1322 2292 2 PB
1322 2292 2 PB
DEMMU KARO-KARO
Dosen Jurusan PPSD/PGSD FIP Unimed
ABSTRAK
Pendidikan dan pembentukan karakter terhadap anak merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah dan media massa. Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak. Pengembangan pendidikan karakter
disekolah merupakan bagian dari usaha sekolah untuk memenuhi harapan orangtua untuk membangun,
membentuk dan menciptakan anak yang berkarakter baik. Untuk membangun dan membentuk karakter
anak harus ada keterpaduan dan sinergi antara pendidikan dalam keluarga (informal) dengan pendidikan
disekolah (formal).
6
intelektual hancur karena rapuhnya pendidikan yang dirancang. Pengkondisian
kecerdasan emosional dan spiritul. pembelajaran di kelas kepada peserta didik
Untuk mengantisipasi dan merupakan momen pendidikan karakter
memperbaiki karakter anak, salah satu yang sangat strategis karena di setiap saat
diantaranya melalui pendidikan karakter di guru berinteraksi dengan peserta didik.dan
sekolah ( pendidikan formal ). Pendidikan dapat mengawasi setiap aktivitas yang
karakter harus disosialisasikan, kurang baik.
diinternalisasikan, dan diintensifkan sejak Pada kegiatan pembelajaran di
dini di semua level kehidupan berbangsa kelas, guru dapat mengendalikan dan
dan bernegara ( Asmani : 2011 ). membentuk lingkungan, serta penanaman
Ini mengindikasikan bahwa karakter secara lebih nyata. Guru dan
pendidikan karakter itu sangat perlu peserta didik berinteraksi secara langsung
diberikan kepada siapa saja tanpa dan membentuk komunitas lingkungan
terkecuali termasuk anak atau peserta didik yang berkarakter baik. Untuk itu setiap
di sekolah agar mulai dari sejak kecil anak guru dituntut dapat berbuat, bertindak dan
sudah terdidik dan dibangun karakternya. menciptakan peserta didik yang
Pendidikan yang berorientasi berkarakter baik.
pembangunan karakter sangat diperlukan Menurut Aqib ( 2011 ), praktek
dalam rangka mengembangkan dan pendidikan karakter dalam kelas menuntut
menguatkan sifat mulia kemanusiaan agar setiap guru memiliki cara-cara bertindak
manusia yang sering mengaku sebagai sebagai berikut : (1). Bertindak sebagai
makluk tertinggi dimuka bumi ini tidak pengasuh, teladan dan pembimbing, (2).
terpleset jatuh menjadi mahluk yang tidak Menciptakan sebuah komunitas moral,
manusiawi ( Raka, dkk : 2011 ). (3).menegakkan disiplin moral melalui
Hal ini juga sejalan dengan pelaksanaan kesepakatan yang telah
pendapat Asmani ( 2011 ) yang ditentukan sebagai aturan main bersama,
menyatakan: pentingnya interaksi (4). Menciptakan sebuah lingkungan kelas
pendidikan karakter di sekolah secara yang demokratis dengan cara melibatkan
intensif dengan keteladanan, kearifan, dan para siswa dalam mengambil keputusan
kebersamaan, baik dalam program intra dan bertanggung jawab bagi terbentuknya
kurikuler maupun ekstra kurikuler, sebagai kelas sebagai tempat belajar yang
pondasi kokoh yang bermanfaat bagi masa menyenangkan, (5). Mengajarkan nilai-
depan anak didik. nilai melalui kurikulum dengan cara
Lingkungan sekolah dapat menggali isi materi pembelajaran dan
sebagai wadah pendidikan yang baik bagi mata pelajaran yang sangat kaya dengan
pertumbuhan karakter siswa. Kegiatan- nilai-nilai moral , (6). Mempergunakan
kegiatan yang ada di sekolah, semuanya metode pembelajaran melalui kerja sama
dapat di integrrasikan dalam program agar siswa semakin mampu
pendidikan karakter.secara langsung. mengembangkan kemampuan mereka
Lembaga pendidikan ( sekolah ) dapat dalam memberikan apresiasi atas pendapat
menciptakan sebuah pendekatan orang lain, berani menyampaikan
pendidikan karakter melalui kurikulum, pendapat, sendiri, mampu dan mau bekerja
penegakan disiplin, manajemen kelas, sama dengan yang lain demi berhasilnya
maupun melalui program-program tujuan bersama, (7). Membangun sebuah
7
rasa tanggung jawab bagi pembentukan pembangkit pandangan, pekerja rutin,
diri dalam diri siswa dengan cara pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
memberikan penghargaan atas kesediaan emansipator, evaluator, pengawet, dan
para siswa untuk belajar, menyemangati kulminator. Karena itu, guru memiliki
kemampuan mereka untuk dapat bekerja peran yang sangat penting dalam
keras, memiliki komitmen pada pembentukan karakter peserta didik. Tentu
keunggulan, dan penghayatan akan nilai peran guru sangat mempengaruhi dan
kerja yang dapat mempengaruhi kehidupan menentukan keberhasilan peserta didik
orang lain, (8). Mengajak siswa agar dalam segala bidang termasuk
berani memikirkan dan mengolah pembentukan karakter.
