Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Fathur Rozi
NIM 11150110000069
i
KATA PENGANTAR
ii
iii
16. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala
dukungannya baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat saya susun
dengan maksimal.
Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kebaikan-kebaikan kepada mereka pahala
yang berlipat ganda dan menjadikannya kendaraan menuju surga Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Amiin.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saya
menerima segala saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki karya tulis ini. Dan saya berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Fathur Rozi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
F. Kegunaan Penelitian............................................................................ 9
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
1. Konsep Dasar Internalisasi
a. Pengertian Internalisasi .......................................................... 10
b. Tahapan Internalisasi ............................................................. 11
2. Konsep Nilai
a. Pengertian Nilai ...................................................................... 13
b. Fungsi Nilai ............................................................................ 15
c. Macam-macam nilai ............................................................... 16
B. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................... 17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................ 23
3. Macam-macam Nilai Pendidikan Agama Islam .......................... 25
C. Ekstrakurikuler Keagamaan
1. Pengertian Ekstrakurikuler Keagamaan ....................................... 33
v
vi
Tabel 2.1 Fungsi dan Peran Agama (perbandingan dengan ilmu) .... 27
Tabel 2.2 Atribut Karakter dalam Al-Qur’an dan Hadis ................... 45
Tabel 2.3 Nilai Yang Harus Ditanamkan kepada Siswa ................... 48
Tabel 4.1 Implikasi Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam melalui Ekstrakurikuler Keagamaan untuk menumbuhkan
karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta ........................................ 99
vii
DAFTAR BAGAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Muhaimin, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), Cet. 1, h. 125.
2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Madrasah
Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 7.
1
2
3
https://news.okezone.com/read/2019/02/11/337/2016172/viral-siswa-bully-guru-dpr-
penguatan-karakter-dan-anak-didik-harus-dinomorsatukan, diakses pada tanggal 20 Maret 2019
4
https://regional.kompas.com/read/2019/10/22/07050091/fakta-guru-tewas-ditikam-usai-
tegur-siswa-yang-merokok-di-sekolah-diduga, diakses pada tanggal 02 November 2019
5
https://www.liputan6.com/regional/read/3916353/guru-babak-belur-usai-tegur-siswa-
yang-berpakaian-serampangan-saat-upacara?source=search, diakses pada tanggal 20 Maret 2019
6
https://jogjainside.com/sembilan-pelajar-jadi-tersangka-pembacokan-siswa-smk-di-
yogyakarta/, diakses pada tanggal 02 April 2019
3
7
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 66
8
Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), Cet. 1, h. 4.
9
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, op.cit., h. 18.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 223.
11
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.
287.
5
12
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018, h.198
6
13
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Madrasah
Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 31.
7
B. Identifikasi Masalah
Dari penjabaran dalam latar belakang, maka permasalahan yang muncul
dalam pembahasan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pendidik kurang perhatian tentang pentingnya penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami siswa.
2. Alokasi waktu jam pembelajaran pendidikan agama Islam yang kurang
efektif untuk proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam.
3. Banyaknya kejadian atau tindakan penyimpangan yang di kalangan siswa
karena minimnya pemahaman dan pengamalan tentang nilai-nilai
pendidikan agama Islam.
4. Pendidikan sekarang ini lebih memfokuskan pada kecerdasan kognitif saja,
kurang menyentuh masalah moralitas.
5. Kurangnya tindakan preventif, represif maupun kuratif dari institusi
pendidikan terhadap siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan
agama Islam.
8
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi masalah yang sudah
teridentifikasi. Judul penelitian ini adalah “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dalam
Menumbuhkan Karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta”. Maka penelitian
akan dibatasi pada masalah proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam untuk menumbuhkan karakter Islami melalui ekstrakurikuler keagamaan
pada siswa SMK Negeri 51 Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yakni:
1. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui
ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami di SMK
Negeri 51 Jakarta?
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan agama Islam yang diinternalisasikan
melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami
di SMK Negeri 51 Jakarta?
3. Bagaimana implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami melalui ekstrakurikuler keagamaan
di SMK Negeri 51 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan
karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
diinternalisasikan melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam
menumbuhkan karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta.
9
F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun
secara praktis, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini untuk memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama
nilai-nilai pendidikan agama Islam.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
pemerhati pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karater yang
Islami sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah.
c. Memperkaya pemahaman tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam
menumbuhkan karater Islami.
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk guru
Diharapkan dari hasil penelitian ini guru semakin giat dalam
berupaya menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami peserta didik.
b. Untuk sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah untuk berupaya mengembangkan dan menumbuhkan karakter
Islami peserta didik dengan menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
c. Untuk ekstrakurikuler keagamaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta
motivasi pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan agar lebih
mengembangkan dan memperluas ilmu keagamaan dengan berbagai
kegiatan Islami.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
1
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 66
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 336
3
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), Cet. 5,
h. 167.
10
11
b. Tahapan Internalisasi
Proses penginternalisasian nilai dilakukan melalui beberapa tahapan
sebagai berikut:4
1) Tahap transformasi nilai
Tahap tranformasi nilai, yaitu proses yang dilakukan oleh
pelatih dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang
kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi proses komunkasi verbal
antara pelatih dengan peserta latih. Transformasi nilai ini sifatnya
hanya pemindahan pengetahuan dari pelatih kepada peserta latih.
Nilai yang disampaikan hanya sebatas menyentuh ranah kognitif
peserta latih yang sangat mungkin mudah hilang bila ingatan
peserta latih tidak kuat.
3) Tahap Transinternalisasi.
Tahap Transinternalisasi nilai, yaitu proses penginternalisasian
nilai melalui proses yang bukan hanya komunikasi verbal tetapi
juga disertai komunikasi kepribadian yang ditampilkan oleh pelatih
melalui keteladanan, pengkondisian serta proses pembiasaan untuk
berperilaku sesuai dengan nilai yang diharapkan. Sehingga peserta
latih diajak untuk memahami nilai, dilatih untuk
mengaktualisasikan nilai, mendapat contoh konkrit bagaimana
4
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 14
12
5
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
951
13
2. Konsep Nilai
a. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa latin vale’rê yang artinya berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan
dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermanfaat.6
Menurut Fraenkel bahwa nilai adalah gagasan tentang sesuatu yang
berharga, nilai adalah konsep, abstraksi. Nampaknya, nilai bisa
didefinisikan, bisa dibandingkan, bisa dipertentangkan, bisa dianalisis,
bisa digeneralisir, dan bisa diperdebatkan.7 Nilai merupakan preferensi
yang tercermin dari perilaku seseorang, sehingga seseorang akan
6
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), Cet. 1, h. 56.
7
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 18
14
8
Sutarjo Adisusilo, J.R., op.cit., h. 56.
9
Jirzanah. “Aktualisasi pemahaman nilai menurut Max Scheler bagi masa depan bangsa
Indonesia”, Jurnal Filsafat, Vol.18, h. 92-93
15
Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika. Etika juga
sering disebut sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral
sebagai tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek
kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa merupakan hasil
pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan dari agama. Dalam
konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan nilai-
nilai yang paling shahi adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW., yang
kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai yang
bersumber kepada adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangat rentan
dan situasional. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang
bersifat relatif, kadang-kadang bersifat lokal dan situasional.
Sedangkan nilai-nilai Qur’ani, yaitu nilai yang bersumber kuat dari al-
Qur’an karena ajaran al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.10
Nilai cenderung bersifat tetap, tetapi yang berubah adalah penilaian
manusia. Oleh karena itu, tidak tepat dikatakan bahwa ada pergeseran
nilai karena nilai tidak pernah bergeser, yang bergeser adalah persepsi
atau penilaian manusia.
b. Fungsi Nilai
Nilai sebagai sesuatu yang abstrak menurut Raths, nilai merupakan
panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka
mencapai tujuan hidup seseorang dan nilai mempunyai sejumlah
indikator yang dapat kita cermati yaitu:11
1) Nilai memberi tujuan atau arah
2) Nilai memberi aspirasi atau inspirasi kepada seseorang untuk hal
yang berguna, baik atau positif bagi kehidupan.
3) Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (memberi
acuan).
10
Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005, Cet. 5, h. 3.
11
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012), Cet. 1, h. 58.
16
c. Macam-macam Nilai
Nilai mempunyai berbagai makna sebagaimana pendapat ahli yang
telah dipaparkan di atas, sehingga sulit untuk menyimpulkan secara
komprehensif makna nilai yang mewakili dari berbagai kepentingan
dan berbagai sudut pandang. Kategorisasi nilai sebagai berikut:12
1) Nilai teoritik (nilai yang melibatkan pertimbangan logis dan
rasional dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu).
