Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

Dosen Pengampuh : Emmy Ardiwinata, M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 4

Desika Lumba 1940606015

Muh. Andi Maulana K. 1940606024

Mega Septiani 1940606027

Rosalina 1940606029

Nurhayana 19400606037

Lokal A1

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
BAB I..................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. Tahap Pembentukan Dalam BK..........................................................................
B. Tahap Peralihan Dalam BK.................................................................................
BAB III...............................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dalam susunan kalimatnya maupun tutur katanya. Hal ini
merupakan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami membuka hati untuk menerima kritik dan saran-saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung proses penyusunan makalah ini sehingga menjadi makalah yang
berguna. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada kita semua mendapatkan
balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, dengan balasan yang sesuai dengan
keikhlasannya, Amin.

Tarakan, 05 Febuari 2022

Penulis;
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Layanan konseling kelompok secara terpadu dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling disekolah. Sebagai kegiatan, layanan konseling
kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.

Setiap sekolah harus membuat perencanaan program yang merupakan acuan


dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan dan konseling.
Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis layanan yang dialokasikan
menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan sarana atau pra sarana untuk
mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

Berbagai jenis dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan


pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Pelayanan
bimbingan dan konseling kepada peserta didik ada bermacam-macam jenis layanan,
yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran,
bimbingan kelompok, konseling perorangan dan konseling kelompok.

Dalam makalah ini akan di bahas tentang tahap-tahap bimbingan dan


konseling kelompok. Dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling kelompok
terdapat tahap-tahap yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan kegiatan bimbingan
dan konseling kelompok dapat berjalan sesuai dengan tepat sasaran dan tujuan
kegiatan yang hendak ingin dicapainya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu;
1. Bagaimanakah tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok?
2. Bagaimanakah tahap peralihan dalam bimbingan kelompok?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya yaitu:
1. Untuk mengetahui tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok.
2. Untuk memgetahui tahap peralihan dalam bimbingan kelompok.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tahap I : Tahap Pembentukan


Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para (calon)
anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan, meliputi :
1. Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
Tahap pengenalan dan pengungkapan tujuan merupakan tahap
pengenalan dan tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam
kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini, pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan yang
ingin dicapai, baik oleh masing-masing, Sebagian, maupun seluruh anggota.
Dalam tahap pembentukan tersebut, peranan pemimpin kelompok
adalah memunculkan dirinya sehingga ditangkap oleh para anggota sebagai
orang yang benar-benar mampu dan bersedia membantu para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan mereka. Peranan ing ngarsa sung tulada, ing
madyo mangun karsa hendaknya benar-benar terwujud.
Pada tahap tersebut, pemimpin kelompok perlu :
a. Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan
kelompok tersebut dan menjelaskan cara-cara yang hendaknya dilalui
dalam mencapai tujuan tersebut.
b. Mengemukakan tentang diri sendiri yang kemungkinan perlu untuk
terselenggaranya kegiatan kelompok secara baik (antara lain
memperkenalkan diri secara terbuka dan menjelaskan peranannya
sebagai pemimpin kelompok).
c. Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-
unsur penghormatan kepada orang lain (anggota kelompok), kehalusan
hati, kehangatan dan empati.
Penampilan pemimpin kelompok yang seperti itu akan menjadi contoh yang
besar dan kemungkinan akan diikuti oleh para anggota dalam menjalani
kegiatan kelompoknya. Peranan pemimpin adalah mengembangkan suasana
keterbukaan yang bebas yang mengizinkan dikemukakannya segala sesuatu
yang terasa oleh anggota. Suasana tersebut diperlukan agar para anggota mau
membuka diri, mengutarakan tujuan-tujuan pribadi, maupun bersama.
2. Terbangunnya Kebersamaan
Hasil tahap awal suatu kelompok (menjelang dimasukinya tahap
pembentukan mungkin adalah suatu keadaan di mana para anggota kelompok
belum merasa adanya keterikatan kelompok. Kelompok yang terbentuk
sesudah tahap awal yang sedang mengalami tahap pembentukan tersebut
agaknya baru menjadi suatu kumpulan orang-orang yang saling belum
mengenal
Dalam keadaan seperti itu, peranan utama pemimpin kelompok ialah
merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru dalam suasana
kelompok yang diinginkan. Selain itu, pemimpin kelompok juga perlu
membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa berkepentingan para
anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan tersebut.
Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan
perasaan sekelompok. Jika pada awalnya sebagian besar anggota kelompok
tidak berkehendak mengambil peranan dan tanggung jawab dalam keterlibatan
kelompok (juga tidak ingin memiliki peranan dan tanggung jawab tertentu
dalam kegiatan kelompok), tugas pemimpin kelompok ialah membalikkan
keadaan tersebut dengan merangsang dan menggairahkan seluruh anggota
kelompok untuk mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan
kelompok. Penjelasan tentang asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan,
keterbukaan dan kenormatifan akan membantu masing-masing anggota untuk
mengarahkan peranan diri sendiri terhadap anggota lainnya dan pencapaian
tujuan bersama.

