Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“ETIKA DALAM PERPAJAKAN”


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran..........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Definisi Etika Akuntansi Pemerintah.................................................................3
2.2 Definisi Akuntan Pemerintah..............................................................................4
2.3 Tugas dan Tujuan Akuntan Pemerintah..............................................................4
2.3.1 Tugas Akuntan Pemerintah.........................................................................5
2.3.2 Tujuan Akuntan Pemerintah.......................................................................7
2.4 Kode Etik Akuntan Pemerintahan......................................................................7
2.5 Akuntan Yang Bekerja Pada Pemerintahan dan Kode Etiknya...........................9
2.5.1 BPK............................................................................................................9
2.5.1 BPKP........................................................................................................12
2.6 Contoh Kasus...................................................................................................15
2.6.1 Kasus Opini Wajar Tanpa Pengecualian Kemendes Pembangunan Daerah
Tertinggal Dan Trasmigrasi......................................................................................15
2.7 Solusi Pemecahan Kasus..................................................................................18
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, tingkat perekonomian Indonesia berada di peringkat 16 besar


dari seluruh negara di dunia. Akuntansi sendiri memiliki peran penting dalam
perekonomian Indonesia karena setiap pengambilan keputusan yang bersifat
keuangan harus berdasarkan informasi akuntansi. Keadaan inilah yang
menjadikan akuntansi sebagai suatu bidang profesi yang sangat dibutuhkan
keberadaanya dalam lingkungan organisasi bisnis.

Akuntan adalah sebutan dan gelar profesional yang diberikan kepada


seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan
akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk). Ketentuan mengenai praktik Akuntan di Indonesia
diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar
Akuntan (Accountant) yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat
dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan
tinggi dan telah terdaftar pada Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Tanggung jawab seorang akuntan meliputi :


1. Merencanakan dan mengontrol arus kas perusahaan (cashflow).
2. Mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan.
3. Mengelola perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak
perusahaan.

4. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran perusahaan

Salah satu profesi akuntan adalah bekerja sebagai akuntan pemerintah. Akuntan
pemerintah tentu berbeda dengan seorang akuntan yang bekerja di sektor swasta,
pun demikian dengan ilmu akuntansinya, akuntansi pemerintahan sedikit berbeda

1
dengan yang diterapkan oleh swasta yang memiliki tujuan mencari laba. Dalam
mengawasi jalannya uang rakyat, salah satu pekerjaan pengawasan oleh akuntan
pemerintah adalah pengawasan belanja pembangunan. Materi ini lebih menekankan
tentang peran dan tanggung jawab akuntan pemerintah, khususnya sebagai auditor
pemerintah. Akan menguraikan tentang aturan etika dari Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI – KSP) dan kode etik dari Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK – RI).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat


dirumuskan :
1. Apa Definisi Etika Akuntansi Pemerintah?
2. Apa Definisi Akuntan Pemerintah?
3. Tugas dan Tujuan Akuntan Pemerintah ?
4. Bagaimana Kode Etik Akuntan Pemerintahan?
5. Bagaimana Kode Etik Akuntan Yang Bekerja Pada Pemerintahan?
1.3 Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Definisi Etika Akuntansi Pemerintah.


2. Untuk Mengetahui Definisi Akuntan Pemerintah
3. Untuk Mengetahui Tujuan Akuntansi Pemerintah
4. Untuk Mengetahui Kode Etik Akuntan Pemerintahan
5. Untuk Mengetahui Kode Etik Akuntan Yang Bekerja Pada Pemerintahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Akuntansi Pemerintah

Etika adalah suatu norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman
dalam berperilaku di masyarakat bagi seseorang terkait dengan sifat baik dan
buruk. Etika juga bisa diartikan sebagai pengertian etika adalah suatu ilmu tentang
kesusilaan dan perilaku manusia di dalam pergaulannya dengan sesama yang
menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. Dengan kata lain,
etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam berperilaku
di masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa pengertian Akuntansi Pemerintahan menurut


para ahli :

1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan menurut Rachmat (2010) adalah


sebagai berikut : “Bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba”.
2. Menurut Abdul Haziz Tanjung (2009) pengertian Akuntansi Pemerintahan
adalah sebagai berikut : “Proses pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan”.
3. Sedangkan menurut Abdul Halim (2012) pengertian akuntansi
pemerintahan adalah sebagai berikut : “Akuntansi Pemerintahan
merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintahan yang
dijadikan informasi dalam rangka pemgambilan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak eksternal pemerintah yang memerlukan”.

