Anda di halaman 1dari 170

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM MELALUI EKSTRAKURIKULER


KEAGAMAAN UNTUK MENUMBUHKAN
KARAKTER ISLAMI DI SMK NEGERI 51 JAKARTA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
Fathur Rozi
NIM 11150110000069

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ABSTRAK

Fathur Rozi (NIM: 11150110000069). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan


Agama Islam Melalui Ekstrakurikuler Keagamaan Untuk Menumbuhkan
Karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 51
Jakarta, mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang diinternalisasikan,
dan mengetahui implikasi dari internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
melalui ekstrakurikuler keagamaan untuk menumbuhkan karakter Islami di SMK
Negeri 51 Jakarta. Kajian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penghayatan nilai-
nilai pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan untuk
menumbuhkan karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Oktober sampai November 2019.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan
di SMK Negeri 51 Jakarta untuk menumbuhkan karakter Islami sudah berjalan
dengan baik dan menggunakan strategi tersendiri. Ada empat tahapan yang
dilakukan dalam menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam di SMK
Negeri 51 Jakarta yaitu tahap transformasi nilai, transaksi nilai, transinternalisasi
nilai, dan koreksi atau evaluasi. Metode yang digunakan yakni dengan keteladanan,
pembiasaan, koreksi dan pengawasan, serta qishah (cerita). Nilai yang
diinternalisasikan yakni nilai i’tiqadiyyah, khuluqiyyah, dan amaliyyah. Nilai
tersebut dilaksanakan diinternalisasikan melalui kegiatan keagamaan di sekolah
seperti tadarus qur’an, shalat dzuhur berjamaah, kultum dan tahfidz qur’an, jum’at
imtaq, infaq jum’at, hadroh, halaqoh atau liqo, keputrian (khusus putri), peringatan
hari besar Islam, pesantren kilat. Implikasi yang dapat dilihat dari hasil penanaman
nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan yakni
diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah yang mencirikan karakter seorang muslim.

Kata Kunci : Internalisasi, Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, Karakter


Islami, Ekstrakurikuler Keagamaan

i
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬


Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan hidayah
serta inayah-Nya. Dan tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam, beserta keluarga, sahabat
dan umat-nya.
Selama proses penulisan skripsi yang berjudul Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam Melalui Ekstrakurikuler Keagamaan Untuk
Menumbuhkan Karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta, penulis menyadari
begitu banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan serta izin yang diberikan untuk
belajar di dalam maupun di luar lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama
Islam, dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam sekaligus Dosen Penasihat Akademik, serta seluruh dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah
membekali pengetahuan dan bimbingan dalam menempuh studi perkuliahan,
semoga Allah membalas dengan pahala dan keberkahan yang berlimpah dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Dr. Bahrissalim, M.Ag., selaku Dosen Pembimbig Skripsi, yang telah
meluangkan waktu, memberikan tenaga dan bimbingannya dengan kebesaran
hati dan penuh keikhlasan.

ii
iii

5. Ibunda tercinta Hj. Nurhasanah dan Ayahanda tersayang H. Syamsuardi,


Kakak Robiatul Adawiyah dan Adik Huriyah Aprida yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan, do’a dan kasih sayangnya hingga saat ini.
6. Ibu Suyamti, S.Pd, M.M, selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 51 Jakarta yang
telah mengizinkan saya dan membantu dalam penelitian ini hingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
7. Ibu Neni Suratni N, M.Pd, selaku wakil kepala sekolah bidang humas yang
juga telah memberikan keleluasaan dalam menggali informasi dalam penelitian
ini.
8. Ibu Rozaniwati, M.Pd, selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
9. Bapak Maulana Ibrahim, S.Ag, selaku pembina ekstrakurikuler keagamaan dan
guru pendidikan agama Islam yang memberikan jalan untuk melaksanakan
penelitian ini.
10. Ibu Asmiyati, S.Ag, selaku guru pendidikan agama Islam yang telah membantu
dan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini, hingga selesainya
skripsi ini.
11. Keluarga besar SMK Negeri 51 Jakarta, guru, karyawan tata usaha dan adik-
adik yang telah memberikan tempat kepada peneliti dan membantu dalam
proses penelitian.
12. Teman-teman “PELEK”, Fajar, Indra, Asep, Haikal, Bahrul, Hanif, Rizky, Azi
yang telah memberikan cerita selama kurang lebih empat tahun ini dengan
segala suka dan duka, jatuh bangun mempelajari kehidupan ini.
13. Tika, Elmi, Irshon yang bersedia mendengar keluh kesah, bertukar pikiran, dan
memotivasi dalam memperjuangkan masa perkuliahan sampai penyelesaian
skripsi ini.
14. Sahabat seperjuangan jurusan PAI angkatan 2015 khususnya “APACHE” (PAI
kelas C angkatan 2015) yang telah memberikan dukungan dan bantuan dari
awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
15. Keluarga KKN LABDAGATI 022 secara umum tanpa saya sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan banyak pembelajaran dan berbagi cerita
tentang arti sebuah kebersamaan.
iv

16. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala
dukungannya baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat saya susun
dengan maksimal.
Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kebaikan-kebaikan kepada mereka pahala
yang berlipat ganda dan menjadikannya kendaraan menuju surga Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Amiin.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saya
menerima segala saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki karya tulis ini. Dan saya berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 05 Desember 2019


Penulis

Fathur Rozi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
F. Kegunaan Penelitian............................................................................ 9
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
1. Konsep Dasar Internalisasi
a. Pengertian Internalisasi .......................................................... 10
b. Tahapan Internalisasi ............................................................. 11
2. Konsep Nilai
a. Pengertian Nilai ...................................................................... 13
b. Fungsi Nilai ............................................................................ 15
c. Macam-macam nilai ............................................................... 16
B. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................... 17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................ 23
3. Macam-macam Nilai Pendidikan Agama Islam .......................... 25
C. Ekstrakurikuler Keagamaan
1. Pengertian Ekstrakurikuler Keagamaan ....................................... 33

v
vi

2. Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler Keagamaan .......................... 36


3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan................................. 38
4. Sasaran Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ........................... 40
D. Karakter Islami
1. Pengertian Karakter Islami ........................................................... 41
2. Macam-macam Karakter Islami ................................................... 44
3. Menumbuhkan Karakter Islami.................................................... 45
E. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................... 51
F. Kerangka Berpikir .............................................................................. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 56
B. Metode Penelitian............................................................................... 56
C. Unit Analisis ...................................................................................... 57
D. Instrumen Penelitian........................................................................... 57
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 58
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 59

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Ektrakurikuler Keagamaan SMKN 51 Jakarta ..... 62
B. Temuan Penelitian .............................................................................. 68
C. Pembahasan Temuan Penelitian....................................................... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ....................................................................................... 106
B. Implikasi ........................................................................................... 107
C. Saran-saran ........................................................................................ 107
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi dan Peran Agama (perbandingan dengan ilmu) .... 27
Tabel 2.2 Atribut Karakter dalam Al-Qur’an dan Hadis ................... 45
Tabel 2.3 Nilai Yang Harus Ditanamkan kepada Siswa ................... 48
Tabel 4.1 Implikasi Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam melalui Ekstrakurikuler Keagamaan untuk menumbuhkan
karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta ........................................ 99

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Sistematika Ajaran Islam ................................................. 33


Bagan 2.2 Kepribadian Islami ........................................................... 41
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................ 55

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tadarus Qur’an .............................................................. 78


Gambar 4.2 Shalat Dzuhur Berjama’ah ............................................ 79
Gambar 4.3 Kultum ........................................................................... 79
Gambar 4.4 Tahfidz Qur’an .............................................................. 80
Gambar 4.5 Jum’at Imtaq .................................................................. 80
Gambar 4.6 Hadroh ........................................................................... 81
Gambar 4.7 Halaqoh atau Liqo Ikhwan ............................................ 82
Gambar 4.8 Halaqoh atau Liqo Akhwat ........................................... 82
Gambar 4.9 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW .................. 83
Gambar 4.10 Peringatan Isra Mi’raj................................................... 83
Gambar 4.11 Hari Raya Idul Adha ................................................... 83
Gambar 4.12 Peringatan Tahun Baru Hijriyah ................................. 84
Gambar 4.13 Pesantren Kilat ............................................................ 84

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi .................................................... 112


Lampiran 2 : Pedoman Angket ........................................................ 114
Lampiran 3 : Hasil Wawancara ......................................................... 117
Lampiran 4 : Hasil Observasi ........................................................... 135
Lampiran 5 : Hasil Angket (Skala Sikap) ......................................... 142
Lampiran 6 : Foto Dokumentasi Penelitian ..................................... 145
Lampiran 7 : Surat Balasan Sekolah ................................................ 149
Lampiran 8 : Lembar Uji Referensi ................................................. 150
Lampiran 9 : Biodata Mahasiswa ..................................................... 155

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah investasi peradaban yang sangat diperlukan dalam
upaya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas adalah pendidikan yang dapat membentuk seseorang yang beradab
sehingga menjadikan kehidupan sosial yang berakhlak. Menurut UU No.
20/2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan di
Indonesia didefinisikan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, pendidikan di sekolah tidak
hanya pada upaya penguasaan kognitif oleh peserta didik, namun harus
diimbangi dengan pembentukan karakter. Pembentukan karakter tersebut
mencakup aspek sikap dan perilaku sehingga menjadikan anak didik sebagai
manusia yang bertakwa, berilmu, dan berakhlak mulia. Karakter seorang
muslim bukan sekedar karakter pada umumnya, akan tetapi memiliki
perbedaan dengan non muslim yakni dengan adanya konsep iman dan adab.
Pendidikan menurut Islam atau pendidikan yang berdasarkan Islam atau
sistem pendidikan yang Islami yakni pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah/hadis.2
Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam yakni upaya mendidik
tentang agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of
life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.

1
Muhaimin, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), Cet. 1, h. 125.
2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Madrasah
Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 7.

1
2

Zaman sekarang ini banyak institusi pendidikan yang modern, memiliki


fasilitas yang lengkap dengan teknologi canggih. Namun masih belum
menghasilkan individu yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan
agama Islam. Dalam dekade terakhir ini, banyak siswa yang memperlihatkan
karakter yang dianggap tidak pantas dan tidak sesuai dengan norma agama di
dalam lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah, seperti melawan guru,
tawuran, pelecehan, free sex, pemerkosaan, kekerasan, atau kelompok yang
tidak terdidik.
Permasalahan yang muncul di tengah masyarakat adalah tingginya angka
kriminal di kalangan remaja, seperti beberapa kasus yang mencoreng dunia
pendidikan di awal tahun 2019 ini yakni pada tanggal 11 Februari 2019 siswa
SMP PGRI Wringinanom Gresik, Jawa Timur yang mem-bully gurunya dengan
menantangnya berkelahi.3 Tanggal 21 November 2019 terjadi kasus
pembunuhan guru SMK di Sulawesi Utara yang tewas ditikam oleh siswanya
karena tidak terima atas teguran gurunya untuk tidak merokok di lingkungan
sekolah.4 Tanggal 14 Maret 2019 terjadi kembali seorang guru di daerah
Sulawesi babak belur usai menegur siswa yang berpakaian tidak selayaknya
saat upacara.5 Kejadian lain yakni pembacokan antar geng anak smk di daerah
Yogyakarta pada 22 September 2019 hingga korban tewas.6
Kasus-kasus di atas hanyalah sebagian kecil kejadian yang menunjukkan
rusaknya moral dan kepribadian generasi bangsa. Keberadaan di lapangan
menunjukkan kejadian tersebut masih terus berulang. Secara umum, hal
tersebut disebabkan karena derasnya arus budaya hidup materialistik,
hedonistik dan sekuleristik. Selanjutnya longgarnya agama pun menjadi
penyebab hilangnya pengontrol diri dari dalam (self control). Alat pengontrol

3
https://news.okezone.com/read/2019/02/11/337/2016172/viral-siswa-bully-guru-dpr-
penguatan-karakter-dan-anak-didik-harus-dinomorsatukan, diakses pada tanggal 20 Maret 2019
4
https://regional.kompas.com/read/2019/10/22/07050091/fakta-guru-tewas-ditikam-usai-
tegur-siswa-yang-merokok-di-sekolah-diduga, diakses pada tanggal 02 November 2019
5
https://www.liputan6.com/regional/read/3916353/guru-babak-belur-usai-tegur-siswa-
yang-berpakaian-serampangan-saat-upacara?source=search, diakses pada tanggal 20 Maret 2019
6
https://jogjainside.com/sembilan-pelajar-jadi-tersangka-pembacokan-siswa-smk-di-
yogyakarta/, diakses pada tanggal 02 April 2019
3

perpindahan kepada hukum dan masyarakat. Namun karena hukum dan


masyarakat juga sudah lemah, maka hilang seluruh alat kontrol yang
mengakibatkan manusia berbuat sesuka hati dalam melakukan pelanggaran
tanpa ada yang menegur atau tidak adanya tindakan preventif, represif maupun
kuratif dari institusi pendidikan guna mencegah hal-hal tersebut terjadi
kembali.
Hal tersebut merupakan suatu masalah yang semestinya mendapatkan
perhatian besar. Masalah seperti itu dikategorikan masalah besar untuk dunia
pendidikan karena menyangkut generasi masa depan bangsa. Situasi dan
kondisi karakter bangsa yang sedang memprihatinkan tersebut telah
mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk mengutamakan
pembangunan karakter bangsa, yang berarti bahwa setiap upaya pembangunan
harus selalu diarahkan untuk memberi dampak positif terhadap pengembangan
karakter.
Maka dari itu, proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di
institusi pendidikan saat ini sangatlah penting bagi peserta didik agar mereka
dapat mengetahui, mengamalkan serta melaksanakan ajaran dan nilai-nilai
pendidikan agama Islam di dalam kehidupan sehari-harinya sehingga tumbuh
karakter Islami sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Penumbuhan tersebut
memerlukan pembiasaan dan keteladanan, karena perubahan sikap dan perilaku
dari bertindak kurang baik untuk menjadi baik tidak terbentuk secara instan.
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama,
karena pendidikan agama menjamin dapat memperbaiki akhlak anak didik dan
mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya. Pendidikan tersebut juga dapat membimbing manusia dengan
bimbingan wahyu Ilahi, hingga terbentuknya individu-individu yang memiliki
karakter Islami. Karakter Islami ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam
menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dan untuk menghadapi
keadaan tersebut peserta didik diharapkan mampu memiliki kepribadian serta
perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.
4

Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam bersumber pada al-Qur’an


dan as-Sunnah merupakan dasar lembaga pendidikan. Internalisasi hakikatnya
adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, keyakinan, sikap dan nilai-nilai
perseorangan (mempribadi) yang mewujud menjadi perilaku sosial 7. Sukanto
menyatakan bahwa proses pemanusiaan sesuai dengan agama sebenarnya
adalah proses internalisasi iman, nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan
dalam konteks mengakui dan mewujudkan nilai-nilai itu ke dalam amal saleh.8
Nilai sebagai sesuatu yang terpenting, ia diyakini dan menjadi standar tingkah
laku. Fraenkel menegaskan bahwa nilai adalah gagasan tentang sesuatu yang
berharga, nilai adalah konsep, abstraksi. Nampaknya, nilai bisa didefinisikan,
bisa dibandingkan, bisa dipertentangkan, bisa dianalisis, bisa digeneralisir, dan
bisa diperdebatkan.9
Pembelajaran pendidikan agama Islam faktanya di lapangan dalam
seminggu hanya 3 jam pelajaran, hal tersebut telah lama menjadi permasalahan
dalam pembelajaran agama di sekolah umum. Kebanyakan siswa hanya fokus
pada pengembangan kemampuan kognitif, sedikit sekali pada hal afektif
maupun psikomotor. Seharusnya sekolah yang kreatif akan memanfaatkan
ekstrakurikuler untuk mengintensifkan penanaman nilai-nilai pendidikan
agama Islam.
Kegiatan ekstrakurikuler pada dasarnya terdiri dari tiga kata, yaitu kata
kegiatan, ekstra, dan kurikuler. Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti
tambahan di luar yang resmi. Sedangkan kata kurikuler, mempunyai
bersangkutan dengan kurikulum.10 Menurut Suryobroto, ekstrakurikuler adalah
kegiatan tambahan di luar struktur program, pelaksanaan di luar jam pelajaran
biasa agar memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.11

7
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 66
8
Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), Cet. 1, h. 4.
9
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, op.cit., h. 18.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 223.
11
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.
287.
5

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan proses menyempurnakan pendidikan pada


tingkat kognitif yang berkesinambungan ke aspek afektif dan psikomotorik
sehingga dapat menjadikan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah
pendidikan sekolah dengan pendidikan di keluarga dan tantangan arus
globalisasi yang sangat pesat. Kecanggihan teknologi pada saat ini memberikan
kemudahan mengakses informasi yang dibutuhkan, tetapi juga menghadirkan
kerumitan dan kompleksitas yang tinggi dalam menangkal budaya negatif dari
luar yang tidak cocok dengan kearifan lokal dan nilai-nilai ajaran Islam.
Kegiatan tersebut diaplikasikan melalui pembimbingan dan pelatihan guru,
kegiatan ekstrakurikuler mengkonstruksi sikap dan perilaku positif.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu komponen dari kegiatan
pengembangan diri yang terprogram, yakni sudah direncanakan secara sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik karena program ekstrakurikuler
merupakan wadah untuk mengeksplorasi potensi peserta didik berdasarkan
pengembangan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik.12 Pada dasarnya
kegiatan ekstrakurikuler umum dengan ekstrakurikuler keagamaan tidak
terdapat perbedaan yang esensial, letak perbedaannya pada orientasi
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakannya.
Pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan menjadi salah satu elemen vital
konstruktif kepribadian pebelajar. Dalam hal ini, kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan bertujuan untuk menunjang dan meningkatkan pengembangan
wawasan khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam. Tujuan dan
maksud kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat ditetapkan berdasarkan
prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler. Bagaimana pun kegiatan
ekstrakurikuler itu diharapkan mampu memberi motivasi siswa dalam
berkontribusi dalam kegiatan pengajian, halaqoh, dan lainnya yang berbau
keagamaan. Saat ini siswa di Sekolah Menengah Kejuruan pada umumnya
berpikiran bahwa yang terpenting setelah lulus bisa langsung bekerja sesuai
dengan bidang keahliannya. Paradigma itu dikarenakan kebanyakan orang

12
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018, h.198
6

sudah memutlakkan pengetahuan sebagai nilai terpenting ke arah kemajuan.