3. Keaktifan Pemimpin Kelompok


Peranan pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan hendaknya
benar-benar aktif. Hal tersebut tidak berarti bahwa pemimpin kelompok
berceramah atau mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anggota
kelompok. Pemimpin kelompok memusatkan usahanya pada :
a. Penjelasan tentang tujuan kegiatan,
b. Penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota,
c. Penumbuhan sikap saling mempercayai dan menerima,
d. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan
dalam kelompok.
4. Beberapa Teknik pada Tahap Awal
Terdapat beberapa Teknik yang dapat digunakan oleh pemimpin
kelompok pada tahap awal. Apabila keterbukaan dan keikutsertaan para
anggota dapat cepat tumbuh dan berkembang, mungkin Teknik-teknik tersebut
tidak perlu dipergunakan. Teknik-teknik tersebut berguna bagi pengembangan
sikap anggota kelompok yang semula tumbuh secara lamban.
Teknik yang dapat digunakan antara lain :
a. Teknik pertanyaan dan Jawaban
Para anggota menulis jawaban atas suatu pertanyaan pada selembar
kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok. Misalnya pertanyaan
“Siapakah saya?” “Bagaimana suasana hari ini?” “Apakah yang perlu
kita lakukan sekarang?” cara tersebut dapat menjadi awal dari usaha
anggota untuk mengungkapkan diri sendiri. Apabila diperlukan,
jawaban tersebut tanpa disertai nama si penjawab. Jawaban-jawaban
tersebut selanjutnya dapat dipergunakan untuk mengukur keseluruhan
suasana dan tanggapan kelompok atas suatu permasalahan yang
dilontarkan
b. Teknik Perasaan dan Tanggapan
Teknik perasaan dan tanggapan dilakukan dengan mempersilakan atau
meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan
dan tanggapannya atas suatu masalah atau suasana yang mereka
rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung. Teknik tersebut dapat
merangsang para anggota untuk mengenali masalahnya dan atau
perasaannya sendiri yang justru mungkin perlu menjadi pokok bahasan
utama dalam kelompok. Hal tersebut akan sangat menonjol terutama
dalam kelompok bebas.
c. Teknik Permainan Kelompok
Berbagai bentuk permainan kelompok seperti “Rangkaian Nama”,
Kebun Binatang”, “Tiga Dot” dapat dipergunakan. Dengan permainan
tersebut, akan terbangun suasana yang hangat dalam hubungan antar-
anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersamaan. Dalam
menyelenggarakan permainan kelompok tersebut harus selalu diingat
bahwa tujuan permainan adalah untuk menghangatkan dan
mengakrabkan. Jangan sampai terkesan oleh para peserta bahwa
permainan tersebut hanya sekedar bermain-main dan membuang-buang
waktu. Oleh karena itu, permainan kelompok yang layak
diselenggarakan dalam tahap ini ialah permainan yang mengandung
ciri-ciri :
1) Dilakukan oleh seluruh anggota kelompok (termasuk pemimpin
kelompok),
2) Bersifat gembira atau lucu,
3) Tidak memakan tenaga atau melelahkan,
4) Sederhana, dan
5) Waktunya singkat.

5. Pola Keseluruhan
Pada tahap ini digambarkan adanya rangsangan dari anggota agar mereka
dapat mengenali diri dan perasaannya yang mungkin akan menjadi pokok
bahasan selanjutnya. Tahap pertama tersebut dapat disimpulkan ke dalam
Bagan 1 yaitu:

Bagan 1
Tahap I Pembentukan
Tema : - Pengenalan
- Pelibatan diri
- Pemasukan diri
Tujuan :
1) Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka
bimbingan dan konseling
2) Tumbuhnya suasana kelompok
3) Tumbuhnya minat anggota dalam mengikuti kegiatan kelompok
4) Tumbuhnya rasa saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu
di antara para anggota
5) Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka
6) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam
kelompok
Kegiatan :
1) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam
rangka pelayanan bimbingan dan konseling
2) Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok
3) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
4) Teknik khusus
5) Permainan penghangatan atau pengakraban
Peranan Pemimpin Kelompok
1) Menampilkan diri secara utuh dan terbuka
2) Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tuus bersedia
membantu dan penuh
3) Sebagai contoh