2) Nilai ekonomis (nilai yang berkaitan dengan pertimbangan nilai
yang berkadar untung rugi “harga”).
3) Nilai estetik (meletakkan nilai tertingginya pada bentuk
keharmonisan).
4) Nilai sosial (nilai tertinggi yang terdapat pada nilai ini adalah kasih
sayang antar manusia).
5) Nilai politik (nilai tertinggi dalam nilai ini adalah nilai kekuasaan).
6) Nilai agama (nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat
dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya).
Menurut Notonegoro membagi nilai menjadi 3 yakni:
12
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai Kajian : Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 14-15
17
13
Ramayulis, Dasar-dasar kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), h. 15
14
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2017), Cet.2, h. 3
15
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 37-38.
19
16
Abdul Mujib et.al., Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. 5, h. 10.
17
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 1.
18
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985),
Cet. 5, h. 1
19
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), Cet.
2, h. 121.
20
20
Abuddin Nata, Ibid., h. 13-14.
21
Isnaeni, “Peran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kepekaan sosial anak di
kehidupan sehari-hari”. Jurnal Inspirasi, Vol.1, 2017, h. 107.
21
dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti
memeliharakan dalam keadaan selamat, sentisa, dan berarti pula
berserah diri, patuh, tunduk, dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata
Islam (aslama yuslimu islaman), yang mengandung arti sebagaimana
terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh,
berserah diri, dan taat. Orang yang sudah masuk Islam dinamakan
muslim yaitu orang yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan
diri, dan patuh kepada Allah SWT. Dengan melakukan aslama, orang
ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan akhirat.22 Pengertian
Islam yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 112:
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari Islam dari segi bahasa
adalah berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT dalam rangka
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kata Islam tidak
mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan tertentu
dari suatu negeri, melainkan Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah
SWT sendiri. Hal ini dinyatakan dalam ayat al-Qur’an surat Ali Imran ayat
19, sebagai berikut:
22
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), Cet. 1,
h. 11.
23
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
30.
22
24
Al-Qur’an dan Terjemahan, Ibid., h. 78.
25
Sutrisno dan Suyatno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern Cet. Ke-1 (Jakarta:
Kencana, 2015), h. 147.
23
26
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 76.
27
A.Rusdiana, “Integrasi Pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi”. Jurnal
Vol. 3, h. 127.
28
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 10-11.
24
29
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 78.
30
Muhaimin, et. al. Ibid., h. 24.
31
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 112.
26
kemanfaatan bagi orang lain. Nilai Fardu atau wajib itu adalah baik.
Dengan demikian umat Islam wajib untuk mengembangkan ipteks
yang bernilai baik, yaitu yang bermanfaat bagi umat manusia.
3) Mubah atau Jaiz atau halal yaitu boleh, tidak ada halangan. Tidak ada
perintah yang menyuruhnya atau larangan yang mencegahnya. Nilai
mubah atau netral yakni baik tidak, buruk pun tidak, jadi mubah itu
sesungguhnya tanpa nilai. Dengan demikian, umat Islam hendaknya
tidak mengembangkan ipteks yang sama sekali tidak bermanfaat dan
tidak mengandung nilai kebaikan.
4) Makruh, yaitu tidak disukai dan menjadi sesuatu yang baik jika
ditinggalkannya. Jadi kebaikan dan pujian bila ditinggalkan, tetapi
tidak salah atau tercela bila dilakukan. Mudahnya, kalau dilakukan
tidak jadi dosa, jika ditinggalkan mendapat pahala. Nilai makruh itu
setengah buruk. Dengan demikian, umat Islam hendaknya tidak
mengembangkan dan meninggalkan ipteks yang merugikan diri
sendiri, orang lain, dan lingkunganya.
32
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 92.
33
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 166.
34
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Ibid., h. 167.
28
35
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 93-94.
29
36
Abdul Majid dan Dian Andayani. Ibid., h. 94-98.
30
37
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
89.
38
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 144.
39
Abdul Mujib et.al., Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. 5, h. 36.
31
40
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. 8, h. 2.
41
Zainuddin Ali, Ibid., h. 2.
32
42
Abdul Hamid. “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri Kota Palu”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 14,
2016, h. 198.
33
Ibadah
Syariah
Sistem Kehidupan
Muamalah
1. Politik
Akidah
2. Ekonomi
3. Sosial
Akhlak 4. Pendidikan
5. Kekeluargaan
6. Kebudayaan/Seni
7. Iptek
8. Orkes
9. Lingkungan hidup
(Flora, Fauna, dll)
10. Hankam, dll.
Tarikh/Sejarah
B. Ekstrakurikuler Keagamaan
1. Pengertian Ekstrakurikuler Keagamaan
Ekstrakurikuler pada dasarnya terdiri dari tiga kata, yaitu kata kegiatan,
ekstra, dan kurikuler. Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti
tambahan di luar yang resmi. Sedangkan kata kurikuler, mempunyai
bersangkutan dengan kurikulum.44 Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
proses menyempurnakan pendidikan pada tingkat kognitif menuju
43
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 33.
44
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 223.
34
45
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit”, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018, h. 196.
46
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.
287.
47
Suryosubroto, Ibid., h. 271.
35
kelas. Maka dari itu kegiatan tersebut dijadikan wadah kegiatan peserta
didik agar dapat mengembangkan dan memberikan kebebasan kepada
peserta didik menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta
minatnya masing-masing.
Jadi, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan
di luar jam pembelajaran di kelas, dan sifat dari kegiatannya adalah
pendidikan non formal yang diwujudkan dengan hal-hal positif yang
diharapkan mampu membantu siswa memanfaat waktu luang secara terarah
sehingga memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat serta bakat yang telah
dimilikinya.
Keagamaan berasal dari kata agama yang diberi imbuhan Ke dan an.
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din
( )الدينdari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal
dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari
dua kata, a= tidak dan gam=pergi, jadi tidak pergi, di tempat, diwarisi turun
temurun.48
Menurut Abudin Nata, agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan
atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun
temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk
memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur
kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon
emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung
pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.49
Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keagamaan dapat
dimaknai sebagai segala sesuatu yang selalu dikaitkan dengan wahyu Allah
yang tercantum dalam al-Qur’an guna mencapai kebahagiaan di dunia dan
48
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985),
Cet. 5, h. 1.
49
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), Cet.
2, h. 15.
36
50
Sukiman, Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, (Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Islam, 2011), Cet. 1, h. 16
37
51
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
93.
52
Sukiman, op.cit., h. 20
38
53
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit”, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018, h. 199.
39
f. Pesantren Kilat
Pesantren kilat yang dimaksud adalah kegiatan yang
diselenggarakan pada waktu bulan puasa yang berisi dengan berbagai
bentuk kegiatan keagamaan seperti buka bersama, pengkajian dan
40
54
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 13-31.
55
Sukiman, Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, (Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Islam, 2011), Cet. 1, h. 21
41
C. Karakter Islami
1. Pengertian Karakter Islami
Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari bahasa Latin
kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari
bkata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.56
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari pada yang lain.57 Sedangkan di dalam terminologi islam,
karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak
yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia.
Bagan 2.2 Kepribadian Islami58
Aqidah Islamiyah
Menjadikan Asas
Asas Bertingkah
Aqidah
Berfikir Laku
Islam
Aqliyah Nafsiyah
Islamiyah Islamiyah
56
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 1.
57
Muhammad Anas Ma`arif, “Analisis Strategi Pendidikan Karakter Melalui Hukuman
Preventif,” Jurnal Pendidikan Islam,Vol. 6, 2018, h. 31-56.
58
H.U Jalaludin, “Revitalisasi Nilai-nilai Agama Islam dalam Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi”, Jurnal Penelitian Agama, Vol.12, 2011, h. 9.
42
59
Nina Aminah, Studi Agama Islam untuk perguruan tinggi kedokteran dan kesehatan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 69.
60
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 43.
61
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter : Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. 1, h. 44.
43
SAW berkata, “Kaum mukminin yang paling baik imannya adalah yang
paling baik akhlaknya”. (HR. Abu Daud)
b. Orang yang paling baik akhlaknya berada dekat dengan Rasul pada hari
kiamat.