Paradigma itu bisa dikatakan termasuk dalam paradigma dikotomis atau diskrit.
Paradigma dikotomis atau diskrit itu yang menjadikan pendidikan agama
Islam seolah-olah hanya mengurusi persoalan ritual dan spiritual saja,
sementara kehidupan ekonomi, politik, seni budaya, ilmu pengetahuan dan
terknologi serta seni, dan sebagainya dianggap sebagai urusan duniawi yang
menjadi bidang garap pendidikan non agama.13 Pandangan terhadap fenomena
pendidikan di atas memberikan inspirasi kepada penulis untuk lebih jauh
mengungkap proses dan implikasinya dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam.
Maka dari itu, banyak nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terabaikan,
tergantikan dengan nilai-nilai yang harus dimiliki ketika bekerja atau etos kerja.
Padahal dalam arus globalisasi saat ini, setiap orang dituntut bukan hanya
menunjukkan etos kerja saja seperti rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa
menyelaraskan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak melampui batasan
yang telah ditetapkan al-Qur’an dan Hadits. Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon
yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna.
Dan seharusnya tidak hanya nilai i’tiqadiyyah saja, akan tetapi terdapat juga
nilai-nilai khuluqiyyah dan amaliyyah yang harus ditanamkan dalam diri
sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna.
Hal ini semestinya telah menjadi kegelisahan bagi para pendidik. Bukan
hanya untuk guru pendidikan agama Islam semata, namun bagi seluruh
pendidik yang harus berupaya memadukan nilai-nilai keagamaan pada setiap
mata pelajaran yang diajarkannya. Urgensinya akan terjadi pergeseran budaya
Islami kepada budaya yang modern, seperti free sex, pelecehan dan lainnya
menjadi suatu hal yang biasa. Bentuk usaha yang sebaiknya dilakukan sekolah
dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam adalah dengan
memberikan tempat atau suatu kegiatan ekstrakurikuler berbasis keagamaan
yakni Rohani Islam (Rohis). Kegiatan ekstrakurikuler tersebut di dalamnya

13
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Madrasah
Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 31.
7

program-program yang diharapkan mampu menciptakan dan menumbuhkan


karakter Islami seorang siswa diantaranya yakni pengajian, bakti sosial,
pesantren kilat, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan tadabur alam
atau jalan-jalan (rihlah), dan pembiasaan-mampu yang mampu menciptakan
suasana religius.
Dari uraian latar belakang dan fenomena yang ada, peneliti berpikir ingin
lebih mengetahui secara mendalam tentang proses dan implikasi dalam
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam di SMK Negeri 51
Jakarta. Atas dasar pemikiran itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
melalui Ekstrakurikuler Keagamaan untuk Menumbuhkan Karakter
Islami di SMK Negeri 51 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah
Dari penjabaran dalam latar belakang, maka permasalahan yang muncul
dalam pembahasan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pendidik kurang perhatian tentang pentingnya penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami siswa.
2. Alokasi waktu jam pembelajaran pendidikan agama Islam yang kurang
efektif untuk proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam.
3. Banyaknya kejadian atau tindakan penyimpangan yang di kalangan siswa
karena minimnya pemahaman dan pengamalan tentang nilai-nilai
pendidikan agama Islam.
4. Pendidikan sekarang ini lebih memfokuskan pada kecerdasan kognitif saja,
kurang menyentuh masalah moralitas.
5. Kurangnya tindakan preventif, represif maupun kuratif dari institusi
pendidikan terhadap siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan
agama Islam.
8

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi masalah yang sudah
teridentifikasi. Judul penelitian ini adalah “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dalam
Menumbuhkan Karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta”. Maka penelitian
akan dibatasi pada masalah proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam untuk menumbuhkan karakter Islami melalui ekstrakurikuler keagamaan
pada siswa SMK Negeri 51 Jakarta.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yakni:
1. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui
ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami di SMK
Negeri 51 Jakarta?
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan agama Islam yang diinternalisasikan
melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami
di SMK Negeri 51 Jakarta?
3. Bagaimana implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami melalui ekstrakurikuler keagamaan
di SMK Negeri 51 Jakarta?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan
karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
diinternalisasikan melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam
menumbuhkan karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta.
9

c. Untuk menjelaskan implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama


Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan
karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta.

F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun
secara praktis, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini untuk memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama
nilai-nilai pendidikan agama Islam.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
pemerhati pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karater yang
Islami sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah.
c. Memperkaya pemahaman tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam
menumbuhkan karater Islami.
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk guru
Diharapkan dari hasil penelitian ini guru semakin giat dalam
berupaya menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami peserta didik.
b. Untuk sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah untuk berupaya mengembangkan dan menumbuhkan karakter
Islami peserta didik dengan menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
c. Untuk ekstrakurikuler keagamaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta
motivasi pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan agar lebih
mengembangkan dan memperluas ilmu keagamaan dengan berbagai
kegiatan Islami.
BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam


1. Konsep Dasar Internalisasi
a. Pengertian Internalisasi
Internalisasi hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu,
keyakinan, sikap dan nilai-nilai perseorangan (mempribadi) yang
mewujud menjadi perilaku sosial. Namun proses penanaman tersebut
tumbuh dari dalam diri seseorang sampai pada penghayatan suatu
nilai.1 Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) internalisasi diartikan
sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya.2 Hasil dari
internalisasi ini akan tertanam dalam diri seseorang secara permanen.
Sedangkan menurut Mulyasa, internalisasi yaitu upaya menghayati
dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri setiap manusia.3
Pengertian ini mengisyaratkan bahwa upaya penghayatan tersebut
harus dapat dipraktikkan dan diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Dengan demikian, internalisasi nilai adalah sebuah proses menanamkan
nilai-nilai tertentu yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk
bertindak atas dasar pilihannya tersebut. Jadi, internalisasi merupakan
suatu proses pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik.

1
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 66
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 336
3
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), Cet. 5,
h. 167.

10
11

b. Tahapan Internalisasi
Proses penginternalisasian nilai dilakukan melalui beberapa tahapan
sebagai berikut:4
1) Tahap transformasi nilai
Tahap tranformasi nilai, yaitu proses yang dilakukan oleh
pelatih dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang
kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi proses komunkasi verbal
antara pelatih dengan peserta latih. Transformasi nilai ini sifatnya
hanya pemindahan pengetahuan dari pelatih kepada peserta latih.
Nilai yang disampaikan hanya sebatas menyentuh ranah kognitif
peserta latih yang sangat mungkin mudah hilang bila ingatan
peserta latih tidak kuat.

2) Tahap transaksi nilai


Tahap transaksi nilai, yaitu proses penginternalisasian nilai
melalui komunikasi dua arah antara pelatih dengan peserta latih
secara timbal balik, sehingga terjadi proses interaksi. Dengan
adanya transaksi nilai ini pelatih dapat mempengaruhi nilai peserta
latih melalui contoh nilai yang dijalankannya sedangkan peserta
latih dapat menerima nilai baru disesuaikan dengan nilai dirinya.

3) Tahap Transinternalisasi.
Tahap Transinternalisasi nilai, yaitu proses penginternalisasian
nilai melalui proses yang bukan hanya komunikasi verbal tetapi
juga disertai komunikasi kepribadian yang ditampilkan oleh pelatih
melalui keteladanan, pengkondisian serta proses pembiasaan untuk
berperilaku sesuai dengan nilai yang diharapkan. Sehingga peserta
latih diajak untuk memahami nilai, dilatih untuk
mengaktualisasikan nilai, mendapat contoh konkrit bagaimana

4
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 14
12

impelementasi nilai dalam keseharian, dan memiliki kesempatan


dan pembiasaan untuk mengaktualisasikan nilai. Dengan trans-
internalisasi ini diharapkan internalisasi nilai terjadi dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor peserta latih.

Tahapan-tahapan tersebut harus berjalan sesuai dengan tingkat


perkembangan peserta didik guna memperoleh perubahan diri atas apa
yang telah ditanamkan. Dalam proses penanaman nilai tidak dapat
dilakukan secara instant, akan tetapi memerlukan waktu dan
berkelanjutan sehingga seseorang dapat menerima nilai-nilai yang
ditanamkan pada jiwanya sehingga mewujudkan perilaku yang sesuai
dengan nilai yang ditanamkannya. Hal ini dapat dikatakan terdapat
perubahan dalam diri seseorang yang sebelumnya tidak memiliki nilai
tersebut menjadi memiliki, atau dari yang sudah memiliki nilai
tersebut tetapi masih lemah sehingga lebih kuat mempengaruhi
perilakunya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 :

ٌ ََ ِِ ٌ‫اْلِ َج َارةُ َعلَْي َها َم ٓل كِٕ َك‬ ِ ِ َّ


ُ ‫ٓاٰيَيُّ َها الذيْ َن آ َمنُ ْوا قُْاوا اَنْ ُف َس ُك ْم َواَ ْهلْي ُك ْم ََن ًرا َّوقُ ْو ُد َها الن‬
ْ ‫َّاس َو‬
ِ
ُ ‫ش َداد ََّّل يَ ْع‬
ٰٓ ‫ص ْو َن‬
‫اّللَ َما اََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما يُ ْؤَم ُرْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamua dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim ayat 6)5

Dari ayat di atas menerangkan bahwa kita diperintahkan untuk


menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Menjaga diri dari api
neraka dapat dilakukan dengan menjalankan perintah-Nya dengan baik
dan meninggalkan segala larangan-Nya. Selain dari itu, kita juga

5
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
951
13

sebagai hamba Allah diperintahkan untuk selalu mengajak dan


mengingatkan antarsesama, agar melakukan apa yang telah
diperintahkan Allah SWT. Maka dari itu, internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam itu harus diberikan khususnya kepada peserta
didik sebagai generasi penerus agar memiliki bekal dalam menghadapi
kemajuan zaman yang ada sehingga mencapai kebahagiaan dunia
maupun di akhirat.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka yang menjadi inti
internalisasi terdapat dua hal yaitu:
1) Proses penanaman sesuatu nilai yang baru ke dalam diri seseorang.
2) Proses penguatan sesuatu nilai yang telah ada dalam diri seseorang
sehingga meyakinkan atau memberikan kesadaran bahwa sesuatu
tersebut benar dan sangat berharga.

2. Konsep Nilai
a. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa latin vale’rê yang artinya berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan
dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermanfaat.6
Menurut Fraenkel bahwa nilai adalah gagasan tentang sesuatu yang
berharga, nilai adalah konsep, abstraksi. Nampaknya, nilai bisa
didefinisikan, bisa dibandingkan, bisa dipertentangkan, bisa dianalisis,
bisa digeneralisir, dan bisa diperdebatkan.7 Nilai merupakan preferensi
yang tercermin dari perilaku seseorang, sehingga seseorang akan

6
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), Cet. 1, h. 56.
7
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 18
14

melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai


yang dipegangnya. Kalven menulis sebagai berikut:8
“Values are both more general and more central to my personality
than are my attitudes. A value is an enduring preference for a mode
of conduct (e.g., honesty) or a state of form a value system, that is,
an organization of values in terms of their relative importance.”

Scheler berpendapat bahwa nilai merupakan suatu kenyataan yang


tersembunyi di balik kenyataan lain. Kenyataan lain merupakan
pengemban niilai seperti halnya suatu benda dapat menjadi pengemban
warna merah atau pengemban warna lainnya. Nilai merupakan kualitas
yang keberadaannya tidak tergantung pada pengembannya. Satu objek
atau satu perbuatan sudah cukup memadai untuk menangkap nilai yang
terkandung di dalamnya. Semua pengalaman yang berhubungan
dengan baik dan buruk mengasumsikan dasar maupun pengetahuan
yang sebelumnya tentang baik dan buruk. Nilai-nilai moral tidak
tersembunyi di balik perbuatan-perbuatan yang pada dirinya sendiri
baik, tetapi perbuatan-perbuatan baik tersebut yang mewujudkan nilai-
nilai.9
Dari semua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai erat
hubungannya dengan manusia, baik dalam bidang etika yang mengatur
kehidupan sehari-hari manusia, maupun bidang estetika yang
berhubungan dengan persoalan keindahan, bahkan nilai masuk ketika
manusia memahami agama dan keyakinan beragama. Oleh karena itu
nilai berhubungan dengan kebaikan dan keluhuran budi serta menjadi
sesuatu yang dijunjung tinggi oleh seseorang sehingga ia merasakan
adanya suatu kepuasan dalam dirinya menjadi seorang manusia.
Namun, bagi beberapa masyarakat nilai itu tidaklah selalu sama karena
di dalam masyarakat terdapat beberapa kelompok yang berbeda
pandangan, baik sosial, ekonomis, politik dan lainnya.

8
Sutarjo Adisusilo, J.R., op.cit., h. 56.
9
Jirzanah. “Aktualisasi pemahaman nilai menurut Max Scheler bagi masa depan bangsa
Indonesia”, Jurnal Filsafat, Vol.18, h. 92-93
15

Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika. Etika juga
sering disebut sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral
sebagai tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek
kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa merupakan hasil
pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan dari agama. Dalam
konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan nilai-
nilai yang paling shahi adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW., yang
kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai yang
bersumber kepada adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangat rentan
dan situasional. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang
bersifat relatif, kadang-kadang bersifat lokal dan situasional.
Sedangkan nilai-nilai Qur’ani, yaitu nilai yang bersumber kuat dari al-
Qur’an karena ajaran al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.10
Nilai cenderung bersifat tetap, tetapi yang berubah adalah penilaian
manusia. Oleh karena itu, tidak tepat dikatakan bahwa ada pergeseran
nilai karena nilai tidak pernah bergeser, yang bergeser adalah persepsi
atau penilaian manusia.

b. Fungsi Nilai
Nilai sebagai sesuatu yang abstrak menurut Raths, nilai merupakan
panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka
mencapai tujuan hidup seseorang dan nilai mempunyai sejumlah
indikator yang dapat kita cermati yaitu:11
1) Nilai memberi tujuan atau arah
2) Nilai memberi aspirasi atau inspirasi kepada seseorang untuk hal
yang berguna, baik atau positif bagi kehidupan.
3) Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (memberi
acuan).

10
Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005, Cet. 5, h. 3.
11
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012), Cet. 1, h. 58.
16

4) Nilai itu menarik, memikat hati untuk dipikirkan, direnungkan dan


dihayati.
5) Nilai mengusik perasaan, hati nurani seseorang ketika sedang
mengalami berbagai perasaan atau suasana hati, seperti senang,
sedih, tertekan, bergembira, bersemangat, dan lain-lain.
6) Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan seseorang.
7) Nilai menuntut adanya aktivitas perbuatan atau tingkah laku sesuai
dengan nilai yang ada.
8) Nilai memunculkan kesadaran hati nurani ketika dalam situasi
kebingungan, dilema berbagai persoalan hidup.

c. Macam-macam Nilai
Nilai mempunyai berbagai makna sebagaimana pendapat ahli yang
telah dipaparkan di atas, sehingga sulit untuk menyimpulkan secara
komprehensif makna nilai yang mewakili dari berbagai kepentingan
dan berbagai sudut pandang. Kategorisasi nilai sebagai berikut:12
1) Nilai teoritik (nilai yang melibatkan pertimbangan logis dan
rasional dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu).
2) Nilai ekonomis (nilai yang berkaitan dengan pertimbangan nilai
yang berkadar untung rugi “harga”).
3) Nilai estetik (meletakkan nilai tertingginya pada bentuk
keharmonisan).
4) Nilai sosial (nilai tertinggi yang terdapat pada nilai ini adalah kasih
sayang antar manusia).
5) Nilai politik (nilai tertinggi dalam nilai ini adalah nilai kekuasaan).
6) Nilai agama (nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat
dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya).
Menurut Notonegoro membagi nilai menjadi 3 yakni:

12
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai Kajian : Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 14-15
17

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur


manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan kegiatan dan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala seuatu yang berguna bagi rohani
manusia, yang meliputi:
1) Nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber
pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta).
2) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia
(perasaan, estetis).
3) Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau
kemauan manusia (unsur kodrat manusia).
4) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan, nilai
kerohanian yang tertinggi dan mutlak.
Dengan demikian, nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud
benda material saja, akan tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud benda
material. Nilai rohani tidak dapat diukur dengan menggunakan alat-alat
pengukur seperti meteran atau timbangan, tetapi diukur dengan budi
nurani manusia.
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dipaparkan dalam bentuk norma
sehingga menjadi suatu perintah atau keharusan, anjuran atau larangan.
Segala sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran, keindahan, kebaikan
dan sebagainya dianjurkan atau diperintahkan. Sedangkan segala
sesuatu yang sebaliknya (tidak benar, tidak indah, tidak baik dan
sebagainya), dilarang atau tidak diinginkan.

3. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula
18

berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pedagogie” yang berarti bimbingan


yang diberikan kepada anak, istilah ini kemduian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan.13 Pendidikan merupakan upaya terencana dalam
proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh
berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab,
kreatif, sehat, dan berakhlak (berkarakter) mulia.14
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai
aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya
yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup
(bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan
kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat
manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Sedangkan
pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua
orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu
pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu
atau beberapa pihak. Dalam konteks pendidikan Islam, berarti
pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup tersebut harus
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah/Al-Hadits.15
Definisi pendidikan dalam konteks keislaman sering disebut dengan
berbagai istilah, yakni al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib, dan al-riyadlah.
Setiap istilah tersebut memiliki manka yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan perbedaan konteks kalimatnya dalam penggunaan istilah
tersebut. Sedangkan dalam leksikologi al-Qur’an dan as-Sunnah tidak
ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci

13
Ramayulis, Dasar-dasar kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), h. 15
14
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2017), Cet.2, h. 3
15
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 37-38.
19

yang seakar engannya yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan


rabbani.16Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, semua istilah itu
memiliki makna yang sama, yakni pendidikan.17
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula
kata din (‫ )الدين‬dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa.
Agama berasal dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa
kata itu tersusun dari dua kata, a= tidak dan gam=pergi, jadi tidak pergi,
di tempat, diwarisi turun temurun.18 Agama membawa peraturan-
peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Dan
agama dapat dikatakan juga tuntunan, dalam makna yang
menggambarkan salah satu fungsi agama sebagai tuntunan bagi
kehidupan manusia.
Selanjutnya Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan definisi
agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang
yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri
mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di
dunia dan akhirat.19
Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama
yang dikemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa
agama dapat diberi definisi sebagai berikut:
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus dipatuhi.
2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
mereka.

16
Abdul Mujib et.al., Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. 5, h. 10.
17
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 1.
18
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985),
Cet. 5, h. 1
19
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), Cet.
2, h. 121.
20

3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung


pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara
hidup tertentu.
5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari
kekuatan gaib.
6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah
dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat
dalam alam sekitar manusia.
8) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.20
Pendidikan agama adalah satu unsur pendidikan yang dalam
penataan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila memiliki haluan,
bukan sekedar mendidik untuk mempercayai kaidah-kaidah dan
melaksanakan tata cara keagamaan saja, tetapi merupakan usaha yang
terus menerus untuk menyempurnakan pribadi dalam hubungan
vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan horizontal dengan
sesama manusia dan alam sekitar.21
Dengan demikian pendidikan agama merupakan suatu usaha
bimbingan terhadap anak didik agar dapat mengamalkan ajaran
agamanya, sebagai pembentukan karakter atau kepribadian anak yakni
menanamkan tabiat yang baik sehingga mempunyai sifat dan berakhlak
mulia, serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Secara etimologi (ilmu asal usul kata), Islam berasal dari bahasa
Arab, terambil dari kosa kata salima yang berarti selamat sentosa. Dan

20
Abuddin Nata, Ibid., h. 13-14.
21
Isnaeni, “Peran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kepekaan sosial anak di
kehidupan sehari-hari”. Jurnal Inspirasi, Vol.1, 2017, h. 107.
21

dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti
memeliharakan dalam keadaan selamat, sentisa, dan berarti pula
berserah diri, patuh, tunduk, dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata
Islam (aslama yuslimu islaman), yang mengandung arti sebagaimana
terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh,
berserah diri, dan taat. Orang yang sudah masuk Islam dinamakan
muslim yaitu orang yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan
diri, dan patuh kepada Allah SWT. Dengan melakukan aslama, orang
ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan akhirat.22 Pengertian
Islam yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 112:

‫أَج ُرهُ عِ نْ َد َربِٰهِ َو ََّل َخ ْوف عَ لَ يْ ِه ْم‬ ِ ِِ


ْ ُ‫أَس لَ مَ َو ْج َه هُ َّّلل َو ُه َو ُمُْ س ن فَ لَ ه‬
ْ ‫بَ لَ ٓى مَ ْن‬
‫َو ََّل ُه ْم ََيْ َزنُو َن‬
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada
Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi
Tuhannya dan tidak kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereke bersedih hati.(Q.S. Al-Baqarah ayat 112)23

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari Islam dari segi bahasa
adalah berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT dalam rangka
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kata Islam tidak
mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan tertentu
dari suatu negeri, melainkan Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah
SWT sendiri. Hal ini dinyatakan dalam ayat al-Qur’an surat Ali Imran ayat
19, sebagai berikut:

22
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), Cet. 1,
h. 11.
23
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
30.
22

ِ‫اّللِ ْاْلِ س ََ م ۗ وم ا اخ ت لَ ف ا لَّذِ ين أُوتُوا ا لْ كِ ت اب إِ ََّّل ِم ن ب ع د‬


َّ ‫ين عِ نْ َد‬ ِ ِ
َْ ْ َ َ َ َ َْ ََ ُ ْ َ ‫إ نَّ ال ٰد‬
َّ ‫اّللِ فَإِ َّن‬
ُ ‫اّللَ َس رِي‬ َّ ‫ت‬ِ ‫م ا ج اء ه م ا لْعِ لْ م ب غْ ي ا ب ي نَ ه م ۗ وم ن ي ْك فُ ر ِِب ٰي‬
َ ْ َ ْ ََ ْ ُ َْ ً َ ُ ُ َُ َ َ
ِ ‫ا ْْلِس‬
‫اب‬ َ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya. (Q.S. Ali Imran ayat 19).24

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki


ciri Islami, berbeda dengan konsep pendidikan lain yang kajiannya lebih
memfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan al-Quran dan hadis.
Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek
normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi,
institusi, budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat.
Dalam konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus
diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan kualitas
rohani (iman) yang baik yang disebut takwa. Amal saleh itu mengenai
keserasian dan keselarasan hubungan makhluk dengan dengan pencipta-
Nya, dan makhluk (manusia) dengan makhluk lainnya (termasuk alam).
Pendidikan Agama Islam yang sebenarnya bukan hanya pendidikan
yang diajarkan dalam bentuk lima mata pelajaran yakni akidah, fikih, al-
Qur’an, tarikh, dan bahasa Arab melainkan pendidikan agama secara
menyeluruh yang ingin mewujudkan nilai-nilai yang diajarkan al-Qur’an
agar wujud dalam kehidupan nyata.25
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,

24
Al-Qur’an dan Terjemahan, Ibid., h. 78.
25
Sutrisno dan Suyatno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern Cet. Ke-1 (Jakarta:
Kencana, 2015), h. 147.
23

memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan


bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan dan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.26
Pendidikan agama Islam juga merupakan upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci
al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan
serta pengunaan pengalaman.27
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam sebagai suatu kegiatan pengajaran atau bimbingan yang
dilakukan secara terprogram dan sadar agar mencapai tujuan. Pendidikan
agama juga dapat membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta mencetak
mereka agar berkarakter Islami. Usaha pembelajaran pendidikan agama
Islam diharapkan mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas
yaitu ukhuwah fi al-‘ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi al-
wathaniyah wa al-nasab, ukhuwah dan ukhuwah fi din al-Islam.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Dalam proses pendidikan, tujuan pendidikan merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang ingin diwujudkan ke dalam pribadi siswa. Oleh karena itu,
tujuan pendidikan bersifat komprehensif mencakup semua aspek dan
terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal. Tujuan pendidikan yang
paling sederhana adalah “memanusiakan manusia”. Menurut
Abdurrahman Saleh Abdullah tujuan pendidikan adalah meliputi empat
aspek:28

26
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 76.
27
A.Rusdiana, “Integrasi Pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi”. Jurnal
Vol. 3, h. 127.
28
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 10-11.
24

1) Tujuan jasmani (ahdaf al-jismiyah), bahwa proses pendidikan


ditujukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia sebagai
pengemban tugas khalifah fi al-ardh, melalui pelatihan
keterampilan fisik.
2) Tujuan rohani dan agama (ahdap al-ruhaniyah wa ahdaf al-
diniyah), bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka
meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada
Allah semata, dan melaksanakan akhlak qurani yang diteladani
oleh Nabi SAW sebagai perwujudan perilaku keagamaan.
3) Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah), bahwa proses pendidikan
ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia
untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya, dengan
menelaah ayat-ayatNya (baik qauliyah dan kauniyah) yang
membawa kepada perasaan keimanan kepada Allah.
4) Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayyah), bahwa proses pendidikan
ditujukan dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh.
Pribadi di sini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat
yang plural.