B. Tahap II : Peralihan
Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis, kelompok sudah mulai tumbuh dan
kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih jauh oleh pemimpin kelompok menuju
kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan
tahap peralihan.
1. Suasana Kegiatan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok sebenarnya,
pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota
kelompok pada tahap kegiatan selanjutnya dalam kegiatan kelompok, yaitu
kegiatan inti dari keseluruhan kegiatan (dalam hal ini tahap ketiga). Untuk
memasuki tahap inti, tahap peralihan perlu ditempuh. Pada tahap inti, pemimpin
kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam kelompok bebas
(jika kelompok tersebut memang kelompok bebas) atau kelompok tugas (jika
kelompok tersebut memang kelompok tugas). Kemudian, pemimpin kelompok
menawarkan apakah para anggota sudah siap memulai kegiatan tersebut. Tawaran
tersebut barangkali akan menimbulkan suasana ketidakseimbangan para anggota
atau para anggota dipenuhi dengan berbagai tanda Tanya tentang “apa yang terjadi
pada kegiatan selanjutnya?”
2. Suasana Ketidakseimbangan
Suasana ketidakseimbangan secara khusus dapat mewarnai tahap peralihan
tersebut. Seringkali terjadi konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota
kelompok dan pemimpin ketidaksesuaian yang banyak terjadi dalam keadaan
banyak anggota yang merasa tertekan ataupun menyebabkan tingkah laku mereka
menjadi tidak seperti biasa. Keengganan atau bahkan penolakan muncul atau
muncul lagi dalam suasana seperti itu.
Bahkan, rasa enggan atau penolakan dapat berkembang menjadi bentuk-
bentuk penyerangan (dengan kata-kata) terhadap anggota lain kelompok atau
kelompok secara keseluruhan atau bahkan kepada pemimpin kelompok. Bentuk-
bentuk lain dari keengganan tersebut dapat berupa salah paham terhadap tujuan
tentang cara-cara kerja yang dikehendaki, menolak untuk melakukan sesuatu, dan
menginginkan pengarahan yang lebih banyak dari pemimpin.
Menghadapi keadaan seperti itu, pemimpin kelompok boleh jadi akan
kehilangan akal, bingung, dan putus asa, atau setidak-tidaknya dianggap demikian
oleh para anggota kelompok. Hal tersebut dapat terjadi karena pemimpin menolak
untuk mengikuti apa yang mereka tuntut dan menolak untuk menunjukkan mereka
tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Dari segi lain, mungkin pemimpin
terpancing untuk lebih bersikap langsung dan mengambil alih kekuasaan untuk
mengatasi kemelut tersebut. Apabila hal terakhir tersebut terjadi dan anggota
kelompok merasa puas, dinamika kelompok berada dalam bahaya. Pemimpin akan
menjadi penguasa tunggal dan anggota kelompok akan menjadi sekadar pengikut.
Tujuan dari diadakannya kegiatan kelompok untuk bimbingan dan konseling akan
menjadi buyar.
Pemimpin kelompok seharusnya tidak menjadi kehilangan keseimbangan.
Pendekatan langsung dan cara-cara main perintah, perlu dihindarkan. Dalam hal
ini, tugas pemimpin kelompok adalah membantu para anggota untuk menghadapi
halangan, keengganan, sikap mempertahankan diri, dan ketidaksabaran yang
timbul. Apabila memang terjadi, unsur-unsur ketidakserasian tersebut dikaji,
dikenali, dan dihadapi oleh seluruh anggota kelompok. Pemimpin membantu
usaha tersebut sehingga diperoleh suasana kebersamaan dan semangat bagi
dicapainya tujuan kelompok. Oleh karena itu, pemimpin kelompok perlu memiliki
kemampuan tinggi dalam penghayatan indera maupun penghayatan rasa.
Kebijaksanaan dan ketepatan bertindak, baik tepat waktu maupun tepat isi,
perlu diterapkan. Pemimpin kelompok perlu memanfaatkan dan mendorong
anggota-anggota yang secara sukarela bersedia mengutarakan (membukakan) diri
berkenaan dengan suasana yang mencekam tersebut. Kesukarelaan tersebut dapat
merangsang tumbuhnya keikutsertaan anggota lain seperti pada langkah pertama
(tahap pembentukan), di mana pemimpin kelompok perlu menunjukkan sikapnya
yang hormat, tulus, hangat, dan empati. Tanggapan-tanggapan pemimpin
kelompok hendaknya lebih diarahkan pada suasana perasaan dan bukan pad ahal-
hal yang perlu dilakukan oleh kelompok.
Suasana keterbukaan yang bebas dan mengijinkan dikemukakannya apa saja
yang dirasakan oleh para anggota kelompok perlu terus dipertahankan dan
dikembangkan. Sebagai contoh bagi para anggota, sekali lagi pemimpin kelompok
membuka diri secara wajar dan tepat, tidak berlebihan. Biasanya, pembukaan diri
secara minimal sudah cukup dan sebaliknya pembukaan diri secara berlebihan
justru dapat merugikan karena dapat dianggap atau dirasakan anggota kelompok
sebagai membuang-buang waktu, mencari-cari atau mengada-ada, pamer, dan lain
sebagainya.
3. Jembatan Antara Tahap 1 dan tahap 3
Tahap kedua menetapkan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancer. Artinya, para
anggota kelompok segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan
dan kesukarelaan. Ada kalanya pula jembatan tersebut ditempuh dengan susah
payah. Artinya, para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan
kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini,
pemimpin kelompok dengan gaya kepemimpinan yang khas, membawa para
anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Jika perlu, beberapa hal pokok
yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti kegiatan kelompok, asas
kerahasiaan, kesukarelaan, dan keterbukaan, diulangi, ditegaskan, dan
dimantapkan kembali.
4. Pola Keseluruhan
Pada tahap kedua tersebut dapat digambarkan dengan bagan 2, yakni :
Tahap 2 : Peralihan
Pembangun jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
Tujuan :
1) Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, atau
malu/saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.
2) Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.
3) Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan :

1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.


2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
3) Membahas suasana yang terjadi.
4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. Jika perlu, kembali ke
beberapa aspek pertam (tahap pembentukan).

Peranan Pemimpin Kelompok :

1) Menerima suasana yang ada secara sabra dan terbuka.


2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih
kekuasaannya.
3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4) Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.

Tahap ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan
pengiringnya cukup banyak dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian
yang saksama dari pemimpin kelompok. Kegiatan pada tahap ketiga tersebut mendapatkan
alokasi waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan kelompok.

Tahap tersebut merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Akan tetapi,
kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini sangat tergantung pada hasil dari dua tahap
sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, tahap ketiga akan
berlangsung dengan lancer dahn pemimpin kelompok mungkin sudah bias lebih santai dan
membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari
pemimpin kelompok. Pada tahap ini, prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan.

Pada tahap ketiga, hubungan antar-anggota kelompok tumbuh dengan baik. Saling tukar
pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi pengutaraan, penyajianm dan
pembukaan diri berlangsung dengan bebas. Demikian pula saling tanggap dan tukar pendapat
berjalan dengan lancer. Para anggota bersikap saling membantu, menerima, menguatkan, dan
saling berusaha memperkuat rasa kebersamaan. Dalam suasana seperti ini, kelompok
membahas hal-hal yang bersifat nyata dan benar-benar sedang mereka alami. Mereka
membahas hal-hal yang bersifat sekarang atau kekinian dan di sini.
Pada saat itu, kelompok benar-benar sedang mengarah kepada pencapaian tujuan.
Kelompok tersebut sedang berusaha menghasilkan sesuatu yang berguna bagi para
anggotanya. Peranan pemimpin kelompok tetap tut wuri handayani, terus-menerus
memperhatikan dan mendengar secara aktif, khususnya memperhatikan hal-hal atau masalah
khusus yang timbul dan jika dibiarkan akan membesar dan dapat merusak kelompok.
Pemimpin kelompok harus dapat melihat dengan baik dan dapat menentukan dengan tepat
arah yang dituju dari setiap pembicaraan. Pemimpin kelompok juga harus dapat melihat siapa
di antara anggota kelompok yang kira-kira telah mampu mengambil keputusan dan
mengambil langkah tindak lanjut.

Meskipun dalam tahap ketiga kelompok sduah berjalan sendiri, peranan pemimpin
kelompok tetap penting. Ia merupakan kendali dan titik pusat kesatuan serta kebersamaan
dalam kelompok. Ia juga merupakan pelurus dan penghalus dari berbagai hal yang muncul
dan terjadi dalam kelompok. Pentingnya peranan pemimpinan dapat dirasakan jika dua
kelompok dapat dibandingkan, satu kelompok dengan pemimpin yang tetap berada di situ
dan satu kelompok lagi tanpa pemimpin. Kelompok yang tanpa pemimpin sering mengalami
benturan komunikasi dan pertengkaran yang tidak perlu.

