Anda di halaman 1dari 13

MEMBANGUN KARAKTER ANAK DENGAN MENSINERGIKAN PENDIDIKAN

INFORMAL DENGAN PENDIDIKAN FORMAL

DEMMU KARO-KARO
Dosen Jurusan PPSD/PGSD FIP Unimed

ABSTRAK
Pendidikan dan pembentukan karakter terhadap anak merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah dan media massa. Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak. Pengembangan pendidikan karakter
disekolah merupakan bagian dari usaha sekolah untuk memenuhi harapan orangtua untuk membangun,
membentuk dan menciptakan anak yang berkarakter baik. Untuk membangun dan membentuk karakter
anak harus ada keterpaduan dan sinergi antara pendidikan dalam keluarga (informal) dengan pendidikan
disekolah (formal).

Kata kunci : Karakter Anak, Pendidikan Formal, Pendidikan Informal

PENDAHULUAN Pendidikan dalam keluarga


Setiap orangtua ( bapak dan ibu ) (informal) mengalami berbagai kesulitan,
menginginkan anaknya memiliki karakter karena keterbatasan kemampuan dan
(watak) yang baik, sopan dalam tatanan waktu keluarga dalam mengendalikan
etika dan estetika, maupun perilaku dalam pengaruh eksternal yang semakin gencar
kehidupan sehari-hari. terhadap perkembangan anak. Pengetahuan
Harapan dan keinginan orangtua keluarga dalam membimbing anak lambat
tersebut sering tidak dibarengi dengan sekali percepatannya, berbanding terbalik
usaha dan tindakan membangun karakter dengan pengaruh eksternal yang dapat
anak ke arah yang diinginkan. Sedangkan mengganggu pengembangan karakter
setiap orang anak pada usia sekolah anak.
membutuhkan bimbingan dan arahan dari Pendidikan informal tampaknya
orangtua dalam setiap aktivitas yang merupakan dampak atau kesinambungan
dikerjakan sehari-hari. dari suasana pendidikan formal. Mutu
Tanpa bimbingan dan arahan, pendidikan informal yang dilakukan oleh
anak kadangkala tidak dapat berbuat baik, orangtua terhadap anak-anak mereka
tidak tahu arah yang mau dikerjakan dan sejalan dengan mutu pendidikan formal
tujuan yang ingin dicapai. Setiap orang yang diikuti oleh orangtua ketika mereka
anak sangat membutuhkan kasih sayang, menjadi siswa dahulu. Pendidikan
petunjuk dan aturan-aturan karena anak informal juga dipengaruhi oleh aktifitas
tersebut belum tahu tugas dan orangtua (bapak dan ibu) yang cenderung
kewajibannya. Sianak berbuat dan lebih banyak berada di luar rumah yang
beraktivitas hanya berdasarkan kemauan, akan mengurangi kesempatan pendidikan
dan kesenangan tanpa memikirkan baik- terhadap anak-anak mereka. Hal ini
buruknya, pantas-tidaknya serta resikonya. dapat berdampak pada kualitas pencapaian
Oleh sebab itu peran orangtua sangat tugas-tugas perkembangan anak dalam
menentukan atas pendidikan dan mendidiknya, dan juga menjadi kurang
pembentukan karakter anak tersebut. intensifnya hubungan orangtua dengan
1
satuan pendidikan, dimana anak-anak Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mereka mengalami kegiatan pendidikan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
formal. menjadi warga negara yang demokratis
Pendidikan informal merupakan serta bertanggung jawab. Jadi secara jelas
sarana pengembangan karakter yang dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan
praktiknya harus melibatkan semua Nasional Indonesia menyebutkan
elemen, baik rumah tangga dan keluarga, pengembangan berbagai karakter sebagai
sekolah dan lingkungan masyarakat luas. tujuannya , seperti beriman, bertaqwa,
Rumah tangga dan keluarga sebagai satuan berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan
pendidikan informal, sekaligus sebagai menjadi wagga negara yang demokratis
satuan pembentukan karakter harus dan bertanggung jawab. Namun, pada
diberdayakan ( Prayetno dan Belferik praktik pendidikan formal di sekolah-
Manullang : 2011 ). sekolah yang berlaku umum di indonesia
Pemberdayan ini harus diatur sekarang ini, yang mencakup suasana,
sedemikian rupa agar benar-benar rumah proses, substansi, dan penilaian hasil
tangga dapat sebagai tempat anak untuk pembelajaran belum menunjukkan adanya
tumbuh dan berkembang dengan nyaman usaha yang sungguh-sungguh untuk
sesuai dengan yang diharapkan. mencapai tujuan pendidikan yang
Rumah tangga dan keluarga berdimensi karakter tersebut.
merupakan lingkungan pendidikan Pendidikan belum menjadikan
pertama dan utama dalam perkembangan pembentukan karakter sebagai tolok ukur.
karakter anak. Hal ini sejalan dengan Keberhasilan pendidikan , dan masih
pendapat Muslich (2011) yang menjadikan ” angka-angka ” sebagai
mengatakan bahwa pendidikan karakter patokannya. Akibatnya, banyak sekolah
disekolah sangat diperlukan, walaupun yang memberikan nilai ” instan ” hanya
dasar dari pendidikan karakter adalah untuk memenuhi ambisi orangtua dan
didalam keluaarga. Kalau seorang anak menjaga citra sekolahnya sebagai sekolah
mendapat pendidikan karakter yang baik yang unggul dan berprestasi, tidak peduli
dari keluarganya, anak tersebut akan anak-anaknya nanti kelimpungan dan
berkarakter baik pada tahap selannjutnya. tergusur mengejar materi yang tidak
Hal ini membuktikan bahwa dilingkungan dikuasainya di sekolah lanjutan (Muslich
keluarga juga merupakan tempat dan : 2011 ).
wadah yang sangat diharapkan dalam Kalau hal ini tetap terjadi maka
pembentukan karakter anak. dapat menjadikan anak yang bersifat instan
Dalam Undang-Undang No. 20 tanpa berkarakter sehingga tingkahlakunya
Tahun 2003 mengenai Sistim Pendidikan tidak mencerminkan sebagai seorang anak
Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan yang memiliki karakter yang baik.