ٌِ ِل َوأَقْ َربِ ُك ْم ِم ِٰ ِّْ ََْلِ ًسا يَ ْوَم الْ ِقيَ َام
ََّ َِحبِٰ ُك ْم إ ِ ِ َ َرسو َل هللاِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم ق
َ ال إ َّن م ْن أ َ ََ َْ ُ َ ُْ َ
ِل َوأَبْ َع َد ُك ْم ِم ِِّٰ ََْلِ ًسا يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ٌِ الَّ َّْرََ ُرو َن
ََّ ِض ُك ْم إ
َ ََخ ََقًا َوإِ َّن أَبْغ
ِ أ
ْ َحاسنَ ُك ْم أ
َ
َوالْ ُمتَ َش ِدقُ ْو َن َوالْ ُمتَ َفْي ِه ُق ْو ِن
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai dan paling dekat kedudukannya dengan majelisku pada hari
kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaliknya,
orang yang aku benci dan paling jauh dari diriku adalah orang yang
terlalu banyak bicara dan sombong.” (HR. At-Tirmidzi)
ِ َو م،اْلَُُ ِق
اْل مْثُ َِا ُّ ِْ ا:ال
مب ُح مس ُن م ِ ِْ َع ِن ا،صََّى هللاُ َع َمي ِه َو َسََّ َم
ِمب َو م
َ اْل مِْث فَ َق ِ َ رس
َ ول هللا َُ
ِ َِّ
ُ ت أَ من يَطَ َع َعَ ميه اْن
َّاس َ اك ِِف
َ َوَْك ِرمه،ص مد ِر َك َ َح
62
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Ibid., h. 77.
45
63
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 44.
46
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan
karakter perlu adanya suatu inovasi pada pola pelaksanaannya, yakni
memberi penguatan proses pengembangan ranah afektif secara tuntas,
bertahap dan berkelanjutan.
Menurut David R. Krathwol, proses afektif itu terdiri dari lima tahap
yaitu receiving (menyimak), responding (menanggapi), valuing (memberi
nilai), organization (mengorganisasikan nilai), dan characterization
(karakterisasi nilai). Selain itu juga melibatkan empat unsur afektif, yaitu
minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), dan apresiasi
(appreciation).64
Dalam proses penanaman nilai ini agar berlangsung secara efektif dan
efisien sehingga menumbuhkan karakter Islami pada diri peserta didik,
maka harus terdapat metode dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut
Nashih Ulwan cara yang dilakukan untuk membina nilai-nilai keagamaan
atau agama Islam pada peserta didik dapat dilakukan beberapa metode,
yaitu:
a. Metode pendidikan dengan keteladanan.
b. Metode pendidikan dengan pembiasaan.
c. Metode pendidikan dengan nasihat.
d. Metode pendidikan dengan pengawasan.
e. Metode pendidikan dengan hukuman.65
64
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 74-76.
65
Siti Nurul Hidayah, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembentukan Sikap dan Perilaku Keagamaan Siswa di Mts Negeri Wates kulon Progo”, Skripsi
pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013, h. 20-21.
66
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2014), h. 99
47
a. Teladan
Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah,
keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena
peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan
menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau
pendidiknya. Hal ini memang karena secara psikologis siswa memang
senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya
pun mereka tiru.67
Umat Islam meneladani Rasulullah SAW., Rasul meneladani al-
Qur’an. Aisyah ra., pernah berkata, bahwa akhlak Rasul itu adalah al-
Qur’an. Pernyataan Aisyah itu benar, karena memang pribadi rasul itu
merupakan interpretasi al-Qur’an secara nyata, tidak hanya cara
beribadah, cara kehidupan sehari-harinya pun kebanyakan merupakan
contoh tentang cara kehidupan yang Islami.
b. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode
pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman, karena yang
dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan inti kebiasaan
adalah pengulangan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai
sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan
menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat
dilakukan dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya, menurut pakar,
metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter dan
kepribadian anak.68
67
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 88-96.
68
Heri Gunawan, Ibid., h. 88-96.
48
d. Hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang dilakukan jika ada siswa
yang memang sulit untuk diatur dan berulang kali melakukan
kesalahan. Hukuman ini lebih kepada pembinaan, jadi bukan siswa
dihukum namun dilakukan pembinaan sehingga siswa tersebut
menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya
kembali.
69
Heri Gunawan, Ibid., h. 33-35
49
ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Skripsi “Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui budaya
religius sekolah di SMAN 1 Gondangwetan Kab. Pasuruan” oleh Makinun
Amin mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang pada tahun 2015. Penelitian ini menjelaskan bentuk
implementasi budaya religius dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam.
2. Skripsi “Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan untuk meningkatkan
kesadaran beribadah siswa di sekolah menengah pertama Berbek
Nganjuk”, oleh Fiko mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2017. Penelitian ini
mendeskripsikan perencanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
bertujuan meningkatkan kesadaran beribadah siswa.
3. Skripsi “Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam melalui proses pembiasaan
di SMP Baitul Izzah Nganjuk”, oleh Taufiqur Rahman mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada
tahun 2017. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses internalisasi
nilai-nilai agama Islam hanya melalui proses pembiasaan di sekolah.
4. Skripsi “Implementasi Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Di SMP
Gunungjati Kembaran” Rizki Adib Nugraha mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan guna menanamkan nilai religius kepada siswa.
5. Tesis “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Berbasis
Multikultural Di SMK Negeri 2 Cilacap” oleh Ahib Ijudin mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri
53
E. Kerangka Berpikir
Pendidikan agam Islam di sekolah pada dasarnya sebagai usaha sadar dan
terencana untuk membentuk kualitas siswa yang baik dari segi pengetahuan
dan akhlaknya. Pembinaan tersebut agar peserta didik tidak hanya sekedar
mengetahui dan memahami saja, tetapi senantiasa meyakini dan mengamalkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan
sekolah menjadi salah satu faktor dalam menumbuhkan kepribadian atau
karakter seseorang yang mencirikan dirinya sebagai seorang muslim. Namun
menumbuhkannya itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui proses
internalisasi. Dalam proses belajar mengajar tidak dapat bertumpu pada
kegiatan kurikuler ataupun intrakurikuler saja, kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler pun menjadi pendukung di luar jam pelajaran dalam
penumbuhan sikap dan perilaku yang positif.
Nilai dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat
dan paling benar menurut keyakinan seseorang. Nilai mungkin dapat dirasakan
dalam diri seseorang sebagai daya pendorong atau menjadi pijakan dalam
bertindak pada kehidupan sehari-hari. Nilai yang terdapat dalam diri seseorang
tertanam melalui beberapa sumber seperti agama, pendidikan, lingkungan dan
keluarga. Dalam konteks pendidikan dalam Islam sumber nilai-nilai yang
54
paling shahi adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW., yang kemudian
dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama.
Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di sekolah dapat
dilaksanakan dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan seperti Rohani Islam
(Rohis). Kegiatan ekstrakurikuler tersebut yakni berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di luar jam pelajaran untuk menggali dan mengembangkan
wawasan peserta didik agar dapat menghayati serta mengamalkan ajaran
agama yang menjadi ciri seorang muslim atau berkarakter Islami. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya sekolah untuk memaksimalkan pembelajaran
pendidikan agama Islam yang hingga saat ini lebih cenderung pada
kemampuan kognitif saja, dan kurang memperhatikan kemampuan afektif dan
psikomotorik siswa. Keberhasilan pembelajaran di sekolah tidak hanya dilihat
dari prestasi belajar siswa di sekolah, akan tetapi yang lebih dikhususkan
adalah bagaimana siswa dapat berkembang dan memiliki karakter Islami yang
diharapkan sesuai dengan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam.
Dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam ini adalah
bagaimana respon peserta didik terhadap nilai-nilai pendidikan agama Islam
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan pada ekstrakurikuler Rohani Islam guna
menumbuhkan karakter Islami dan dapat diintegrasikan dalam kehidupannya
sehari-hari. Bagaimanapun hambatan dan kesulitan yang dihadapi sekolah
dalam melaksanakan pendidikan agama Islam itu harus mampu menghasilkan
individu yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Tugas tersebut bukan hanya untuk sekolah, tetapi sekolah dan pendidik
senantiasa bekerjasama berusaha membuat kegiatan yang menarik siswa tanpa
mengganggu proses belajar pada umumnya.
Nilai-nilai pendidikan agama Islam sangat luas, namun pada intinya secara
hirarki terdapat tiga yakni nilai i’tiqadiyyah, khuluqiyyah, amaliyyah. Dengan
melihat fenomena sekarang, merosotnya karakter yang dimiliki generasi muda.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui proses dan implikasi dengan adanya
nilai-nilai pendidikan agama Islam tersebut melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan untuk menumbuhkan karakter Islami siswa.
55
Internalisasi Nilai
Transinternalisasi Nilai
Ekstrakurikuler Keagamaan
Peserta Didik
Karakter Islami
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Fokus penelitian ini berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (rohis) yang
bertujuan untuk menumbuhkan karakter Islami siswa SMK Negeri 51 Jakarta.