Dalam tahap ketiga, kegiatan kelompok bebas atau kelompok tugas ditampilkan secara
nyata. Pemimpin kelompok telah menjelaskan pada awal tahap kedua (tahap peralihan)
tentang jenis kegiatan kelompok apa yang akan dijalani kelompok pada tahap ketiga. Contoh
kelompok bebas.

a. Pengemukaan Permasalahan
Pada tahap ketiga, kegiatan kelompok bebas dimulai dengan pengemukaan topic
permasalahan oleh anggota kelompok. Setiap kelompok bebas mengemukakan apa
saja yang dirasakan patut atau perlu dibicarakan bersama di dalam kelompok.
Permasalahan tersebut dapat merupakan sesuatu yang dirasakan atau dialami oleh
anggita kelompok yang bersangkutan atau permasalahan umum yang mungkin
dirasakan oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dalam hal tersebut, mungkin akan
dikemukakan masalah yang sedang dialaminya sendiri, yaitu masalah pribadinya.
Dengan mengemukakan masalah pribadinya, yang bersangkutan mengharapkan agar
rekan-rekannya bersedia membantunya memecahkan masalah yang dikemukakannya
tersebut. Apabila hal tersebut terjadi, kegiatan bimbingan benar-benar menjadi tempat
atau wahana diusahakannya pemecahan masalah anggota kelompok melalui dinamika
kelompok. Kegiatan dalam kelompok akan secara langsung menjadi layanan
konseling kelompok dalam rangka kegiatan bimbingan dan konseling secara
menyeluruh.
Selain mengemukakan masalah-masalah pribadi, anggota kelompok juga
diperkenakan mengemukakan permasalahan lain atau topic-topik bahasan tertentu
yang menyangkut diri sendiri atau tidak menyangkut pada diri sendiri sama sekali.
Kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah umum akan menjadi layanan
bimbingan kelompok dalam rangka kegiatan bimbingan dan konseling secara
menyeluruh.
Apabila masing-masing anggita kelompok mengemukakan satu permasalahan
atau topic (baik itu umum atau pribadi), akan terkumpul masalah-masalah dan topik-
topik sebanyak jumlah anggota. Semua msalah atau topic tersebut direkam (tidak
harus ditulis) secara baik oleh seluruh anggota kelompok, terutama oleh pemimpin
kelompok. Pemimpin kelompok berkewajiban memahami intisari setiap masalah atau
topic dan mengajak seluruh anggota merenungkan (selama kira-kira 30-6- detik) tiap-
tiap masalah/topik tersebut.
b. Pemilihan Masalah/Topik
Kegiatan selanjutnya adalah membahas tiap-tiap masalah atau topik tersebut
satu-persatu masalahnya adalah semua masalah atau topik tersebut tidak dapat dibahas
sekaligus dalam hasil hal ini tugas kelompok adalah Menentukan masalah atau topik
yang akan dibahas terlebih dahulu kegiatan tersebut biasanya menimbulkan suasana
yang cukup hangat di antara anggota ada yang menginginkan agar masalah atau topik
tertentu dibicarakan terlebih dahulu sedangkan anggota yang lain menghendaki
masalah yang lain lagi didahulukan titik Dalam hal ini dinamika kelompok
berkembang ke arah saling memberi alasan atau adu argumentasi si meninjau, atau
mendalami masalah yang dimaksud saling tawar-menawar, memberi dan menerima,
serta berkompromi. Dengan kata lain berkembanglah suasana musyawarah untuk
mencapai mufakat peranan pemimpin kelompok hendaklah menjadi tujuan Jalan
mengatur lalu lintas damai dan sekali-kali tidak mengambil ahli kekuasaan, Apabila
terjadi kemacetan ataupun suasana terlalu hangat.
Dinamika kelompok yang tumbuh dalam pembahasan tersebut dapat menjadi
media yang cukup efektif bagi para anggota kelompok untuk sedikit demi sedikit
mengembangkan kemampuan berbicara menanggapi dan menerima tanggapan dari
orang lain saling memberi dan menerima, mengendalikan diri ke ma menghormati
orang lain dan aspek positif lain dalam saling berhubungan dengan orang lain.
Pemimpin kelompok pada dasarnya menyukai apabila suasana pemilihan
masalah tersebut berkembang semakin Serius Kok tidak perlu di pertimbangkan
bahwa hendaknya tidak timbul kesan pembicaraan tersebut menjadi berkepanjangan
atau bertele-tele. Oleh karena itu, apabila pembahasan yang diperkirakan sudah cukup
jauh dan cukup Memberikan latihan bagi dikembangkannya kemampuan-kemampuan
hubungan sosial tersebut tetapi kesepakatan tentang masalah atau Topik mana yang
didahulukan belum tercapai juga pemimpin kelompok dapat menampilkan beberapa
pertimbangan yang dapat dipakai untuk mencapai kesepakatan titik Dalam hal ini,
sekali diingatkan, pemimpin kelompok hendaknya tidak terlalu mengambil alih
kekuasaan.
Meskipun pemimpin kelompok telah menampilkan beberapa pertimbangan, tetaplah
anggota kelompok yang akan menentukan pertimbangan mana yang akan dipakai titik
Dengan demikian pertimbangan yang dikemukakan tersebut hanyalah sekedar rambu-
rambu petunjuk jalan bukan jalan yang harus ditempuh titik pertimbangan-
pertimbangan tersebut antara lain:
1) Masalah atau topik yang dirahasiakan sangat berat atau berdampak cukup luas.
2) Masalah atau topik yang paling menyangkut kepentingan kelompok.
3) Topik yang paling menyangkut kepentingan umum.