3
Sehingga dapat diartikan Etika dalam akuntansi pemerintahan merupakan aturan
yang dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku dimasyarakat bagi akuntan
pemerintahan dalam menjalankan tugasnya.

2.2 Definisi Akuntan Pemerintah

Akuntan Pemerintah merupakan seorang akuntan profesional bekerja di


instansi pemerintahan yang bertugas melaksanakan pemeriksaan atas
pertanggung-jawaban keuangan yang dilaporkan oleh unit organisasi pemerintah
atau pertanggung-jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. jadi
perbedaan mendasar dari jenis profesi akuntan yang lain yaitu tempat bekerja atau
kepemilikan entitasnya, entitas disini merupakan lembaga lembaga negara, yang
fungsinya melayani rakyat. Dan yang paling mencolok adalah seorang akuntan
pemerintah bekerja pada sebuah organisasi atau entitas yang tidak bertujuan
mencari laba.

Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga


pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan pemerintah.


Badan-badan pemerintah disini adalah seperti departemen-departemen, BPKP,
BPK, dan Dirjen pajak Pada lembaga-lembaga tersebut akuntan dapat
menjalankan fungsinya sesuai dengan keahlian yang diperoleh dari lembaga
pendidikan (Soemarso,2004).

Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi


pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam
pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada
pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang bekerja di instansi
pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah akuntan
yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembagian (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).

4
2.3 Tugas dan Tujuan Akuntan Pemerintah

Akuntan pemerintah di setiap negara memiliki tugas, siklus akuntansi,


dan ruang lingkup akuntansi yang berbeda karena peraturan perpajakan dan
kondisi sosio politik yang berbeda. Ciri ciri akuntansi pemerintah beserta akuntan
pemerintah yang jujur dan kompeten dibutuhkan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) sehingga informasi tentang
pengelolaan aset dan sumber daya keuangan dapat menunjang transparansi serta
akuntabilitas pengelolaan secara memadai.

2.3.1 Tugas Akuntan Pemerintah

Ada dua tugas utama dari akuntan pemerintah antara lain :

1. Pemeriksaan serta pengawasan atas aliran keuangan instansi negara


2. Merancang sistem akuntansi untuk instansi pemerintah

Tugas akuntan pemerintah tersebut dapat dirincikan sebagai berikut

1. Akuntan pemerintah bertugas memeriksa pertanggungjawaban keuangan


yang disajikan oleh unit-unit organisasi pemerintah atau
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi di
dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan
kepada pemerintah

2. Akuntan pemerintah bertugas mengawasi aliran keuangan negara.

3. Akuntan pemerintah bertugas merancang sistem akuntansi yang menyusun


jenis jenis laporan keuangan untuk pemerintah.

4. Akuntan pemerintah memeriksa catatan atas laporan keuangan secara


objektif yang disertai dengan pernyataan pendapat tentang kelayakan
penyajian jenis jenis laporan keuangan

5. Akuntan pemerintah bertugas mengatasi masalah-masalah khusus yang


sedang dihadapi oleh manajemen.
5
6. Akuntansi pemerintah bertugas menyusun rencana pendapatan belanja
negara dan merancang sistem akuntansi untuk instansi pemerintah.

7. Akuntan pemerintah bertugas memeriksa kondisi internal perusahaan


negara atau lembaga pemerintahan

8. Akuntan pemerintah bertugas menyusun anggaran agar efektif, efisien, dan


transparan dalam penggunaannya sehingga masyarakat bisa merasa puas
terhadap layanan pemerintah.

9. Akuntan pemerintah bertugas memeriksa dan mengawasi aliran keuangan


dari dan ke instansi negara.

10. Akuntan pemerintah bertugas mengawasi dan menghitung pemasukan


negara (penerimaan pajak, bea cukai, dan penerimaan nonpajak) pada
setiap periode.

11. Akuntan pemerintah bertugas mengawasi pengeluaran negara pada setiap


periode. Pengawasan terhadap pengeluaran negara lebih komplek daripada
pengawasan terhadap penerimaan negara karena pengawasan atas
pengeluaran negara dilakukan sebelum, saat, dan sesudah berlangsungnya
kegiatan yang memakai uang negara sebagai pengeluaran negara.
Pengawasan terhadap pengeluaran negara ditujukan untuk mengawasi
pelaksanaan APBN.