Nasional berfungsi mengembangkan Bila dunia pendidikan hanya
kemampuan dan membentuk watak, serta mengejar angka-angka sebagai tolok ukur
peradapan bangsa yang bermartabat dalam untuk menentukan keberhasilan berarti
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dunia pendidikan dinilai hanya mampu
bertujuan untuk berkembangnya potensi melahirkan lulusan-lulusan peserta didik
peserta didik agar menjadi manusia yang dengan tingkat intelektualitas yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang memadai. Banyak dari lulusan sekolah
2
yang memiliki nilai tinggi (itupun anak dilibatkan secara langsung dan sekali
terkadang sebahagian nilai diperoleh gus ikut bertanggung jawab agar hal yang
dengan cara tidak murni), berotak cerdas, tampak berat akan menjadi ringan, dan hal
brilian, serta mampu menyelesaikan yang rumit menjadi mudah sehingga setiap
berbagai soal mata pelajaran dengan anak terdidik dan terlatih karakternya
sangat tepat. sesuai dengan yang diharapkan , baik anak
Sayangnya, tidak sedikit pula tersebut di lingkungan keluarga, sekolah
diantara mereka yang cerdas itu justru maupun di lingkungan masyarakat.
tidak beriman, bertakwa, berakhlak mulia,
kreatif, mandiri, bertanggung jawab, serta Pendidikan dan Pembentukan Karakter
tidak memiliki perilaku yang cerdas dan Anak di Lingkungan Keluarga
sikap yang brilian, kurang mempunyai (Pendidikan Informal)
mental kepribadian yang baik sebagaimana Karakter dapat diartikan sebagai
nilai akademik yang telah diraih. watak, sifat dan tabiat. Suyanto dalam
Fenomena tersebut jelas akan Muslich ( 2011) menyatakan bahwa
menimbulkan kekawatiran perilaku yang karakter adalah cara berpikir dan
kurang baik dari orang-orang yang tingkat berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
intelektualitas yang memadai. individu untuk hidup dan bekerjasama,
Menurut Aunillah ( 2011 ), akibat banyak baik dalam lingkungan keluarga,
orang cerdas namun ternyata mental dan masyarakat, bangsa, dan negara.
perilaku mereka sama sekali tidak cerdas, Individu yang berkarakter baik adalah
muncullah sosok-sosok orang pandai yang individu yang bisa membuat keputusan
memperalat orang bodoh atau orang dan siap mempertanggung jawabkan tiap
pandai yang menindas orang lemah. akibat dari keputusan yang ia buat.
Krisis akhlak akan dapat Berkarakter baik berarti mengetahui yang
menimbulkan perekonomian bangsa baik, mencintai kebaikan, dan melakukan
menjadi ambruk, korupsi, kolusi, yang baik. ( Raka, dkk : 2011 ).
nepotisme, dan perbuatan-perbuatan yang Selanjutnya pengertian karakter
merugikan , seperti perkelahian, menurut Pusat Bahasa Depdiknas dalam
perusakan, perkosaan, minum minuman Aunillah ( 2011 ) adalah bawaan, hati,
keras, mengkonsumsi narkoba, dan bahkan jiwa, kepribadian , budi pekerti, perilaku,
pembunuhan, dan lain sebagainya. personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan
Krisis akhlak tersebut semestinya watak. Jadi karakter seseorang yang
perlu diantisipasi sedini mungkin, salah baik dapat tercermin dari kepribadiannya,
satu caranya melalui pendidikan karakter. perilakunya, sifatnya, tabiatnya dan
Pendidikan dan pembentukan karakter wataknya.
bukan hanya tanggung jawab sekolah Berdasarkan pengertian karakter tersebut
melainkan seluruh komponen bangsa, tentu setiap orang menginginkan anaknya
seperti keluarga, masyarakat, pemerintah, berkarakter yang baik .
dan media massa (Menurut Suyanto dalam Karakter berupa kualitas
Aqib : 2011 ) kepribadian ini bukan barang jadi, tapi
Jadi pendidikan dan pembentukan melalui proses pendidikan yang diajarkan
karakter anak dapat berhasil apabila setiap secara serius, sungguh-sungguh, konsisten,
komponen yang berkaitan dengan karakter dan kreatif, yang dimulai dari unit terkecil
3
dalam keluarga, kemudian masyarakat, dan karakter di lingkungan keluarga adalah
lembaga pendidikan secara umum (Asmani aktifitas orang tua (bapak dan ibu).
