MODEL PENGEMBANGAN
KURIKULUM (Model Ralph Taylor,
Hilda Taba, Dk Wheler, Beauchamp
dan Roger)
M. Fahri Hozaini
M. Fahri Hozaini
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM REVISI MAKALAH Asiz Firmansyah : NIM 2052113029 PR…
Ellen Id
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam
Oleh:
M. Fahri Hozaini
Nim. 19380011057
OKTOBER 2020
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadiran Allah Swt.
Yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta nikmat kepada kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Solawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar
kita yakni Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang-benderang seperti yang saat ini kita rasakan.
Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan kurikulum pendidikan agama islam yang di ampuh oleh Bapak
Doktor Buna’i, S.Ag, M.Pd
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Latar belakang………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………….……………………….. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen-komponen pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana model-model pengembangan kurikulum menurut Ralph
Taylor, Hilda Taba, Dk Wheler, Beauchamp dan Roger?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen-komponen pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui model-model-model pengembangan kurikulum
menurut Ralph Taylor, Hilda Taba, Dk Wheler, Beauchamp dan Roger.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Komponen tujuan
Kurikulum merupakan salah satu program yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itu dijadikan sebagai arah atau
acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil tidaknya
program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan
banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum
lembaga pendidikan yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
1
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Di Sekolah, Madrasah dan Perguruan
Tinggi, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2019), 1.
2
Ali Martopo, Filsafat Pendidikan Islam, (Palembang: Noerfikri, 2016), 120.
3
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Praktik Ar-Ruzz, (Yogyakarta: Media, 2011), 59.
6
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejujurannya.
Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi
ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari
setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan
pendidikan.
2. Komponen isi/materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-
bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur
pendidikan yang ada. Kriteria yang dapat membantu pada perancangan
kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria tersebut antara lain:4
4
Ali, Filsafat, 120.
7
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media
merupakan perantara menjabarkan isi kurikulum. Oleh karena itu
pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat terhadap
pokok bahasan yang disajikan pada peserta didik akan memudahkan
peserta didik dalam menanggapi, dan memahami sajian guru dalam
pembelajaran.
4. Komponen strategis
Strategi merujuk pada pendekatan metode dan peralatan mengajar
yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi
pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembahasan strategi
pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaran, pengadaan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur
kegiatan, baik secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam
pengajaran.
6. Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum dalam
pengertian terbatas. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan
melalui kurikulum yang bersangkutan.
5
Sukiman Danag, Talaah Kurikulum, (Jakarta: Pustaka, 2006), 67.
8
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
sekolah.6
1. Ralph Tyler
Ralph Tyler lahir pada 22 april 1902 di Chicago, Tyler merupakan
seorang pendidik dari Amerika yang bekerja dibidang penilaian dan evaluasi.
Ia mendapat jabatan di sejumlah badan yang menetapkan pedoman untuk
mempengaruhi kebijakan dan yang mendasari lahirnya Undang-Undang
Pendidikan Dasar dan tahun 1965 di Amerika. Tyler membagi aktivitasnya,
pada siang hari bersekolah, dan malam harinya ia bekerja sebagai operator
telegram kereta api. Ia menerima gelar sarjana pada tahun 1921 saat usia 19
tahun dari Doana Collega di Kreta, Nebraska. Aktivitas pertama mengajarnya
sebagai guru sekolah tinggi di Pierre, south Dakota. Kemudian ia memperoleh
gelar master dari universitas Nebraska pada tahun 1923 dan gelar Ph. D. dari
Universitas Chicago pada tahun 1927.7
6
Tatang Hidayat, “Model Pengembangan Kurikulum Tyler dan Implikasinya Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Potensi: Jurnal Kependidikan Islam, 5/1 (Juli-Desember
2019),
7
Tatang Hidayat, “Model Pengembangan Kurikulum Tyler dan Implikasinya Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Potensi: Jurnal Kependidikan Islam, 5/1 (Juli-Desember
2019), 205-206.
9
Beberapa penulis lain berpendapat bahwa Tyler tidak menjelaskan
sumber tujuan dengan memadai. Tetapi, sebenarnya Tyler telah membahas hal
itu dalam sebuah buku utuh. Tyler telah menguraikan dan menganalisis
sumber-sumber tujuan yang datang dari anak didik, mempelajari kehidupan
kontemporer, mata pelajaran yang bersifat akademik, filsafat, dan psikologi
belajar. 8 Walaupun demikian, Tyler tidak menyebutkan langkah-langkah
konkret dalam pengembangan kurikulum. Tyler hanya memberikan dasar-
dasarnya saja. Model pengembangan kurikulum ini dapat dilihat pada tahapan
berikut:
8
Abdullah Idi, pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media, 1999), 36-37.
9
Ali Mudhofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 2011), 12-13.