12. Akuntan pemerintah bertugas memberikan informasi yang memungkinkan


para pegawai pemerintah untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab
serta mengelola keuangan secara tepat dan efektif.

13. Akuntan pemerintah bertugas melaksanakan program atau kegiatan dan


penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya sehingga para
pegawai pemerintah memiliki kewajiban untuk melaporkan kepada
masyarakat (publik) tentang hasil operasi pemerintah dan pemakaian dana
publik.

6
Adanya hasil laporan akuntan pemerintah memungkinkan para pegawai
pemerintah untuk melaporkan kepada publik tentang kegiatan operasional
pemerintahan dan penggunaan dana dari masyarakat yang sesuai dengan sistem
pengendalian manajemen sektor publik. Akuntan pemerintah memiliki tugas yang
sedikit berbeda dengan akuntan yang bekerja di sektor swasta. Akuntan
pemerintah harus bekerja sesuai dengan prinsip etika akuntan atau kode etik
akuntan publik sehingga hasil pekerjaannya bersifat profesional dan bisa
dipertanggungjawabkan. Akuntan pemerintah harus mampu mengendalikan
manajemen suatu instansi atau organisasi (management control), memberikan
informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis
tentang suatu kegiatan operasional dan alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi.

2.3.2 Tujuan Akuntan Pemerintah

Sementara itu tujuan dari akuntansi pemerintahan adalah sebagai berikut.

1. Pengendalian Manajemen (Manajemen Control)

Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,


efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi

2. Akuntanbilitas (Accountability)

Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manager untuk


melaporkan pelaksanaan tanggungjawab mengelola secara tepat dan efektif.
Program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan
memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada public atas
hasil oeprasi pemerintah dan penggunaan dana publik.
2.4 Kode Etik Akuntan Pemerintahan

Dalam menjalankan tugas profesionalnya, akuntan pemerintah dituntut


untuk mematuhi kode etik profesi. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah
yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya
kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan pemerintah

7
diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerjayang paling baik bagi masyarakat.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah aturan perilaku etika akuntan
dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya. Sehingga kode etika kuntansi
pemerintahan akan sama halnya dengan kode etik yang ditetapkan oleh IAI,
karena kode etik yang ditetapkan oleh IAI berlaku umum untuk seluruh akuntan
profesional. Kodeetik akuntan Indonesia memuat lima prinsip etika sebagai
berikut :

a. Integritas - bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional


dan bisnis.
b. Objektivitas - tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau
bisnis karenaadanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihaklain.
c. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional - untuk:
1. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian
profesional pada levelyang disyaratkan untuk memastikan bahwa
klien atau organisasi tempatnyabekerja memperoleh jasa
profesional yang kompeten, berdasarkan standarprofesional dan
standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
2. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional
dan standarteknis yang berlaku.
d. Kerahasiaan - menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubunganprofesional dan bisnis.
e. Perilaku Profesional - mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku danmenghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan
mungkin akanmendiskreditkan profesi Akuntan.

Berikut beberapa contoh penerapan kode etik profesi akuntansi pemerintahan:

a. Menjalankan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan


Negara.
b. Mematuhi kode etik pemeriksa.
c. Melaksanakan sistem pengendalian mutu.

8
d. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah
atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek
pemeriksaan.
e. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan objek pemeriksaan.
f. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek
pemeriksaan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
g. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerjasama dengan objek
pemeriksaan.
h. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa
konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan atau mereview laporan
keuangan objek pemeriksaan.

2.5 Akuntan Yang Bekerja Pada Pemerintahan dan Kode Etiknya

Akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di


kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas
Keuangan (BPK).

2.5.1 BPK

Badan Pemeriksa Keuangan atau disingkat dengan BPK adalah lembaga


tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. PBK masuk dalam
kategori lembaga yang mandiri dan bebas, pernyataan ini tercantum dalam UUD
1945. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan tetap mempertimbangkan DPD dan
kemudian diresmikan oleh Presiden. Selain itu BPK merupakan auditor eksternal
pemerintah sebagai perwujudan dari pasal 23E ayat 1 UUD 1945 yang mana hasil
pemeriksaan keuangannya akan diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya.