: 2011). Keluarga yang cenderung banyak
Hal ini mengindekasikan bahwa yang berada di luar rumah akan berkurang
perlunya pendidikan karakter dan kesempatan dalam melaksanakan
pendekatan karakter yang di mulai dari pendidikan karakter terhadap anak-
unit terkecil, yaitu keluarga anaknya dan pengawasan terhadap
Keluarga adalah komunitas aktivitas yang dilakukan anak apakah baik
pertama yang menjadi tempat bagi anak atau tidak, pantas atau tidak. Hal ini dapat
belajar konsep baik dan buruk, pantas atau berdampak pada kualitas dan kuantitas
tidak pantas, benar atau salah, cepat atau perkembangan karakter anak.
terlambat, untung atau rugi, suka atau tidak Untuk mengantisipasi kualitas
suka, wajar atau tidak wajar. Dengan kata dan kuantitas pendidikan karakter di
lain, di keluargalah seseorang belajar tata lingkungan keluarga, maka dalam
nilai atau moral. Karena tata nilai yang praktiknya harus melibatkan semua elemen
diyakini seseorang akan tercermin dalam yang terkait dengan pendidikan karakter
karakternya, di keluargalah proses anak, baik rumah tangga dan keluarga,
pendidikan karakter seharusnya berawal sekolah, lingkungan masyarakat, maupun
dan dipelihara dengan baik untuk menjaga media massa. Karena kelima elemen ini
harmonikasi hubungan antara satu dengan sangat berpengaruh langsung terhadap
yang lain. perkembangan anak.
Menurut Aunillah (2011), Sebagaimana dinyatakan oleh
pendidikan karakter adalah sebuah sistem Coombs dalam Prayitno dan Manullang
yang menanamkan nilai-nilai karakter pada (2011), keluarga hendaklah kembali
peserta didik, yang mengandung menjadi school of love, menjadi satuan
komponen pengetahuan, kesadaran pendidikan untuk anggota keluarga atau
individual, tekad, serta adanya kemauan tempat belajar yang penuh cinta sejati dan
dan tindakan untuk melaksanakan nilai- kasih sayang (sakinah), mawadah,
nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, warrahmah ). Kondisi demikian,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan pembentukan karakter melalui pendidikan
maupun bangsa, sehingga akan terwujud informal selain mencakup pembelajaran
insan kamil pengetahuan, tetapi lebih dari itu perlu
Pendidikan dan pembentukan terfokus pada moral, nilai-nilai etika,
karakter anak melalui pendidikan informal estetika, budi pekerti yang luhur.
(lingkungan keluarga) mengalami berbagai Pendidikan anak di keluarga akan
kesulitan karena keterbatasan kemampuan menentukan seberapa jauh seorang anak
keluarga dalam mengendalikan pengaruh dalam prosesnya menjadi orang yang lebih
eksternal (IPTEK) yang semakin gencar dewasa, memiliki komitmen terhadap nilai
tanpa dapat dibendung sehingga moral tertentu dan menentukan bagaimana
mempengaruhi perkembangan anak. dia melihat dunia disekitarnya, seperti
Disamping keterbatasan memandang orang lain yang tidak sama
pengetahuan, hal-hal lain yang dapat dengan dia, berbeda status sosial, berbeda
menentukan keberhasilan pendidikan suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda
latar belakang budaya, berbeda status
4
ekonomi, berbeda kebiasaan, berbeda Seorang ibu perlu memberi perhatian
keinginginan, berbeda cita-cita, berbeda kepada anaknya, baik dalam bentuk
minat. Di keluarga, seseorang melihat mata anaknya, mengelus,
mengembangkan konsep awal mengenai menggendong, berbicara, dan bermain-
masa depan dan keberhasilan hidup. Hidup main dengan anaknya.
damai , sejahtera, dan bahagia adalah Keberhasilan pendidikan karakter
idam-idaman setiap orang. Tidak ada anak dalam keluarga, disamping tiga
orang normal yang menginginkan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, juga
kesengsaraan dan penderitaan dalam dapat dipengaruhi oleh jenis pola asuh
hidup. yang diterapkan orang tua pada anaknya.
Untuk membentuk karakter anak Pola asuh adalah pola interaksi antara anak
diperlukan syarat-syarat mendasar bagi dengan orang tua yang meliputi
terbentuknya kepribadian yang baik. pemenuhan kebutuhan fisik (seperti
Menurut megawangi dalam Muslich makan, minum dan lain-lain) dan
(2011), ada tiga kebutuhan dasar anak kebutuhan psikologis (seperti rasa aman,
yang harus dipenuhi , yaitu maternal kasih sayang, dan lain sebagainya), serta
bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan sosialisasi norma-norma yang berlaku di
mental. masyarakat agar anak dapat hidup selaras
Maternal bonding (kelekatan dengan lingkungannya ( Muslich : 2011 ).
psikologis dengan ibunya) merupakan Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi
dasar penting dalam pembentukan karakter pola interaksi orang tua dengan anak
anak karena aspek ini berperan dalam dalam rangka pendidikan karakter anak.
pembentukan dasar kepercayaan kepada Menurut Hurlok, juga Hardy & Heyes
orang lain pada anak. Antara anak dan ibu dalam Muslich ( 2011 ), kategori pola
perlu adanya ikatan emosional yang erat asuh ada tiga, yaitu : (1). Pola asuh
untuk membentuk kepribadian yang baik otoriter. (2). Pola asuh permisif, dan (3).
pada anak. Karena itu, ibu harus punya Pola asuh demokratis.