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan


keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
prbadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut
dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak dituju oleh kegiatan
pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu dimensi keimanan peserta
didik terhadap ajaran agama Islam, dimensi pemahaman atau penalaran
(intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam,
dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik
dalam menjalankan ajaran Islam, dan dimensi pengamalannya. Dalam arti
bagaimana ajaran Islam yang telah diimani dipahami, dan dihayati atau
25

diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi


dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran
agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan
merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.29
Dengan demikian, fungsi pendidikan dalam Islam, antara lain untuk
membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah
dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik
sebagai abdullah (hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala
aturan dan kehendak-Nya serta mengabdi hanya kepada-Nya) maupun
sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang menyangkut pelaksanaan tugas
kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga atau rumah tangga,
dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.30 Dalam
maksud lainnya, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh
potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal,
fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perseorangan
maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut.

c. Macam-macam Nilai Pendidikan Agama Islam


Islam datang dengan tingkat-tingkat nilai yang lebih banyak. Tingkat
nilainya tidak hanya dua, yaitu baik dan buruk saja, tetapi ada lima yaitu
baik, setengan baik, netral, setengah buruk dan buruk. Kelima nilai-nilai
Islam tersebut dapat diistilahkan berikut ini:31
1) Fardu atau wajib, yaitu mesti atau tidak boleh tidak. Melakukan yang
wajib memperoleh pahala, yang menyebabkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Melakukan yang Fardu juga dapat menyebabkan

29
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 78.
30
Muhaimin, et. al. Ibid., h. 24.
31
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 112.
26

kemanfaatan bagi orang lain. Nilai Fardu atau wajib itu adalah baik.
Dengan demikian umat Islam wajib untuk mengembangkan ipteks
yang bernilai baik, yaitu yang bermanfaat bagi umat manusia.

2) Sunnah, yaitu menurut jalan yang seharusnya atau yang patut.


Melakukannya mendapat pahala dan meninggalkannya tidak menjadi
dosa, tidak salah, atau tercela. Nilai sunnah adalah tatawwu, yaitu
perbuatan baik bukan karena perintah tetapi karena dorongan hati
sendiri. Dengan demikian umat Islam hendaknya menyadari bahwa
pengembangan ipteks sebaiknya dilakukan karena dorongan hati
sendiri tanpa paksaan dari orang lain.

3) Mubah atau Jaiz atau halal yaitu boleh, tidak ada halangan. Tidak ada
perintah yang menyuruhnya atau larangan yang mencegahnya. Nilai
mubah atau netral yakni baik tidak, buruk pun tidak, jadi mubah itu
sesungguhnya tanpa nilai. Dengan demikian, umat Islam hendaknya
tidak mengembangkan ipteks yang sama sekali tidak bermanfaat dan
tidak mengandung nilai kebaikan.

4) Makruh, yaitu tidak disukai dan menjadi sesuatu yang baik jika
ditinggalkannya. Jadi kebaikan dan pujian bila ditinggalkan, tetapi
tidak salah atau tercela bila dilakukan. Mudahnya, kalau dilakukan
tidak jadi dosa, jika ditinggalkan mendapat pahala. Nilai makruh itu
setengah buruk. Dengan demikian, umat Islam hendaknya tidak
mengembangkan dan meninggalkan ipteks yang merugikan diri
sendiri, orang lain, dan lingkunganya.

5) Haram, yaitu terlarang melakukannya. Melakukannya menjadi dosa,


meninggalkannya justru mendapat pahala. Nilai haram itu buruk.
Dengan demikian, umat Islam hendaknya tidak mengembangkan dan
27

meninggalkan ipteks yang merugikan diri sendiri, orang lain, dan


lingkungannya.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka materi tentang nilai-nilai


pendidikan agama Islam menjadi hal yang sangat penting untuk diajarkan
dan diimplementasikan agar dapat diamalkan oleh umat Rasulullah SAW.
Nilai dalam pendidikan Islam berkisar antara dua dimensi yakni nilai-nilai
Ilahiyah dan nilai-nilai Insaniyah.32 Nilai-nilai Ilahiyah dapat
dikembangkan dengan mengahayati keagungan dan kebesaran Allah
melalui seluruh ciptan-Nya. Perpaduan dua rujukan moral antara nilai-nilai
insaniah (berwujud ilmu) dan nilai-nilai ilahiyah (berwujud agama) akan
menghasilkan kekuatan besar (high explosive) dalam membangun kualitas
pembinaan moral manusia.33
Fungsi dan peran agama (perbandingan dengan ilmu), antara lain
sebagai berikut:34
Tabel 2.1 Fungsi dan Peran agama (perbandingan dengan ilmu)
Ilmu (Nilai Insaniah) Agama (Nilai Ilahiah)
a. Mempercepat anda sampai a. Menentukan arah yang
tujuan. dituju.
b. Menyesuaikan manusia b. Menyesuaikan dengan jati
dengan lingkungannya. dirinya.
c. Hiasan lahir. c. Hiasan batin.
d. Memberikan kekuatan dan d. Memberi harapan dan
menerangi jalan. dorongan bagi jiwa.
e. Menjawab pertanyaan yang e. Menjawab pertanyaan
dimulai dengan bagaimana. yang dimulai dengan
f. Tidak jarang mengeruhkan mengapa.
pikiran pemiliknya. f. Selalu menenangkan jiwa
pemiliknya yang tulus.

32
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 92.
33
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 166.
34
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Ibid., h. 167.
28

Nilai Ilahiyah yang sangat mendasar yang perlu ditanamkan kepada


peserta didik, diantaranya:
1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah.
2) Islam, yaitu sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya
dengan meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu
mengandung hikmah kebaikan.
3) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah
senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanapun berada.
4) Taqwa, yaitu sikap yang ridho untuk menjalankan segala ketentuan
dan menjauhi segala larangan.
5) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata-
mata demi memperoleh ridho atau perkenaan Allah dan bebas dari
pamrih lahir dan batin.
6) Tawakkal, yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada Allah dengan
penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan
memberikan jalan yang terbaik bagi hambanya.
7) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih dan penghargaan atas
karunia Allah yang tidak terbilang jumlahnya.
8) Sabar, yaitu sikap tabah dalam menghadapi segala kepahitan hidup,
besar dan kecil, lahir dan batin.35

Selanjutnya nilai-nilai Insaniyah ini terkait dengan nilai-nilai budi


luhur. Nilai-nilai ini sebagai pegangan dalam menjalankan pendidikan
kepada anak didik, nilai-nilai akhlak berikut patut dipertimbangkan
diantaranya:
1) Sillat al-rahmi yaitu pertalian rasa cinta kasih antar sesama.
2) Al-Ukhuwah yaitu semangat persaudaraan baik kepada muslim
maupun non-muslim.

35
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 93-94.
29

3) Al-Musawamah yaitu suatu sikap pandangan bahwa manusia adalah


sama dalam harkat dan martabat.
4) Al-Adalah yaitu sikap wawasan seimbang atau ballance dalam
memandang, menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang.
5) Al-Husnu Dzan yaitu sikap berbaik sangka kepada sesama manusia.
6) At-Tawadhu yaitu sikap rendah hati dan menyadari bahwa semua
adalah milik Allah.
7) Al-Wafa’ yaitu sikap tepat janji.
8) Insyirah yaitu sikap lapang dada yaitu sikap menghargai orang lain
dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya.
9) Al-Amanah yaitu sikap yang dapat dipercaya.
10) Iffah atau ta’affuf yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong
dan tetap rendah hati.
11) Qawamiyyah yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir dalam
menggunakan harta melainkan sedang antar keduanya
12) Al-Munfiqun yaitu sikap mau menolong sesama manusia terutama
mereka yang kurang beruntung.36

Nilai-nilai di atas mewakili dari sekian banyak nilai-nilai ilahiyah dan


nilai-nilai insaniyah yang diajarkan dalam Islam, akan tetapi nilai-nilai
tersebut telah cukup menghadirkan nilai-nilai budi luhur yang perlu
ditanamkan kepada peserta didik. Islam memandang adanya nilai mutlak
dan nilai intrinsik yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua nilai.
Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan
tujuan (ghayah) semua aktivitas muslim. Tujuan pendidikan baik isinya
maupun rumusannya tidak mungkin ditetapkan tanpa pengertian dan
pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai.
Dalam bahasa al-Qur’an dimensi Ketuhanan ini juga disebut jiwa
rabbaniyah atau ribbiyah. Sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 79:

36
Abdul Majid dan Dian Andayani. Ibid., h. 94-98.
30

ِ ‫اب َوا ْْلُ ْك مَ َوالنُّبُ َّوةَ ُثَُّ يَ قُ و َل لِل ن‬


‫َّاس كُ ونُوا‬ ِ َّ ‫ش رٍ أَ ْن ي ْؤتِي ه‬
َ َ‫اّللُ ا لْ ك ت‬ َُ ُ
ِ
َ َ‫مَ ا َك ا َن ل ب‬

‫اب َو ِِبَا‬ ِ ِ ِ ِ‫اّللِ ولَٓ كِ ن كُ ونُوا ر ََّّب نِي‬ ِ ِ ِ


َ َ‫ني ِبَا كُ نْ تُ ْم تُ عَ لٰ ُم و َن ا لْ ك ت‬
َ ٰ َ ْ َ َّ ‫ع بَ ادً ا ِِل م ْن دُ ون‬
‫كُ نْ تُ ْم تَ ْد ُرسُ و َن‬
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepada
Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
“hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan
penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): “hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (Q.S. Ali Imran
ayat 79)37

Jika menelaah kembali pengertian pendidikan Islam, menurut


Ramayulis, terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu:38
a. Nilai Aqidah (keyakinan) berhubungan secara vertikal dengan Allah
SWT. (Hablun Min Allah)
b. Nilai Syari’ah (pengalaman) implementasi dari aqidah, hubungan
horizontal dengan manusia. (Hablun Min an-Nas)
c. Nilai Akhlak (etika vertikal horizontal) yang merupakan aplikasi dari
aqidah dan muamalah.

Macam-macam nilai pendidikan agama Islam sesungguhnya sangatlah


banyak sekali dan kompleks. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dalam al-Qur’an memuat nilai normatif yang menjadi acuan dalam
pendidikan Islam. Nilai yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama yaitu:39
1) I’tiqadiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan, seperti
percaya kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir yang
bertujuan untuk menata kepercayaan individu. Keimanan berarti

37
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
89.
38
Qiqi Yuliati Zakiyah & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 144.
39
Abdul Mujib et.al., Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. 5, h. 36.
31

membicarakan akidah dalam Islam. Pengertian akidah secara


etimologi adalah ikatan dan sangkutan. Akidah dalam pengertian
terminologi adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup
bagi setiap pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, akidah selalu
ditautkan dengan rukun iman atau arkan al-iman yang merupakan
asas bagi ajaran Islam.40

2) Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan etika, yang bertujuan


untuk membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri
dengan perilaku terpuji. Etika berasal dari bahasa yunani yang berarti
adat kebiasaan. Hal ini berarti sebuah tatanan perilaku berdasarkan
suatu sistem nilai dalam masyarakat tertentu. Etika lebih banyak
berkaitan dengan ilmu atau filsafat. Oleh karena itu, standar baik dan
buruk adalah akal manusia.41

3) Amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-


hari, baik yang berhubungan dengan:
a) Pendidikan Ibadah, yang memuat hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan nazar
yang bertujuan untuk aktualisasi nilai-nilai ubudiyah.
b) Pendidikan Muamalah, yang memuat hubungan antar manusia,
baik secara individual maupun institusional. Bagian didalamnya
diantaranya syakhshiyah (pendidikan tentang perkawinan),
madaniyah (pendidikan yang berhubungan dengan perdagangan),
jana’iyah (pendidikan tentang pidana atas pelanggaran),
murafa’at (pendidikan yang berhubungan dengan acara seperti
saksi maupun sumpah), dusturiyah (pendidikan yang
berhubungan dengan undang-undang negara), duwaliyah

40
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. 8, h. 2.
41
Zainuddin Ali, Ibid., h. 2.
32

(pendidikan tentang suatu tata negara), iqtishadiyah (pendidikan


tentang perekonomian individu dan negara).

Semua nilai-nilai yang lain termasuk amal shaleh dalam Islam


merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat
meraih nilai tauhid. Dalam praktik kehidupan justru nilai-nilai
instrumental itulah yang banyak dihadapi oleh manusia, seperti nilai
amanah, kejujuran, kesabaran, keadilan, kemanusiaan, etos kerja dan
disiplin. Oleh karenanya Islam menekankan perlunya nilai-nilai tersebut
dibangun pada diri seseorang sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi
yang tauhidi.42
Maka dari itu pendidikan agama Islam harus diberikan secara intensif
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebab, bekal pendidikan
dan penanaman nilai-nilai ajaran agama tidak cukup hanya mewariskan
pengetahuan keagamaan saja, akan tetapi pendidikan agama harus dapat
memiliki peranan dalam menumbuhkan karakter Islami peserta didik.
Peran sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan
agama Islam kepada peserta didik menjadi sangat penting dan diperlukan
juga semua pihak yang berkepentingan, bukan hanya guru pendidikan
agama Islam akan tetapi semua guru dan seluruh warga sekolah dapat
memadukan pelajarannya dengan nilai-nilai ajaran agama. Upaya tersebut
adalah dengan proses pembiasaan yang dapat diwujudkan dengan cara
menciptakan suasana religius, baik melalui kegiatan ataupun praktik
keagamaan yang diselenggarakan secara terprogram agar mereka dapat
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai keislaman dalam setiap
aktivitasnya.

42
Abdul Hamid. “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri Kota Palu”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 14,
2016, h. 198.
33

Bagan 2.1 Sistematika ajaran Islam43

Al-Qur’an dan Sunnah/Hadits

Ibadah
Syariah
Sistem Kehidupan
Muamalah
1. Politik
Akidah
2. Ekonomi
3. Sosial
Akhlak 4. Pendidikan
5. Kekeluargaan
6. Kebudayaan/Seni
7. Iptek
8. Orkes
9. Lingkungan hidup
(Flora, Fauna, dll)
10. Hankam, dll.

Tarikh/Sejarah

B. Ekstrakurikuler Keagamaan
1. Pengertian Ekstrakurikuler Keagamaan
Ekstrakurikuler pada dasarnya terdiri dari tiga kata, yaitu kata kegiatan,
ekstra, dan kurikuler. Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti
tambahan di luar yang resmi. Sedangkan kata kurikuler, mempunyai
bersangkutan dengan kurikulum.44 Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
proses menyempurnakan pendidikan pada tingkat kognitif menuju

43
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 5, h. 33.
44
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 223.
34

berkesinambungan ke aspek afektif dan psikomotorik sehingga dapat


menjembatani masalah pendidikan sekolah dengan pendidikan di keluarga
dan tantangan arus deras globalisasi bagi negara-negara berkembang,
Indonesia.45
Kecanggihan teknologi pada saat ini memberikan kemudahan
mengakses informasi yang dibutuhkan, tetapi hal tersebut pun
menghadirkan kerumitan dan kompleksitas yang tinggi dalam menangkal
budaya negatif dari luar yang tidak cocok dengan kearifan lokal dan nilai-
nilai ajaran Islam. kegiatan ekstrakurikuler mengkonstruksi sikap dan
perilaku positif. Kegiatan ini selain dilaksanakan di sekolah, dapat juga
dilaksanakan di luar sekolah guna memperkaya dan memperluas wawasan
intelektual dalam meningkatkan nilai atau sikap. Hal tersebut menjadi salah
satu komponen dari kegiatan pengembangan diri yang terprogram, yakni
sudah direncanakan secara sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta
didik.
Menurut Suryobroto, ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar
struktur program, pelaksanaan di luar jam pelajaran biasa agar memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.46 Menurut Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan, definisi dari kegiatan ekstrakurikuler
adalah
“Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka,
dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah agar lebih memperkaya dan
memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dipelajari dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum”.47

Dalam kalangan umum, kata ekstrakurikuler dikenal memiliki arti


kegiatan tambahan di luar jam pelajaran, yang berkaitan dengan aplikasi
ilmu pengetahuan yang didapatnya selama proses pembelajaran di dalam

45
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit”, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018, h. 196.
46
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.
287.
47
Suryosubroto, Ibid., h. 271.
35

kelas. Maka dari itu kegiatan tersebut dijadikan wadah kegiatan peserta
didik agar dapat mengembangkan dan memberikan kebebasan kepada
peserta didik menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta
minatnya masing-masing.
Jadi, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan
di luar jam pembelajaran di kelas, dan sifat dari kegiatannya adalah
pendidikan non formal yang diwujudkan dengan hal-hal positif yang
diharapkan mampu membantu siswa memanfaat waktu luang secara terarah
sehingga memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat serta bakat yang telah
dimilikinya.
Keagamaan berasal dari kata agama yang diberi imbuhan Ke dan an.
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din
(‫ )الدين‬dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal
dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari
dua kata, a= tidak dan gam=pergi, jadi tidak pergi, di tempat, diwarisi turun
temurun.48
Menurut Abudin Nata, agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan
atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun
temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk
memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur
kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon
emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung
pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.49
Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keagamaan dapat
dimaknai sebagai segala sesuatu yang selalu dikaitkan dengan wahyu Allah
yang tercantum dalam al-Qur’an guna mencapai kebahagiaan di dunia dan

48
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985),
Cet. 5, h. 1.
49
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), Cet.
2, h. 15.
36

akhirat. Selanjutnya, pengertian ektrakurikuler keagamaan dalam Modul


Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah kegiatan
pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan di luar jam pelajaran
intrakurikuler, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk lebih
memperluas pengetahuan, wawasan, kemampuan, meningkatkan dan
menerapkan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dalam
kegiatan intrakurikuler sebagaimana yang tertuang dalam standar
kompetensi. Kegiatan ekstrakurikuler PAI juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memadukan,
mengintegrasikan, menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
telah dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.50
Pada kesimpulannya, ektrakurikuler keagamaan dapat dikatakan suatu
kegiatan tambahan yang diikuti oleh peserta didik di luar jam pelajaran
(kurikulum) sesuai minat dan bakatnya guna memperluas wawasan dan
pengetahuan agama Islam serta keterampilan sehingga dapat
menumbuhkan karakter Islami sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits.
Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler umum dengan ekstrakurikuler
keagamaan tidak terdapat perbedaan yang esensial, letak perbedaannya
pada orientasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakannya. Dalam
pelaksanaannya, setiap lembaga pendidikan dapat mengembangkannya
sesuai dengan kebutuhan, situasi kondisi, dan potensi masing-masing yang
insubversif dari tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan
penyelenggaraan pendidikan agama Islam.

2. Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler Keagamaan


Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang diadakan di sekolah
memiliki tujuan secara khusus, diantaranya memperluas wawasan
intelektual siswa mengenai pengetahuan agama yang telah di peroleh di

50
Sukiman, Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, (Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Islam, 2011), Cet. 1, h. 16
37

kelas, dan menambah keyakinan serta kesadaran siswa dalam menjalankan


agamanya sesuaui dengan nilai-nilai ajaran agama Islam sehingga
menumbuhkan karater Islami.
Sebagaimana dalam firman Allah tentang anjuran kepada manusia
agar selalu mengajak pada kebaikan dan mencegah segala yang munkar,
terdapat al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104:
ِ ‫ولْ ت كُ ن ِم نْ كُ م أُمَّ ٌ ي ْد ع و َن إِ ََل ا ْْل ْيِ و َيْم رو َن َِّب لْ م ع ر‬
ِ‫وف َويَ نْ َه ْو َن عَ ن‬ ُْ َ ُ ُ َ َ َْ ُ َ ْ ْ ََ
ِ
‫ح و َن‬ َ ِ‫ا لْ ُم نْ َك رِ َوأُولَٓ ئ‬
ُ ‫ك ُه مُ ا لْمُ ْف ل‬
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali
Imran ayat 104)51

Sedangkan, fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan setiap


sekolah sangatlah bervariasi, diantaranya adalah untuk memberikan
pembelajaran dan pengamalan secara langsung kepada siswa dalam
menjalankan agamanya. Dan pada umumnya ekstrakurikuler keagamaan
itu difungsikan sebagai wadah pengembangan wawasan dan keterampilan
siswa dalam bidang agama.
Dalam panduan umum penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
pendidikan agama Islam yang dikeluarkan oleh Departemen Agama tahun
2008, secara khusus penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler PAI
ditujukan dalam rangka:52
a. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa tentang
Pendidikan Agama Islam yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler.
b. Meningkatkan pengalaman dan kualitas pengalaman siswa mengenai
nilai-nilai ajaran agama Islam.

51
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997), h.
93.
52
Sukiman, op.cit., h. 20
38

c. Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan dalam


upaya pembinaan kehidupan beragama pribadi siswa, serta
mendorong siswa agar lebih berprestasi dalam kemampuan dan
keterampilan siswa dalam bidang PAI.
d. Memberikan pemahaman pada siswa tentang hubungan antara
substansi pembelajaran PAI dengan mata pelajaran lainnya, serta
hubungannya dengan kehidupan di masyarakat.

3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan


Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Islam nomor DJ.1/12A
tahun 2009, jenis ekstrakurikuler pendidikan agama Islam di sekolah antara
lain: Pesantren Kilat, Pembiasaan Akhlak Mulia, Tuntas Baca Tulis al-
Qur’an, Ibadah Ramadhan, Wisata Rohani, Kegiatan Rohani Islam, Pekan
Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam, Peringatan Hari Besar
Islam.53 Adapun beberapa bentuk program ektrakurikuler keagamaanm,
diantaranya:
a. Pelatihan ibadah perorangan atau jama’ah
Ibadah yang dimaksudkan disini meliputi aktifitas-aktifitas yang
tercakup dalam rukun Islam, yaitu membaca dua kalimat syahadat,
sholat, zakat, puasa dan haji serta ditambah dengan bentuk-bentuk
ibadah lainnya yang sifatnya sunnah. Kegiatan pelatihan keterampilan
pengamalan ibadah ini bertujuan untuk menjadikan peserta didik
sebagai muslim yang berilmu juga mampu mengamalkan ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tilawah dan Tahsin al-Qur’an


Secara bahasa, tilawah berarti membaca dan tahsin berarti
memperindah, memperbaiki atau memperelok. Maksud dari program
kegiatan tilawah dan tahsin al-Qur’an adalah kegiatan atau program

53
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit”, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018, h. 199.
39

pelatihan baca al-Qur’an dengan menekankan pada metode baca yang


benar dan kefasihan bacaan serta keindahan (kemerduan) bacaan.

c. Apresiasi seni dan kebudayaan Islam


Apresiasi seni dan kebudayaan Islam disini maksudnya adalah
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka melestarikan,
memperkenalkan dan menghayati tradisi, budaya dan kesenian
keagamaan yang ada dalam masyarakat Islam.

d. Peringatan Hari Besar Islam


Peringatan hari-hari besar Islam maksudnya adalah kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari-
hari besar Islam sebagaimana diselenggarakan oleh masyarakat Islam
di seluruh dunia berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah
seperti peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Isra’
Mir’raj, peringatan 1 Muharram dan sebagainya.

e. Tadabbur Alam dan Tafakkur Alam


Tadabbur secara etimologis berarti mencari dan menghayati makna
(yang terkandung) dibalik sesuatu dan tafakkur berarti berfikir tentang
sesuatu secara mendalam. Tadabbur dan tafakkur alam yang
dimaksudkan di sini adalah kegiatan karyawisata ke lokasi tertentu
untuk melakukan pengamatanm, penghayatan dan perenungan
mendapat terhadap alam ciptaan Allah SWT yang demikian besar dan
menakjubkan.

f. Pesantren Kilat
Pesantren kilat yang dimaksud adalah kegiatan yang
diselenggarakan pada waktu bulan puasa yang berisi dengan berbagai
bentuk kegiatan keagamaan seperti buka bersama, pengkajian dan
40

diskusi agama atau kitab-kitab tertentu, shalat tarawih berjamaah,


tadarus al-Qur’an dan lain-lain.54

4. Sasaran Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan


Sasaran kegiatan ini adalah seluruh peserta didik di sekolah.
Pengelolaannya di utamakan oleh peserta didik itu sendiri, yang
didalamnya terdapat keterlibatan guru-guru dan pihak-pihak lain jika
diperlukan. Meskipun demikian, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga
pada prinsipnya dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kegiatan wajib dan
kegiatan pilihan.
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang wajib adalah seluruh bentuk
kegiatan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang wajib dilakukan
menurut ajaran agama. Sedangkan, kegiatan pilihan berkaitan dengan
masalah-masalah yang melibatkan potensi, bakat pengembangan seni dan
keterampilan tertentu yang harus didukung oleh kemampuan dasar yang
dimiliki peserta didik.
Dalam lampiran Permendiknas No. 23 tahun 2006, karakteristik peserta
didik yang perlu diperhatikan dari segi perkembangan aspek kognitif,
perkembangan aspek psikomotor, dan perkembangan aspek afektif.
Sasaran pokok kegiatan ekstrakurikuler PAI di sekolah diarahkan untuk:55
a. Memperkuat rasa keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap
sang Khalik sebagai tujuan akhir dalam kehidupannya.
b. Menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik dalam menghayati
dan mengamalkan ajaran agama Islam secara konsisten.
c. Mendorong tumbuhnya semangat untuk memperluas pemahaman
terhadap ajaran agama Islam.
d. Meningkatkan dan mengembangkan karakter dan kepribadian para
peserta didik sebagai subjek dan agen pembangunan nasional.

54
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 13-31.
55
Sukiman, Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, (Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Islam, 2011), Cet. 1, h. 21
41

e. Mewujudkan media dakwah islamiyah di tingkat sekolah yang


dikelola secara sistematis, terarah dan kreatif.

C. Karakter Islami
1. Pengertian Karakter Islami
Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari bahasa Latin
kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari
bkata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.56
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari pada yang lain.57 Sedangkan di dalam terminologi islam,
karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak
yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia.
Bagan 2.2 Kepribadian Islami58

Aqidah Islamiyah

Menjadikan Asas
Asas Bertingkah
Aqidah
Berfikir Laku
Islam

Aqliyah Nafsiyah
Islamiyah Islamiyah

56
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 1.
57
Muhammad Anas Ma`arif, “Analisis Strategi Pendidikan Karakter Melalui Hukuman
Preventif,” Jurnal Pendidikan Islam,Vol. 6, 2018, h. 31-56.
58
H.U Jalaludin, “Revitalisasi Nilai-nilai Agama Islam dalam Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi”, Jurnal Penelitian Agama, Vol.12, 2011, h. 9.
42

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab “khuluqun” artinya budi


pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Persesuaian dengan “khalqun”
yang berarti: kejadian, erat hubungannya dengan “khaliq” (pencipta) dan
makhluq yang berarti diciptakan. Akhlak dalam Islam adalah akhlak dalam
kehidupan sehari-hari yaitu akhlak terhadap Khalik (Allah), akhlak
terhadap sesama manusia, akhlak terhadap lingkungan.59
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali
tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal
istilah “kacang ora ninggal lanjaran” (pohon kacang panjang tidak pernah
meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali
itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut
membentuk karakter.60
Imam Al-Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan
akhlak, yakni sikap dan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
sehingga muncul secara spontan ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Keutamaan memiliki akhlak atau karakter mulia dinyatakan oleh
Rasulullah SAW di dalam beberapa hadits berikut:61
a. Mukmin yang paling baik imannya adalah mukmin yang memiliki
akhlak paling baik.

َ ‫َْحَ ُد بم ُن َح من بَ ٍل َح َّدثَناَ َمَي ََي بم ُن َس ِع مي ٍد َع من ُُمَ َّم ِد بم ِن َع مم ٍر‬


‫وع من أَِيِب َس َ َم ََ َع من‬ ‫َح َّدثَنَا أ م‬
ِ ِ
َ ِ‫ أَ مْك َمل اْ ُمم مِْن‬: ‫صََّى هللا َعَيه َو َسََّ َم‬
‫ن‬ َّ ‫ال َر ُسول‬
َ ‫اَّلل‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ َ‫اَّللُ َع منهُ ق‬ ِ ‫أَِيِب ُهريم رَة ر‬
َّ ‫ض َي‬ َ ََ
‫هم ُخَُ اق‬
‫سنُ م‬ ‫إِميَ ااًن أ م‬
َ ‫َح‬
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Amru
dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah

59
Nina Aminah, Studi Agama Islam untuk perguruan tinggi kedokteran dan kesehatan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 69.
60
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 43.
61
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter : Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. 1, h. 44.
43

SAW berkata, “Kaum mukminin yang paling baik imannya adalah yang
paling baik akhlaknya”. (HR. Abu Daud)

b. Orang yang paling baik akhlaknya berada dekat dengan Rasul pada hari
kiamat.

ٌِ ‫ِل َوأَقْ َربِ ُك ْم ِم ِٰ ِّْ ََْلِ ًسا يَ ْوَم الْ ِقيَ َام‬
ََّ ِ‫َحبِٰ ُك ْم إ‬ ِ ِ َ َ‫رسو َل هللاِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم ق‬
َ ‫ال إ َّن م ْن أ‬ َ ََ َْ ُ َ ُْ َ
‫ِل َوأَبْ َع َد ُك ْم ِم ِِّٰ ََْلِ ًسا يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ٌِ الَّ َّْرََ ُرو َن‬
ََّ ِ‫ض ُك ْم إ‬
َ َ‫َخ ََقًا َوإِ َّن أَبْغ‬
ِ ‫أ‬
ْ ‫َحاسنَ ُك ْم أ‬
َ
‫َوالْ ُمتَ َش ِدقُ ْو َن َوالْ ُمتَ َفْي ِه ُق ْو ِن‬
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai dan paling dekat kedudukannya dengan majelisku pada hari
kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaliknya,
orang yang aku benci dan paling jauh dari diriku adalah orang yang
terlalu banyak bicara dan sombong.” (HR. At-Tirmidzi)

c. Budi pekerti yang baik adalah kebajikan.

‫صاِْ ٍح ِع من َع مب ِد‬ ِ ٍ ِِ ‫َح َّدثَِِن ُُمَ َّم ُد بم ُن َح‬


َ ‫اِت بم ِن َِ مي ُم مون َح َّدثَنَا ابم ُن َِ مهد ٍي َع من ُِ َعا ِويَ ََ بم ِن‬

‫مت‬ َ َ‫ ق‬،‫صا ِر ِي‬


ُ َْ‫ َسأ‬:‫ال‬ َ ‫اس بم ِن َسَم َعا َن ماْلَنم‬ َّ ‫اْر مْحَ ِن بم ِن ُجبَ مِْي بم ِن نُ َف مٍْي َع من أَبِمي ِه َع من اْن‬
ِ ‫َّو‬ َّ

ِ‫ َو م‬،‫اْلَُُ ِق‬
‫اْل مْثُ َِا‬ ُّ ِْ‫ ا‬:‫ال‬
‫مب ُح مس ُن م‬ ِ ِْ‫ َع ِن ا‬،‫صََّى هللاُ َع َمي ِه َو َسََّ َم‬
ِ‫مب َو م‬
َ ‫اْل مِْث فَ َق‬ ِ َ ‫رس‬
َ ‫ول هللا‬ َُ
ِ َِّ
ُ ‫ت أَ من يَطَ َع َعَ ميه اْن‬
‫َّاس‬ َ ‫اك ِِف‬
َ ‫ َوَْك ِرمه‬،‫ص مد ِر َك‬ َ ‫َح‬

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun,


telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi dari Mu’awiyah bin
Shalih dari ‘Abdur Rahman bin Jubair bin Nufair dari bapaknya dari
An-Nawwas bin Mi’an Al-Anshari, ia berkata, ”aku pernah bertanya
kepada Rasulullah SAW tentang arti kebajikan dan dosa. Beliau
bersabda, ‘Kebajikan itu ialah budi pekerti yang baik. Sedangkan dosa
ialah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, dan engkau
sendiri benci jika perbuatanmu itu diketahui orang lain.” (HR.
Muslim)
44

d. Akhlak yang baik memiliki timbangan yang berat di akhirat.

ِ ‫اْللُ ِق وإِ َّن‬ ِ ِ ِ ٍ ِ


ُ ُ ُ‫اْلُلُ ِق لَيَ ْب ل‬
ْ ‫ب ُح ْس ِن‬ َ َ ُْ ‫وض ُ ِِف الْم َيزان أَثْ َق ُل م ْن ُح ْس ِن‬
َ ‫صاح‬ َ ُ‫َما م ْن َش ْىء ي‬

َّ ‫الص ْوِم َو‬


ِ‫الصََة‬ َّ ‫ب‬ ِ ‫بِِه درجٌَ ص‬
ِ ‫اح‬ َ َ ََ
Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat
yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya
orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang
berpuasa dan shalat. (HR. At-Timidzi)

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa karakter


merupakan perilaku atau tingkah laku manusia yang berhubungan dengan
Allah, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang
diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma yang ada. Orang yang perilakunya mengikuti
norma-norma itu disebut berkarakter mulia.

2. Macam-macam Karakter Islami


Ibnu Maskawih seorang filsuf muslim menulis di salah satu bukunya
khusus tentang akhlak dan mengemukakan rumusan karakter utama
seorang manusia. Demikian pula al-Ghazali, Ibnu Sina, Al-Farabi dan
banyak filsuf lainnya. Sebelum hasil penelitian para ulama Islam terhadap
al-Qur’an dan al-Hadits menunjukkan bahwa hakikat agama Islam adalah
akhlak dan mental spiritual.
Secara umum, atribut karakter dalam pendidikan karakter yang
diterapkan di sekolah dan di rumah sesuai dengan atribut karakter yang
dikemukakan dalam hadits Rasulullah SAW., akan tetapi beberapa hal
khusus perlu diperhatikan dalam mengembangkan karakter anak sesuai
dengan ajaran Rasulullah. Beberapa atribut karakter yang dinyatakan dalam
al-Qur’an dan hadits diringkas pada tabel berikut:62

62
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Ibid., h. 77.
45

Tabel 2.2 Atribut Karakter dalam al-Qur’an dan Hadis


Atribut Karater dalam al-Qur’an dan Hadis
Karakter dalam
Karakter Untuk
Karakter Utama Berinteraksi dengan
Sukses
Orang Lain
 Jujur  Menjaga Lisan  Hemat
 Sabar  Mengendalikan diri  Hidup
 Adil  Menjauhi Sederhana
 Ikhlas Prasangka dan  Bersedekah
 Amanah dan Pergunjingan  Tidak
Menepati Janji  Lemah Lembut Sombong
 Bertanggung  Berbuat Baik  Berupaya
Jawab kepada Orang Lain dengan
 Mencintai Sesama Sungguh-
Muslim sungguh
 Menjaga  Bersyukur
Silaturahmi
 Malu Berbuat Jahat

3. Menumbuhkan Karakter Islami


Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk dapat
membimbing seseorang anak menjadi orang baik terutama pendidikan
agama. Dengan pendidikan agama yang akan membentuk akhlakul karimah
bagi anak sehingga mampu memfilter mana pergaulan yang tidak baik.
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakater didefinisikan
sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good
character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan
nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam
hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan
Tuhannya.63
Pendidikan karakter yang mempunyai tujuan untuk membentuk bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

63
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 44.
46

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan
karakter perlu adanya suatu inovasi pada pola pelaksanaannya, yakni
memberi penguatan proses pengembangan ranah afektif secara tuntas,
bertahap dan berkelanjutan.
Menurut David R. Krathwol, proses afektif itu terdiri dari lima tahap
yaitu receiving (menyimak), responding (menanggapi), valuing (memberi
nilai), organization (mengorganisasikan nilai), dan characterization
(karakterisasi nilai). Selain itu juga melibatkan empat unsur afektif, yaitu
minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), dan apresiasi
(appreciation).64
Dalam proses penanaman nilai ini agar berlangsung secara efektif dan
efisien sehingga menumbuhkan karakter Islami pada diri peserta didik,
maka harus terdapat metode dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut
Nashih Ulwan cara yang dilakukan untuk membina nilai-nilai keagamaan
atau agama Islam pada peserta didik dapat dilakukan beberapa metode,
yaitu:
a. Metode pendidikan dengan keteladanan.
b. Metode pendidikan dengan pembiasaan.
c. Metode pendidikan dengan nasihat.
d. Metode pendidikan dengan pengawasan.
e. Metode pendidikan dengan hukuman.65

Adapun strategi yang dilakukan dalam upaya penumbuhan karakter


Islami antara lain:66

64
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 74-76.
65
Siti Nurul Hidayah, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembentukan Sikap dan Perilaku Keagamaan Siswa di Mts Negeri Wates kulon Progo”, Skripsi
pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013, h. 20-21.
66
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2014), h. 99
47

a. Teladan
Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah,
keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena
peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan
menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau
pendidiknya. Hal ini memang karena secara psikologis siswa memang
senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya
pun mereka tiru.67
Umat Islam meneladani Rasulullah SAW., Rasul meneladani al-
Qur’an. Aisyah ra., pernah berkata, bahwa akhlak Rasul itu adalah al-
Qur’an. Pernyataan Aisyah itu benar, karena memang pribadi rasul itu
merupakan interpretasi al-Qur’an secara nyata, tidak hanya cara
beribadah, cara kehidupan sehari-harinya pun kebanyakan merupakan
contoh tentang cara kehidupan yang Islami.

b. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode
pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman, karena yang
dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan inti kebiasaan
adalah pengulangan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai
sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan
menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat
dilakukan dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya, menurut pakar,
metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter dan
kepribadian anak.68

67
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 88-96.
68
Heri Gunawan, Ibid., h. 88-96.
48

c. Koreksi dan Pengawasan


Kolaborasi metode ini mempunyai peran penting sebagai proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan
karakter Islami. Metode ini juga untuk memberikan perhatian kepada
siswa sehingga siswa akan merasa diperhatikan dan akan diberikan
bimbingan khusus.

d. Hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang dilakukan jika ada siswa
yang memang sulit untuk diatur dan berulang kali melakukan
kesalahan. Hukuman ini lebih kepada pembinaan, jadi bukan siswa
dihukum namun dilakukan pembinaan sehingga siswa tersebut
menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya
kembali.