Saat ini, peraturan terkait kode etik yang berlaku adalah Peraturan BPK
Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kode Etik BPK dan Peraturan BPK Nomor 5 Tahun
2018 tentang Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE). Peraturan tentang Kode

9
Etik BPK berisi nilai-nilai dasar BPK yang mana nilai dasar BPK adalah
kristalisasi moral yang melekat pada diri setaip anggota BPK dan pemeriksa serta
menjadi patokan dan cita cita ideal dalam melaksanakan tugas pemeriksaan yang
terdiri dari Independensi, Integritas, dan Profesionalisme, dalam bentuk kewajiban
dan larangan bagi setiap Anggota/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK
maupun Pemeriksa BPK.

A. Independensi

Suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan pemeriksaan untuk tidak memihak
kepada siapa pun dan tidak dipengaruhi oleh siapapun dalam melaksanakan
pemeriksaan.

1. Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya, Pemeriksa wajib:
a. Bersikap netral dan tidak memihak.
b. Menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan
kewajiban profesionalnya.
c. Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi.
d. Mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak
yang diperiksa dalam menyusun opini atau laporan pemeriksaan.
e. Bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri.
2. Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, Pemeriksa dilarang:
a. Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain,
badan-badanlain yang mengelola keuangan negara, dan perusahaan
swasta nasional atau asing.
b. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain
meragukan independensinya.
c. Tunduk pada intimidasi atau tekanan orang lain.
d. Membocorkan informasi yang diperolehnya dari audit.
e. Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu,
baik kepentingan pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak
lainnya yangberkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

10
B. Integritas

Integritas yaitu berupa mutu, sifat atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang
utuh dan dimilikinya sifat jujur, kerasnya upaya serta kompetensi yang memadai.

1. Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,


Pemeriksa wajib:
a. Bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
b. bersikap tegas untuk mengemukakan dan/ atau melakukan hal-hal
yangmenurut pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
c. Bersikap jujur dan terus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
pihak yangdiperiksa.
2. Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
Pemeriksa dilarang:
a. Menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupun
tidak langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi
pelaksanaan tugasdan wewenangnya.
b. Menyalahgunakan wewenangnya sebagai pemeriksa guna
memperkaya atau menguntungkan diri sendiri atau pihak lain.

C. Profesionalisme

Profesionalisme yaitu berupa kemampuan, keahlian dan komitmen profesi


dalam menjalankan tugas.

1. Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya, Pemeriksa wajib:
a. Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan.
b. Menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak
yang diperiksa danhanya mengemukakannya kepada pejabat yang
berwenang.
c. Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena
kedudukan atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan,
atau pihak lain.

11
d. Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.
e. Mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar
pemeriksaan keuangan negara.
f. Memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan
kemampuanprofesionalnya dalam rangka melaksanakan tugas
pemeriksaan.
g. Menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara
Pemeriksa sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam
pelaksanaan tugas.
h. Saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang
timbul dalammenjalankan tugas pemeriksaan.
i. Menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan
ekonomis.
2. Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, Pemeriksa dilarang:
a. Menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya.
b. Mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses
pemeriksaan kepadapihak lain, baik lisan maupun tertulis, kecuali
untuk kepentingan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
c. Mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil
pemeriksaankepada media massa kecuali atas ijin atau perintah
Ketua atau Wakil Ketua atau Anggota BPK.
d. Mendiskusikan pekerjaannya dengan audite diluar kantor BPK atau
kantor audite.
D. Norma-norma yang sesuai Nilai Dasar BPK yang berisi kewajiban dan
larangan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa selama
menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, citra dan kreabilitas BPK
yang terdapat pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
No 4 Tahun 2018 Bab III.

12
2.5.1 BPKP

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKP dibentuk


berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Dalam ketentuan
tersebut, BPKP adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang dipimpin oleh
seorang Kepala dan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.
BPKP merupakan lembaga pemerintah nonkementrian Indonesia yang
melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengawasan keuangan dan
pembangunan.

Berdasarkan Pasal 2 Perpres Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP,


BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam
menjalankan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas


keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional;

b. pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan


lainnya;

c. pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan


aset negara/daerah;

d. pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian


intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan
program/kebijakan pemerintah yang strategis;

e. pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi


jabatan fungsional auditor;

f. dan beberapa fungsi lain sesuai dengan Pasal 3 Perpres Nomor 192 Tahun
2014 tersebut.