waktu dan perhatian yang cukup demi Pola asuh otoriter dengan ciri :
pembentukan karakter anak ke arah yang orang tua membuat keputusn, kekuasaan
baik. orang tua dominan, serta anak harus
Kebutuhan rasa aman , yaitu tunduk, patuh, tidak boleh bertanya,
kebutuhan anak akan lingkungan yang cenderung membatasi perilaku kasih
stabil dan aman. Lingkungan yang sayang, sentuhan dan kelekatan emosi
berubah-ubah akan mengganggu orang tua - anak seakan-akan memiliki
perkembangan emosi anak, termasuk di dinding pembatas yang memisahkan.
dalamnya pengasuh bayi yang berganti- Pola asuh permisif, Mempunyai
ganti. Kebutuhan rasa aman ini penting ciri : memberikan kebebasan penuh pada
bagi pembentukan karakter anak. anak untuk berbuat, tidak ada bimbingan
Kebutuhan akan stimulasi fisik dan pengerahan dari orang tua, kontrol,
dan mental, juga merupakan aspek dan perhatian orang tua sangat kurang,
kebutuhan penting dalam pembentukan anak bingung dan berpotensi salah arah.
karakter anak. Tentu hal ini membutuhkan Pola asuh demokratis, bercirikan :
perhatian yang besar dari orang tua dan orang tua mendorong anak untuk
reaksi timbal balik antara ibu dan anak. membicarakan apa yang di inginkan,
5
adanya kerja sama antara orang tua dan dunia pendidikan terutama bagi anak-anak
anak, adanya bimbingan dan pengarahan yang masih berada di bangku sekolah.
dari orang tua, adanya kontrol yang tidak Dampak yang positip
kaku dari orang tua, adanya keterbukaan (menguntungkan ), misalnya peserta didik
dari anak namun bertanggung jawab dan dapat mengakses internet dengan cepat
mandiri. tentang kemajuan IPTEK dan dapat
Dari ciri-ciri pola asuh tersebut, mencari informasi yang diperlukan untuk
tentunya pola asuh demokratis tampaknya tugas-tugas sekolah serta menambah
lebih kondusif dalam pendidikan karkter pengetahuan dan keterampilan yang
anak, karena orang tua yang demokratis dibutuhkan.
lebih mendukung perkembangan anak Globalisasi sekarang sudah tanpa
terutama dalam kemandirian dan tanggung batas dan sekarang sudah menembus
jawab. sampai daerah terpencil, masuk kerumah-
Oleh sebab itu, jelaslah bahwa rumah seperti radio, TV, koran, majalah,
jenis pola asuh yang diterapkan orang tua telepon seluler ( hand phone ), internet dan
kepada anaknya sangat menentukan lain sebagainya.
keberhasilan pendidikan karakter anak. Teknologi informasi dan
komunikasi yang berkembang dengan
Pendidikan dan Pembentukan Karakter cepat dapat mempengaruhi moralitas (
Anak di Lingkungan Sekolah karakter ) anak menjadi longgar. Sesuatu
( Pendidikan Formal ) yang dahulu yang dianggap tabu menjadi
Globalisasi yang terjadi saat ini biasa-biasa saja. Cara berpakaian,
menjadi sebuah fakta yang tidak dapat berinteraksi dengan lawan jenis,
ditunda dan dielakkan oleh setiap orang menikmati hiburan di tempat-tempat
yang mendiami bumi ini, baik anak-anak, spesial, mengkonsumsi narkoba, pergaulan
remaja, orang dewasa, orang tua, maupun bebas, kehamilan diluar nikah , aborsi,
orang lanjut usia akibat perkembangan pemerkosaan, tawuran, adanya kelompok
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). geng motor, pemerasan, dan lain
Revolusi teknologi, tranfortasi, informasi sebagainya.
dan komunikasi menjadikan segala sesuatu Dengan begitu banyak pengaruh
yang diinginkan dapat cepat ditemukan. negatip yang dapat mempengaruhi pola
Kita bisa cepat berkomunikasi dengan kehidupan pada anak tersebut harus
orang yang kita inginkan, kita bisa diantisipasi sedini mungkin agar
mengetahui informasi dengan cepat perkembangan teknologi informasi dan
melalui internet. Globalisasi memberi komunikasitersebut tidak sempat
peluang dan keuntungan bagi siapa saja merugikan anak tersebut.
yang mau dan mampu serta terampil Pada sisi lain, pihak sekolah lebih
memanfaatkan, baik untuk kepentingan terfokus pada target ujian nasional, dan
diri sendiri maupun untuk kepentingan kemampuan kademis lainnya. Kecerdasan
manusia seutuhnya. intelektual menjadi prioritas atau di anak
Globalisasi bisa berdampak emaskan, sedangkan kecerdasan emosional
positip ( menguntungkan) dan bisa dan spiritual dianak tirikan atau
berdampak negatip ( merugikan ) dimarginalkan sehingga kecerdasan

6
intelektual hancur karena rapuhnya pendidikan yang dirancang. Pengkondisian
kecerdasan emosional dan spiritul. pembelajaran di kelas kepada peserta didik
Untuk mengantisipasi dan merupakan momen pendidikan karakter
memperbaiki karakter anak, salah satu yang sangat strategis karena di setiap saat
diantaranya melalui pendidikan karakter di guru berinteraksi dengan peserta didik.dan
sekolah ( pendidikan formal ). Pendidikan dapat mengawasi setiap aktivitas yang
karakter harus disosialisasikan, kurang baik.