Kemendiknas dalam buku ”Panduan Pendidikan Karakter” melansirkan


bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima.
Secara ringkas kelima nilai-nilai tersebut yang harus ditanamkan kepada
siswa, sebagai berikut:69
Tabel 2.3 Nilai Yang Harus Ditanamkan Kepada Siswa
Nilai Karakter yang
No. Deskripsi Perilaku
dikembangkan
1. Nilai karakter dalam Berkaitan dengan nilai ini, pikiran,
hubungannya dengan Tuhan perkataan dan tindakan seseorang
Yang Maha Esa (Religius). yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan dan/atau ajaran
agamanya.

69
Heri Gunawan, Ibid., h. 33-35
49

2. Nilai karakter dalam


hubungannya dengan diri
sendiri yang meliputi:
Jujur Merupakan perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan,baik
terhadap diri dan pihak lain.
Bertanggung Jawab Merupakan sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara dan
Tuhan YME.
Bergaya Hidup Sehat Segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu
kesehatan.
Disiplin Merupakan suatu tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
Kerja keras Merupakan suatu perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-
baiknya.
Percaya diri Merupakan sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri
dan pandai atau berbakat
50

mengenali produk baru,


menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya.
Berpikir logis, kritis, kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu
dan inovatif secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru
dan termutakhir dari apa yang
telah dimiliki.
Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang
tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluar dari apa
yang dipelajarinya, dilihat dan
didengar.
Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap
pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam
hubungannya dengan sesama.
Sadar akan hak dan kewajiban Sikap tahu dan mengerti serta
diri dan orang lain melaksanakan apa yang mnejadi
milik/hak diri sendiri dan orang
lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
Patuh pada aturan-aturan Sikap menurut dan taat terhadap
sosial aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan
umum.
Menghargai karya dan Sikap dan tindakan yang
prestasi orang lain mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan
51

mengakui dan menghormati


keberhasilan orang lain.
Santun Sifat yang halus dan baik dari
sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
Demokratis Cara berpikir, bersikap dan
berindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
4. Nilai karakter dalam Sikap dan tindakan yang selalu
hubungannya dengan berupaya mencegah kerusakan
lingkungan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi
dan selalu ingin memberi bantuan
bagi orang lain dan masyarakat
yang membutuhkannya.
5. Nilai kebangsaan Cara berpikir, berindak, dan
wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Nasionalis Cara berpikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukan
kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik
bangsanya.
Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat
terhadap berbagai macam hal baik
yang berbentuk fisik, sifat, adat,
budaya, suku dan agama.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian ini mengenai proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan untuk menumbuhkan
karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta. Berdasarkan eksplorasi peneliti,
52

ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Skripsi “Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui budaya
religius sekolah di SMAN 1 Gondangwetan Kab. Pasuruan” oleh Makinun
Amin mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang pada tahun 2015. Penelitian ini menjelaskan bentuk
implementasi budaya religius dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam.
2. Skripsi “Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan untuk meningkatkan
kesadaran beribadah siswa di sekolah menengah pertama Berbek
Nganjuk”, oleh Fiko mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2017. Penelitian ini
mendeskripsikan perencanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
bertujuan meningkatkan kesadaran beribadah siswa.
3. Skripsi “Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam melalui proses pembiasaan
di SMP Baitul Izzah Nganjuk”, oleh Taufiqur Rahman mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada
tahun 2017. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses internalisasi
nilai-nilai agama Islam hanya melalui proses pembiasaan di sekolah.
4. Skripsi “Implementasi Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Di SMP
Gunungjati Kembaran” Rizki Adib Nugraha mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan guna menanamkan nilai religius kepada siswa.
5. Tesis “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Berbasis
Multikultural Di SMK Negeri 2 Cilacap” oleh Ahib Ijudin mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri
53

(UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2017. Penelitian ini


bertujuan untuk mengetahui capaian proses internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam berbasis multikultural di SMK 2 Cilacap.

Adapun perbedaan penelitian yang dilaksanakan peneliti dengan kelima


penelitian yang relevan tersebut adalah penelitian yang dilaksanakan
menekankan pada proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (rohani Islam) dan
guna mengetahui implikasinya dalam menumbuhkan karakter Islami siswa
Sekolah Menengah Kejuruan.

E. Kerangka Berpikir
Pendidikan agam Islam di sekolah pada dasarnya sebagai usaha sadar dan
terencana untuk membentuk kualitas siswa yang baik dari segi pengetahuan
dan akhlaknya. Pembinaan tersebut agar peserta didik tidak hanya sekedar
mengetahui dan memahami saja, tetapi senantiasa meyakini dan mengamalkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan
sekolah menjadi salah satu faktor dalam menumbuhkan kepribadian atau
karakter seseorang yang mencirikan dirinya sebagai seorang muslim. Namun
menumbuhkannya itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui proses
internalisasi. Dalam proses belajar mengajar tidak dapat bertumpu pada
kegiatan kurikuler ataupun intrakurikuler saja, kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler pun menjadi pendukung di luar jam pelajaran dalam
penumbuhan sikap dan perilaku yang positif.
Nilai dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat
dan paling benar menurut keyakinan seseorang. Nilai mungkin dapat dirasakan
dalam diri seseorang sebagai daya pendorong atau menjadi pijakan dalam
bertindak pada kehidupan sehari-hari. Nilai yang terdapat dalam diri seseorang
tertanam melalui beberapa sumber seperti agama, pendidikan, lingkungan dan
keluarga. Dalam konteks pendidikan dalam Islam sumber nilai-nilai yang
54

paling shahi adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW., yang kemudian
dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama.
Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di sekolah dapat
dilaksanakan dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan seperti Rohani Islam
(Rohis). Kegiatan ekstrakurikuler tersebut yakni berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di luar jam pelajaran untuk menggali dan mengembangkan
wawasan peserta didik agar dapat menghayati serta mengamalkan ajaran
agama yang menjadi ciri seorang muslim atau berkarakter Islami. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya sekolah untuk memaksimalkan pembelajaran
pendidikan agama Islam yang hingga saat ini lebih cenderung pada
kemampuan kognitif saja, dan kurang memperhatikan kemampuan afektif dan
psikomotorik siswa. Keberhasilan pembelajaran di sekolah tidak hanya dilihat
dari prestasi belajar siswa di sekolah, akan tetapi yang lebih dikhususkan
adalah bagaimana siswa dapat berkembang dan memiliki karakter Islami yang
diharapkan sesuai dengan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam.
Dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam ini adalah
bagaimana respon peserta didik terhadap nilai-nilai pendidikan agama Islam
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan pada ekstrakurikuler Rohani Islam guna
menumbuhkan karakter Islami dan dapat diintegrasikan dalam kehidupannya
sehari-hari. Bagaimanapun hambatan dan kesulitan yang dihadapi sekolah
dalam melaksanakan pendidikan agama Islam itu harus mampu menghasilkan
individu yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Tugas tersebut bukan hanya untuk sekolah, tetapi sekolah dan pendidik
senantiasa bekerjasama berusaha membuat kegiatan yang menarik siswa tanpa
mengganggu proses belajar pada umumnya.
Nilai-nilai pendidikan agama Islam sangat luas, namun pada intinya secara
hirarki terdapat tiga yakni nilai i’tiqadiyyah, khuluqiyyah, amaliyyah. Dengan
melihat fenomena sekarang, merosotnya karakter yang dimiliki generasi muda.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui proses dan implikasi dengan adanya
nilai-nilai pendidikan agama Islam tersebut melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan untuk menumbuhkan karakter Islami siswa.
55

Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dengan skema sebagai


berikut:
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir

Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam :


1. Nilai I’tiqadiyyah
2. Nilai Khuluqiyyah
3. Nilai Amaliyyah

Internalisasi Nilai

Transformasi Nilai Transaksi Nilai

Transinternalisasi Nilai

Ekstrakurikuler Keagamaan

Peserta Didik

Karakter Islami
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di SMK Negeri 51 Jakarta pada tahun
pelajaran 2019/2020. Sekolah ini berlokasi di Jl. Bambu Apus Raya No.40
RT.006/03, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta
Timur, DKI Jakarta - 13890.

B. Metode Penelitian
Fokus penelitian ini berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (rohis) yang
bertujuan untuk menumbuhkan karakter Islami siswa SMK Negeri 51 Jakarta.
Oleh karena itu, metode yang cocok digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis
kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau
interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah.1 Dan yang ditunjang oleh
data- data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu
mengumpulkan data dari objek yang diteliti.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.2 Masalah penelitian
yang dikaji bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini mengeksplor
fenomena proses menumbuhkan karakter Islami peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan (rohis) di SMK Negeri 51 Jakarta. Selain itu,
penelitian ini bermaksud untuk membuat pencandraan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.

1
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), Cet. 2, h. 91.
2
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 4

56
57

C. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah sebuah objek di lembaga
pendidikan negeri yakni kegiatan ekstrakurikuler keagamaan atau rohani Islam
(Rohis) di SMK Negeri 51 Jakarta dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam yang bertujuan menumbuhkan karakter Islami siswa.
Dalam proses internalisasi tersebut meliputi pendekatan yang dilakukan,
materi, metode, dan implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi ini adalah sebagai
berikut:
1. SMK Negeri 51 Jakarta terdapat kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
yakni rohani Islam (Rohis) yang aktif.
2. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan atau rohani Islam (Rohis) terlaksana
dengan baik dan terus berkembang sehingga tertarik peneliti untuk
melakukan penelitian.
3. Peneliti mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga karena lokasi
tersebut terjangkau oleh peneliti.

D. Instrumen Penelitian
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa Qualitative research has the natural
setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument.
Artinya, penelitian kualitatif mempunyai setting yang alamiah sebagai sumber
langsung dari data dan peneliti itu adalah instumen kunci. Instrumen kunci
yang dimaksud adalah peneliti sebagai pengumpul data utama.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.3 Instrumen dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Terdapat dua instrumen yang dibuat
yaitu untuk melihat proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam

3
Sudaryono, op.cit., h. 206.
58

melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (rohis) dan penumbuhan karakter


Islami peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, baik primer maupun data sekunder, peneliti
melakukan beberapa metode yaitu:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila
objek penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia dan fenomena alam
(kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan
penggunaan, responden kecil. Observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.4
Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi ataupun
nonpartisipasi. Dalam hal ini penulis mengamati kegiatan keagamaan
siswa SMK Negeri 51 Jakarta dan sikap yang ditunjukkan selama proses
kegiatan ekstrakurikuler kegamaan (rohani Islam).

2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini
digunakan bila ingi nmengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit.5 Wawancara atau interview
merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak
digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Wawancara ini dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan yang meliputi materi, metode, dan hasil

4
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), Cet. 2, h. 216
5
Sudaryono, Ibid., h. 212.
59

internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di Rohis SMK Negeri 51


Jakarta. Melalui wawancara atau interview ini peneliti berharap akan
mendapatkan pengakuan berupa realita, serta ungkapan-ungkapan
spontanitas yang bersifat unik dan khas dari kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, pembina ekstrakurikuler keagamaan, dan guru
agama pendidikan agama Islam SMK Negeri 51 Jakarta.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan
penelitian.6 Dokumentasi digunakan untuk mendukung dan menambah
bukti yang diperoleh dari sumber yang lain.7 Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data tertulis yang ada dan literatur lain yang
mendukung penelitian seperti mengenai sejarah rohis, struktur organisasi,
visi dan misi, program kerja, dan materi kegiatan rohis.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan bagian dari rancangan
riset, bagian dari tinjauan pustaka, bagian dari pembentukan teori, bagian dari
pengumpulan data, bagian dari pengurutan data, pengarsipan dan pembacaan
data, dan bagian dari penulisan hasil penelitian.8 Analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

6
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), Cet. 2, h. 219.
7
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Kencana, 2013), Cet. 1, h. 74.
8
Sudaryono, Op.Cit., h. 344.
60

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.9

1. Analisis Sebelum di Lapangan


Analisis sebelum dilapangan atau bisa juga disebut hasil studi
pendahuluan atau data sekunder ini dilakukan dengan berkunjung ke SMK
Negeri 51 Jakarta untuk melihat kondisi sosial sekolah, lalu membaca hasil
penelitian yang telah dilakukan, bertujuan untuk menentukan fokus
penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, fokus yang
dirumuskan masih bersifat sementara dan berkembang saat penelitian di
lapangan.

2. Analisis Data di Lapangan


Analisis data di lapangan mulai dilakukan pada saat observasi, yang
dilanjutkan dengan wawancara dan dokumentasi. Berikut adalah aktifitas
yang dilakukan pada saat analisis data:
a. Reduksi Data
Menurut Sangadji, reduksi data dapat diartikan sebaai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.10
Dikarenakan data yang didapat di lapangan cukup banyak, maka peneliti
menggunakan alat bantu untuk menyimpan ataupun mencatat data yang
didapatkan selama penelitian. Pada saat wawancara, peneliti
menggunakan ponsel untuk merekam data hasil wawancara lalu mencatat
garis-garis besar atau kesimpulan yang menyeluruh dari data yang
diperoleh pada saat melakukan observasi partisipan.

9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 248
10
Sudaryono, op.cit., h. 347.
61

b. Penyajian Data
Sebelum melakukan pembahasan penelitian, peneliti mencoba
menjabarkan data hasil wawancara dan observasi dengan teks naratif,
agar lebih mudah dipahami dan dikaitkan dengan teori yang dijadikan
landasan berpikir. Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini
dilakukan dengan membuat uraian singkat, karena penelitian kualitatif
ini menggambarkan kejadian alamiah ataupun kejadian yang sebenarnya
terjadi pada objek penelitian.

c. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum yang
didapat dari penelitian yang telah dilakukan, sebuah temuan baru yang
menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan dimuka. Dalam
menentukan kesimpulan penelitian digunakan check and recheck dari
berbagai sudut pandang yang diperoleh dari beberapa informan.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Ekstrakurikuler Keagamaan SMK Negeri 51 Jakarta


1. Profil Ekstrakurikuler Keagamaan SMK Negeri 51 Jakarta
a. Latar Belakang munculnya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di
SMK Negeri 51 Jakarta
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51 Jakarta berdiri
sejak tahun 2009 dan yang melatarbelakangi adanya kegiatan ini adalah
melihat kurangnya penguatan kepada siswa untuk mengenal nilai-nilai
pendidikan agama Islam dan belum adanya wadah dakwah di sekolah.
Sehingga pihak sekolah menyediakan dan mengadakan kegiatan lain di
luar jam pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
maupun umum. Hal tersebut juga ditujukan untuk menampung potensi
dan bakat yang dimiliki para siswa, khususnya membantu dalam
meningkatkan pengetahuan keagamaan mereka serta menjadi salah satu
media untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Sebagaimana wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang
kurikulum:
“Kegiatan keagamaan dalam ekstrakurikuler rohis ini berarti rohani
Islam yang dimaksud memberikan pendalaman atau penguatan
kepada siswa untuk mengenal dan menghayati nilai-nilai
pendidikan agama Islam. Ketika tidak ada kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan ini pengetahuan beberapa siswa sangat minim,
terutama dalam baca tulis Qur’an. Ditambah lagi latarbelakang
siswanya sangat beraneka ragam, sehingga perlu digali dan
pembinaan sehingga menjadi siswa yang berakhlak mulia”1

Pernyataan tambahan dinyatakan oleh bapak Maulana Ibrahim


selaku pembina kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sebagai berikut:
“Latar belakang berdirinya rohis ini, diawali sebagai wadah untuk
membantu guru agama dalam menanamkan dan mengembangkan

1
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30

62
63

nilai-nilai pendidikan agama dan dakwah Islam di sekolah. Dan


kegiatan rohis ini sudah menjadi ekstrakurikuler wajib berada di
bawah OSIS, menjadi kegiatan keagamaan yang diikuti oleh
seluruh siswa SMKN 51 Jakarta”.2

Pernyataan tersebut diperkuat oleh kepala sekolah SMKN 51


Jakarta dalam wawancara sebagai berikut:
“Di sekolah terdapat bidang akademik dan non akademik. Jika
akademik terdapat pada mata pelajaran dan ekstrakurikuler
keagamaan merupakan satu penyaluran potensi siswa di luar
akademik. Menjadi wadah untuk siswa dalam menambah
pengalaman agama dan sebagainya”.3

Dalam sistem pendidikan Rohani Islam disesuaikan dengan kondisi


dan situasi setempat, sejalan dengan aturan-aturan syari’at islam serta
pedoman hidup yang diharapkan sebagai pembekalan yang harus
diterapkan sejak dini, bagi generasi islam selanjutnya, dan dengan
dibekali spiritual mereka menyadari bahwa sesungguhnya kita semua
adalah ciptaan Allah SWT.
Dalam menumbuhkan karakter Islami, Rohani Islam berperan
penting seperti karakter yang bertanggung jawab, dalam pemecahan
suatu masalah baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah,
dimana dalam kegiatan organisasi ini kita dapat menanggulangi
masalah-masalah generasi muda sekarang yang kurang memahami
ajaran islam. Selain itu juga, kegiatan ini dapat menggerakan pemuda/I
yang selalu menjalin Ukhuwah Islamiah untuk menjadi generasi bangsa
indonesia yang kuat.4

2
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
3
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
4
Dokumentasi Ekstrakurikuler Keagamaan, Selasa 08 Oktober 2019
64

b. Visi, Misi dan Tujuan Ekstrakurikuler Keagamaan SMKN 51


Jakarta5
1) Visi
Menjadi wadah pelajar siswa/i SMKN 51 Jakarta yang ikut
mempelopori, membina, dan mengajarkan tentang akhlak
maupun tauhid serta mensyiarkan acara islam dengan
mengayomi sebagaimana menjadi seorang pemimpin yang
bertanggung jawab dan amanah
2) Misi
a) Membina dan membangun generasi remaja Islam yang
mempunyai jiwa kepemimpinan dengan kualitas yang
baik.
b) Mewujudkan citra baik pelajar yang beriman dan
berakhlak.
c) Mengkaji huruf al-Qur’an serta tajwid dalam
membacanya.
d) Mengajarkan sikap kemandirian maupun kedewasaan
dalam menghadapi masalah.
e) Menambah ilmu keagamaan dari berbagai sumber yang
sesuai dengan syariat.

3) Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51 Jakarta adalah sebagai
berikut:
a) Menciptakan generasi muslim/muslimah SMKN 51 Jakarta
yang cerdas dalam Zikir, Fikir, serta memiliki jiwa yang
unggul dalam IPTEK dan IMTAQ

5
Dokumentasi Ekstrakurikuler Keagamaan, 08 Oktober 2019
65

b) Memotivasi peningkatan kemampuan dan keberhasilan


siswa dalam memahami islam serta menumbuhkembangkan
semangat hidup beragama dilingkungan sekolah umum.
c) Adanya peningkatan pemahaman para pelajar sekolah umum
dalam wawasan agama islam sehingga mampu
mempraktekannya dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari.
d) Memperkokoh ukhuwah islamiyah antar siswa muslim
SMKN 51 Jakarta
e) Memberikan bimbingan dan pembinaan baik moril maupun
materil
f) Mengembangkan kreatifitas dan mentalitas para siswa dalam
memahami ajaran islam syi’ar islam.

c. Susunan Kepengurusan
Susunan kepengurusan atau struktur Organisasi merupakan
kerangka yang dapat menunjang hubungan antar komponen,
sehingga jelas antara wewenang, tugas dan tanggung jawab masing-
masing secara teratur. Pengorganisasian ini memberikan kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya, dimana mereka dapat bekerja
sama secara efisien guna mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu, ektrakurikuler keagamaan SMKN 51 Jakarta di dalamnya
terdapat koordinator ikhwan dan akhwat, sekretaris, bendahara,
humas, kader dan divisi-divisi yang memerlukan pengorganisasian
yang teratur dan baik. Hasil dokumentasi yang diperoleh peneliti
tentang strukur organisasi ektrakurikuler keagamaan SMKN 51
Jakarta 2018/2019 yang tercantum dalam dokumentasi
ekstrakurikuler keagamaan sebagai berikut:6
1) Penanggung Jawab : Suyamti, S.Pd, MM (Kepala Sekolah)
2) Pembina : Maulana Ibrahim, S.Ag

6
Dokumentasi Rohis, Selasa 08 Oktober 2019
66

3) Koordinator Ikhwan (Ketua) : Muhammad Rizki Fadhil


4) Koordinator Akhwat (Wakil) :Indah Pratiwi Nur Rahmawati
5) Sekretaris : Habibah Arsy Majidah
6) Bendahara 1 : Ajeng Anastasya Ningrum
7) Bendahara 2 : Mufliha Dzahabiyyah
8) Humas 1 : Puteri Rusmalina
9) Humas 2 : Nadia Puspitasari
10) Kader 1 : Arif Yogi Saputro
11) Kader 2 : Sumayyah Nurul Izzati
12) Divisi DPR (Dewan Penggerak Rohis) :
- Nauval Aqsha Fahreza
- Okta Ros Hayuni
- Muhammad Rizki Sukarnos
- Muhammad Syarif
- Bagas Pangestu
- Mas Rangga
- Muhammad Rajif Fahrezi
- Anggit Saepul Anwar
- Haidra Jihan Azzahra
- Syafa Nur Fajriyah
- Putri Namira Defani
13) Divisi Danus (Dana Usaha) :
- Muhamad Septian
- Andini Pramudya
- Dewa Ramadhani
- Muhammad Ilham Saputra
- Alan Bintang Saputra
- Sultan Martua
- Malik Ababil
- Muhammad Afriyanto
- Muhammad Rais
67

- Nurasih Septialiyah
- Rizqia Amalia Yuniar
- Divanda Ega
- Sonia Renata
- Tiara Rahma Dhania

d. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51 Jakarta


Dalam mewujudkan atas apa yang diharapkan maka harus
mempunyai tujuan yang jelas dari diadakannya kegiatan ini. Tujuan
dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini untuk membantu dan
memberdayakan siswa dalam mengasah dan memperluas wawasan
ilmu pengetahuan agama sekaligus dapat mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pembina kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sebagai berikut:
“Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51
Jakarta yakni untuk mencetak generasi remaja Islam dan
melakukan pembinaan keagamaan, agar supaya siswa menjadi
orang yang bertaqwa dan menjalankan nilai-nilai pendidikan
agama Islam terutama rukun iman dan Islam. Dengan adanya
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini juga membantu guru
agama karena pendidikan agama tidak bisa diserahkan ke guru
agama, selain itu juga orang tua ikut serta dalam membantu
guru di sekolah”.7

Selain itu, wakil kepala sekolah bidang kurikulum pun


menyatakan bahwa tujuan dengan adanya kegiatan ini sebagai
wadah untuk syiar agama. Jadi pihak SMKN 51 Jakarta berupaya
memaksimalkan kegiatan yang sudah dilaksanakan sejak lama ini,
sehingga membentuk dan mencetak siswa generasi muda yang
cerdas dan berakhlak mulia sebagaimana yang dipaparkan dalam
wawancara sebagai berikut:

7
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
68

“Rohis ini ditujukan sebagai wadah syiar agama dalam


menumbuhkan karakter Islami terutama religius yang
diaplikasikan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Dengan
melakukan pembinaan yang dibimbing oleh pembina rohis,
pembimbing teman sejawat ataupun alumni sehingga dapat
mencetak generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia dan
memperluas pengetahuan keagamaan siswa, bahkan bukan
hanya siswa tetapi juga warga sekolah”.8

Penjelasan tambahan dari Umi Asmiyati selaku guru


pendidikan agama Islam
“Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51
Jakarta yakni untuk membentuk siswa-siswi yang berkarakter
Islami atau akhlakul karimah. Tidak saja pandai secara IQ,
tetapi juga pandai secara emosional, secara spiritual,
religius”.9

B. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh temuan data
tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di SMK Negeri 51
Jakarta. Adapun metode yang digunakan penelitian dalam melaksanakan
penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Temuan peneliti mengenai internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
melalui kegiatan keagamaan di SMK Negeri 51 Jakarta sebagai berikut:
1. Proses Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui
Ekstrakurikuler Keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami di
SMKN 51 Jakarta
Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam jika diinternalisasikan
dengan baik akan mencapai nilai yang utuh pada diri pribadi siswa dan
menumbuhkan karakter Islami sehingga mampu membekali kesiapan
siswa dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin berkembang
pesat dengan segala teknologi canggih.

8
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
9
Wawancara dengan Umi Asmiyati guru Pendidikan Agama Islam, Jum’at 08 November
2019 di ruang guru jam 08.00
69

Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas


keagamaan siswa SMKN 51 Jakarta dengan mengadakan beberapa
kegiatan keagamaan melalui ekstrakurikuler keagamaan seperti kegiatan
liqo, mensyiarkan peringatan hari besar Islam, tadarus Qur’an, Jum’at
Imtaq, kultum dan sebagainya.
a. Kondisi Karakter Siswa SMKN 51 Jakarta
Berdasarkan pengamatan dan melihat bahwa apa yang sudah
dilakukan SMKN 51 Jakarta selain mencetak siswa yang berprestasi
dalam bidang akademiknya, akan tetapi juga menjadikan siswa yang
memiliki karakter Islami sehingga bisa membentengi dirinya dalam
menghadapi arus globalisasi saat ini dan yang akan datang.
Melihat dari jenis sekolah ini yakni sekolah menengah kejuruan,
dimana setiap lulusan sekolah ini dapat langsung bekerja sesuai dengan
kompetensinya. Akan tetapi hal tersebut menjadikan pemikiran siswa
hanya fokus pada kemampuan kompetensi kejuruannya masing-masing
agar dapat bersaing dengan lulusan lainnya ketika memasuki dunia
pekerjaan nanti.
Selain itu, dapat dilihat kondisi siswa yang memiliki latarbelakang
pengetahuan keagamaan siswa yang bermacam-macam. Maka dari itu
memberikan dampak kepada pengetahuan keagamaan yang minim dan
juga karakter yang dimiliki anak. Seperti yang dijelaskan kepala
sekolah dalam wawancara sebagai berikut:
“Karakter tidak mudah terbentuk, dari sejak dalam kandungan
sampe liang lahat. Masing-masing punya karakter yang berbeda,
latar belakang keluarga, masalah keluarga, dan sebagainya.”10

Selain itu juga penambahan penjelasan dari wakil kepala sekolah


bidang kurikulum sebagai berikut:

10
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
70

“Dalam penanaman nilai-nilai keagamaan, harus dilakukan


beberapa tahapan dan secara perlahan agar bisa memperoleh hasil
yang diharapkan”11

Oleh karena itu dalam menumbuhkan karakter Islami dalam diri


siswa memerlukan konsistensi dalam upaya penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam di SMKN 51 Jakarta. Proses internalisasi nilai-
nilai pendidikan agama Islam diterapkan agar dapat memberikan
dampak positif, terutama dalam menumbuhkan karakter Islami yang
saat ini sudah mulai tergeser dengan karakter barat atau budaya barat.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama
mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51
Jakarta, tahapan internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
diterapkan adalah:12
1) Tahapan transformasi nilai
Pada tahapan awal ini dilakukan dengan pemberian pengetahuan
dari seorang pembina atau mentor menyampaikan nilai-nilai melalui
materi yang disampaikan melalui kegiatan halaqoh atau liqo. Dalam
tahap pemberian pengetahuan ini dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran di luar kelas dengan materi tentang tauhid, fiqih,
aqidah akhlak, dan seni budaya Islam. Tahapan ini agar dapat
menunjang pola pikir siswa dalam menghayati nilai-nilai pendidikan
agama Islam untuk menumbuhkan karakter Islami. Pada tahapan ini
nilai yang diinternalisasikan yakni nilai i’tiqadiyyah, nilai
khuluqiyyah, nilai amaliyyah.

2) Tahapan transaksi nilai


Tahapan kedua ini dilaksanakan jika telah tersampaikan materi
dan pengamatan nilai-nilai, dilanjutkan dengan memberikan
pemahaman berupa keyakinan pada diri siswa seperti diadakannya

11
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
12
Observasi pada tanggal 08 Oktober 2019
71

diskusi dan tanya jawab. Seperti dalam hal berbusana, berperilaku,


menaggapi sesuatu dan lainnya dengan pengalaman secara langsung.
Hal ini terjadi interaksi timbal balik antara yang menyampaikan
dengan penerima sehingga akan menimbulkan suatu karakter pada
peserta didik. Dan juga pada tahap pemahaman ini, guru bisa
menggunakan metode keteladanan memberikan contoh secara
langsung, secara otomatis maka siswa akan dapat mencontoh atas
apa yang telah dilihatnya.

3) Tahapan transinternalisasi
Tahap ini merupakan komunikasi dua arah antara pendidik dan
peserta didik secara aktif. Pada tahap ini siswa tidak cukup hanya
mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai nilai-nilai
tersebut, selanjutnya yakni mengaplikasikan melalui pembiasaan
terhadap program-program yang mencakup kegiatan ibadah,
muamalah, keterampilan dan sosial. Melalui pembiasaan ini siswa
akan mendapat pengalaman secara langsung dalam dirinya sehingga
menumbuhkan karakter Islami yang mencirikan seorang muslim.
Selanjutnya, dengan pembiasaan yang sudah dilaksanakan maka
secara tidak langsung membuat siswa tumbuh rasa kebutuhannya
dalam menghayati nilai-nilai agama Islam sehingga dalam
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan itu tanpa ada rasa
beban. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah memiliki motivasi
tinggi dalam dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi antara
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembina dan guru yang
lainnya untuk mendukung penuh kegiatan keagamaan sebagai salah
satu wadah penginternalisasian nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami.
72

4) Tahap Koreksi atau Evaluasi


Tahapan ini merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di SMK Negeri 51
Jakarta. Pada tahap ini dilaksanakan dengan metode pengawasan,
dimana pembina memberi perhatian lebih kepada siswa dalam
tindakan kesehariannya, melihat perkembangan pengetahuan
keagamaan dan karakter siswa di sekolah. Pembiasaan yang
dilakukan dari adanya proses internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam sudah dijalankan atau belum dapat dijadikan
pembiasaan. Selanjutnya, setelah memberikan pengawasan
kemudian diadakan suatu koreksi atau evaluasi yang dilakukan oleh
pembina ekstrakurikuler keagamaan khususnya, dan dibantu oleh
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, maupun guru.
Koreksi atau evaluasi dilaksanakan ketika terdapat suatu kendala
yang ada pada siswa maupun ketika dalam proses kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan. Hal itu dapat mengetahui titik
kendala atau hambatannya dan dapat secara langsung dievalusi
untuk mencari solusinya sehingga dapat kembali pada tujuan yang
diharapkan.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh guru pendidikan
agama Islam adalah:
“Tahapan-tahapan yang umi lakukan dalam proses
penghayatan nilai-nilai pendidikan agama Islam yakni pertama
dengan memberikan teori yang diawali dengan sirah,
kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemantapan
keyakinannya berdasarkan qur’an dan hadits, dan barulah
dilakukan praktek dari teori tersebut. Jika dalam
pelaksanaannya dan siswa belum mampu
mengaplikasikannya, umi lakukan koreksi atau evaluasi
bersama”.13

13
Wawancara dengan Umi Asmiyati guru Pendidikan Agama Islam, Jum’at 08 November
2019 di ruang guru jam 08.00
73

b. Upaya dalam menumbuhkan karakter


Program keagamaan di SMKN 51 Jakarta telah lama
diterapkan yang didalamnya terdapat proses internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam selain daripada kegiatan pembelajaran di
dalam kelas. Kegiatan tersebut dijadikan wadah dalam pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam seperti shalat dhuha
bersama, baca tahlil dan yasin, shalat dzuhur berjama’ah dan lain
sebagainya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh kepala sekolah
adalah:
“Banyak sekali yang dilakukan guru agama, hampir
keseluruhan itu menjadi budaya sekolah. Bahwa sekolah kita
bukan hanya prestasi akademik. Justru yang dikedepankan
adalah karakter. Karakter tidak mudah terbentuk dari sejak
dalam kandungan sampe liang lahat. Kami di jenjang SMK
sama, melaksanakan itu dari mulai pagi, kita lakukan 5S,
berjabat tangan di pintu depan, masuk kelas anak-anak tadarus
pagi, doa bersama. itu dalam bentuk agama Islam, dan agama
selain itu sesuai dengan kebiasaannya masing-masing, dan
diselangi shalat dhuha bagi anak-anak yang menyisihkan
waktu, itu khusus agama Islam. Begitu siang, kita lakukan
dengan shalat berjamaah, kultum dan sebagainya. Kita
tambahkan lagi, di hari Jum’at itu ada jum’at imtaq, jum’at
sehat, jum’at berbagi. Tadarus, yasinan, kultum, tampil pidato
untuk melatih berbicara didepan orang banyak. Luar biasa
terobosan yang dilakukan di 51 berkembang. Siswa bisa
kultum hampir satu jam, keren. Itu untuk mengembangkan
potensi siswa. Dari segi guru sama, meneladani, menerapkan
selalu mengontrol bahwa karakter tidak mudah tetapi perlu
dicontohkan. Itu adalah siklus, selalu dilakukan lalu menjadi
budaya, seteleh itu menjadi karakter pribadi-pribadi yang
unggul. Itu harapan ibu kesana,yaitu untuk 51. Alhamdulillah,
dengan bantuan guru agama, BP, guru, semuanya kita
kolaborasi seluruh staf holder sekolah, insyaAllah 51 akan
berkembang baik dalam hal karakter, yang nanti akan menjadi
sekolah ramah anak.sekolah sehat, berkarakter, unggul dan
kompeten.”14

14
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
74

Selanjutnya penjelasan dari pembina ekstrakurikuler


keagamaan adalah:
“Upaya yang dilkakukan dalam menumbuhkan karakter di
SMKN 51 Jakarta ini hanya dengan melanjutkan atas karakter
yang telah ada dalam dirinya dan pendidikan karakter di rumah.
Kalau anak itu baik maka kita melanjutkan saja dengan
mengembangkannya jadi lebih baik, namun jika karakter anak
tersebut kurang baik maka kita lakukan pembinaan agar menjadi
lebih baik”15

Dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam


melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terdapat beberapa
metode yang dapat dilakukan seperti dengan cara memberi suatu
contoh atau keteladanan yang baik, pembiasaan, pengawasan,
nasihat dan teguran bahkan jika memang sulit untuk ditegur maka
diberikan teguran atau pembinaan dengan tujuan dapat menanamkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi hal yang sering dilakukan
dengan keteladanan, pembiasaan, koreksi dan pengawasan, serta
hukuman. Namun hukuman yang dimaksud bukanlah sebuah
tindakan, melainkan sebuah bentuk pembinaan kepada siswa.
Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menumbuhkan
karakter diwujudkan dengan adanya PPK (pendidikan penumbuhan
karakter). Setiap guru semua mata pelajaran, harus selalu ada
pendidikan penumbuhan karakter nasional dalam proses
pembelajarannya, seperti religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum sebagai berikut:
“Jadi, sekarang itu juga ada PPK (pendidikan penumbuhan
karakter), jadi karakter yang sudah ada di dalam diri masing-
masing tetapi digali dan ditumbuhkan lagi. Sehingga siswa
menjadi mengetahui tentang religius dan lain sebagainya.
Karakter diantaranya religius, nasionalis, mandiri, gotong

15
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
75

royong, dan integritas. Jadi itu diharapakan tertanam dan


diaplikasikan dalam keseharian terhadap masyarakat
khususnya siswa, termasuk guru dan warga sekolah.”16

Metode yang dilakukan di SMKN 51 Jakarta dalam upaya


menginternalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam untuk
menumbuhkan karakter Islami, sebagai berikut:17
1) Metode Keteladanan
Dalam proses penumbuhan karakter kepada peserta didik di
sekolah, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan
efisien untuk mencetak generasi muda yang berakhlak mulia.
Sebab, peserta didik pada umumnya cenderung meneladani
(meniru) guru atau pendidiknya. Oleh karena itu metode ini
memiliki peran besar dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami
di SMKN 51 Jakarta. Metode ini diberikan oleh guru dengan
memberikan contoh (uswah) yang baik kepada siswa di sekolah
maupun di luar sekolah, dengan begitu siswa akan mencontoh
tingkah lakunya.

2) Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman,
karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan
inti kebiasaan adalah pengulangan. Metode ini berperan besar
dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam menumbuhkan karakter Islami di SMKN 51 Jakarta
dengan cara membiasakan ritual-ritual keagamaan atau ibadah

16
Wawancara dengan Ibu Rozaniwati sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 14.30
17
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
76

serta muamalah. Hal pembiasaan yang sering dilaksanakan dapat


menumbuhkan dan mengarahkan siswa agar menghayati nilai-
nilai pendidikan agama Islam.
Metode ini ditunjukkan oleh para siswa melalui ritual-ritual
keagamaan, seperti tadarus qur’an dan berdoa sebelum memulai
jam pembelajaran, shalat dzuhur berjama’ah, shalat dhuha,
kultum setiap ba’da shalat dzuhur secara bergiliran, jum’at
imtaq, infaq jum’at shalat jum’at berjama’ah bagi siswa laki-
laki, mengucap salam dan berjabat tangan ketika bertemu guru
maupun teman. Sedangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan dengan dilaksanakannya kegiatan liqo, tahsin
qur’an, hadroh dan kegiatan lainnya.

3) Metode Koreksi dan Pengawasan


Kolaborasi metode ini mempunyai peran penting sebagai
proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam
menumbuhkan karakter Islami. Metode ini juga untuk
memberikan perhatian kepada siswa sehingga siswa akan
merasa diperhatikan dan akan diberikan bimbingan khusus. Hal
yang ditunjukkan dalam koreksi dan pengawasannya ini seperti
ketika beberapa kegiatan diadakan absensi untuk semuanya, agar
terdapat pengawasan dan koreksi jika ada yang tidak
mengikutinya dengan seksama.

4) Hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang dilakukan jika ada
siswa yang memang sulit untuk diatur dan berulang kali
melakukan kesalahan. Hukuman ini lebih kepada pembinaan,
jadi bukan siswa dihukum secara fisik namun dilakukan
pembinaan dan juga hukuman yang diberikan bervariasi sesuai
dengan kesalahan yang dibuat. Contohnya, ada siswa yang tidak
77

melaksanakan shalat berjama’ah kita panggil lalu dibina dan


dibimbing siswa agar dapat lebih menghayati nilai-nilai
pendidikan agama Islam, secara sadar dan sengaja. Seperti
dengan memberi tugas hafalan surat-surat, jika melanggar
kembali hafalannya ditambah. Dengan adanya pembinaan
tersebut agar siswa menyadari atas perbuatannya dan berjanji
untuk tidak mengulanginya. Jadi, dalam proses penghayatan
nilai-nilai tersebut tidak dengan paksaan, yang pada akhirnya
tertanam dalam diri siswa.

5) Metode Qishah atau cerita


Metode ini dilakukan dengan cara bercerita kisah terhadap
kejadian masa lalu. Kisah yang dimaksud yakni kejadian
kehidupan nabi atau disebut sirah nabawiyyah, yang didalamnya
mencakup pribadi nabi, akhlak, perjuangan nabi Muhammad
SAW, dan lainnya. Metode ini dalam pelaksanaannya memiliki
peranan yang sangat penting, karena di dalamnya terdapat
berbagai keteladanan dan edukasi. Metode ini selalu dilakukan
di tahap awal dalam menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan
agama Islam, karena membantu mengarahkan pandangan siswa
dan lebih mengenal Islam.