13
Kode etik BPKP diatur dalam Keputusan Umum DPN AAIPI No. KEP-
063/AAIPI/DPN/2018 yang mengatur tentang pedoman perilaku auditor intern
pemerintah Indonesia yang menjelaskan bahwa tujuan dari adanya pedoman
perilaku adalah sebagai berikut :

1. Menjaga martabat, kehormatan dan kreabilitas auditor

2. Tercapainya kesamaan, pengertian, bahasa, pemahaman dan penafsiran


atas penerapan kode etik AIPI

3. Melindungi kepentingan auditor sesuai dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku.

Prinsip Etika

Auditor diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinaip etika sebagai


berikut:

a. Integritas

Integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang menunjukkan kesatuan


yang utuh dan melekat pada diri seseorang sehingga memililiki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas tidak
hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan wajar dan keadaan yang
sebenarnya. Dengan menegakkan integritas maka pertimbangan profesional
(professional judgement) seorang Auditor akan lebih dipercaya
kehandalannya.

b. Objektivitas

Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan


pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
Auditor menunjukkan objektivitas profesional tingkat tertinggi dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi tentang
kegiatan atau proses yang sedang diaudit. Auditor membuat penilaian
berimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak dipengaruhi aleh

14
kepentingan-kepentingannya sendiri ataupun orang lain dalam membuat
penilaian. Prinnip objektivitas menentukan kewajiban bagi Auditor secara
intelelktual dan bebas dari konflik kepentingan.

c. Kerahasiaan

Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada sescorang


agar tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang
mengetahuinya. Auditor menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang
diterima dan tidak mengungkapkan informasi tanpa kewenangan yang tepat,
kecuali ada ketentuan perundang-undangan atau kewajiban profesional untuk
melakukannya.

d. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh


sesorang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatannya.

Auditor menerapkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan serta


pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan pengawasan intern

e. Akuntabel

Akuntabel adalah kemampuan untuk meyampaikan


pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Auditor wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas kinerja dan


tindakannya kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

f. Perilaku profesional

15
Perilaku profesional adalah tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu
dan kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya.

Auditor sebaiknya bertindak dalam sikap konsisten dengan reputasi


profesi yang baik dan menahan diri dari segala perilaku yang mungkin
menghilangkan kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau
organisasi.

2.6 Contoh Kasus

2.6.1 Kasus Opini Wajar Tanpa Pengecualian Kemendes


Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Trasmigrasi

Wajar tanpa pengecualian semestinya wajar tanpa penyuapan

Jakarta (ANTARA News) - Kasus suap yang melibatkan petinggi Badan


Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam mengejar penilaian wajar
tanpa pengecualian (WTP) dalam laporan keuangan kementerian tersebut,
meruntuhkan kepercayaan publik dalam kemurnian untuk mendapatkan predikat
dari BPK itu.

Tiap lembaga negara, kementerian-lembaga nonkementerian di tingkat


pusat atau pemerintah di tiap daerah memang terobsesi untuk mendapatkan
predikat opini WTP dari BPK setiap tahun setelah lembaga negara itu mengaudit
laporan keuangan masing-masing lembaga negara, kementerian dan lembaga
nonkementerian di tingkat pusat hingga pemerintah daerah.

WTP atau "unqualified opinion" merupakan predikat tertinggi dalam opini


BPK atas laporan keuangan masing-masing instansi. Di bawah WTP ada WTP
dengan paragraf penjelasan (WTP-DPP), wajar dengan pengecualian (WDP) atau
"qualified opinion", opini tidak wajar atau "adverse opinion", dan tidak
memberikan pendapat (disclaimer).

16
Predikat atau status WTP diberika bila dalam laporan keuangan
memberikan informasi yang terbebas dari salah saji material. Auditor meyakini
berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, laporan keuangannya sesuai
prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik.

WTP DPP diberikan bila auditor harus menambahkan suatu paragraf


penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar
tanpa pengecualian atas laporannya.

WDP merupakan opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar


informasi dalam laporan keuangan terbebas dari salah saji material, kecuali untuk
rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian, namun adanya sedikit
ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.

Status tidak wajar adalah opini dari auditor BPK jika dalam laporan
keuangan terkandung salah saji material atau tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya sehingga bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.