diinternalisasikan, dan diintensifkan sejak Pada kegiatan pembelajaran di
dini di semua level kehidupan berbangsa kelas, guru dapat mengendalikan dan
dan bernegara ( Asmani : 2011 ). membentuk lingkungan, serta penanaman
Ini mengindikasikan bahwa karakter secara lebih nyata. Guru dan
pendidikan karakter itu sangat perlu peserta didik berinteraksi secara langsung
diberikan kepada siapa saja tanpa dan membentuk komunitas lingkungan
terkecuali termasuk anak atau peserta didik yang berkarakter baik. Untuk itu setiap
di sekolah agar mulai dari sejak kecil anak guru dituntut dapat berbuat, bertindak dan
sudah terdidik dan dibangun karakternya. menciptakan peserta didik yang
Pendidikan yang berorientasi berkarakter baik.
pembangunan karakter sangat diperlukan Menurut Aqib ( 2011 ), praktek
dalam rangka mengembangkan dan pendidikan karakter dalam kelas menuntut
menguatkan sifat mulia kemanusiaan agar setiap guru memiliki cara-cara bertindak
manusia yang sering mengaku sebagai sebagai berikut : (1). Bertindak sebagai
makluk tertinggi dimuka bumi ini tidak pengasuh, teladan dan pembimbing, (2).
terpleset jatuh menjadi mahluk yang tidak Menciptakan sebuah komunitas moral,
manusiawi ( Raka, dkk : 2011 ). (3).menegakkan disiplin moral melalui
Hal ini juga sejalan dengan pelaksanaan kesepakatan yang telah
pendapat Asmani ( 2011 ) yang ditentukan sebagai aturan main bersama,
menyatakan: pentingnya interaksi (4). Menciptakan sebuah lingkungan kelas
pendidikan karakter di sekolah secara yang demokratis dengan cara melibatkan
intensif dengan keteladanan, kearifan, dan para siswa dalam mengambil keputusan
kebersamaan, baik dalam program intra dan bertanggung jawab bagi terbentuknya
kurikuler maupun ekstra kurikuler, sebagai kelas sebagai tempat belajar yang
pondasi kokoh yang bermanfaat bagi masa menyenangkan, (5). Mengajarkan nilai-
depan anak didik. nilai melalui kurikulum dengan cara
Lingkungan sekolah dapat menggali isi materi pembelajaran dan
sebagai wadah pendidikan yang baik bagi mata pelajaran yang sangat kaya dengan
pertumbuhan karakter siswa. Kegiatan- nilai-nilai moral , (6). Mempergunakan
kegiatan yang ada di sekolah, semuanya metode pembelajaran melalui kerja sama
dapat di integrrasikan dalam program agar siswa semakin mampu
pendidikan karakter.secara langsung. mengembangkan kemampuan mereka
Lembaga pendidikan ( sekolah ) dapat dalam memberikan apresiasi atas pendapat
menciptakan sebuah pendekatan orang lain, berani menyampaikan
pendidikan karakter melalui kurikulum, pendapat, sendiri, mampu dan mau bekerja
penegakan disiplin, manajemen kelas, sama dengan yang lain demi berhasilnya
maupun melalui program-program tujuan bersama, (7). Membangun sebuah
7
rasa tanggung jawab bagi pembentukan pembangkit pandangan, pekerja rutin,
diri dalam diri siswa dengan cara pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
memberikan penghargaan atas kesediaan emansipator, evaluator, pengawet, dan
para siswa untuk belajar, menyemangati kulminator. Karena itu, guru memiliki
kemampuan mereka untuk dapat bekerja peran yang sangat penting dalam
keras, memiliki komitmen pada pembentukan karakter peserta didik. Tentu
keunggulan, dan penghayatan akan nilai peran guru sangat mempengaruhi dan
kerja yang dapat mempengaruhi kehidupan menentukan keberhasilan peserta didik
orang lain, (8). Mengajak siswa agar dalam segala bidang termasuk
berani memikirkan dan mengolah pembentukan karakter.
persoalan yang berkaitan dengan konflik Adapun peran peran utama guru
moral, melalui bacaan, penelitian, menurut Aswani ( 2011 ) dalam
penulisan, klipping koran, diskusi, debat pendidikan karakter adalah : teladan,
apresiasi, dan lain-lain, (9). Melatih siswa inspirator, motivator, dinamisator, dan
untuk belajar memecahkan konflik yang evaluator.
muncul secara adil dan damai tanpa Teladan. Peningkatan karakter
kekerasan sehingga para siswa peserta didik bisa jadi merupakan tugas
memperoleh keterampilan moral esensial terberat bagi guru. Perhatian dan tanggung
ketika harus menghadapi persoalan serupa jawab guru tidak dapat dimunculkan
didalam hidup mereka. begitu saja dalam satu kali pertemuan.