Oleh karena itu, metode yang cocok digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis
kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau
interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah.1 Dan yang ditunjang oleh
data- data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu
mengumpulkan data dari objek yang diteliti.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.2 Masalah penelitian
yang dikaji bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini mengeksplor
fenomena proses menumbuhkan karakter Islami peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan (rohis) di SMK Negeri 51 Jakarta. Selain itu,
penelitian ini bermaksud untuk membuat pencandraan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.
1
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), Cet. 2, h. 91.
2
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 4
56
57
C. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah sebuah objek di lembaga
pendidikan negeri yakni kegiatan ekstrakurikuler keagamaan atau rohani Islam
(Rohis) di SMK Negeri 51 Jakarta dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam yang bertujuan menumbuhkan karakter Islami siswa.
Dalam proses internalisasi tersebut meliputi pendekatan yang dilakukan,
materi, metode, dan implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi ini adalah sebagai
berikut:
1. SMK Negeri 51 Jakarta terdapat kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
yakni rohani Islam (Rohis) yang aktif.
2. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan atau rohani Islam (Rohis) terlaksana
dengan baik dan terus berkembang sehingga tertarik peneliti untuk
melakukan penelitian.
3. Peneliti mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga karena lokasi
tersebut terjangkau oleh peneliti.
D. Instrumen Penelitian
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa Qualitative research has the natural
setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument.
Artinya, penelitian kualitatif mempunyai setting yang alamiah sebagai sumber
langsung dari data dan peneliti itu adalah instumen kunci. Instrumen kunci
yang dimaksud adalah peneliti sebagai pengumpul data utama.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.3 Instrumen dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Terdapat dua instrumen yang dibuat
yaitu untuk melihat proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
3
Sudaryono, op.cit., h. 206.
58
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini
digunakan bila ingi nmengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit.5 Wawancara atau interview
merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak
digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Wawancara ini dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan yang meliputi materi, metode, dan hasil
4
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), Cet. 2, h. 216
5
Sudaryono, Ibid., h. 212.
59
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan
penelitian.6 Dokumentasi digunakan untuk mendukung dan menambah
bukti yang diperoleh dari sumber yang lain.7 Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data tertulis yang ada dan literatur lain yang
mendukung penelitian seperti mengenai sejarah rohis, struktur organisasi,
visi dan misi, program kerja, dan materi kegiatan rohis.
6
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), Cet. 2, h. 219.
7
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Kencana, 2013), Cet. 1, h. 74.
8
Sudaryono, Op.Cit., h. 344.
60
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.9
9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 248
10
Sudaryono, op.cit., h. 347.
61
b. Penyajian Data
Sebelum melakukan pembahasan penelitian, peneliti mencoba
menjabarkan data hasil wawancara dan observasi dengan teks naratif,
agar lebih mudah dipahami dan dikaitkan dengan teori yang dijadikan
landasan berpikir. Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini
dilakukan dengan membuat uraian singkat, karena penelitian kualitatif
ini menggambarkan kejadian alamiah ataupun kejadian yang sebenarnya
terjadi pada objek penelitian.
c. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum yang
didapat dari penelitian yang telah dilakukan, sebuah temuan baru yang
menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan dimuka. Dalam
menentukan kesimpulan penelitian digunakan check and recheck dari
berbagai sudut pandang yang diperoleh dari beberapa informan.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
62
63
2
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
3
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
4
Dokumentasi Ekstrakurikuler Keagamaan, Selasa 08 Oktober 2019
64
3) Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51 Jakarta adalah sebagai
berikut:
a) Menciptakan generasi muslim/muslimah SMKN 51 Jakarta
yang cerdas dalam Zikir, Fikir, serta memiliki jiwa yang
unggul dalam IPTEK dan IMTAQ
5
Dokumentasi Ekstrakurikuler Keagamaan, 08 Oktober 2019
65
c. Susunan Kepengurusan
Susunan kepengurusan atau struktur Organisasi merupakan
kerangka yang dapat menunjang hubungan antar komponen,
sehingga jelas antara wewenang, tugas dan tanggung jawab masing-
masing secara teratur. Pengorganisasian ini memberikan kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya, dimana mereka dapat bekerja
sama secara efisien guna mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu, ektrakurikuler keagamaan SMKN 51 Jakarta di dalamnya
terdapat koordinator ikhwan dan akhwat, sekretaris, bendahara,
humas, kader dan divisi-divisi yang memerlukan pengorganisasian
yang teratur dan baik. Hasil dokumentasi yang diperoleh peneliti
tentang strukur organisasi ektrakurikuler keagamaan SMKN 51
Jakarta 2018/2019 yang tercantum dalam dokumentasi
ekstrakurikuler keagamaan sebagai berikut:6
1) Penanggung Jawab : Suyamti, S.Pd, MM (Kepala Sekolah)
2) Pembina : Maulana Ibrahim, S.Ag
6
Dokumentasi Rohis, Selasa 08 Oktober 2019
66
- Nurasih Septialiyah
- Rizqia Amalia Yuniar
- Divanda Ega
- Sonia Renata
- Tiara Rahma Dhania
7
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
68
B. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh temuan data
tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di SMK Negeri 51
Jakarta. Adapun metode yang digunakan penelitian dalam melaksanakan
penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Temuan peneliti mengenai internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
melalui kegiatan keagamaan di SMK Negeri 51 Jakarta sebagai berikut:
1. Proses Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui
Ekstrakurikuler Keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami di
SMKN 51 Jakarta
Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam jika diinternalisasikan
dengan baik akan mencapai nilai yang utuh pada diri pribadi siswa dan
menumbuhkan karakter Islami sehingga mampu membekali kesiapan
siswa dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin berkembang
pesat dengan segala teknologi canggih.
8
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
9
Wawancara dengan Umi Asmiyati guru Pendidikan Agama Islam, Jum’at 08 November
2019 di ruang guru jam 08.00
69
10
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
70
11
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
12
Observasi pada tanggal 08 Oktober 2019
71
3) Tahapan transinternalisasi
Tahap ini merupakan komunikasi dua arah antara pendidik dan
peserta didik secara aktif. Pada tahap ini siswa tidak cukup hanya
mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai nilai-nilai
tersebut, selanjutnya yakni mengaplikasikan melalui pembiasaan
terhadap program-program yang mencakup kegiatan ibadah,
muamalah, keterampilan dan sosial. Melalui pembiasaan ini siswa
akan mendapat pengalaman secara langsung dalam dirinya sehingga
menumbuhkan karakter Islami yang mencirikan seorang muslim.
Selanjutnya, dengan pembiasaan yang sudah dilaksanakan maka
secara tidak langsung membuat siswa tumbuh rasa kebutuhannya
dalam menghayati nilai-nilai agama Islam sehingga dalam
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan itu tanpa ada rasa
beban. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah memiliki motivasi
tinggi dalam dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi antara
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembina dan guru yang
lainnya untuk mendukung penuh kegiatan keagamaan sebagai salah
satu wadah penginternalisasian nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami.
72
13
Wawancara dengan Umi Asmiyati guru Pendidikan Agama Islam, Jum’at 08 November
2019 di ruang guru jam 08.00
73
14
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
74
15
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
75
2) Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman,
karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan
inti kebiasaan adalah pengulangan. Metode ini berperan besar
dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami di SMKN 51 Jakarta
dengan cara membiasakan ritual-ritual keagamaan atau ibadah
16
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
17
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
76
4) Hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang dilakukan jika ada
siswa yang memang sulit untuk diatur dan berulang kali
melakukan kesalahan. Hukuman ini lebih kepada pembinaan,
jadi bukan siswa dihukum secara fisik namun dilakukan
pembinaan dan juga hukuman yang diberikan bervariasi sesuai
dengan kesalahan yang dibuat. Contohnya, ada siswa yang tidak
77
18
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
19
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
79
c) Hadroh
Kegiatan hadroh ini banyak sekali siswa yang minat dan
antusias mengikutinya, terlebih alat-alat yang dibutuhkan pun
mendukung. Kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan positif bagi
siswa agar lebih mencintai seni yang bersifat islami yang
didalamnya terdapat pembacaan riwayat-riwayat atau lafaz
shalawat yang bermakna mengingatkan kita kepada perjalanan
dan perjuangan Nabi Muhammad SAW serta meminimalisir
pergeseran kebudayaan-kebudayan asing yang bertentangan
syariat islam. Selain itu juga, dengan adanya kegiatan ini menjadi
ajang mempererat tali persaudaraan (ukhuwah islamiyah).
Pelaksaan dari kegiatan ini setiap hari kamis setelah shalat ashar
berjama’ah.