Predikat "disclaimer" atau tidak menyatakan pendapat terjadi jika auditor


menolak memberikan pendapat artinya tidak ada opini yang diberikan karena
tidak bisa meyakini apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Auditor tidak bisa
memperoleh bukti-bukti untuk bisa menyimpulkan laporan sudah disajikan
dengan wajar.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo pada Sabtu


(27/5) menjelaskan hasil operasi tangkap tangan sehari sebelumnya atas sejumlah
pejabat BPK dan Kemendes PDTT bahwa suap yang diduga diberikan oleh Irjen
Kemendes PDTT Sugito kepada Auditor Utama BPK Rochmadi Saptogiri untuk
mengubah status WDP menjadi WTP.

Irjen Kemendes PDTT Sugito dan pejabat eselon III Kemendes Jarot Budi
Prabowo diduga memberikan suap Rp240 juta kepada auditor utama keuangan
negara III BPK Rochmadi Saptogiri dan auditor BPK lain yaitu Ali Sadli.

17
3000 dolar

Di ruang kerja Rochmadi juga ditemukan uang Rp1,145 miliar dan 3.000
dolar AS yang belum diketahui kaitannya dengan kasus tersebut. Terdapat pula
barang bukti masing-masing satu kardus dan tas yang didalamnya penuh dengan
amplop cokelat dan putih berisi uang.

Laporan keuangan Kemendes PDTT untuk tahun 2014 mendapat predikat


"disclaimer", lalu pada 2015 mendapat predikat WDP, dan untuk 2016 berusaha
meraih predikat WTP, tetapi ternyata usaha tersebut diisi dengan kolusi dan
praktik korupsi berupa penyuapan antara oknum pejabat yang diperiksa dengan
oknum pejabat pemeriksa keuangan.

KPK sementara ini menetapkan empat orang tersangka terdiri atas dua
orang pemberi suap yakni Sugito dan Jarot Budi Prabowo yang disangkakan pasal
5 ayat 1 huruf atau huruf b atau pasal 13 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo 64 kuhp jo pasal 55 ayat-1 ke-1 KUHP.

Selain itu, dua orang penerima suap yakni Rochmadi Saptogiri yang
merupakan pejabat eselon I di BPK dan BPK Ali Sadli. Keduanya disangkakan
Pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 atau 5 ayat 2 UU Nomor 31
Tahun 1999 yang diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat (1) KUHP jo pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP.

Alih-alih dapat meningkatkan status menjadi WTP, praktik korupsi yang


terungkap tersebut justru meruntuhkan kepercayaan publik dalam kemurnian
untuk mendapatkan predikat tertinggi dari BPK.

Kasus tersebut menyembulkan keraguan dalam proses penilaian atas


laporan keuangan, di tengah perkembangan yang membaik dalam kinerja
pemerintah dalam penyusunan laporan keuangan. Untuk laporan keuangan tahun
2016, misalnya, 84 persen kementerian-lembaga nonkementerian telah
mendapatkan WTP.

18
2.7 Solusi Pemecahan Kasus :

Badan Pemeriksa Keuangan atau disingkat dengan BPK merupakan salah


satu lembaga tinggi negara Indonesia yang ada di dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan
bertanggung jawab terhadap masalah keuangan negara. BPK termasuk kedalam
kategori lembaga yang bersifat mandiri dan bebas, pernyataan ini tercantum dalam
UUD 1945. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan tetap mempertimbangkan
DPD dan selanjutnya diresmikan oleh Presiden. Profesionalisme menjadi syarat
utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor internal. Sebab dengan
adanya sikap profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin
terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang
semakin luas. Auditor BPK juga memiliki tanggung jawab yang penting dalam hal
melakukan audit yang berkualitas, yaitu dapat mempertahankan
profesionalismenya. BPK sebagai organisasi publik tentu ada sebuah organisasi
yang dituntut menerapkan profesionalisme, transfaran, dan independen.

Independensi dari BPK akan diragukan dan nantinya juga akan berdampak
pada berkurangnya kepercayaan masyarakat. Independensi merupakan prinsip
yang seharusnya dijaga dengan baik oleh BPK, akan tetapi jika sudah terjadi hal
seperti itu maka rasa percaya masyarakat akan berkurang dan tentunya BPK harus
memperbaiki kinerjanya untuk bisa memperoleh kembali kepercayaan
masyarakat. Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit dan berdampak
pada kepercayaan masyarakat. Kualitas kinerja BPK yang tidak baik akan
berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada kualitas
kinerja auditor BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di Indonesia.