persoalan yang berkaitan dengan konflik Adapun peran peran utama guru
moral, melalui bacaan, penelitian, menurut Aswani ( 2011 ) dalam
penulisan, klipping koran, diskusi, debat pendidikan karakter adalah : teladan,
apresiasi, dan lain-lain, (9). Melatih siswa inspirator, motivator, dinamisator, dan
untuk belajar memecahkan konflik yang evaluator.
muncul secara adil dan damai tanpa Teladan. Peningkatan karakter
kekerasan sehingga para siswa peserta didik bisa jadi merupakan tugas
memperoleh keterampilan moral esensial terberat bagi guru. Perhatian dan tanggung
ketika harus menghadapi persoalan serupa jawab guru tidak dapat dimunculkan
didalam hidup mereka. begitu saja dalam satu kali pertemuan.
Guru merupakan aktor sosok Pendidikan karakter tidak bisa diserap
yang menjadi idola bagi peserta didik. melalui sekadar ceramah, akan tetapi harus
Guru sebagai salah seorang yang digugu berulang-ulang dilakukan dan dapat
(ditiru). Keberadaan guru sebagai diterima melalui panca indra dengan
penggerak pendidikan tidak bisa melihat, mendengar, merasa dan meraba.
dipungkiri. Sebagai seorang guru guru harus menjadi
Baik buruknya pendidikan sangat teladan dari segala aspek, baik
tergantung kepada sosok guru karena pengetahuan, moral, sosial, dan spiritual.
sampai sekarang fungsi guru dalam dunia Keteladanan sangat penting demi
pendidikan tidak bisa digantikan dengan efektivitas pendidikan karakter. Tanpa
alat yang secanggih apapun terutama keteladanan , pendidikan karakter
pendidikan pada jenjang sekolah dasar kehilangan ruhnya yang paling esensial,
(SD). Sikap dan perilaku guru sangat hanya slogan, kamuflse, fatamorgana, dan
membekas dan mempengaruhi diri peserta kata-kata negatif lainnya (Asmani : 2011 ).
didik sehingga ucapan, karakter dan Keteladanan memang mudah
kepribadian guru menjadi cermin peserta dikatakan, tapi sulit untuk dilakukan sebab
didik. Ucapan guru merupakan ucapan keteladanan lahir melalui proses
yang paling benar dihadapan peserta didik. pendidikan yang panjang, mulai dari
Menurut Mulyasa ( 2005 ), fungsi pengayaan materi , perenungan,
guru itu bersifat multi fungsi . Ia tidak penghayatan, pengamalan, kelakuan,
hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai hingga konsistensi dalam aktivitas.
pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, Oleh sebab itu, sebagai seorang guru harus
pembaru, model dan teladan, pribadi, selalu menjadi teladan dihadapan peserta
peneliti, pendorong kreativitas, didik agar benar-benar dapat dicontoh atau
8
diteladani oleh peseerta didik dalam tumbuh tekadnya yang kuat, yang asalnya
berpikir dan berprilaku dalam kehidupan buntu menjadi ada solusinya.
sehari-hari. Untuk itu sangat dibutuhkan
Inspirator. Inspirator biasanya seorang guru yang motivator agar dapat
sebutan bagi orang yang sering sebagai mempengaruhi dan mempersiapkan serta
sumber inspirasi tentang ide, gagasan, menciptakan peserta didik sesuai dengan
tujuan, rancangan, prinsip-prinsip, tujuan pendidikan nasional.