Guru merupakan aktor sosok Pendidikan karakter tidak bisa diserap
yang menjadi idola bagi peserta didik. melalui sekadar ceramah, akan tetapi harus
Guru sebagai salah seorang yang digugu berulang-ulang dilakukan dan dapat
(ditiru). Keberadaan guru sebagai diterima melalui panca indra dengan
penggerak pendidikan tidak bisa melihat, mendengar, merasa dan meraba.
dipungkiri. Sebagai seorang guru guru harus menjadi
Baik buruknya pendidikan sangat teladan dari segala aspek, baik
tergantung kepada sosok guru karena pengetahuan, moral, sosial, dan spiritual.
sampai sekarang fungsi guru dalam dunia Keteladanan sangat penting demi
pendidikan tidak bisa digantikan dengan efektivitas pendidikan karakter. Tanpa
alat yang secanggih apapun terutama keteladanan , pendidikan karakter
pendidikan pada jenjang sekolah dasar kehilangan ruhnya yang paling esensial,
(SD). Sikap dan perilaku guru sangat hanya slogan, kamuflse, fatamorgana, dan
membekas dan mempengaruhi diri peserta kata-kata negatif lainnya (Asmani : 2011 ).
didik sehingga ucapan, karakter dan Keteladanan memang mudah
kepribadian guru menjadi cermin peserta dikatakan, tapi sulit untuk dilakukan sebab
didik. Ucapan guru merupakan ucapan keteladanan lahir melalui proses
yang paling benar dihadapan peserta didik. pendidikan yang panjang, mulai dari
Menurut Mulyasa ( 2005 ), fungsi pengayaan materi , perenungan,
guru itu bersifat multi fungsi . Ia tidak penghayatan, pengamalan, kelakuan,
hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai hingga konsistensi dalam aktivitas.
pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, Oleh sebab itu, sebagai seorang guru harus
pembaru, model dan teladan, pribadi, selalu menjadi teladan dihadapan peserta
peneliti, pendorong kreativitas, didik agar benar-benar dapat dicontoh atau
8
diteladani oleh peseerta didik dalam tumbuh tekadnya yang kuat, yang asalnya
berpikir dan berprilaku dalam kehidupan buntu menjadi ada solusinya.
sehari-hari. Untuk itu sangat dibutuhkan
Inspirator. Inspirator biasanya seorang guru yang motivator agar dapat
sebutan bagi orang yang sering sebagai mempengaruhi dan mempersiapkan serta
sumber inspirasi tentang ide, gagasan, menciptakan peserta didik sesuai dengan
tujuan, rancangan, prinsip-prinsip, tujuan pendidikan nasional.
pemecahan masalah. Seorang guru akan Dinamisator. Peran guru
menjadi sosok inspirator , jika ia mampu terhadap peserta didik sangat menentukan
membangkitkan semangat peserta didik terhadap tujuan yang ingin dicapai. Guru
untuk maju dengan menggerakkan segala sebagai motivator dan juga diharapkan
potensi yang dimiliki untuk meraih dapat menjadi dinamisator. Guru bukan
prestasi. saja sebagai hanya membangkitkan
Guru dapat mencurahkan segala semangat tetapi juga dapat menjadi mesin
daya upaya dengan pikiran, perasaan, penggerak yang dapat mendorong peserta
keterampilan kepada peserta didik untuk didik ke arah tujuan dengan kecepatan,
meraih pengetahuan, keterampilan, sikap kecerdasan, dan kearifan yang tinggi
dan prestasi. Oleh karena itu seorang guru sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
harus harus memiliki pengetahuan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang
keterampilan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan. Kriteria guru yang
tuntutan peserta didik itu sendiri. dinamisator menurut Asmani ( 2011 )
Motivator. Seorang guru dapat sebagai berikut :
digolongkan sebagai motivator apabila 1. Kaya gagasan dan pemikiran, serta
guru tersebut dapat menggugah pikiran, mempunyai visi yang jauh kedepan.
perasan, kemauan, minat, dan cita-cita 2. Mempunyai kemampuan manajemen
untuk bersemangat belajar dan meraih terstruktur, sistematis, fungsional, dan
prestasi peserta didik sesuai dengan yang profesional.
diharapkan. 3. Mempunyai jaringan yang luas
Seorang peserta didik termotivasi sehingga bisa melangkah secara
dapat tercermin dari yang tadinya malas ekspansif dan eksploratif.
menjadi semangat, yang asalnya lemah 4. Mempunyai kemampuan sosial dan
menjadi kuat, yang asalnya menyerah humaniora yang bagus, sebab
terhadap keadaan menjadi proaktif, yang pendekatan persuasif- humanis -
asalnya takut menghadapi rintangan emosional lebih efektif dalam
menjadi berani mengahdapinya, yang memecahkan kebuntuan daripada
asalnya pesimis menjadi optimis, yang sekadar formalis-organisatoris-legalis
asalnya patah semangat menjadi bangkit 5. Mempunyai kreativitas yang tinggi,
kembali, yang asalnya merasa tidak khususnya dalam mencipta dan
mungkin menjadi mungkin, yang asalnya mencari solusi dari problem yang ada.
cemas menjadi penuh harapan, yang 6. Mempunyai kematangan berpolitik ,
asalnya rendah diri menjadi percaya diri, antara fungsi stabilitator, disatu sisi
yang asalnya tidak yakin menjadi yakin, menjaga stabilitas ( keseimbangan ),
yang asalnya hilang tekadnya menjadi namun disisi lain harus menggerakkan
progesi ( kemajuan ).