4) Topik yang paling hangat dibicarakan dewasa ini.
5) Masalah atau topik yang dikemukakan dahulu.
6) Beberapa masalah atau topik yang terkait satu sama lain disatukan dan
selanjutnya dibicarakan terlebih dahulu.
7) Menetapkan Topik mana yang didahulukan melalui undian atau cara lain yang
sifatnya random.
8) Menetapkan Topik mana yang didahulukan melalui pembicaraan bertingkat,
berdua atau bertiga.
c. Pembahasan masalah/topik
Setelah masalah atau topik yang akan terlebih dahulu dibahas ditetapkan,
langkah berikutnya ialah membahas masalah tersebut. Pembahasannya dilakukan
secara bebas atau dinamis. Bebas artinya setiap anggota kelompok mengemukakan
apa saja berkenaan dengan masalah tetapi yang akan dibahas. Sedangkan dinamis
berarti hal-hal yang dikemukakan oleh para anggota hendaknya bermanfaat dan
diarahkan untuk Setapak demi Setapak berusaha mendalami dan memecahkan
masalah atau topik tersebut pembahasan yang dilakukan oleh seluruh anggota
hendaknya selalu maju dan konstruktif.
Kebebasan dan kedinamisan pembicaraan para anggota kelompok hendaknya
menjadi perhatian utama pemimpin kelompok. Anggota kelompok tertentu Tidak
seharusnya memborong pembicaraan.
Dalam menjalankan perannya tersebut pemimpin kelompok harus bertindak
sangat hati-hati dan bijaksana titik kepada anggota yang cenderung bertindak sangat
hati-hati dan bijaksana titip kepada anggota yang cenderung memborong
pembicaraan, pemimpin kelompok bertindak sedemikian rupa sehingga anggota
tersebut tidak menjadi merasa dihalangi atau dibatasi hak-haknya yang menyebabkan
anggota tersebut dongkol, menarik diri, putus asa dan sebagainya. sebaliknya anggota
yang kurang atau tidak berbicara sama sekali perlu dirangsang oleh pemimpin
kelompok untuk memberanikan dirinya.
Anggota-anggota yang kurang berani berbicara inilah yang justru memerlukan
bantuan kelompok sebagai media tempat mereka melatih diri dalam berkomunikasi
dengan orang lain secara terbuka titik Dalam hal ini pemimpin kelompok perlu
memberikan kesempatan dan membina suasana yang mengizinkan secara luas
sehingga mereka mulai membuka diri, melatih diri menerjuni komunikasi yang aktif
dan dinamis.
Kegiatan kelompok dapat dikatakan merupakan inti dari kegiatan kelompok
secara keseluruhan. Dari segi proses, pembahasan merupakan media bagi anggota
kelompok untuk mengembangkan diri dalam kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain secara langsung dan terbuka. Komunikasi yang dikehendaki adalah
komunikasi yang penuh dengan tegang rasa pengendalian diri saling mengisi,
memberi atau menerima. Dalam hal ini unsur perasaan dalam berkomunikasi
mendapat perhatian besar.
Dari segi isi, pembahasan masalah atau topik merupakan arena untuk
mengusahakan pendalaman dan pemecahan masalah titik oleh karena itu
pembahasannya diusahakan secara tuntas mungkin Sesuai dengan perkembangan para
anggota kelompok. Pembahasan tersebut mengarah kepada penambahan dan
pemantapan pemahaman dan wawasan para anggota terhadap masalah atau topik yang
mereka bahas.
Kegiatan pembahasan dalam tahap ketiga dilakukan untuk setiap masalah atau
topik satu per satu titik Apabila setiap topik dibahas sampai tuntas, dapat dibayangkan
banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pembahasan semua topik
atau masalah yang muncul dalam kelompok Oleh karena itu kemasan yang terjadi satu
kali pertemuan kelompok saja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membahas
semua masalah atau topik. Oleh karena Oleh karena itu, diperlukan beberapa kali
pertemuan dan setiap kali pertemuan membahas satu/dua masalah.
d. Mengemukakan permasalahan
Beberapa dari kegiatan dalam kelompok bebas mengemukakan permasalahan
dalam kelompok tugas dilakukan oleh pemimpin kelompok sebagai pemberian tugas
kepada para anggota kelompoknya. Permasalahan yang dikemukakan oleh pemimpin
tersebut selanjutnya akan dibahas oleh kelompok secara mendalam dan sampai.
Tugas berupa permasalahan yang dikemukakan oleh pemimpin kelompok
dapat menyangkut berbagai bidang titik permasalahan apapun yang dikemukakan
hendaknya memenuhi ciri-ciri:
1) Permasalahan tersebut relevan dengan hal-hal yang umumnya
dialami oleh sebagian besar anggota kelompok.
2) Permasalahan tersebut cukup hangat, baru, sedang terjadi,
banyak dibicarakan orang, atau besar kemungkinan akan
terjadi.
3) Permasalahan tersebut dapat menimbulkan dampak yang cukup
besar titik oleh karena itu, penting untuk dibicarakan.
4) Permasalahan tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan
kemampuan dan pengalaman setiap besar anggota kelompok.
5) Permasalahan tersebut menarik untuk dibicarakan.
6) Permasalahan tersebut di kemukakan dengan jelas serta dalam
bahasa yang baik dan benar.
7) Pembahasan permasalahan tersebut berguna bagi
pengembangan pribadi para anggota kelompok.
8) Tanya jawab tentang permasalahan yang diajukan.

