisasi profesi,
LSM, lembaga internasional, dll.

Anda mungkin juga menyukai