Seperti yang dijelaskan oleh pembina kegiatan ekstrakurikuler


keagamaan:
“Dengan keberadaan guru agama yang ada itu terbatas,
sedangkan siswanya itu banyak jadi metode yang lebih
digunakan yakni menggunakan metode keteladanan. Hal
tersebut dikarenakan orang yang banyak jadi tidak dapat secara
personal dan keterbatasan pembina. Metode pembiasaan dengan
cara melakukan peribadahan dan ritual lainnya yang sudah
dilakukan di rumah dilanjutkan di sekolah tentunya dalam
pengawasan guru seperti mengucap salam dan berjabat tangan
ketika bertemu teman, guru, maupun hendak masuk ke ruangan,
tadarus qur’an dan berdoa sebelum memulai belajar, shalat
78

dhuha, shalat dzuhur berjama’ah, kultum ba’da shalat dzuhur .


Pengawasan juga dilakukan dengan tutor sebaya dan adanya
absensi setiap kegiatan keagamaan. Metode hukuman ini lebih
kepada pembinaan, jadi bukan siswa dihukum namun seperti
siswa yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah kita panggil
lalu dibina”.18

Adapun hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan,


strategi yang dilakukan terbagi menjadi tiga macam yakni kegiatan
harian, mingguan dan tahunan. Strategi yang dimaksud adalah sebagai
berikut:19
1) Kegiatan harian
a) Tadarus Qur’an, membaca doa diawal dan diakhir pembelajaran
Setiap sebelum memulai pelajaran pada pagi hari, maka jam
pertama wajib terlebih dahulu tadarus qur’an yang bersifat
central dipandu melalui pengeras suara yang ada di resepsionis,
lalu pembacaan doa belajar sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran. Tadarus qur’an dilaksanakan setiap hari dengan
durasi sekitar 10 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan karakter religius siswa
serta dapat memulai aktivitasnya dengan memperoleh ketenangan
dari Allah, agar dalam proses pembelajaran dapat diberikan
pemahaman dan keluasan hati dalam menerima pelajaran.

Gambar 4.1 Tadarus Qur’an

18
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
19
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
79

b) Shalat dzuhur berjamaah


Kegiatan program ibadah shalat dilaksanakan di masjid
sekolah, dan diwajibkan untuk seluruh siswa laki-laki maupun
perempuan. Selain itu, masjid juga digunakan sebagai tempat
untuk membimbing dan kajian yang berkaitan dengan bidang
agama. Hal ini dibiasakan dengan adanya absensi seperti di dalam
kelas. Tujuannya untuk mengajak dan melakukan pengawasan
kepada siswa untuk mengaplikasikan nilai-nilai ibadah.

Gambar 4.2 Shalat Dzuhur Berjama’ah


c) Kultum dan Tahfidz Qur’an
Setiap ba’da shalat dzuhur berjama’ah, maka seluruh siswa,
guru, beserta karyawan lainnya mengikuti kegiatan kultum yang
dilakukan oleh para siswa secara bergantian dalam seharinya dan
hafalan qur’an yang dipimpin oleh pembina. Dalam kegiatan ini,
tidak dibedakan antara guru dengan siswa melainkan disamakan
bertujuan agar pembelajaran ini dapat memberikan pemahaman
untuk sama-sama belajar dan mengingatkan segala kebaikan serta
memperluas wawasan ilmu pengetahuan agama.

Gambar 4.3 Kultum


80

Gambar 4.4 Tahfidz Qur’an


2) Kegiatan mingguan
a) Jum’at Imtaq
Dalam kegiatan ini siswa dilatih dan dibina, didalamnya
terdapat kegiatan pidato agama, shalat dhuha, pembacaan yasin
dan tahlil, serta pembacaan rawi yang didukung oleh tim hadroh.
Pelaksanaan kegiatan ini pada setiap hari Jum’at sebelum
memulai jam pelajaran dimulai yaitu pukul 06.30 – 07.30. Hal ini
dilaksanakan karena melihat akhir-akhir ini generasi muda
banyak yang melupakan dan kurang terhadap kegiatan
keagamaannya. Maka pihak sekolah mewajibkan kepada semua
siswa-siswi SMKN 51 Jakarta untuk mengikuti kegiatan ini.

Gambar 4.5 Jum’at Imtaq


b) Infaq Jum’at
Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang dibiasakan
setiap jam istirahat berlangsung. Hal tersebut dilakukan oleh
perwakilan anak OSIS dan ROHIS berkeliling ke setiap kelas
dengan membawa kotak amal berjalan. Tujuan dari kegiatan ini
81

untuk meningkatkan rasa sosial yang tinggi, yang diwujudkan


dengan memberikan pengetahuan betapa pentingnya tolong
menolong, beramal, yang berguna untuk sesama manusia selain
itu juga sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang Allah
berikan.

c) Hadroh
Kegiatan hadroh ini banyak sekali siswa yang minat dan
antusias mengikutinya, terlebih alat-alat yang dibutuhkan pun
mendukung. Kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan positif bagi
siswa agar lebih mencintai seni yang bersifat islami yang
didalamnya terdapat pembacaan riwayat-riwayat atau lafaz
shalawat yang bermakna mengingatkan kita kepada perjalanan
dan perjuangan Nabi Muhammad SAW serta meminimalisir
pergeseran kebudayaan-kebudayan asing yang bertentangan
syariat islam. Selain itu juga, dengan adanya kegiatan ini menjadi
ajang mempererat tali persaudaraan (ukhuwah islamiyah).
Pelaksaan dari kegiatan ini setiap hari kamis setelah shalat ashar
berjama’ah.

Gambar 4.6 Hadroh


d) Halaqah atau LIQO
Kegiatan ini biasa dilakukan setiap hari jum’at oleh anak
rohis setelah shalat ashar berjama’ah. Dalam pelaksanaannya
diisi dengan sharing edukasi, diskusi tanya jawab, dan mengkaji
82

perihal bidang keagamaan yang dipimpin langsung oleh pembina


ataupun murobbi. Hal ini ditujukan agar dapat memperluas
wawasan pengetahuan agama siswa dan dapat menghayati nilai-
nilai pendidikan agama Islam yang bukan hanya dari
pembelajaran di kelas.

Gambar 4.7 Halaqoh atau LIQO ikhwan

Gambar 4.8 Halaqoh atau LIQO akhwat

3) Kegiatan Tahunan
a) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) biasa dilakukan yang
bertujuan untuk uswah (mengambil pelajaran) dalam peristiwa-
peristiwa penting dan mengenang para pejuang Islam terutama
tauladan dari Nabi Muhammad SAW. dan juga salah satu cara
mensyiarkan agama Islam serta menambah keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah. Waktu pelaksanaannya mengikuti
dengan tanggalan nasional. Kegiatan tersebut yang sering
dilaksanakan adalah:
(1) Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
(2) Peringatan Isra Mi’raj
83

(3) Hari raya Idul Adha


(4) Peringatan tahun baru hijriyah

Gambar 4.9 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Gambar 4.10 Peringatan Isra Mi’raj

Gambar 4.11 Hari Raya Idul Adha


84

Gambar 4.12 Peringatan Tahun Baru Hijriyah


b) Pesantren Kilat dan buka puasa bersama
Kegiatan pesantren kilat biasa dilaksanakan pada bulan
ramadhan menjelang liburan hari raya idul fitri. Kegiatan ini
berlangsung selama 2 hari semalam, dimana didalamnya
kegiatan-kegiatan yang dapat menambah iman dan takwa serta
pengetahuan agama yang diberikan oleh guru agama. Terdapat
juga kegiatan buka puasa bersama yang dilanjutkan dengan shalat
taraweh bersama-sama. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
memotivasinya dalam bersungguh-sungguh melaksanakan atau
mengamalkan ibadah khususnya pada bulan suci ramadhan dan
pada bulan lain pada umumnya, serta terbiasa melaksanakan
amaliyah yang telah dilaksanakan selama bulan ramadhan.

Gambar 4.13 Pesantren Kilat


85

2. Nilai-nilai yang diinternalisasikan


Nilai-nilai pendidikan Agama Islam yang diinternalisasikan melalui
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 51 Jakarta ini
diantaranya sebagai berikut:20
a) I’tiqadiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan, seperti
percaya kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir
yang bertujuan untuk menata kepercayaan individu. Keimanan
berarti membicarakan akidah dalam Islam. Dalam mewujudkan nilai
i’tiqadiyah SMKN 51 Jakarta diadakannya dengan tadarus al-Qur’an
setiap pagi hari sebelum memulai pelajaran, dan berdoa bersama.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kegiatannya diawali dengan
selalu menghadirkan Allah SWT di dalam hatinya, menjadikan salah
satu bukti ketaatan atau keyakinan (iman) kepada Allah dan segala
takdir baik serta buruk. Dan juga setiap melaksanakan ba’da shalat
dzuhur berjama’ah, dilanjutkan dengan tahfidz qur’an dan
mengkajinya yang dipimpin oleh guru agama. Proses penanaman
nilai i’tiqadiyyah ini kepada peserta didik ditujukan untuk
menumbuhkan karakter religius sehingga tingkat keimanan dan
ketakwaan siswa menjadi lebih kuat. Setiap kegiatan diarahkan
secara perlahan agar mampu menumbuhkan karakter Islami peserta
didik.

b) Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan etika, yang


bertujuan untuk membersihkan diri dari perilaku rendah dan
menghiasi diri dengan perilaku terpuji. Nilai-nilai pendidikan agama
Islam yang diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan SMKN 51 Jakarta kaitannya dengan nilai khuluqiyyah
(akhlak) adalah sebagai berikut:

20
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
86

1) Jujur dan amanah


Sikap yang menjadi salah satu yang ditekankan bahwa
semua siswa, guru, sampai kepada warga SMKN 51 Jakarta
harus berlaku jujur dan amanah. Hal ini dilaksanakan dari
tingkatan terkecil yakni jujur pada diri sendiri, seperti halnya
dalam melaksanakan ritual ibadah. Selanjutnya berkata jujur
kepada sesama siswa, guru, dan warga sekolah. Kejujuran dan
amanah yang ditampakkan oleh rohis SMKN 51 Jakarta yakni
dengan mengelola infak yang dikumpulkan setiap hari jum’at
dan juga kotak amal ketika shalat jum’at. Setelah menghitung
isi atau jumlah uang tersebut, penanggung jawab segera
melaporkan dan menyerahkan uang tersebut ke pihak pengelola.

2) Disiplin
Dalam sikap disiplin, ditunjukkan dalam hal mendidik
anak untuk bersikap disiplin. Sebagaimana yang sudah
tercantum dalam peraturan sekolah mengenai seragam sekolah,
waktu kegiatan di sekolah dari mulai jam pelajaran hingga jam
pelajaran usai. Dan tentu saja di sekolah ini dominan mayoritas
Islam maka dianjurkan memakai pakaian rapih, bersih dan
menutup aurat.
Disiplin ini diterapkan oleh rohis SMKN 51 Jakarta
dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan,
memulai kegiatan dengan tepat waktu, sanksi sosial untuk yang
tidak mengikuti kajian atau mentoring dan melaksanakan
kewajiban dalam berorganisasi dengan baik.

3) Silaturrahmi dan Ukhuwah Islamiyyah


Tali persaudaraan di SMKN 51 sangatlah kental dan
semangat tinggi dalam menjaga ukhuwah Islamiyah, baik
sesama anggota, alumni maupun guru. Hal ini sebagaimana
87

yang dilakukan oleh rohis SMKN 51 Jakarta dengan event-event


kecil yang ditujukan mempererat tali persaudaraan seperti
dengan kegiatan olahraga bersama, rujak party, salam akbar dan
lainnya.

4) Al-Munfiqun dan peduli terhadap lingkungan


Kepedulian yang ditunjukkan di SMKN 51 Jakarta dalam
menginternalisasikan nilai yakni dengan membudayakan atau
membiasakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) dan
bersalaman dengan pendidik, berempati terhadap sesama serta
pembiasaan melaksanakan infaq jum’at yang diberikan secara
ikhlas oleh peserta didik. Selanjutnya dikumpulkan oleh rohis
bersama OSIS, lalu dana tersebut akan dikelola untuk diberikan
kepada yang lebih berhak melalui kegiatan bakti sosial,
santunan anak yatim dan lainnya.
Selain peduli terhadap sesama, di SMKN 51 Jakarta juga
menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan
menjaga kebersihan dan membiasakan diri membuang sampah
pada tempatnya, hal ini dapat terlihat di sudut-sudut sekolah
bahkan di kantin yang bersih. Dan juga setiap dua minggu
sekali, rohis mengadakan bersih-bersih masjid dan sekitarnya
dengan tujuan menjadikan masjid menjadi tempat beribadah
yang nyaman dan bersih.

5) Al-Musawwamah dan gotong royong


Al-Musawwamah dan gotong royong dalam suatu
kelompok sangat dibutuhkan guna mencapai tujuan bersama,
dan menunjang segala tugas masing-masing menjadi lebih
efektif dan efisien. Tujuannya diantaranya adalah mewujudkan
citra baik pelajar yang beriman dan berakhlak. Guna
mewujudkannnya rohis selalu berupaya bekerjasama dalam
88

menjalankan program-programnya baik secara internal maupun


eksternal. Bentuk kerjasama secara internal, setiap rohis
mengadakan acara tentunya dengan bimbingan dan arahan
pembina ekstrakurikuler keagamaan yang kemudian dirapatkan
oleh semua divisi dan anggota. Adapun bentuk kerjasama secara
eksternal ditunjukkan apabila terdapat kegiatan umum seperti
PHBI, pesantren kilat, dan buka puasa bersama. Untuk
menunjang terlaksananya program tersebut, rohis bekerjasama
dengan pihak sekolah dan OSIS.

c) Amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-


hari, baik yang berhubungan dengan:
1) Pendidikan Ibadah, yang memuat hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan nazar
yang bertujuan untuk aktualisasi nilai-nilai ubudiyah. Nilai
ubudiyah mencakup rukun Islam, seperti syahadat, shalat, zakat,
puasa dan haji. Dalam menginternalisasikan nilai-nilai ibadah di
SMKN 51 Jakarta mewujudkannya melalui pelaksanaan kegiatan
shalat dzuhur berjamaah, shalat dhuha bersama, shalat jum’at
berjamaah, latihan menyembelih hewan qurban di perayaan idul
‘adha, dan pada bulan ramadhan SMKN 51 Jakarta mengadakan
kegiatan pengumpulan zakat, shalat tarawih bersama dan qiyamul
lail ketika kegiatan pesantren kilat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memahami, selain
mencari ilmu juga ada kewajiban beribadah kepada Allah guna
mendapatkan ridho-Nya sehingga mempermudahnya dalam
menuntut dan memahami suatu ilmu. Setiap kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan beberapa anggota ada yang
mempersiapkan kondisi masjid dengan menggelar sajadah,
petugas khatib, imam dan muadzin sedangkan yang lainnya
membantu mengontrol dan mengingatkan kepada teman-
89

temannya, seperti kegiatan shalat dzuhur berjama’ah khususnya


ketika shalat jum’at berjama’ah anggota rohis ditugaskan saling
mengingatkan temannya dan melakukan pengecekan di setiap
sudut sekolah untuk memastikan seluruh siswa (putra ketika
shalat jum’at) ikut melaksanakannya.

2) Pendidikan Muamalah, yang memuat hubungan antar manusia,


baik secara individual maupun institusional. Nilai ini cakupannya
sangat luas karena menyangkut antara sesama manusia, manusia
dengan alam sekitar, atau hubungan dengan lingkungan sosial,
aturan dalam bermasyarakat, politik dan bernegara. Beberapa hal
yang ditunjukkan di SMKN 51 Jakarta dalam
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam ini
dengan mengadakan bakti sosial, beramal dalam membantu orang
yang membutuhkan pertolongan.
Dan hal lainnya dengan kegiatan musyawarah atau rapat
dalam menentukan suatu keputusan, nilai toleransi yang
diterapkan yakni dengan cara menerima dan menghargai
pendapat dari orang lain. Nilai tanggung jawab yang ditunjukkan
oleh mereka adalah dengan selalu mengerjakan tugas dan
kewajibannya yang ada di program kerja dengan sungguh-
sungguh. Persaudaraan diantara mereka sangat terlihat dengan
diadakannya diskusi, kajian, dan mentoring serta tolong
menolong diantara mereka. Dan satu hal yang dilaksanakan di
SMKN 51 Jakarta dalam hal politik melatih demokrasi,
diwujudkan ketika dalam pemilihan ketua rohis yang dilakukan
dengan musyawarah dan pemungutan hasil setelah calon ketua
memaparkan visi dan misinya.
Pembiasan hal positif tersebut dapat memberikan kesadaran
dalam beragama, dimana selalu menghadirkan Allah dalam
dirinya dan Allah mengawasi segala gerak geriknya sehingga
90

selalu menjalankan atas apa yang Allah perintahkan dan menjauhi


segala laranganNya.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam menginternalisasi Nilai


Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami
Dalam proses internalisasi tidak dipungkiri bahwa terdapat beberapa
faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya, diantaranya
sebagai berikut:21
a. Faktor Pendukung
1) Pembina Ekstrakurikuler Keagamaan
Pembina atau pendidik sangat berperan penting dalam proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam
menumbuhkan karakter Islami, karena pembina atau pendidik ini
sebagai pelaku utama dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
agama Islam. Pembina atau pendidik khususnya dalam bidang
keagamaan di sekolah ini bukanlah seorang guru baru, namun
orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalam membina
keagamaan siswa dan ciri khas pribadinya layaknya orang tua
sehingga mudah dekat dengan siswa dan sangat berkompeten
dalam membentuk kepribadian siswa mbina atau pendidik
khususnya dalam bidang keagamaan di sekolah ini bukanlah
seorang guru baru, namun orang yang telah memiliki banyak
pengalaman dalam membina keagamaan siswa dan ciri khas
pribadinya layaknya orang tua sehingga mudah dekat dengan
siswa dan sangat berkompeten dalam menumbuhkan karakter
Islami.
Selain dari itu, tanpa adanya kesabaran, keikhlasan dan
ketulusan sebagai pembina maka proses penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam akan kurang optimal dan maksimal yang

21
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
91

nantinya juga akan berimbas dalam menumbuhkan karakter


Islami siswa. Namun yang paling utama dalam proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam untuk
menumbuhkan karakter Islami adalah pendidikan di keluarga, di
sekolah hanyalah melanjutkan, mengasah, dan membina.
Sebagaimana yang dikatakan oleh pembina ekstrakurikuler
keagamaan yaitu:
“Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam,
tidak bisa diserahkan ke guru agama saja, akan tetapi orang
tua ikut serta membantu guru dalam menanamkan nilai-
nilai tersebut. Seperti biasanya orang tua mengantarkan
anaknya mengikutsertakan pengajian dan lain sebagainya.
Jadi yang paling penting penanaman nilai itu dari rumah”.22

2) Minat siswa
Minat siswa yang terutama pengurusnya ialah peserta didik
SMKN 51 Jakarta yang masih aktif, dan dalam pembentukan
kepengurusan tersebut dilakukan dengan cara musyawarah
anggota bersama pihak sekolah. Semua kepengurusan dilakukan
secara sukarelawan dan memang tujuannya ikut serta
mensyiarkan agama Islam. Adanya suatu perbedaan antara siswa
yang benar-benar minat mengikuti kegiatan dengan yang hanya
ikut-ikutan teman akan sangat berdampak pada karakter yang
akan dihasilkan. Siswa yang benar-benar melaksanakannya
sesuai minatnya akan terlihat lebih cepat berubah dan matang
perihal karakternya.

3) Sarana dan Prasarana


Salah satu yang menjadi faktor pendukung dalam proses
internalisasi ini adalah sarana dan prasarana, sebagai tempat
untuk melakukan berbagai kegiatan pembelajaran maupun

22
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
92

kegiatan di luar jam pembelajaran. Keadaan sarana dan prasarana


di SMKN 51 Jakarta terbilang cukup lengkap. Pada umumnya
kegiatan biasa dilaksanakan di Masjid dan di lapangan sekolah.
Masjid menjadi ciri utama dalam pengembangan kultur agama.
Selain itu juga memiliki multi fungsi salah satunya sebagai
tempat kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam untuk
menumbuhkan karakter Islami. Hal ini menjadikan tempat ini
sebagai central dalam kegiatan keagamaan seperti shalat
berjama’ah, kajian atau liqo, tahsin qur’an dan kegiatan
keagamaan lainnya. Kemudian fasilitas lainnya termasuk juga
alat-alat penunjang seperti poster doa harian, LCD Proyektor,
hadroh dan lain sebagainya penunjang dalam menumbuhkan
karakter Islami siswa.