Seringkali permasalahan yang dikemukakan pemimpin kelompok tidak serta merta


dipahami oleh seluruh anggota kelompok. Dalam hal ini kelompok memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi para anggota yang bertanya tentang apa saja yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut.

Untuk semua pertanyaan dari para anggota kelompok tersebut, pemimpin kelompok
memberikan jawaban dan penjelasan seperlunya. Hal yang perlu diperhatikan dalam tanya
jawab tersebut adalah pemimpin kelompok tidak memberikan penjelasan yang berarti
mengerjakan tugas yang diberikan kepada para anggota. Jawaban dari pemimpin kelompok
hanya bersifat teknis.

Hasil tanya jawab tersebut sekurang-kurangnya menampilkan hal-hal sebagai berikut:

1. Makin terperinci nya aspek-aspek permasalahan yang dimaksud.


2. Semakin jelas nya tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh para
anggota kelompok.
3. Makin jelasnya cara-cara yang harus ditempuh para anggota
kelompok dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4. Makin jelasnya bentuk hasil yang harus dicapai oleh kelompok
setelah berakhirnya kegiatan.
5. Makin jelasnya bentuk laporan dari hasil pembahasan (jika laporan
tersebut memang diperlukan).
C. Pembahasan
Segala sesuatu yang menyangkut permasalahan yang ditugaskan tersebut jelas
bagi seluruh anggota kelompok, dimulai pembahasan permasalahan tersebut.
Pembahasan pada dasarnya sama dengan suasana pembahasan masalah atau topik
pada kelompok bebas. Suasana yang dinamis perlu dikembangkan seluas-luasnya.
Anggota kelompok perlu didorong dan dirangsang untuk ikut serta dalam pembahasan
Sejarah penuh titik seperti kelompok bebas, kegiatan pembahasan pada kelompok
tugas juga mementingkan aspek isi dan proses sekaligus. Dengan demikian,
pembahasan dalam kelompok juga menyangkut kepada pemecahan masalah di satu
segi dan pengembangan diri seluruh anggota kelompok ditagih lain.
Apabila kegiatan pembahasan tersebut memang dipimpin oleh ketua kelompok
yang ditugasi secara khusus, pemimpin kelompok berada diluar kelompok tersebut.
Hal tersebut tidak berarti bahwa pemimpin kelompok boleh meninggalkan kelompok
tersebut titik pemimpin kelompok harus tetap mendampingi kelompoknya untuk
memberikan dorongan semangat, dan penguatan, menjadi narasumber yang membuka
seluas-luasnya, serta menjadi petunjuk ataupun polisi lalu lintas jika suasana
pembahasan mengalami Jalan Buntu atau kemacetan. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah pemimpin kelompok menjadi pengamatan cukup memungkinkan seluruh
anggota dapat menanggapi.
Kegiatan pembahasan diakhiri dengan peninjauan atas hasil pembahasan titik
Apabila pembahasan yang dilakukan melalui kegiatan kelompok dengan Ketua
kelompok tersendiri, peninjauan hasil pembahasan tersebut dilakukan langsung di
bawah pimpinan kelompok. Pembahasan lanjutan tersebut dilakukan sampai seluruh
anggota pemimpin kelompok menanggapi bahwa permasalahan yang ditugaskan
tersebut telah dibahas secara tuntas.
Kegiatan kelompok tugas pada umumnya membahas permasalahan and1
topik-topik umum yang tidak menyangkut pribadi pribadi tertentu titik oleh karena itu
kelompok tugas tidak menekankan kegiatan pada pencahayaan masalah pribadi para
anggota kelompok. Menurut isi pembahasannya kelompok tugas dikategorikan "
bimbingan kelompok ". Keseluruhan tahap ke-3, masing-masing untuk kegiatan
"kelompok bebas dan "kelompok tugas"dapat dilihat pada bagan 3 di bawah ini
Tahap 2 : kegiatan kelompok bebas
Kegiatan pencapaian tujuan
Tujuan:
1. Terungkapnya secara bebas masalah atau topik yang dirasakan,
dipikirkan, dan dialami oleh anggota kelompok
2. Terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara
mendalam dan ttuntas ikut sertanya anggota secara aktif dan
dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur
tingkah laku ke mana pemikiran maupun perasaan

