77 Murabahah Emas
77 Murabahah Emas
FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010
Tentang
JUAL-BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI
]]]OZ E OZ E ^1 M) _)' D
( EF
“(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali
(dilakukan) secara tunai.”
d. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi
s.a.w. bersabda:
9M ^R S 3
M &
( ^1 f ( bg c 8 T( h
@
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 3
] 9M ^R S iR U ^1 6i ( U( % $ *'( (
“Perdamaian (musyawarah mufakat) boleh dilakukan di
antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.”
3. Kaidah Ushul dan Kaidah Fikih; antara lain:
a. Kaidah Ushul:
LY$ C mC N k- e $ X
- $( % $ D- / 9( - j( a WC + kl L$ + k=HF 9
] ( j(3 p/ p/ IJK , ke > q / r
“(Dikutip) dari kitab al-Dzakhirah sebuah kaidah: Setiap
hukum yang didasarkan pada suatu ‘urf (tradisi) atau adat
(kebiasaan masyarakat) menjadi batal (tidak berlaku)
ketika adat tersebut hilang. Oleh karena itu, jika adat
berubah, maka hukum pun berubah.” (Al-Taj wa al-Iklil li-
Mukhtashar Khalil, j. 7, h. 68)
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 4
e. Kaidah Fikih:
Boleh jual beli emas dan perak yang telah dibuat atau
disiapkan untuk dibuat dengan angsuran pada saat ini di
mana keduanya tidak lagi diperlakukan sebagai media
pertukaran di masyarakat dan keduanya telah menjadi
barang (sil’ah) sebagaimana barang lainnya yang
diperjualbelikan dengan pembayaran tunah dan tangguh.
Pada keduanya tidak terdapat gambar dinar dan dirham
yang dalam (pertukarannya) disyaratkan tunai dan
diserahterimakan sebagaimana dikemukakan dalam hadis
riwayat Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas
kecuali dengan ukuran yang sama, dan janganlah menjual
emas yang gha’ib (tidak diserahkan saat itu) dengan emas
yang tunai.” (HR. al-Bukhari). Hadis ini mengandung ‘illat
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 5
keterangan sebelumnya.
d. Dr. Khalid Mushlih dalam Hukmu Bai’ al-Dzahab bi al-
Nuqud bi al-Taqsith:
+7 t
( 4K *^' " K O >( v 5< 7 )' e'C5Y@ DEF (
6( Y X
- SH % $ , > E QW C ' '(E ,( N 3< +C [Z C '5
DEF ~L5Y _)' * ,‰ Y(E 9 r( , '5 F6 ^L<!^ 4K
9 q I 4K OZ 8 ,-L LM N ^1 6(> r( '(tN ^ *C „Z[ ,* „Z[ 9
% & 4 Y * "( Y$ 4x) G9 h ke $( wNL3W ,wNe [Z
I1 <(\U V W '(> K {
( Y8Z[ :FE GB <H IJK2 + ! "$
];Š‹Œ•2 g 9( :( ) ,;L- LM N * W
9 , N & >( O 65BC 9 7l $ 8 " ,r( 't +40 Q C '5
4K 6( Y X - S<H % $ ,~L> L( $ Ž( ? Er
:( WI 9 ,C '5 FE "( L( Y< N( 9 r * ^1 , '5 F6 ^L<!^
DEF 4ƒ3 ( r '8 9 5 ( 7 / ( S!s Ž( U
+n ) <H^ 4K W 7 / ( w
C ,7R \ 0
} <U d 9 " Yt 7AB DEF 9 •'h ( ( r( 't
( N€
^‘ ( * W O• '! ,7>Yh
@ 59( 4K L( c b C >tN( , „C <
,€ YM „ "( 0('W Lh5N( 9 ,S
R 8’9(
7>Yh n) & 7 ( 7 3 * € + 5 C ' "( Y9 “
( &
F6 ,* „Z[ ‡Y8 9 ^ , ” Qƒ ‡Y8 9 7 (
~ tN ^ W ,* „Z[ 6Y ~ tN SK ,kC Wb 6 K Dt/
:FE *JK , 6 Y8 d 9 G0 W *1 , c ! * „Z[
SK ,k) t< nL$C ,* „Z[ e'h ( 59 $ G8 H L 7$ Yh
];–˜•—–2 f> '• S$1 9 %6<0 €]]] 6 Yt 6> 4K ) FC 39
Secara global, terdapat dua pendapat ulama tentang jual
beli emas dengan uang kertas secara angsuran:
Pendapat pertama: haram; ini adalah pendapat mayoritas
ulama, dengan argumen (istidlal) berbeda-beda. Argumen
paling menonjol dalam pendapat ini adalah bahwa uang
kertas dan emas merupakan tsaman (harga, uang);
sedangkan tsaman tidak boleh diperjualbelikan kecuali
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 7
v
C !' q I * W 69 9… $ ^R '( %5 N e( < v - ! a WC '(E L( 5Y
e h< ^ • ž'Ÿ , Y• * ! L $2 *C 'CjN - ~ % $
;Š•Œ +¢ ,Š ¡ ,49S!s D<j• +79 j• 7j9 ,49S!s
“Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi
media pertukaran dan diterima secara umum, apa pun
bentuk dan dalam kondisi seperti apa pun media
tersebut.” (Abdullah bin Sulaiman al-Mani’, Buhuts fi
al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-Maktab al-Islami,
1996, h. 178)
7$'(m _ ) [Z 7 ( A *e > 9 YM „ {( Y F•/ 9 +L( 5Y
L £2 ¢ h<H^ 7 & 7 7 !’( $ k)e h , E'30
, N ?< "5B O'x • k & >• 7 • nS9 >• ,48 "> { )
;–¤ +¢ ,Š ,‡c BY ) e +n =
“Naqd adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh
masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak
maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga
keuangan pemegang otoritas.” (Muhammad Rawas Qal’ah
Ji, al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhau’ al-
Fiqh wa al-Syari’ah, Beirut: Dar al-Nafa’is, 1999, h. 23)
d. Dari definisi tentang uang di atas dapat dipahami bahwa
sesuatu, baik emas, perak maupun lainnya termasuk kertas,
dipandang atau berstatus sebagai uang hanyalah jika
masyarakat menerimanya sebagai uang (alat atau media
pertukaran) dan – berdasarkan pendapat Muhammad Rawas
Qal’ah Ji – diterbitkan atau ditetapkan oleh lembaga
keuangan pemegang otoritas. Dengan kata lain, dasar status
sesuatu dinyatakan sebagai uang adalah adat (kebiasaan
atau perlakuan masyarakat).
e. Saat ini, masyarakat dunia tidak lagi memperlakukan emas
atau perak sebagai uang, tetapi memperlakukannya sebagai
barang (sil’ah). Demikian juga, Ibnu Taymiyah dan Ibnu
al-Qayyim menegaskan bahwa jika emas atau perak tidak
lagi difungsikan sebagai uang, misalnya telah dijadikan
perhiasan, maka emas atau perak tersebut berstatus sama
dengan barang (sil’ah).
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 11
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI
Pertama : Hukum
Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau
jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama
emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang).
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 20 Jumadil Akhir1431 H
03 Juni 2010 M