3) Kegiatan Tahunan
a) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) biasa dilakukan yang
bertujuan untuk uswah (mengambil pelajaran) dalam peristiwa-
peristiwa penting dan mengenang para pejuang Islam terutama
tauladan dari Nabi Muhammad SAW. dan juga salah satu cara
mensyiarkan agama Islam serta menambah keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah. Waktu pelaksanaannya mengikuti
dengan tanggalan nasional. Kegiatan tersebut yang sering
dilaksanakan adalah:
(1) Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
(2) Peringatan Isra Mi’raj
83
20
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
86
2) Disiplin
Dalam sikap disiplin, ditunjukkan dalam hal mendidik
anak untuk bersikap disiplin. Sebagaimana yang sudah
tercantum dalam peraturan sekolah mengenai seragam sekolah,
waktu kegiatan di sekolah dari mulai jam pelajaran hingga jam
pelajaran usai. Dan tentu saja di sekolah ini dominan mayoritas
Islam maka dianjurkan memakai pakaian rapih, bersih dan
menutup aurat.
Disiplin ini diterapkan oleh rohis SMKN 51 Jakarta
dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan,
memulai kegiatan dengan tepat waktu, sanksi sosial untuk yang
tidak mengikuti kajian atau mentoring dan melaksanakan
kewajiban dalam berorganisasi dengan baik.
21
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
91
2) Minat siswa
Minat siswa yang terutama pengurusnya ialah peserta didik
SMKN 51 Jakarta yang masih aktif, dan dalam pembentukan
kepengurusan tersebut dilakukan dengan cara musyawarah
anggota bersama pihak sekolah. Semua kepengurusan dilakukan
secara sukarelawan dan memang tujuannya ikut serta
mensyiarkan agama Islam. Adanya suatu perbedaan antara siswa
yang benar-benar minat mengikuti kegiatan dengan yang hanya
ikut-ikutan teman akan sangat berdampak pada karakter yang
akan dihasilkan. Siswa yang benar-benar melaksanakannya
sesuai minatnya akan terlihat lebih cepat berubah dan matang
perihal karakternya.
22
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
92
b. Faktor Penghambat
1) Faktor Pemahaman dan motivasi siswa
Faktor penghambat dalam proses internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam salah satunya terdiri dari diri siswa itu
sendiri yakni motivasi dari dalam diri mereka yang masih tidak
stabil, baik dari pengurus maupun siswa lainnya dan juga
pengetahuan keagamaan siswa yang masih sedikit. Hal ini perlu
diperhatikan oleh pembina khususnya agar terkontrol semangat
untuk selalu mencari ilmu agama dan juga dalam
menyelenggarakan program-program kegiatan keagamaan.
Selanjutnya memotivasi siswa lainnya agar tertarik mengikuti
kegiatan ini sehingga proses internalisasi nilai-nilai pendidikan
agaman Islam dalam menumbuhkan karakter Islami siswa tidak
terhambat dengan kurangnya antusias yang sedikit.
2) Faktor Keluarga
Kondisi latar belakang keluarga siswa yang bermacam-
macam, menjadi salah satu faktor yang mendukung maupun
menghambat dalam perkembangan anak. Faktor ini berkaitan
dengan keluarga di rumah, yang seharusnya menjadi lingkungan
pertama yang memiliki pengaruh positif kepada anak. Keluarga
di rumah beranggapan bahwa pendidikan itu hanya dilaksanakan
di sekolah dan anak itu sudah pasti berperilaku baik jika sudah
23
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
94
3) Faktor Lingkungan
Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya
penghayatan nilai-nilai pendidikan dalam menumbuhkan
karakter Islami siswa adalah lingkung. Lingkungan ini terbagi
menjadi dua, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan tempat
24
Wawancara dengan Umi Asmiyati guru Pendidikan Agama Islam, Jum’at 08 November
2019 di ruang guru jam 08.00
95
25
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
97
Selain dari itu, ekstrakurikuler ini menjadi salah satu wadah untuk
mengembangkan potensi atau skill yang dimilikinya, yang menjadikan
nilai tambah sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan
minat yang kemudian juga bisa belajar dan menumbuhkan suatu
karakter Islami. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Sekolah:
26
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
98
27
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
28
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
99
karakter yang masih perlu dilatih dan dibina. Karakter sabar yang
dimiliki oleh siswa menunjukkan pada kriteria cukup. Hal ini disebabkan
kurangnya pelatihan dalam membiasakan bersikap sabar seperti dengan
mengajak siswa untuk berpuasa sunnah, karena dengan berpuasa tersebut
dapat dibiasakan dan diajarkan bersabar untuk tidak makan, minum,
menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar
hingga terbenam matahari.
29
Observasi pada tanggal 25 Oktober 2019
30
Sukiman, Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, (Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Islam, 2011), Cet. 1, h. 20
101
31
Observasi pada tanggal 08 Oktober 2019
32
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 14
33
Observasi pada tanggal 08 Oktober 2019
34
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
102
35
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
36
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
37
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2014), h. 99
38
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
103
baik serta buruk. Dan juga setiap melaksanakan ba’da shalat dzuhur
berjama’ah, dilanjutkan dengan tahfidz qur’an dan mengkajinya yang
dipimpin oleh guru agama.39
Berdasarkan keimanan seseorang, kompetensi iman seseorang yang
sempurna antara lain menunjukkan sifat-sifat sebagai berikut:40
a. Segala perilaku merasa disaksikan oleh Allah SWT sebagai pencipta.
b. Memelihara shalat dan amanat serta memenuhi janji.
c. Berusaha menghindari perbuatan maksiat.
d. Menaati segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang
dilarang oleh Allah.
e. Apabila mendapatkan kebahagiaan, dia bersyukur.
f. Apabila mendapat musibah (penderitaan) dia bersabar.
g. Apabila mempunyai rencana, ia berusaha untuk memenuhi rencananya
dan bertawakkal kepada Allah SWT.
39
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
40
Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 4
104
41
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 13-31.
42
Observasi pada tanggal 25 Oktober 2019
105
atribut karakter dalam al-Qur’an dan hadits yang dipaparkan dalam buku
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri.43
Dan juga terdapat kesesuaian tentang karakter yang dijelaskan oleh
kemendiknas terhadap nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada
siswa yakni religius, jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin,
kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir (logis, kritis, kreatif dan
inovatif), mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar akan hak dan kewajiban diri
dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan
prestasi orang lain, santun, demokratis, nilai kebangsaan, nasionalis,
menghargai keberagaman.44
Dari hasil pengamatan yang juga didapat melalui penjelasan pembina
ekstrakurikuler keagamaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan memberikan
dampak dan pengaruh yang cukup besar dalam menumbuhkan karakter
Islami siswa. Akan tetapi jika diprosentasikan tidak dapat dikatakan 100%,
kemungkinan hanya sampai kepada 70% - 80%, karena hal tersebut masih
tahap perkembangan dan indikator keberhasilannya juga masih belum dapat
ditentukan. Hal ini baru dapat dilihat dari tingkah laku siswa pada umumnya
ketika melakukan aktifitas kesehariannya di sekolah.
Selain memberikan pengaruh pada karakter siswa, dengan
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam ini juga sedikit
banyak dapat membekali atau memberi perlindungan kepada diri siswa, dan
juga pencegahan dari segala akhlak yang kurang terpuji seperti kenakalan
remaja yang ada pada zaman ini. Sehingga implikasi dari penghayatan
tersebut tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang agama, tetapi juga
meningkatkan kesadaran beribadah serta meningkatkan perubahan sikap dan
perilaku siswa yang berkarakter Islami.
43
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter : Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. 1, h. 77.
44
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 33-35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil kajian
teoritis dan hasil penelitian di lapangan maka kesimpulan yang penulis peroleh
adalah:
1. Proses Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan dengan penekanan terhadap pendidikan
penumbuhan karakter dilakukan secara perlahan dan melalui beberapa
tahapan, yaitu tahap transformasi nilai, transaksi nilai, transinternalisasi
nilai, dan koreksi atau evaluasi. Metode yang digunakan dalam
menginternalisasikan nilai tersebut agar penghayatan nilai-nilai yang
dimaksud dapat meresap ke dalam diri pribadi siswa, sehingga tumbuh
karakter Islami tanpa ada unsur paksaan adalah metode keteladanan, qishah
atau cerita, pembiasaan, koreksi dan pengawasan, serta hukuman. Strategi
yang dilakukan pihak sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam seperti kegiatan harian, mingguan dan tahunan.
106
107
B. Implikasi
1. Mengembangkan dan menumbuhkan karakter Islami siswa dengan
meningkatnya kegiatan keagamaan di sekolah.
2. Menambah perhatian guru tentang pentingnya penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami siswa.
3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas kegiatan keagamaan dengan
meminimalisir kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.