9
7. Harus mengedepankan kaderisasi dan berperan membentuk karakter dan
regenerasi. sekaligus menanamkan nilai-nilai
pendidikan. Keberhasilan peserta didik
Evaluator.Guru sebagai evaluator berubah menjadi pribadi yang
berarti guru berperan mengevaluasi berpendidikan dan berkarakter bukan
efektifitas, efisiensi dan produktivitas semata-mata ditentukan oleh guru
sebuah program. Guru harus selalu disekolah, melainkan juga merupakan
mengevaluasi pendidikan karakter yang miniatur dari kehidupan anak. Anak akan
dilaksanakan disekolah. Tanpa melakukan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
evaluasi yang sistematis dan terencana apabila ia hidup ditengah-tengah keluarga
maka inovasi dan kreasi dari program yang yang baik.
dijalankan sangat sedikit. Suatu program Keluarga harus menata kehidupan
yang direncanakan dan ditetapkan harus keluarga yang kondusif agar tercipta iklim
dibarengi dengan evaluasi agar dapat edukatif dan sekaligus terbentuknya
diketahui apakah program berjalan dengan karakter yang positip pada anak. Keluarga
baik atau tidak. Guru harus dapat harus dibentuk sedemikian rupa agar dapat
mengevaluasi bagaimana pendidikan membantu setiap anak mendapatkan
karakter di sekolah apakah sudah berjalan pendidikan dan pengetahuan tambahan
dengan baik atau belum. yang tidak didapatkan disekolah.
Apa kendala-kendala yang Orangtua harus dapat menerapkan
dihadapi dan apa solusi yang perlu kebiasan-kebiasaan yang baik seperti
dijalankan dalam pemecahan masalah halnya : bersikap santun terhadap orang
tersebut sehingga benar-benar pendidikan lain, suka membantu, rela memafkan
karakter dapat terlaksana dengan sebaik- kesalahan orang lain, berempati,
baiknya demi menciptakan peserta didik berdisiplin, menjaga kerukunan,
yang berkarakter yang baik sesuai dengan mendengarkan dan menghargai pendapat
tujuan pendidikan nasional. orang lain, tidak sombong.
Disamping itu, menurut Aunillah
Mensinergikan Pendidikan Informal ( 2011 ) orangtua perlu menanamkan nilai-
Dan Formal Untuk Membangun nilai pendidikan karakter seperti :
Karakter Anak mengubah cara pandang mengenai
Selama ini, pendidikan informal ( lembaga pendidikan dan menjadikan
pendidikan didalam keluarga ) belum rumahtangga sebagai sekolah pertama.
memberikan kotribusi yang berarti dalam Banyak orangtua selama ini menyerahkan
mendukung pencapaian kompetensi dan sepenuhnya tentang pendidikan anaknya
pembentukan karakter peserta didik. Hal agar dapat menjadi pribadi yang
ini dapat disebabkan kesibukan orangtua, berkualitas tanpa disadari bahwa aktivitas
kurangnya pemahaman orangtua dalam dan kehidupan anak lebih lama
mendidik anaknya, pengaruh pergaulan dilingkungan keluarga daripada
dilingkungan sekitar, pengaruh media dilingkungan sekolah.
cetak dan elektronik. Orangtua kurang mengontrol dan
Sebenarnya dapat disepakati mendidik anaknya menjadi anak yang
bahwa keluarga ialah sekolah pertama dan berkarakter baik. Orangtua kurang
utama bagi peserta didik. Orangtua berusaha menciptakan lingkungan
10
keluarga dalam suasana edukatif. Bahkan Komunikasi antara sekolah
banyak orangtua membiarkan anaknya dengan orangtua perlu dijalin dengan
melakukan sesuatu tanpa adanya kontrol sebaik-baiknya untuk mengurangi
atau aturan-atuaran yang mengikat anak kemungkinan terjadinya kontradiksi antara
untuk berbuat baik sehingga anak terbiasa sikap dan kebiasaan yang dianjurkan
dan terdidik sesuai dengan karakter yang kepada siswa disekolah serta sikap dan
diinginkan. kebiasaan yang berkembang atau berlaku
Keberhasilan peserta didik ( anak) dirumah. Oleh karena itu perlu usaha dan
berubah menjadi pribadi yang berkarakter upaya mensinergikan pendidikan informal
dan berpendidikan dapat ditentukan oleh (pendidikan dalam keluarga ) dengan
pendidikan dilingkungan keluarga dan juga pendidikan formal ( pendidikan disekolah)
dapat ditentukan oleh pendidikan agar pendidikan karakter dapat berhasil
dilingkungan sekolah. kepada peserta didik ( anak ).
Antara pendidikan di lingkungan Keberhasilan pendidikan karakter
keluarga (informal) dan lingkungan menurut Amri, Jauhari, dan Elisah (2011
sekolah (formal) serta lingkungan )dapat dilihat melalui pencapaian indikator
masyarakat (non formal) tidak dapat oleh peserta didik sebagaimana tercantum
dipisahkan dan tidak dapat berjalan dalam standar kompetensi lulusan setiap
sendiri-sendiri. karena ketiga pusat ( tri sekolah yang meliputi :
pusat )pendidikan ini saling mendukung 1. Mengamalkan ajaran agama yang
dan saling mengisi pendidikan dianut sesuai dengan tahap
pembentukan karakter anak. perkembangan remaja.