pemecahan masalah. Seorang guru akan Dinamisator. Peran guru
menjadi sosok inspirator , jika ia mampu terhadap peserta didik sangat menentukan
membangkitkan semangat peserta didik terhadap tujuan yang ingin dicapai. Guru
untuk maju dengan menggerakkan segala sebagai motivator dan juga diharapkan
potensi yang dimiliki untuk meraih dapat menjadi dinamisator. Guru bukan
prestasi. saja sebagai hanya membangkitkan
Guru dapat mencurahkan segala semangat tetapi juga dapat menjadi mesin
daya upaya dengan pikiran, perasaan, penggerak yang dapat mendorong peserta
keterampilan kepada peserta didik untuk didik ke arah tujuan dengan kecepatan,
meraih pengetahuan, keterampilan, sikap kecerdasan, dan kearifan yang tinggi
dan prestasi. Oleh karena itu seorang guru sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
harus harus memiliki pengetahuan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang
keterampilan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan. Kriteria guru yang
tuntutan peserta didik itu sendiri. dinamisator menurut Asmani ( 2011 )
Motivator. Seorang guru dapat sebagai berikut :
digolongkan sebagai motivator apabila 1. Kaya gagasan dan pemikiran, serta
guru tersebut dapat menggugah pikiran, mempunyai visi yang jauh kedepan.
perasan, kemauan, minat, dan cita-cita 2. Mempunyai kemampuan manajemen
untuk bersemangat belajar dan meraih terstruktur, sistematis, fungsional, dan
prestasi peserta didik sesuai dengan yang profesional.
diharapkan. 3. Mempunyai jaringan yang luas
Seorang peserta didik termotivasi sehingga bisa melangkah secara
dapat tercermin dari yang tadinya malas ekspansif dan eksploratif.
menjadi semangat, yang asalnya lemah 4. Mempunyai kemampuan sosial dan
menjadi kuat, yang asalnya menyerah humaniora yang bagus, sebab
terhadap keadaan menjadi proaktif, yang pendekatan persuasif- humanis -
asalnya takut menghadapi rintangan emosional lebih efektif dalam
menjadi berani mengahdapinya, yang memecahkan kebuntuan daripada
asalnya pesimis menjadi optimis, yang sekadar formalis-organisatoris-legalis
asalnya patah semangat menjadi bangkit 5. Mempunyai kreativitas yang tinggi,
kembali, yang asalnya merasa tidak khususnya dalam mencipta dan
mungkin menjadi mungkin, yang asalnya mencari solusi dari problem yang ada.
cemas menjadi penuh harapan, yang 6. Mempunyai kematangan berpolitik ,
asalnya rendah diri menjadi percaya diri, antara fungsi stabilitator, disatu sisi
yang asalnya tidak yakin menjadi yakin, menjaga stabilitas ( keseimbangan ),
yang asalnya hilang tekadnya menjadi namun disisi lain harus menggerakkan
progesi ( kemajuan ).
9
7. Harus mengedepankan kaderisasi dan berperan membentuk karakter dan
regenerasi. sekaligus menanamkan nilai-nilai
pendidikan. Keberhasilan peserta didik
Evaluator.Guru sebagai evaluator berubah menjadi pribadi yang
berarti guru berperan mengevaluasi berpendidikan dan berkarakter bukan
efektifitas, efisiensi dan produktivitas semata-mata ditentukan oleh guru
sebuah program. Guru harus selalu disekolah, melainkan juga merupakan
mengevaluasi pendidikan karakter yang miniatur dari kehidupan anak. Anak akan
dilaksanakan disekolah. Tanpa melakukan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
evaluasi yang sistematis dan terencana apabila ia hidup ditengah-tengah keluarga
maka inovasi dan kreasi dari program yang yang baik.
dijalankan sangat sedikit. Suatu program Keluarga harus menata kehidupan
yang direncanakan dan ditetapkan harus keluarga yang kondusif agar tercipta iklim
dibarengi dengan evaluasi agar dapat edukatif dan sekaligus terbentuknya
diketahui apakah program berjalan dengan karakter yang positip pada anak. Keluarga
baik atau tidak. Guru harus dapat harus dibentuk sedemikian rupa agar dapat
mengevaluasi bagaimana pendidikan membantu setiap anak mendapatkan
karakter di sekolah apakah sudah berjalan pendidikan dan pengetahuan tambahan
dengan baik atau belum. yang tidak didapatkan disekolah.
Apa kendala-kendala yang Orangtua harus dapat menerapkan
dihadapi dan apa solusi yang perlu kebiasan-kebiasaan yang baik seperti
dijalankan dalam pemecahan masalah halnya : bersikap santun terhadap orang
tersebut sehingga benar-benar pendidikan lain, suka membantu, rela memafkan
karakter dapat terlaksana dengan sebaik- kesalahan orang lain, berempati,
baiknya demi menciptakan peserta didik berdisiplin, menjaga kerukunan,
yang berkarakter yang baik sesuai dengan mendengarkan dan menghargai pendapat
tujuan pendidikan nasional. orang lain, tidak sombong.