C. Saran-saran
1. Bagi Sekolah
Disarankan untuk melengkapi media dan sarana prasarana serta
mendukung kegiatan keagamaan untuk meningkatkan proses internalisasi
nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan
dalam menumbuhkan karakter Islami siswa.
Abdul Hakam, Kamal & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai,
Jakarta: CV Maulana Media Grafika, 2016
Gunawan, Heri. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet.1, 2014.
109
110
https://jogjainside.com/sembilan-pelajar-jadi-tersangka-pembacokan-siswa-smk-
di-yogyakarta/, diakses pada tanggal 02 April 2019
https://news.okezone.com/read/2019/02/11/337/2016172/viral-siswa-bully-guru-
dpr-penguatan-karakter-dan-anak-didik-harus-dinomorsatukan, diakses
pada tanggal 20 Maret 2019
https://regional.kompas.com/read/2019/10/22/07050091/fakta-guru-tewas-
ditikam-usai-tegur-siswa-yang-merokok-di-sekolah-diduga, diakses pada
tanggal 02 November 2019
https://www.liputan6.com/regional/read/3916353/guru-babak-belur-usai-tegur-
siswa-yang-berpakaian-serampangan-saat-upacara?source=search, diakses
pada tanggal 20 Maret 2019
Isnaeni, Peran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kepekaan sosial anak
di kehidupan sehari-hari. Jurnal Inspirasi, 1, 2017.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Jirzanah. Aktualisasi pemahaman nilai menurut Max Scheler bagi masa depan
bangsa Indonesia, Jurnal Filsafat, 18.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid I, Jakarta: UI Press,
Cet. 5, 1985.
Yuliati Zakiyah, Qiqi & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
pendidikan, Jakarta: Kencana, Cet.1, 2011.
112
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
Lampiran 2
PEDOMAN ANGKET
SKALA SIKAP
KARAKTER ISLAMI
INDIKATOR NOMOR
SUBVARIABE
VARIABEL SUBVARIABE
L POSITI NEGATI
L F F
Karakter Jujur 1 -
Utama Sabar - 2
Adil - 3
Ikhlas 4 -
Amanah 5 -
Bertanggungjawa
- 6
b
Karakter Menjaga lisan 7 -
dengan orang Mengendalikan
- 8
lain diri
Menjauhi
Prasangka dan 9 -
Pergunjingan
Menumbuhka Lemah lembut 10 -
n Karakter Berbuat baik
Islami 11 -
kepada orang lain
Mencintai
12 -
sesamamuslim
Menjaga
13 -
silaturahim
Malu berbuat
14 -
jahat
Karakter untuk Hemat - 15
sukses Hidup sederhana - 16
Bersedekah - 17
Tidak sombong - 18
Bersungguh-
- 19
sungguh
Bersyukur - 20
115
SKALA SIKAP
KARAKTER ISLAMI
Nama :
Umur :
Kelas :
Petunjuk Pengisian:
Terhadap setiap pernyataan di bawah ini, Anda diminta menilai dengan cara
memilih salah satu di antara sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju.
Sangat
Sangat Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Saya berani mengakui kesalahan
1.
atau kekurangan yang dimiliki
Saya mudah mengeluh atas setiap
2.
cobaan yang ada
Saya pilih kasih terhadap teman-
3.
teman
Melaksanakan shalat berjama’ah
4.
tanpa paksaan.
Menyelesaikan tugas dan
5. kewajiban sesuai dengan
ketentuan.
Tidak berani menerima resiko dari
6.
tindakan yang saya lakukan
Saya tidak suka berkata kotor dan
7.
kasar
8. Berperilaku semena-mena.
Berdoa sebelum melakukan
9.
aktivitas.
Menerima sesuatu selalu dengan
10.
tangan kanan.
Mengajarkan hal-hal yang baik
11. dan mengingatkan segala hal yang
kurang baik.
Saling mengingatkan ketika waktu
12.
shalat.
116
Sangat
Sangat Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Menyapa atau memberi salam
13.
ketika bertemu.
Mengembangkan diri secara
optimal dengan memanfaatkan
14.
kelebihan diri serta memperbaiki
kekurangannya
Suka berbelanja, dan jalan-jalan
15. tanpa menghitung biaya yang
harus dikeluarkan
Menggunakan segala sesuatunya
16.
secara berlebihan
Tidak suka berbagi dengan orang
17.
lain
Memiliki satu kelompok dalam
18.
pertemenan (geng)
19. Cepat pasrah dan putus asa
Selalu merasa kurang atas apa
20.
yang sudah dimiliki
PEDOMAN PENILAIAN
SANGAT
PERNYATAAN SANGAT TIDAK
SETUJU NETRAL TIDAK
SIKAP SETUJU SETUJU
SETUJU
PERNYATAAN
5 4 3 2 1
POSITIF
PERNYATAAN
1 2 3 4 5
NEGATIF
117
Lampiran 3
Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Di sekolah terdapat bidang akademik
ekstrakurikuler keagamaan? dan non akademik. Jika akademik
terdapat pada mata pelajaran dan
ekstrakurikuler keagamaan merupakan
satu penyaluran potensi siswa di luar
akademik. Menjadi wadah untuk siswa
dalam menambah pengalaman agama
dan sebagainya.
Apa tujuan adanya kegiatan Untuk menambah ilmu, pengalaman
ekstrakurikuler keagamaan? agama dan sebagainya. Didalamnya
terdapat penambahan karakter siswa
dari sisi imtaq. Dari Imtaq kita
lakukan dengan adanya kegiatan
keagamaan tentu siswa akan dibekali
selain di kelas, justru siswa bakal
memiliki potensi lebih di bidang
agama Islam. Potensi itu menjadi
karakter anak-anak, pengalaman
belajar, bekal jiwa dan raganya
sehingga menjadi kuat.
Apakah ekstrakurikuler keagamaan ini Ya tentu saja ada, hal tersebut dibina
memiliki struktur organisasi dan langsung oleh Umi Asmiati bersama
program kerja? Bapak Maulana Ibrahim.
Kapan kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan keagamaan hampir setiap
keagamaan dilaksanakan? hari itu ada, namun untuk kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan wajib itu
ada di hari Jum’at.
Dimanakah kegiatan tersebut Kegiatan tersebut lebih sering
dilaksanakan? dilaksanakan di masjid dan juga di
lapangan sekolah.
118
Apa upaya yang dilakukan dalam Banyak sekali yang dilakukan guru
menginternalisasikan nilai-nilai agama, hampir keseluruhan itu
pendidikan agama Islam untuk menjadi budaya sekolah. Bahwa
menumbuhkan karakter siswa? sekolah kita bukan hanya prestasi
akademik. Justru yang dikedepankan
adalah karakter. Karakter tidak mudah
terbentuk dari sejak dalam kandungan
sampe liang lahat. Kami di jenjang
SMK sama, melaksanakan itu dari
mulai pagi, kita lakukan 5S, berjabat
tangan di pintu depan, masuk kelas
anak-anak tadarus pagi, doa bersama.
itu dalam bentuk agama Islam, dan
agama selain itu sesuai dengan
kebiasaannya masing-masing, dan
diselangi shalat dhuha bagi anak-anak
yang menyisihkan waktu, itu khusus
agama Islam.
Begitu siang, kita lakukan dengan
shalat berjamaah, kultum dan
sebagainya.
Kita tambahkan lagi, di hari Jum’at itu
ada jum’at imtaq, jum’at sehat, jum’at
berbagi. Tadarus, yasinan, kultum,
tampil pidato untuk melatih berbicara
didepan orang banyak.
Luar biasa terobosan yang dilakukan
di 51 berkembang. Siswa bisa kultum
hampir satu jam, keren. Itu untuk
mengembangkan potensi siswa. Dari
segi guru sama, meneladani,
menerapkan selalu mengontrol bahwa
karakter tidak mudah tetapi perlu
dicontohkan. Itu adalah siklus, selalu
dilakukan lalu menjadi budaya, seteleh
itu menjadi karakter pribadi-pribadi
yang unggul. Itu harapan ibu
kesana,yaitu untuk 51. Alhamdulillah,
dengan bantuan guru agama, BP, guru,
semuanya kita kolaborasi seluruh staf
holder sekolah, insyaAllah 51 akan
berkembang baik dalam hal karakter,
yang nanti akan menjadi sekolah
ramah anak.sekolah sehat, berkarakter,
unggul dan kompeten.