Pendidikan karakter dapat dilakukan 2. Memahami kekurangan dan
secara terpadu dan bahkan lebih baik bila kelebihan diri sendiri
memadukan dan mengoptimalkan kegiatan 3. Menunjukkan sikap percaya diri
informal lingkungan keluarga dengan 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang
pendidikan formal disekolah sehingga berlaku dalam lingkungan yang lebih
aktivitas keseharian anak tetap dalam luas
pengawasan ranah pendidikan karakter. 5. Menghargai keberagaman agama,
Pengembangan pendidikan budaya, suku, ras dan golongan sosial
karakter disekolah merupakan bagian dari ekonomi dalam lingkup nasional
usaha sekolah untuk memenuhi harapan 6. Mencari dan menerapkan informasi
orangtua untuk membangun, membentuk, dari lingkungan sekitar dan sumber-
dan menciptakan anak yang berkarakter. sumber lain secara logis, kritis, dan
Antara sekolah dan orangtua merupakan kreatif.
hubungan kemitraan yang bersifat saling 7. Menunjukkan kemampuan berpikir
mengisi , saling mendukung, dan saling logis, kritis, kreatif, dan inovatif
belajar, serta saling bekerja sama untuk 8. Menunjukkan kemampuan belajar
kemajuan anak. Hubungan antara sekolah secara mandiri sesuai dengan potensi
dan orangtua siswa adalah hubungan yang yang dimilikinya
bersifat transfomasional, yaitu hubungan 9. Menunjukkan kemampuan
yang lebih didasari oleh kontrak sosial dan menganalisis dan memecahkan
kontrak moral untuk maju dan berkembang masalah dalam kehidupan sehari-hari
bersama ( Raka, dkk : 2011 ).
11
10. Mendeskripsikan gejala alam dan ditemukan solusinya, diterapkan, dan
sosial dilihat hasilnya nanti.
11. Memanfaatkan lingkungan secara Pada tataran sekolah, kriteria
bertanggung jawab pencapaian pendidikan karakter adalah
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan terbentuknya budaya sekolah, yaitu
dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
berbangsa dan bernegara demi simbol-simbol yang dipraktekkan oleh
terwujudnya persatuan dalam Negara semua warga sekolah, dan masyarakat
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-
13. Menghargai karya seni dan budaya nilai atau indikator –indikator yang telah
nasional ditetapkan tersebut.
14. Menghargai tugas pekerjaan dan
memiliki kemampuan untuk berkarya PENUTUP
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, Pendidikam dan pembentukan
bugar, aman dan memanfaatkan karakter bukan hanya tanggung jawab
waktu luang dengan baik sekolah, akan tetapi juga tanggung jawab
16. Berkomunikasi dan berinteraksi keluarga, masyarakat, pemerintah dan
secara efektif dan santun media massa.
17. Memahami hak dan kewajiban diri Pendidikan dan pembentukan
dan orang lain dalam pergaulan di karakter anak melalui pendidikan informal
masyarakat; menghargai fakta (pendidikan dilingkungan keluarga)
perbedaan pendapat mengalami kesulitan karena pengaruh
18. Menunjukkan kegemaran membaca IPTEK, keterbatasan pengetahuan,
dan menulis naskah pendek kurangnya perhatian orangtua.
sederhana Keberhasilan pendidikan anak dalam
19. Menunjukkan keterampilan keluarga dapat ditentukan oleh pola asuh
menyimak, berbicara, membaca dan yang diterapkan orangtua pada anaknya,
menulis dalam bahasa indonesia dan apakah pola asuh otoriter, pola asuh
bahasa inggris sederhana permisif atau pola asuh demokratif.
20. Menguasai pengetahuan yang Keberhasilan peserta didik (anak)
diperlukan untuk mengikuti berubah menjadi pribadi yang berkarakter
pendidikan menengah dan berpendidikan dapat ditentukan oleh
21. Memiliki jiwa kewirausahaan. pendidikan di lingkungan keluarga
(informal) dan juga di lingkungan sekolah
Dari indikator-indikator tersebut (formal). Pendidikan karakter akan lebih
dapat sebagai parameter untuk menentukan berhasil apabila dilakukan terpadu atau
sukses tidaknya suatu sekolah sinergi antara pendidikan di lingkungan
menyelenggarakan pendidikan karakter keluarga (informal) dengan pendidikan di
kepada para peserta didik. lingkungan sekolah ( formal ).
Bila sukses dan berhasil bisa Hubungan sekolah dengan
dikembangkan secara dinamis. Sedangkan orangtua (keluarga) merupakan hubungan
jika belum berhasil maka dapat dicari kemitraan yang bersifat saling mengisi,
faktor-faktor penyebabnya dan diusahakan saling mendukung, saling belajar dan
saling bekerjasama untuk kemajuan dan
12
dalam pembentukan karakter anak sesuai Pembangunan Bangsa. Jakarta : PT
dengan yang diharapkan. grasindo.
Dalam pendidikan karakter di Raka, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Di
sekolah, guru dapat berperan sebagai Sekolah . Jakarta : PT Gramedia.
teladan, inspirator, motivator, dinamisator,
dan evaluator.

RUJUKAN
Asmani, Jamal Ma`mur. 2011. Buku
Panduan Internalisasi Pendidikan
karakter di Sekolah . Yogyakarta
: Diva Press
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan karakter
membangun Perilaku Positif Anak
Bangsa Bandung : CV Yrama
Widya.
Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan
Menerapkan Pendidikan Karakter
di Sekolah . Yogyakarta :
Laksana.
Amri, Sofan . Jauhari, Ahmad , Elisah,
Tatik . 2011. Implementasi
Pendidikan Karakter
Dalam Pembelajaran . Jakarta : PT.
Prestasi Pustakaraya.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru
Profesional, Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : Rosda
Karya.
Muslich, Masnur . 2011. Pendidikan
Karakter : Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional .
Jakarta : 2011.
Prayitno dan Manullang Belferik . 2011.
Pendidikan karakter Dalam

13

Anda mungkin juga menyukai