Etika Bisnis 11
Etika Bisnis 11
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran..........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Definisi Etika Akuntansi Pemerintah.................................................................3
2.2 Definisi Akuntan Pemerintah..............................................................................4
2.3 Tugas dan Tujuan Akuntan Pemerintah..............................................................4
2.3.1 Tugas Akuntan Pemerintah.........................................................................5
2.3.2 Tujuan Akuntan Pemerintah.......................................................................7
2.4 Kode Etik Akuntan Pemerintahan......................................................................7
2.5 Akuntan Yang Bekerja Pada Pemerintahan dan Kode Etiknya...........................9
2.5.1 BPK............................................................................................................9
2.5.1 BPKP........................................................................................................12
2.6 Contoh Kasus...................................................................................................15
2.6.1 Kasus Opini Wajar Tanpa Pengecualian Kemendes Pembangunan Daerah
Tertinggal Dan Trasmigrasi......................................................................................15
2.7 Solusi Pemecahan Kasus..................................................................................18
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu profesi akuntan adalah bekerja sebagai akuntan pemerintah. Akuntan
pemerintah tentu berbeda dengan seorang akuntan yang bekerja di sektor swasta,
pun demikian dengan ilmu akuntansinya, akuntansi pemerintahan sedikit berbeda
1
dengan yang diterapkan oleh swasta yang memiliki tujuan mencari laba. Dalam
mengawasi jalannya uang rakyat, salah satu pekerjaan pengawasan oleh akuntan
pemerintah adalah pengawasan belanja pembangunan. Materi ini lebih menekankan
tentang peran dan tanggung jawab akuntan pemerintah, khususnya sebagai auditor
pemerintah. Akan menguraikan tentang aturan etika dari Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI – KSP) dan kode etik dari Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK – RI).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Etika adalah suatu norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman
dalam berperilaku di masyarakat bagi seseorang terkait dengan sifat baik dan
buruk. Etika juga bisa diartikan sebagai pengertian etika adalah suatu ilmu tentang
kesusilaan dan perilaku manusia di dalam pergaulannya dengan sesama yang
menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. Dengan kata lain,
etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam berperilaku
di masyarakat.
3
Sehingga dapat diartikan Etika dalam akuntansi pemerintahan merupakan aturan
yang dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku dimasyarakat bagi akuntan
pemerintahan dalam menjalankan tugasnya.
4
2.3 Tugas dan Tujuan Akuntan Pemerintah
6
Adanya hasil laporan akuntan pemerintah memungkinkan para pegawai
pemerintah untuk melaporkan kepada publik tentang kegiatan operasional
pemerintahan dan penggunaan dana dari masyarakat yang sesuai dengan sistem
pengendalian manajemen sektor publik. Akuntan pemerintah memiliki tugas yang
sedikit berbeda dengan akuntan yang bekerja di sektor swasta. Akuntan
pemerintah harus bekerja sesuai dengan prinsip etika akuntan atau kode etik
akuntan publik sehingga hasil pekerjaannya bersifat profesional dan bisa
dipertanggungjawabkan. Akuntan pemerintah harus mampu mengendalikan
manajemen suatu instansi atau organisasi (management control), memberikan
informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis
tentang suatu kegiatan operasional dan alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi.
2. Akuntanbilitas (Accountability)
7
diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerjayang paling baik bagi masyarakat.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah aturan perilaku etika akuntan
dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya. Sehingga kode etika kuntansi
pemerintahan akan sama halnya dengan kode etik yang ditetapkan oleh IAI,
karena kode etik yang ditetapkan oleh IAI berlaku umum untuk seluruh akuntan
profesional. Kodeetik akuntan Indonesia memuat lima prinsip etika sebagai
berikut :
8
d. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah
atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek
pemeriksaan.
e. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan objek pemeriksaan.
f. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek
pemeriksaan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
g. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerjasama dengan objek
pemeriksaan.
h. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa
konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan atau mereview laporan
keuangan objek pemeriksaan.
2.5.1 BPK
Saat ini, peraturan terkait kode etik yang berlaku adalah Peraturan BPK
Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kode Etik BPK dan Peraturan BPK Nomor 5 Tahun
2018 tentang Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE). Peraturan tentang Kode
9
Etik BPK berisi nilai-nilai dasar BPK yang mana nilai dasar BPK adalah
kristalisasi moral yang melekat pada diri setaip anggota BPK dan pemeriksa serta
menjadi patokan dan cita cita ideal dalam melaksanakan tugas pemeriksaan yang
terdiri dari Independensi, Integritas, dan Profesionalisme, dalam bentuk kewajiban
dan larangan bagi setiap Anggota/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK
maupun Pemeriksa BPK.
A. Independensi
Suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan pemeriksaan untuk tidak memihak
kepada siapa pun dan tidak dipengaruhi oleh siapapun dalam melaksanakan
pemeriksaan.
10
B. Integritas
Integritas yaitu berupa mutu, sifat atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang
utuh dan dimilikinya sifat jujur, kerasnya upaya serta kompetensi yang memadai.