Disamping itu, menurut Aunillah
Mensinergikan Pendidikan Informal ( 2011 ) orangtua perlu menanamkan nilai-
Dan Formal Untuk Membangun nilai pendidikan karakter seperti :
Karakter Anak mengubah cara pandang mengenai
Selama ini, pendidikan informal ( lembaga pendidikan dan menjadikan
pendidikan didalam keluarga ) belum rumahtangga sebagai sekolah pertama.
memberikan kotribusi yang berarti dalam Banyak orangtua selama ini menyerahkan
mendukung pencapaian kompetensi dan sepenuhnya tentang pendidikan anaknya
pembentukan karakter peserta didik. Hal agar dapat menjadi pribadi yang
ini dapat disebabkan kesibukan orangtua, berkualitas tanpa disadari bahwa aktivitas
kurangnya pemahaman orangtua dalam dan kehidupan anak lebih lama
mendidik anaknya, pengaruh pergaulan dilingkungan keluarga daripada
dilingkungan sekitar, pengaruh media dilingkungan sekolah.
cetak dan elektronik. Orangtua kurang mengontrol dan
Sebenarnya dapat disepakati mendidik anaknya menjadi anak yang
bahwa keluarga ialah sekolah pertama dan berkarakter baik. Orangtua kurang
utama bagi peserta didik. Orangtua berusaha menciptakan lingkungan
10
keluarga dalam suasana edukatif. Bahkan Komunikasi antara sekolah
banyak orangtua membiarkan anaknya dengan orangtua perlu dijalin dengan
melakukan sesuatu tanpa adanya kontrol sebaik-baiknya untuk mengurangi
atau aturan-atuaran yang mengikat anak kemungkinan terjadinya kontradiksi antara
untuk berbuat baik sehingga anak terbiasa sikap dan kebiasaan yang dianjurkan
dan terdidik sesuai dengan karakter yang kepada siswa disekolah serta sikap dan
diinginkan. kebiasaan yang berkembang atau berlaku
Keberhasilan peserta didik ( anak) dirumah. Oleh karena itu perlu usaha dan
berubah menjadi pribadi yang berkarakter upaya mensinergikan pendidikan informal
dan berpendidikan dapat ditentukan oleh (pendidikan dalam keluarga ) dengan
pendidikan dilingkungan keluarga dan juga pendidikan formal ( pendidikan disekolah)
dapat ditentukan oleh pendidikan agar pendidikan karakter dapat berhasil
dilingkungan sekolah. kepada peserta didik ( anak ).
Antara pendidikan di lingkungan Keberhasilan pendidikan karakter
keluarga (informal) dan lingkungan menurut Amri, Jauhari, dan Elisah (2011
sekolah (formal) serta lingkungan )dapat dilihat melalui pencapaian indikator
masyarakat (non formal) tidak dapat oleh peserta didik sebagaimana tercantum
dipisahkan dan tidak dapat berjalan dalam standar kompetensi lulusan setiap
sendiri-sendiri. karena ketiga pusat ( tri sekolah yang meliputi :
pusat )pendidikan ini saling mendukung 1. Mengamalkan ajaran agama yang
dan saling mengisi pendidikan dianut sesuai dengan tahap
pembentukan karakter anak. perkembangan remaja.
Pendidikan karakter dapat dilakukan 2. Memahami kekurangan dan
secara terpadu dan bahkan lebih baik bila kelebihan diri sendiri
memadukan dan mengoptimalkan kegiatan 3. Menunjukkan sikap percaya diri
informal lingkungan keluarga dengan 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang
pendidikan formal disekolah sehingga berlaku dalam lingkungan yang lebih
aktivitas keseharian anak tetap dalam luas
pengawasan ranah pendidikan karakter. 5. Menghargai keberagaman agama,
Pengembangan pendidikan budaya, suku, ras dan golongan sosial
karakter disekolah merupakan bagian dari ekonomi dalam lingkup nasional
usaha sekolah untuk memenuhi harapan 6. Mencari dan menerapkan informasi
orangtua untuk membangun, membentuk, dari lingkungan sekitar dan sumber-
dan menciptakan anak yang berkarakter. sumber lain secara logis, kritis, dan
Antara sekolah dan orangtua merupakan kreatif.
hubungan kemitraan yang bersifat saling 7. Menunjukkan kemampuan berpikir
mengisi , saling mendukung, dan saling logis, kritis, kreatif, dan inovatif
belajar, serta saling bekerja sama untuk 8. Menunjukkan kemampuan belajar
kemajuan anak. Hubungan antara sekolah secara mandiri sesuai dengan potensi
dan orangtua siswa adalah hubungan yang yang dimilikinya
bersifat transfomasional, yaitu hubungan 9. Menunjukkan kemampuan
yang lebih didasari oleh kontrak sosial dan menganalisis dan memecahkan
kontrak moral untuk maju dan berkembang masalah dalam kehidupan sehari-hari
bersama ( Raka, dkk : 2011 ).