Monopoli BPK

Masalahnya, menurut peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat)


Universitas Gadjah Mada, Oce Madril, BPK menjalankan kewenangannya untuk
memeriksa tanpa disertai pengawasan berarti BPK memonopoli kewenangan
mengaudit dan menerbitkan hasil audit. Itu adalah produk yang hanya dimiliki
BPK sehingga produk itu menjadi harga yang mahal. Pasal 32 Undang-Undang 15

19
tahun 2006 tentang BPK sejatinya menetapkan pemeriksaan dan tanggung jawab
keuangan tahunan BPK dilakukan oleh akuntan publik yang ditunjuk DPR atas
usul BPK dan Menteri Keuangan.

Namun, tidak pernah ada hasil pemeriksaan terhadap BPK yang


diumumkan ke publik. Harus ada mekanisme supaya proses audit betul-betul
transparan, bisa diawasi pengawas, dan tidak jadi monopoli auditor atau salah satu
bagian. Karena kalau dimonopoli, tiada yang bisa mengawasi prosesnya, tentu
ruang gelap itu menghasilkan potensi korupsi.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam era negara yang demokratis, maka peran pengawasan terhadap


pemerintah adalah sangat penting. Peran pengawasan ini lazimnya dilakukan oleh
lembaga yang independen, yang keberadaannya tidak dibawah pemerintah,
khususnya untuk mengawasi pengelolaan keuangan negara. Lembaga ini disebut
dengan Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang akuntan pemerintah
perlu melaksanakan prinsip-prinsip dasar etikanya. Prinsip dasar ini adalah
integritas, independensi, objektivitas, serta ketidakberpihakan, kerahasiaan
profesional serta kompetensi. Sedangkan menurut menurut aturan etika KASP
adalah integritas, kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan, ketepatan bertindak,
serta standar teknis dan profesional. Menurut kode etik BPK, prinsip dasar etika
dari para akuntan di BPK adalah integritas, independensi, serta profesional.

21
DAFTAR PUSTAKA

(AAIPI, 2018)AAIPI (2018) Pedoman Perilaku AAIPI, AAIPI. Available at:


https://aaipi.or.id/mcont/get_content/28.

BPK, R. (2020) BPK DAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH BERSAMA


TEGAKKAN KODE ETIK BPK, BPK RI. Available at:
https://www.bpk.go.id/news/bpk-dan-pengelola-keuangan-daerah-bersama-
tegakkan-kode-etik-bpk (Accessed: 17 June 2021).

BPKP (2014) Perjalanan BPKP Mengawal Pembangunan Nasional, BPKP.


Available at: http://www.bpkp.go.id/konten/4/Sejarah-Singkat-BPKP.bpkp
(Accessed: 17 June 2021).

Keuangan, E. (2015) Tugas Dan Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan Atau


BPK Share:, www.mag.co.id. Available at: https://www.mag.co.id/tugas-dan-
wewenang-badan-pemeriksa-keuangan-atau-bpk/.

Mardatila, A. (2021) BPKP adalah Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan, Ini Tugasnya, merdeka.com. Available at:
https://www.merdeka.com/sumut/bpkp-adalah-badan-pengawasan-keuangan-dan-
pembangunan-ini-tugasnya-kln.html (Accessed: 17 June 2021).

Nurhayati, N. (2014) Kode Etik Profesi Akuntansi Pemerintahan (Governmental


Accounting), www.blogger.com. Available at:
http://naninurhayati.blogspot.com/2014/11/kode-etik-profesi-akuntansi.html.

Peraturan BPK Nomor 4 Tahun 2018 (2021) Direktorat Utama Pembinaan dan
Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara BPK RI. Available at:
https://jdih.bpk.go.id/?p=57703 (Accessed: 17 June 2021).

22
Sherazade, A. A. (2015) Akuntansi Pemerintahan, www.blogger.com. Available
at: http://apriliaanestya.blogspot.com/2015/10/akuntansi-pemerintahan_70.html
(Accessed: 17 June 2021).

Tugas Akuntansi Pemerintah (2018) Dosenakuntansi.com. Available at:


https://dosenakuntansi.com/tugas-akuntansi-pemerintah (Accessed: 17 June
2021).

23

Anda mungkin juga menyukai