Kegiatan:

1. Masing-masing anggota bebas mengemukakan masalah atau topik


bahasan
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan
tuntas
4. kegiatan Selingan
peranan pemimpin kelompok:

1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka


2. Aktif, tetapi tidak banyak bicara
3. memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati

Tahap 3: kegiatan kelompok tugas


Kegiatan pencapaian tujuan (penyelesaian tugas)
Tujuan:
1. Terbatasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan
kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas
2. ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam
pembahasan baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku
pemikiran maupun perasaan

Kegiatan:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan masalah atau topik


2. Tanya jawab antar kelompok dan pemimpin kelompok tentang
hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik
yang dikemukakan
3. Anggota membahas masalah atau topik secara mendalam dan
tuntas
4. Kegiatan selingan peranan pemimpin kelompok
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka
2. aktif, tetapi tidak banyak bicara
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bimbingan konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling kelompok
terdapat tahap-tahap yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling kelompok dapat berjalan sesuai dengan tepat sasaran dan tujuan kegiatan yang
hendak ingin dicapainya.
Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kelompok ini
terdiri dari tahap pembentukan dan tahap peralihan. Pertama, tahap pembentukan, yaitu
kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para (calon)
anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan, meliputi:
Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan, Terbangunnya Kebersamaan, Keaktifan
Pemimpin Kelompok, Beberapa Teknik pada Tahap Awal, dan Pola Keseluruhan. Kedua,
yaitu tahap peralihan dimana setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis, kelompok
sudah mulai tumbuh dan kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih jauh oleh pemimpin
kelompok menuju kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya. Tahap peralihan meliputi:
Suasana Kegiatan, Suasana Ketidakseimbangan, Jembatan antara Tahap 1 & Tahap 3,
serta Pola Keseluruhan.

B. SARAN
Ketika melaksanakan bimbingan kelompok tentunya harus mengetahui dan
memahami tahap-tahap didalam proses bimbingan kelompok. Agar pelaksanaannya dapat
berjalan dengan lancar dan tercapainya tujuan dari bimbingan yang dilaksanakan.
Makalah ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai hal tersebut dan semoga bisa
digunakan sebagai media penambah wawasan baik bagi pembaca maupun penulis.
Didalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, diharapkan
masukan dan sarannya agar pembuatan makalah kedepannya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, Sitti. 2017. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama.

Ubaidillah, Azwar. 2017. Tahapan-Tahapan Konseling Kelompok. Universitas Islam Negeri


Walisongo.https://azwarubaidillah.wordpress.com/bimbingan-dan-konseling/tahapan-
tahapan-konseling-kelompok/

Yuliandita, Selvya. 2015. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Pemahaman


Self-Control Siswa Kelas IX Di SMP N 1 Wanasari Kabupaten Brebes Tahun Ajarran
2015/2016. Universitas Negeri Semarang. https://123dok.com/document/ky6llpgy-
pengaruh-bimbingan-kelompok-terhadap-peningkatan-pemahaman-wanasari-
kabupaten.html

Anda mungkin juga menyukai