11
10. Mendeskripsikan gejala alam dan ditemukan solusinya, diterapkan, dan
sosial dilihat hasilnya nanti.
11. Memanfaatkan lingkungan secara Pada tataran sekolah, kriteria
bertanggung jawab pencapaian pendidikan karakter adalah
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan terbentuknya budaya sekolah, yaitu
dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
berbangsa dan bernegara demi simbol-simbol yang dipraktekkan oleh
terwujudnya persatuan dalam Negara semua warga sekolah, dan masyarakat
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-
13. Menghargai karya seni dan budaya nilai atau indikator –indikator yang telah
nasional ditetapkan tersebut.
14. Menghargai tugas pekerjaan dan
memiliki kemampuan untuk berkarya PENUTUP
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, Pendidikam dan pembentukan
bugar, aman dan memanfaatkan karakter bukan hanya tanggung jawab
waktu luang dengan baik sekolah, akan tetapi juga tanggung jawab
16. Berkomunikasi dan berinteraksi keluarga, masyarakat, pemerintah dan
secara efektif dan santun media massa.
17. Memahami hak dan kewajiban diri Pendidikan dan pembentukan
dan orang lain dalam pergaulan di karakter anak melalui pendidikan informal
masyarakat; menghargai fakta (pendidikan dilingkungan keluarga)
perbedaan pendapat mengalami kesulitan karena pengaruh
18. Menunjukkan kegemaran membaca IPTEK, keterbatasan pengetahuan,
dan menulis naskah pendek kurangnya perhatian orangtua.
sederhana Keberhasilan pendidikan anak dalam
19. Menunjukkan keterampilan keluarga dapat ditentukan oleh pola asuh
menyimak, berbicara, membaca dan yang diterapkan orangtua pada anaknya,
menulis dalam bahasa indonesia dan apakah pola asuh otoriter, pola asuh
bahasa inggris sederhana permisif atau pola asuh demokratif.
20. Menguasai pengetahuan yang Keberhasilan peserta didik (anak)
diperlukan untuk mengikuti berubah menjadi pribadi yang berkarakter
pendidikan menengah dan berpendidikan dapat ditentukan oleh
21. Memiliki jiwa kewirausahaan. pendidikan di lingkungan keluarga
(informal) dan juga di lingkungan sekolah
Dari indikator-indikator tersebut (formal). Pendidikan karakter akan lebih
dapat sebagai parameter untuk menentukan berhasil apabila dilakukan terpadu atau
sukses tidaknya suatu sekolah sinergi antara pendidikan di lingkungan
menyelenggarakan pendidikan karakter keluarga (informal) dengan pendidikan di
kepada para peserta didik. lingkungan sekolah ( formal ).
Bila sukses dan berhasil bisa Hubungan sekolah dengan
dikembangkan secara dinamis. Sedangkan orangtua (keluarga) merupakan hubungan
jika belum berhasil maka dapat dicari kemitraan yang bersifat saling mengisi,
faktor-faktor penyebabnya dan diusahakan saling mendukung, saling belajar dan
saling bekerjasama untuk kemajuan dan
12
dalam pembentukan karakter anak sesuai Pembangunan Bangsa. Jakarta : PT
dengan yang diharapkan. grasindo.
Dalam pendidikan karakter di Raka, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Di
sekolah, guru dapat berperan sebagai Sekolah . Jakarta : PT Gramedia.
teladan, inspirator, motivator, dinamisator,
dan evaluator.
RUJUKAN
Asmani, Jamal Ma`mur. 2011. Buku
Panduan Internalisasi Pendidikan
karakter di Sekolah . Yogyakarta
: Diva Press
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan karakter
membangun Perilaku Positif Anak
Bangsa Bandung : CV Yrama
Widya.
Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan
Menerapkan Pendidikan Karakter
di Sekolah . Yogyakarta :
Laksana.
Amri, Sofan . Jauhari, Ahmad , Elisah,
Tatik . 2011. Implementasi
Pendidikan Karakter
Dalam Pembelajaran . Jakarta : PT.
Prestasi Pustakaraya.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru
Profesional, Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : Rosda
Karya.
Muslich, Masnur . 2011. Pendidikan
Karakter : Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional .
Jakarta : 2011.
Prayitno dan Manullang Belferik . 2011.
Pendidikan karakter Dalam
13