C. Profesionalisme
11
d. Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.
e. Mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar
pemeriksaan keuangan negara.
f. Memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan
kemampuanprofesionalnya dalam rangka melaksanakan tugas
pemeriksaan.
g. Menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara
Pemeriksa sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam
pelaksanaan tugas.
h. Saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang
timbul dalammenjalankan tugas pemeriksaan.
i. Menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan
ekonomis.
2. Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, Pemeriksa dilarang:
a. Menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya.
b. Mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses
pemeriksaan kepadapihak lain, baik lisan maupun tertulis, kecuali
untuk kepentingan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
c. Mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil
pemeriksaankepada media massa kecuali atas ijin atau perintah
Ketua atau Wakil Ketua atau Anggota BPK.
d. Mendiskusikan pekerjaannya dengan audite diluar kantor BPK atau
kantor audite.
D. Norma-norma yang sesuai Nilai Dasar BPK yang berisi kewajiban dan
larangan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa selama
menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, citra dan kreabilitas BPK
yang terdapat pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
No 4 Tahun 2018 Bab III.
12
2.5.1 BPKP
f. dan beberapa fungsi lain sesuai dengan Pasal 3 Perpres Nomor 192 Tahun
2014 tersebut.
13
Kode etik BPKP diatur dalam Keputusan Umum DPN AAIPI No. KEP-
063/AAIPI/DPN/2018 yang mengatur tentang pedoman perilaku auditor intern
pemerintah Indonesia yang menjelaskan bahwa tujuan dari adanya pedoman
perilaku adalah sebagai berikut :
Prinsip Etika
a. Integritas
b. Objektivitas
14
kepentingan-kepentingannya sendiri ataupun orang lain dalam membuat
penilaian. Prinnip objektivitas menentukan kewajiban bagi Auditor secara
intelelktual dan bebas dari konflik kepentingan.
c. Kerahasiaan
d. Kompetensi
e. Akuntabel
f. Perilaku profesional
15
Perilaku profesional adalah tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu
dan kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya.
16
Predikat atau status WTP diberika bila dalam laporan keuangan
memberikan informasi yang terbebas dari salah saji material. Auditor meyakini
berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, laporan keuangannya sesuai
prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik.
Status tidak wajar adalah opini dari auditor BPK jika dalam laporan
keuangan terkandung salah saji material atau tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya sehingga bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.
Irjen Kemendes PDTT Sugito dan pejabat eselon III Kemendes Jarot Budi
Prabowo diduga memberikan suap Rp240 juta kepada auditor utama keuangan
negara III BPK Rochmadi Saptogiri dan auditor BPK lain yaitu Ali Sadli.
17
3000 dolar
Di ruang kerja Rochmadi juga ditemukan uang Rp1,145 miliar dan 3.000
dolar AS yang belum diketahui kaitannya dengan kasus tersebut. Terdapat pula
barang bukti masing-masing satu kardus dan tas yang didalamnya penuh dengan
amplop cokelat dan putih berisi uang.
KPK sementara ini menetapkan empat orang tersangka terdiri atas dua
orang pemberi suap yakni Sugito dan Jarot Budi Prabowo yang disangkakan pasal
5 ayat 1 huruf atau huruf b atau pasal 13 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo 64 kuhp jo pasal 55 ayat-1 ke-1 KUHP.
Selain itu, dua orang penerima suap yakni Rochmadi Saptogiri yang
merupakan pejabat eselon I di BPK dan BPK Ali Sadli. Keduanya disangkakan
Pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 atau 5 ayat 2 UU Nomor 31
Tahun 1999 yang diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat (1) KUHP jo pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP.
18
2.7 Solusi Pemecahan Kasus :
Independensi dari BPK akan diragukan dan nantinya juga akan berdampak
pada berkurangnya kepercayaan masyarakat. Independensi merupakan prinsip
yang seharusnya dijaga dengan baik oleh BPK, akan tetapi jika sudah terjadi hal
seperti itu maka rasa percaya masyarakat akan berkurang dan tentunya BPK harus
memperbaiki kinerjanya untuk bisa memperoleh kembali kepercayaan
masyarakat. Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit dan berdampak
pada kepercayaan masyarakat. Kualitas kinerja BPK yang tidak baik akan
berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada kualitas
kinerja auditor BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di Indonesia.
Monopoli BPK
19
tahun 2006 tentang BPK sejatinya menetapkan pemeriksaan dan tanggung jawab
keuangan tahunan BPK dilakukan oleh akuntan publik yang ditunjuk DPR atas
usul BPK dan Menteri Keuangan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan BPK Nomor 4 Tahun 2018 (2021) Direktorat Utama Pembinaan dan
Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara BPK RI. Available at:
https://jdih.bpk.go.id/?p=57703 (Accessed: 17 June 2021).
22
Sherazade, A. A. (2015) Akuntansi Pemerintahan, www.blogger.com. Available
at: http://apriliaanestya.blogspot.com/2015/10/akuntansi-pemerintahan_70.html
(Accessed: 17 June 2021).
23