120
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMKN 51 Jakarta
Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Kegiatan keagamaan dalam hal ini
ekstrakurikuler keagamaan? ekstrakurikuler rohis berarti rohani
Islam yang dimaksud memberikan
pendalaman atau penguatan kepada
siswa untuk mengenal dan menghayati
nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Ketika tidak ada kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan ini
pengetahuan beberapa siswa sangat
minim, terutama dalam baca tulis
Qur’an. Ditambah lagi latarbelakang
siswanya sangat beraneka ragam,
sehingga perlu digali dan pembinaan
sehingga menjadi siswa yang
berakhlak mulia
Apa tujuan adanya kegiatan Rohis ini ditujukan sebagai wadah
ekstrakurikuler keagamaan? syiar agama dalam menumbuhkan
karakter Islami terutama religius yang
diaplikasikan dengan kegiatan-
kegiatan keagamaan. Dengan
melakukan pembinaan yang
dibimbing oleh pembina rohis,
pembimbing teman sejawat ataupun
alumni sehingga dapat mencetak
generasi muda yang cerdas dan
berakhlak mulia dan memperluas
pengetahuan keagamaan siswa,
bahkan bukan hanya siswa tetapi juga
warga sekolah.
Apakah rohis ini memiliki struktur Ada, semua itu tertera dalam dokumen
organisasi dan program kerja? rohis dan sepengetahuan oleh pembina
rohis.
124
Mengetahui,
Wakil Kepala Sekolah
Bid. Kurikulum SMKN 51 Jakarta
Rozaniwati, M.Pd
127
Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Latar belakang berdirinya rohis ini,
ekstrakurikuler keagamaan? diawali sebagai wadah untuk
membantu guru agama dalam
menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai pendidikan agama dan
dakwah Islam di sekolah. Dan
kegiatan rohis ini sudah menjadi
ekstrakurikuler wajib berada di bawah
OSIS, menjadi kegiatan keagamaan
yang diikuti oleh seluruh siswa SMKN
51 Jakarta
Apa tujuan adanya kegiatan Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler
ekstrakurikuler keagamaan? keagamaan di SMKN 51 Jakarta yakni
untuk mencetak generasi remaja Islam
dan melakukan pembinaan
keagamaan, agar supaya siswa
menjadi orang yang bertaqwa dan
menjalankan nilai-nilai pendidikan
agama Islam terutama rukun iman dan
Islam. Dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan ini juga
membantu guru agama karena
pendidikan agama tidak bisa
diserahkan ke guru agama, selain itu
juga orang tua ikut serta dalam
membantu guru di sekolah
Apakah ekstrakurikuler keagamaan ini Ya, setiap organisasi harus ada
memiliki struktur organisasi dan struktur organisasi, tentunya dari
program kerja? kepala sekolah pembina kesiswaan,
pembina osis dan rohis, dan siswa itu
sendiri.
128
Pendekatan atau metode apa yang Guru agama terbatas, sedangkan anak
digunakan dalam menginternalisasi banyak. Jadi metode yang lebih
nilai-nilai tersebut? digunakan menggunakan metode
keteladanan, karena kita ga mungkin
personal karena orang banyak. Ada
keterbatasan pembina.
Pembiasaan dari rumah dilanjutkan di
sekolah, tentunya dalam pengawasan
guru dan diabsen.
Pengawasan itu dengan tutor sebaya,
absensi. Bukan hukuman, lebih kepada
pembinaan. Seperti yang tidak shalat
berjamaah kita panggil lalu kita bina.
Apa strategi dalam Kita membuat strategi yang menarik
menginternalisasikan nilai-nilai dengan menonton bareng film” Islam,
pendidikan agama Islam? dengan cara praktek, lomba
keterampilan agama.
Harian : kegiatan bersifat ritual
(shalat, ngaji, berdoa)
Mingguan : pengajian mingguan,
jum’at imtaq
Tahunan : pesantren kilat, PHBI
Apa saja faktor pendukung dan Sebenernya di sekolah negeri, harus
penghambat dalam proses internalisasi dilaporkan kepala sekolah, harus
nilai-nilai pendidikan agama Islam didukung kepala sekolah. Kalo
dalam menumbuhkan karakter Islami? didukung semua bisa berjalan.
Kalo faktor penghambat tidak ada,
media sosial juga diminimalisir
dengan cara dikumpulkan hp ketika
jam pelajaran
Bagaimana respon peserta didik Respon peserta didik positif saja,
terhadap kegiatan ekstrakurikuler karena mereka terikat dan sudah
keagamaan? masuk tata tertib mereka. Ketika awal
masuk, sudah paham atas tata tertib,
dan kegiatan yang harus diikuti
dengan persetjuan orang tua dengan
materai.
Apakah kegiatan ekstrakurikuler Yang kita pantau di lingkungan
keagamaan ini memberikan sekolah terdapat dampak positif, misal
implikasi/dampak positif terhadap ketika berpapasan dengan guru
perilaku dan karakter siswa? mengucap salam dan salaman dan
sebagainya, jujur seperti menemukan
barang, dan berpakaian muslim.
Secara garis besar, materi apa yang Materi akidah, syariah dan akhlak.
disampaikan dalam kegiatan Setidaknya materi” yang familiar di
ekstrakurikuler keagamaan?
130
Mengetahui,
Pembina Ekstrakurikuler Keagamaan
SMKN 51 Jakarta
Hasil Wawancara
Mengetahui,
Guru Pendidikan Agama Islam
SMKN 51 Jakarta
Asmiyati, S.Ag
135
Lampiran 4
HASIL OBSERVASI
TAHAPAN INTERNALISASI NILAI
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
1. Tahap Transformasi Tahapan ini
Proses yang dilakukan oleh pelatih dilakukan melalui
dalam menginformasikan nilai-nilai kegiatan halaqah
yang baik dan yang kurang baik. (Nilai atau liqo yang
yang disampaikan hanya sebatas dipimpin langung
menyentuh ranah kognitif) oleh murobbi.
Membahas tentang
tauhid, fiqh, akidah
akhlak, dan seni
budaya Islam.
2. Tahap Transaksi Pada tahapan ini
Proses penginternalisasian nilai melalui siswa diajak untuk
komunikasi dua arah antara pelatih berdiskusi tentang
dengan peserta didik secara timbal balik. suatu permasalahan
(Transaksi nilai ini pelatih dapat yang ada secara
mempengaruhi nilai peserta didik bersama-sama sesuai
melalui contoh nilai yang diajarkannya dengan al-Qur’an
sesuai dengan nilai dalam diriya). dan Hadits. Seperti
dalam hal berbusana,
berperilaku,
menaggapi sesuatu
dan lainnya dengan
pengalaman secara
langsung.
3. Tahap Tran-internalisasi Seorang murobbi
Proses internalisasi nilai yang bukan mengajak dan
hanya komunikasi verbal tetapi jug memberikan contoh
disertai komunikasi kepribadian melalui segala hal sunnah
keteladanan, pembiasaan untuk nya Nabi
berperilaku sesuai dengan nilai yang Muhammad SAW
ada. (Ranah kognitif, afektif dan seperti dalam
psikomotor) beribadah, berakhlak,
berbusana, bertutur
kata, peduli terhadap
sesama, berpidato
136
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
depan umum dan
lainnya.
4. Tahap Evaluasi Pada tahap ini
Proses internalisasi nilai dengan cara dilaksanakan dengan
mengevaluasi dari tahapan pemberian metode pengawasan,
pemahaman, memberikan keyakinan, dimana pembina
dan dalam segi praktiknya. memberi perhatian
lebih kepada siswa
dalam tindakan
kesehariannya,
melihat
perkembangan
pengetahuan
keagamaan dan
karakter siswa di
sekolah Selanjutnya,
jika terdapat suatu
kendala dalam proses
internalisasi atau
kegiatan
keagamaannya, baik
dari siswa maupun
dari pelaksanaannya.
137
HASIL OBSERVASI
METODE INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER ISLAMI
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
1. Metode Teladan Siswa sangat mudah
Keteladanan merupakan metode yang mencontoh dari
lebih efektif dan efisien. Karena peserta sosok seorang yang
didik (terutama siswa pada usia diteladani, seperti
pendidikan dasar dan menengah) pada guru datang tidak
umumnya cenderung meneladani terlambat, menyapa
(meniru) guru atau pendidiknya. ketika bertemu,
disiplin dalam
berbusana, dan
perilaku yang positif
dan sebagainya. Hal
ini ditunjukkan
langsung oleh guru
pendidikan agama
Islam yakni Umi
Asmiati.
2. Metode Pembiasaan Pembiasaan ini
Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan dengan
sengaja dilakukan secara berulang- cara melakukan
ulang agar sesuatu itu dapat menjadi ritual-ritual
kebiasaan. Metode pembiasaan keagamaan, kegiatan
(habituation) ini berintikan ubudiyah dan
pengalaman, karena yang dibiasakan itu muamalah seperti
ialah sesuatu yang diamalkan. mengucap salam dan
berjabat tangan
ketika bertemu
teman, guru, maupun
hendak masuk ke
ruangan, tadarus
qur’an dan berdoa
sebelum memulai
belajar, shalat dhuha,
shalat dzuhur
berjama’ah, kultum
ba’da shalat dzuhur.