10
dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan dan mengetahui.
2. Hilda Taba
Proses pengembangan kurikulum menurut Taba dapat dilakukan
dengan lima langkah. Dimulai dengan mengadakan unit-unit eksperimen
bersama guru-guru. Di dalam unit ini diadakan studi yang seksama tentang
hubungan antara teori dan praktik. Perencanaan didasarkan atas dasar teori
yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-
data yang digunakan untuk menguji landasan teori yang digunakan.
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 166.
11
Ibid. 167.
12
Ibid.
11
Taba menggunakan pendekatan akar rumput bagi perkembangan
kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan
diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses
dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid
mereka di sekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum
umum.
3. Dk Wheler
Pendekatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan kurikulum
memiliki bentuk rasional. Setiap langkah merupakan pengembangan secara
logis terhadap yang terdahulu, lebih umum mengerjakan suatu langkah
tertentu tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah sebelumnya
dilakukan.
Hal ini dapat dilihat dari 5 langkah berikut yang tampak sekali bahwa
elemen-elemen yang dipakai merupakan perkembangan daripada elemen dari
Tyler dan Taba, tapi dipresentasikan dengan acak dan agak berbeda. Berikut
langkah-langkah model pengembangan kurikulum Wheeler:13
13
Abdullah, Pengembangan, 42
12
menekankan pada saling ketergantungan antara satu elemen terhadap elemen
kurikulum lain, dan telah menempatkan tes dengan waktu yang baik.14
4. Beauchamp
Dalam model Beaucahamp (1986) mengemukakan lima hal dalam
proses pengembangan kurikulum sebagai berikut:15
14
Ibid. 43.
15
Abdurrahman dan Farida Herna Astuti, “Analisis Pengembangan Kurikulum Model Beachamp
Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam”, Jurnal realita, 3/5 (April 2018), 480-481
13
alternatif pengembangan kurikulum, menyusun dan menulis
kurikulum yang dikehendaki.
d. Implementasi kurikulum, pada tahapan ini perlu disiapkan secara
matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maup
un tidak langsung terhadap aktivitas penggunaan kurikulum seperti
pemahaman guru tentang kurikulum, sarana atau fasilitas yang
tersedia dalam manajemen sekolah.
e. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut; evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah,
evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi keberhasilan siswa,
dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
Dalam model ini melibatkan para ahli dan tokoh pendidikan yang
berpengaruh pada pengembangan kurikulum baik secara langsung maupun
tidak. Penyesuaian ini disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah.
Sebagaimana untuk tingkat provinsi dan nasional tidak begitu melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat di bawahnya seperti kabupaten, kecamatan,
dan sekolah keterlibatan guru lebih besar dalam pengembangan kurikulum.
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam
perumusan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman
belajar serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain
kurikulum. Selanjutnya mengimplementasikan kurikulum dan mengevaluasi.16
5. Roger
Model pengembangan kurikulum Roger adalah kurikulum yang
dikembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan
dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal.17
16
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengantar Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2012), 164.
17
Sukma Dinata, N.S, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung, 2997), 34.
14
penyempurna dari model-model sebelumnya. Adapun model tersebut
dikemukakan sebagai berikut:
15
selanjutnya guru berpartisipasi dalam pengalaman guru. Pengalaman yang
ada dikembangkan pada masing-masing kelas. Dibutuhkan pula partisipasi
orang tua dalam kegiatan kelompok.18 Akan tetapi dalam tahapan model
ini tidak semua orang tua ikut serta dalam menyusun kurikulum. Orang tua
memiliki peran lebih besar pada saat pelaksanaan kurikulum. Karena
proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di rumah.
Orang tua juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui
berbagai kegiatan seperti diskusi, pertemuan dengan guru dan pelaporan
hasil belajar. Dari kegiatan tersebut dapat menjadi umpan balik untuk
menyempurnakan kurikulum 19 proses pengembangan kurikulum dengan
model Roger lebih memperhatikan subyek yang berpengaruh dalam
pelaksanaan kurikulum.
18
Nana, Pengantar, 167.
19
Ibid. 168.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi kurikulum sebagai instrumen untuk tercapainya sebuah pendidikan.
Sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan dapat
mendukung terlaksananya pendidikan. Alat-alat yang digunakan dalam kurikulum
itu disebut dengan Komponen kurikulum.
B. Saran
Setelah selesainya makalah ini penulis berharap tulisan ini berguna untuk
pemahaman akademik dan membantu terbentuknya kurikulum yang berkualitas.
Semoga pembaca dapat mencermati dengan baik, dan kami juga menunggu jika
ada kritik saran yang konstruktif untuk perbaikan tulisan ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Idi Abdullah, pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Jakarta: Gaya Media,
1999.
18