3. Metode Koreksi dan Pengawasan Hal yang dilakukan
seperti ketika
138
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
Metode ini juga untuk memberikan beberapa kegiatan
perhatian kepada siswa sehingga siswa keagamaan diadakan
akan merasa diperhatikan dan akan absensi untuk
diberikan bimbingan khusus. semuanya, agar
terdapat pengawasan
dan koreksi jika ada
yang tidak
mengikutinya dengan
seksama.
4. Hukuman Metode hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang yang diterapkan di
dilakukan jika ada siswa yang memang sekolah ini berupa
sulit untuk diatur dan berulang kali pembinaan, bukan
melakukan kesalahan. hukuman berupa
fisik. Jadi, bukan
siswa dihukum
namun lebih kepada
pembinaan agar
siswa dapat lebih
menghayati nilai-
nilai pendidikan
agama Islam secara
sadar dan sengaja.
Contohnya, jika tidak
shalat diberikan
hukuman seperti
dengan memberi
tugas hafalan surat-
surat, jika melanggar
kembali hafalannya
ditambah.
5. Metode Qishah atau cerita Metode ini dilakukan
Sebagai metode pendukung di SMKN 51 Jakarta
pelaksanaan pendidikan memiliki dengan cara bercerita
peranan yang sangat penting, karena kisah terhadap
dalam kisah-kisah terdapat berbagai kejadian masa lalu.
keteladanan dan edukasi Kisah yang dimaksud
yakni kejadian
kehidupan nabi atau
disebut sirah
nabawiyyah, yang
didalamnya
139
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
mencakup pribadi
nabi, akhlak,
perjuangan nabi
Muhammad SAW,
dan lainnya. Metode
ini selalu dilakukan
di tahap awal dalam
menginternalisasikan
nilai-nilai pendidikan
agama Islam, karena
membantu
mengarahkan
pandangan siswa dan
lebih mengenal
Islam.
140
HASIL OBSERVASI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
1. Nilai I’tiqadiyyah Nilai ini
Berkaitan dengan pendidikan diinternalisasikan
keimanan, seperti percaya kepada melalui halaqoh atau
Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir liqo diwujudkan
dan takdir yang bertujuan untuk menata dengan kegiatan
kepercayaan individu. tadarus al-Qur’an,
berdoa bersama
sebelum memulai
pembelajaran,
kultum atau ceramah
agama setelah ba’da
dzuhur digunakan
sebagai mengasah
dan menambah
keyakinan siswa,
dengan tujuan selalu
menghadirkan Allah
dalam hatinya.
2. Nilai Khuluqiyyah Nilai-nilai khuluqiyyah
Berkaitan dengan pendidikan etika, yang diinternalisasikan
yang bertujuan untuk membersihkan
diri dari perilaku rendah dan menghiasi dominan sebagai
diri dengan perilaku terpuji. berikut:
a. Jujur dan amanah
b. Disiplin
c. Silaturrahmi dan
Ukhuwah
Islamiyyah
d. Al-Munfiqun dan
peduli terhadap
lingkungan
e. Al-Musawwamah
dan gotong royong
141
Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
3. Nilai Amaliyyah Nilai Amaliyyah
Berkaitan dengan pendidikan tingkah yang
laku sehari-hari, seperti ibadah dan diinternalisasikan
muamalah (syakhsiyah, madaniyah, yakni dengan
jana’iyah, murafa’at, dusturiyah, mengaktualisasikan
duwaliyah, iqtishadiyah). nilai-nilai ubudiyah
yang mencakup
rukun Islam seperti
shalat dzuhur
berjama’ah, shalat
dhuha, shalat jum’at,
menyembelih hewan
qurban, zakat,
tarawih, pesantren
kilat. Nilai lainnya
dalam hal muamalah
dilakukan dalam
kegiatan bakti sosial,
infaq. Nilai
syakhsiyah praktek
langsung ijab qabul.
Nilai madaniyah
dengan berlatih
dalam bidang dana
usaha. Dan juga nilai
duwaliyah
ditunjukkan dalam
kegiatan
berdemokrasi
pemilihan ketua
organisasi dan
dilakukan secara
bermusyawarah.
Lampiran 5
HASIL ANGKET
(SKALA SIKAP)
ANGGOTA EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SMK NEGERI 51 JAKARTA
Pernyataan
No. Nama Kelas
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Akmal Abiyyu Naufal XI-MM1 4 4 5 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 5 3 5 5 3 4
2 Saddam Bimar Fauzan XI-MM2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3
3 Muhammad Husein Haikal XI-MM2 4 3 3 4 3 2 5 4 4 4 5 5 3 5 2 3 4 3 3
Muhammad Ilham
4 XI-MM2 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 5 3
Misbakhul Anwar
Muhamad Ade Nofan
5 XI-AK2 5 5 4 5 4 3 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
Ramadhan
6 Aziz Nurrohman XI-BDP 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3
7 Singgih Maulana XI-BDP 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4
8 Rifqi Ardian X- AK1 3 3 3 4 4 3 5 3 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4
9 Parera Zaid Sabits X-MM2 4 2 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3
10 Nikko Santoso X-BDP 5 4 5 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5
X-
11 Gusnadhib 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 5 4 4 4
OTKP1
12 Alfi Lazuardy Nur X-AK1 4 2 3 5 4 2 2 4 5 5 4 5 4 3 5 3 4 5 2
X-
13 Julfan Ardi 5 4 4 5 3 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4
OTKP2
142
14 Ilham Ramadhan X-AK1 3 3 4 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 5 5 4 5 4
15 Helmi Agil X-BDP 5 4 5 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5
X-
16 Muhammad Iqbal 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4
OTKP2
17 Anugrah Fajar X-BDP 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 5
Mas Sulaiman Suryo
18 X-MM 4 2 3 5 4 3 3 5 5 4 5 5 5 5 3 4 4 3 3
Sumirat
19 Satria N.A X-MM 5 5 5 5 4 1 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 5 5
20 M. Reza F X-BDP 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4
X-
21 Muhammad Fadilah 4 3 3 5 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4
OTKP2
X-
22 Dani Kiswara Putra 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
OTKP2
23 Ananda Remo P. X-BDP 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5
24 Reza Arya Maulana X-MM 4 3 3 4 4 3 3 4 5 5 4 5 4 4 2 3 4 1 3
25 Alfi Syahrin X 5 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3
26 Muhammad Sabakingking X 5 3 4 5 3 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3
27 Muhammad Farhat X 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4
28 Muhammad Farhan X 4 4 4 5 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
143
37 Shifa Fajriyah Putri XI-AK2 5 3 5 4 2 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 3 4
Rizki Wulandari
38 XI-AP2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3
Ayuningtyas
39 Rosiana Dewi Fauziyah X-AP1 4 1 3 4 5 3 3 5 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2
40 Ditha Nurhaliza X-BC 4 3 3 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4
41 Putri Rahmawati X-AK1 5 3 4 4 3 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2
42 Tisya Octaviani X-BDP 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 Nur Resya Fauziah X-BC 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 5 3 4 4 4 3
X-
44 Nurlaila Hayati 5 3 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 3 4 5 3 2
OTKP1
45 Arafa Aisyah X-MM2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
46 Silvia Ayu Maharani X-MM2 4 3 4 5 5 4 3 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 4
47 Nanda Bintang Ramadhan X-AK2 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 5 3 3 3 3 4 3 3
48 Hikmah Heryanti X-AK2 4 3 4 5 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3
49 Rida Parida X-BC 4 3 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4
50 Yeni Yulianti X-FTF 4 2 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 5 4
51 Nurul Azizah X-FTV 4 3 3 4 4 3 3 5 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 5
52 Tiyastuti X-AK2 3 3 4 5 3 3 3 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 2 3
53 Dewantini Wijayanti XI 4 3 4 5 4 3 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 2 3
54 Dyna Aulia Putri XI 4 3 3 5 4 4 3 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 3 3
55 Marsya Amelia Oktaviani XI 5 3 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3
56 Sukma Ambar Muliati XI 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4
57 Mutia Nuralivia X 4 3 5 5 4 3 5 5 3 5 4 4 4 4 2 3 5 3 3
58 Syahla Kania Pramitha X 5 2 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3
59 Sulis Tia Ningsih X 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5
60 Diana Ika Sari X 3 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
144
145
Lampiran 6
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Gambaran sekolah
Lomba Nasyid
Lomba Bedug
148
Olahraga Bersama
149
Lampiran 7
155
Lampiran 9
BIODATA MAHASISWA