4) Mengikuti beberapa event


Pendukung dalam proses penghayatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam di SMKN 51 Jakarta yakni dengan mengikutsertakan
beberapa event keagamaan, seperti lomba shalawat, lomba nasyid,
lomba bedug, lomba MTQ dan lain seabgainya. Kegiatan ini
bertujuan menjalin ukhuwah islamiyah, dan semangat untuk terus
menggali nilai-nilai pendidikan agama Islam dari bidang seni
budaya Islami.

5) Dukungan pihak sekolah


Dengan berjalannya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini
tentunya karena ada dukungan dari pihak sekolah terutama kepala
sekolah. Terlihat dari keseriusan pihak sekolah berpartisipasi dan
membina siswa dalam program keagamaan yang akan menambah
pengetahuan agama siswa. Seperti yang dikatakan oleh pembina
ekstrakurikuler keagamaan yakni:
93

“Sebenarnya di sekolah negeri, setiap kegiatan harus


dilaporkan ke kepala sekolah. Apabila kepala sekolah telah
mendukung, maka semua kegiatan bisa berjalan dengan baik.
Sampai saat ini sekolah sangat mendukung kegiatan-kegiatan
keagamaan terutama dalam menumbuhkan karakter siswa
dengan program-program yang sudah dirancang sebaik
mungkin”.23

b. Faktor Penghambat
1) Faktor Pemahaman dan motivasi siswa
Faktor penghambat dalam proses internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam salah satunya terdiri dari diri siswa itu
sendiri yakni motivasi dari dalam diri mereka yang masih tidak
stabil, baik dari pengurus maupun siswa lainnya dan juga
pengetahuan keagamaan siswa yang masih sedikit. Hal ini perlu
diperhatikan oleh pembina khususnya agar terkontrol semangat
untuk selalu mencari ilmu agama dan juga dalam
menyelenggarakan program-program kegiatan keagamaan.
Selanjutnya memotivasi siswa lainnya agar tertarik mengikuti
kegiatan ini sehingga proses internalisasi nilai-nilai pendidikan
agaman Islam dalam menumbuhkan karakter Islami siswa tidak
terhambat dengan kurangnya antusias yang sedikit.

2) Faktor Keluarga
Kondisi latar belakang keluarga siswa yang bermacam-
macam, menjadi salah satu faktor yang mendukung maupun
menghambat dalam perkembangan anak. Faktor ini berkaitan
dengan keluarga di rumah, yang seharusnya menjadi lingkungan
pertama yang memiliki pengaruh positif kepada anak. Keluarga
di rumah beranggapan bahwa pendidikan itu hanya dilaksanakan
di sekolah dan anak itu sudah pasti berperilaku baik jika sudah

23
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
94

disekolahkan. Setelah dari sekolah, tidak adanya kegiatan


pendukung seperti mengikuti pengajian atau mengaji bersama di
rumah.
Bahkan, pola pikir sebagian orang tua di SMKN 51 Jakarta
terfokus hanya pada kemampuan kognitif saja, sehingga sedikit
sulit untuk mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan yang
dianggapnya tidak memiliki peran besar untuk menambah nilai
rapor dan ujiannya. Stigma itu masih melekat oleh beberapa
orang tua, bahwa jika pengetahuan siswa itu baik maka ketika
lulus nanti mendapat nilai yang tinggi dan dapat langsung
bekerja.
Sebagaimana penjelasan yang dikemukakan oleh guru
pendidikan agama Islam:
“Faktor penghambat lainnya itu ada di faktor orang tua atau
keluarga. Intinya, contoh dari orang tua atau keluarga lah
yang menjadi penghambat dalam proses penghayatan nilai-
nilai agama Islam. Ada juga yang sampai pada akhirnya
mengatakan bahwa ada orang tua yang tidak pernah
mengajarkan dan mendidik untuk melaksanakan ibadah di
rumah. Dan juga, terdapat kurang dorongan orang tua
seperti stigma atau pendapat orang tua menganggap bahwa
kegiatan keagamaan di luar sekolah terindikasi radikal,
tetapi setelah dilakukan pertemuan maka stigma tersebut
sedikit demi sedikit berubah menjadi dukungan dan
beranggapan bahwa melalui ekstrakurikuler keagamaan itu
mengasah potensi siswa. Dan juga orang tua menganggap
bahwa kegiatan tersebut tidak berdampak positif ke nilai
akademik”.24

3) Faktor Lingkungan
Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya
penghayatan nilai-nilai pendidikan dalam menumbuhkan
karakter Islami siswa adalah lingkung. Lingkungan ini terbagi
menjadi dua, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan tempat

24
Wawancara dengan Umi Asmiyati guru Pendidikan Agama Islam, Jum’at 08 November
2019 di ruang guru jam 08.00
95

tinggal. Peran utama di sekolah ialah seorang guru, teman, dan


warga sekolah. Guru sudah berusaha semaksimal mungkin
dalam memberikan keteladanan kepada siswa, namun terdapat
teman-temannya yang mengajak kepada perilaku yang kurang
positif seperti membolos dalam kegiatan, berkata kasar, tidak
memperdulikan kebersihan dan sebagainya. Hal ini akan
berdampak pada karakter peserta didik.
Selain itu juga lingkungan tempat tinggal sama seperti
halnya di sekolah, jika peserta didik tinggal di lingkungan yang
baik maka secara tidak langsung akan tumbuh cara berfikir dan
perilaku yang baik juga, begitu pun sebaliknya.

4) Faktor Kemajuan Teknologi


Kondisi dunia teknoogi saat ini berkembang sangat pesat dan
semakin canggih. Dengan kondisi tersebut untuk mendapat suatu
informasi sangatlah mudah, karena dengan adanya internet,
handphone, televisi, dan lainnya. Hal ini menciptakan dampak
positif dan juga dampak negatif. Sebab adanya teknologi
terutama internet, dengan lebih mudah mengakses berbagai
informasi yang mendukung dalam menumbuhkan karakter
Islami. Media sosial berkembang pesat saat ini seperti whatsapp,
twitter, instagram, youtube dan juga game online dapat
memengaruhi pola pikir dan perilaku peserta didik. Dampak
yang terlihat saat ini untuk siswa menengah atas yakni sulit
dalam mengontrol waktu antara belajar dan bermain, kegiatan
yang monoton, dan komunikasi yang pasif karena fokus
terhadap hp, sehingga ritual-ritual keagamaan dan ibadah
berkurang. Hal ini memberikan dampak pada pertumbuhan
karakter Islami siswa.
Dari beberapa faktor tersebut, sebagaimana yang dijelaskan
juga oleh kepala sekolah SMK Negeri 51 Jakarta yaitu:
96

“Faktor penghambat banyak, kita pendidikan tidak hanya


dibebankan di sekolah. Pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama, tanggung jawab sekolah, rumah, dan
masyarakat. Tentu tiga faktor ini mempengaruhi,
bagaimana anak di rumah, di masyarakat. Begitu masuk
sekolah terdapat aturan, pasti ada kendala-kendala banyak
sekali. Apalagi kita SMK, dimana secara alam tahu kondisi
SMK kan mas, tetapi ibu bangga SMK. Bukan melihat dari
sisi perjuangan, tetapi kita lihat dari siswa yang lulus dari
hal-hal yang miskin, dan sebagainya itulah kebanggaan
kami. Bukan kebanggaan minta gaji, tetapi kebangaan anak
ketika berhasil. Mengentaskan anak-anak miskin, nelayan,
pesisir. Kami perjuangannya ke situ. Faktor Penghambat
banyak sekali, anak-anak 51 hampir separuh adalah
keluarga kurang mampu, ekonomi menengah, 15 % anak
drop orang tua broken home, sekarang ditambah anak panti,
anak-anak inklusi. Kita harus merangkul itu, merangkul
menjadi satu keluarga, sehingga anak yang sempurna bisa
mengayomi anak inklusi dan sebagainya. Jadi tugas sekolah
saat ini luar biasa, beda ketika jaman dahulu. Hambatannya
ya itu tadi, banyaknya masalah-masalah keluarga.
Banyaknya pengaruh yang luar biasa dari booming
,digempur dari medsos luar biasa, paling berat disitu. Kita
kurang mampu mengontrol dan mengendalikannya. Itu
yang paling berat, oke bila di sekolah masih terlihat bapak
ibu guru, tetapi ketika di rumah tidak semua orang tua
mengontrol. Hp di 51 dikumpul loh, itu kenapa? Agar bisa
konsen belajar, ketika pulang baru boleh diambil. Itu salah
satu bentuk penanganannya. Tetapi itu tadi, banyak sekali
kendala dari segi masyarakat, masing-masing punya
karakter yang berbeda, latar belakang keluarga, masalah
keluarga, dan sebagainya. Masyarakat umum sebagainya,
gempuran dan benturan dengan luar biasa dengan
datangnya globalisasi yang kita gabisa membendung, kalau
tidak ditamengi dengan diri, dan juga heterogennya orang
tua. Latar belakang orang tua itu mempengaruhi mindset
siswa ke sekolah. Itu hambatan-hambatan yang kita
hadapi”.25

4. Implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam


menumbuhkan karakter Islami melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan di SMK Negeri 51 Jakarta

25
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
97

Adanya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 51


Jakarta akan memudahkan dan membantu siswa dalam proses
penghayatan nilai-nilai pendidikan agama Islam, karena selain
mempelajari teori ilmu-ilmu pendidikan i’tiqadiyyah, khuluqiyyah dan
amaliyyah, siswa juga dapat mempraktekan atau mengaplikasikannya
dengan cara pembiasaan diri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan syari’at Islam.
Selain itu juga, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan melalui
beberapa agenda rutin sedikit banyak memberikan pengaruh pada
karakter siswa. Dengan menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan
agama Islam ini juga dapat membekali atau memberi perlindungan
kepada diri siswa, dan juga pencegahan dari segala akhlak yang kurang
terpuji seperti kenakalan remaja yang ada saat ini.
Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
diterapkan di SMK Negeri 51 Jakarta diharapkan mampu memberikan
pengaruh terhadap penumbuhan karakter siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan. Sebagaimana yang diterangkan oleh kepala
sekolah SMK Negeri 51 Jakarta:
“Dampaknya dari tingkah lakunya, budi pekertinya, etikanya, hal itu
implikasi dari segala unsur siklus tadi. Secara otomatis terlihat.
Kegiatan tadarus bersama, shalat dhuha bersama, peringatan
agama bersama, itu salah satu bentuk. Wujudnya adalah anak-anak
beretika dan memiliki karakter. Itu namanya siklus, tidak hanya
dari segi agama, agama hanya dalam satu dampak”.26

Selain dari itu, ekstrakurikuler ini menjadi salah satu wadah untuk
mengembangkan potensi atau skill yang dimilikinya, yang menjadikan
nilai tambah sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan
minat yang kemudian juga bisa belajar dan menumbuhkan suatu
karakter Islami. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Sekolah:

26
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
98

“Untuk menambah ilmu, pengalaman agama dan sebagainya.


Didalamnya terdapat penambahan karakter siswa dari sisi imtaq.
Dari Imtaq kita lakukan dengan adanya kegiatan keagamaan tentu
siswa akan dibekali selain di kelas, justru siswa bakal memiliki
potensi lebih di bidang agama Islam. Potensi itu menjadi karakter
anak-anak, pengalaman belajar, bekal jiwa dan raganya sehingga
menjadi kuat”.27

Pengaruh yang dirasakan siswa dalam menumbuhkan karakter


Islami selama proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
melalui ekstrakurikuler keagamaan berupa pembiasaan diri yang
dilakukan oleh siswa seperti melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah,
mengucapkan salam ketika bertemu guru, jujur, dan berpakaian yang
menggambarkan seorang muslim dan muslimah. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh bapak pembina ekstrakurikuler keagamaan:
“Yang kita pantau di lingkungan sekolah terdapat dampak positif,
misal ketika berpapasan dengan guru mengucap salam dan
salaman dan sebagainya, jujur seperti menemukan barang, dan
berpakaian muslim”.28

Selanjutnya, peneliti melihat implikasi yang dihasilkan dari proses


internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam ini dengan melihat dan
mengobservasi karakter Islami yang tumbuh pada siswa setelah
mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diwujudkan dalam
bentuk sikap atau perilaku. Sehingga dampak proses penghayatan
tersebut tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi mampu
mengaplikasikannya secara langsung dengan membiasakan diri
berperilaku Islami.
Implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui
ekstrakurikuler keagamaan untuk menumbuhkan karakter Islami di
SMK Negeri 51 Jakarta dapat dilihat dari bagaimana perilaku

27
Wawancara dengan Ibu Suyamti selaku kepala sekolah SMKN 51 Jakarta, Jum’at 08
November 2019 di ruang kepala sekolah jam 08.00
28
Wawancara dengan Bapak Maulana Ibrahim sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, Jum’at 25 Oktober 2019 di ruang wakil kepala sekolah di SMKN 51 Jakarta jam 13.30
99

keagamaan yang muncul sebagai dampak dari proses internalisasi nilai-


nilai pendidikan agama Islam:
Tabel 4.1
Data Persentase Implikasi Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam melalui Ekstrakurikuler Keagamaan untuk
menumbuhkan karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta

Total Persentase Kriteria


No. Karakter Islami
Skor % Interpretasi
1. Jujur 252 84,00 Sangat Baik
2. Sabar 180 60,00 Cukup
3. Adil 232 77,33 Baik
4. Ikhlas 264 88,00 Sangat Baik
5. Amanah 230 76,67 Baik
6. Bertanggungjawab 213 71,00 Baik
7. Menjaga lisan 210 70,00 Baik
8. Mengendalikan diri 255 85,00 Sangat Baik
Menjauhi Prasangka
9. 253 84,33 Sangat Baik
dan Pergunjingan
10. Lemah lembut 261 87,00 Sangat Baik
Berbuat baik kepada
11. 251 83,67 Sangat Baik
orang lain
Mencintai
12. 257 85,67 Sangat Baik
sesamamuslim
13. Menjaga silaturahim 244 81,33 Sangat Baik
14. Malu berbuat jahat 248 82,67 Sangat Baik
15. Hemat 224 74,67 Baik
16. Hidup sederhana 241 80,33 Sangat Baik
17. Bersedekah 245 81,67 Sangat Baik
18. Tidak sombong 215 71,67 Baik
19. Bersungguh-sungguh 215 71,67 Baik
20. Bersyukur 221 73,67 Baik
(Sumber : Hasil Angket kepada anggota ektrakurikuler keagamaan)
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bagaimana karakter Islami yang
tumbuh dalam diri pribadi siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan. Selain meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
agama, implikasi yang dapat dilihat yakni meningkatnya kesadaran
dalam beribadah dan juga meningkatkan perubahan sikap dan perilaku
siswa. Dari jawaban responden, rata-rata karakter siswa yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sudah baik, namun ada beberapa
100

karakter yang masih perlu dilatih dan dibina. Karakter sabar yang
dimiliki oleh siswa menunjukkan pada kriteria cukup. Hal ini disebabkan
kurangnya pelatihan dalam membiasakan bersikap sabar seperti dengan
mengajak siswa untuk berpuasa sunnah, karena dengan berpuasa tersebut
dapat dibiasakan dan diajarkan bersabar untuk tidak makan, minum,
menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar
hingga terbenam matahari.

C. Pembahasan Temuan Penelitian


1. Proses Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui
ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama di SMKN 51 Jakarta
dengan observasi, wawancara dan dokumentasi mnunjukkan bahwa tujuan
dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam menginternalisasikan nilai-
nilai pendidikan agama Islam oleh pihak sekolah yakni untuk mencetak
generasi remaja Islam dan melakukan pembinaan keagamaan agar siswa
menjadi orang yang bertaqwa dan menjalankan nilai-nilai pendidikan agama
Islam terutama rukun iman dan rukun Islam. Hal tersebut dijelaskan oleh
bapak Maulana Ibrahim selaku pembina kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan.29
Pemaparan yang dikemukakan oleh pembina ekstrakurikuler keagamaan
di atas mengenai tujuan dilaksanakannya kegiatan ekstrakurikuler guna
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam
menumbuhkan karakter Islami terdapat kesesuaian dengan yang tertera
dalam panduan ekstrakurikuler keagamaan Departemen Agama tahun 2008
yaitu meningkatkan pengalaman dan kualitas pengalaman siswa mengenai
nilai-nilai ajaran agama Islam.30 Tujuan umum diadakannya ekstrakurikuler
keagamaan ini adalah sebagai wadah untuk membantu guru pendidikan

29
Observasi pada tanggal 25 Oktober 2019
30
Sukiman, Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, (Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Islam, 2011), Cet. 1, h. 20
101

agama Islam dalam menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai


pendidikan agama dan dakwah Islam di sekolah.31
Berdasarkan teori tentang proses internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami pendapat Kamal Abdul
Hakam dan Encep Syarief Nurdin yang menyatakan bahwa tahapan-tahapan
internalisasi melalui tiga tahapan yakni transformasi, transaksi dan
transinternalisasi nilai.32 Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti selama mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di
SMKN 51 Jakarta, tahapan internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
yang diterapkan adalah tahap transformasi nilai, transaksi nilai,
transinternalisasi nilai:33
Proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui
ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51 Jakarta dilakukan dengan
penekanan terhadap pendidikan penumbuhan karakter. Setiap guru semua
mata pelajaran, harus selalu ada pendidikan penumbuhan karakter nasional
dalam proses pembelajarannya, seperti religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas. Dan dalam mewujudkannya SMKN 51 Jakarta
menggunakan beberapa metode, yang lebih ditekankan disini adalah
keteladanan dan pembiasaan. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga
pendidik yang perhatian dalam penghayatan nilai-nilai pendidikan agama
Islam yang berdampak pada karakter siswa dan juga menyesuaikan kepada
siswa-siswa yang ada saat ini.34
Maka dari itu, metode keteladanan dan pembiasaan ini sangat cocok
untuk menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam
menumbuhkan karakter Islami. Keteladanan yang baik dicontohkan
langsung oleh setiap guru dari berpakaian, bertutur kata, hingga disiplin
dalam mengatur waktu. Dan juga dilakukan dengan pembiasaan ritual-ritual

31
Observasi pada tanggal 08 Oktober 2019
32
Kamal Abdul Hakam & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai, (Jakarta:
CV Maulana Media Grafika, 2016), h. 14
33
Observasi pada tanggal 08 Oktober 2019
34
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
102

peribadahan melalui shalat dzuhur berjama’ah, tahsin qur’an, dan juga


pengembangan budaya-budaya Islami seperti hadroh, nasyid dan lainnya 35
Metode yang digunakan dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam di SMKN 51 Jakarta adalah dengan keteladanan, qishah atau
cerita, pembiasaan, koreksi dan pengawasan, serta hukuman.36 Berdasarkan
temuan peneliti tersebut, upaya yang dilakukan dalam menumbuhkan
karakter Islami terdapat kesesuaian dengan pendapat yang diuraikan oleh
Ulil Amri Syafi yakni dengan keteladanan, pembiasaan, koreksi dan
pengawan, hukuman.37

2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang diinternalisasikan melalui


ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami
Kegiatan Ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51 Jakarta yang wajib
diikuti oleh siswa ditujukan untuk mencetak atau melakukan pembinaan
keagamaan agar siswa menjadi orang yang bertaqwa dan menjalankan nilai-
nilai pendidikan agama Islam terutama rukun iman dan Islam sehingga
menumbuhkan karakter Islami dalam diri siswa. Proses penanaman nilai-
nilai pendidikan agama Islam diharapkan siswa dapat menghayati dan
mengaktualisasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
pengamatan peneliti selama di lapangan, penanaman nilai yang
diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 51
Jakarta yakni nilai i’tiqadiyyah, khuluqiyyah, amaliyyah.38
Dalam mewujudkan nilai i’tiqadiyah SMKN 51 Jakarta diadakannya
dengan tadarus al-Qur’an setiap pagi hari sebelum memulai pelajaran, dan
berdoa bersama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kegiatannya diawali
dengan selalu menghadirkan Allah SWT di dalam hatinya, menjadikan salah
satu bukti ketaatan atau keyakinan (iman) kepada Allah dan segala takdir

35
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
36
Observasi pada tanggal 11 Oktober 2019
37
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2014), h. 99
38
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
103

baik serta buruk. Dan juga setiap melaksanakan ba’da shalat dzuhur
berjama’ah, dilanjutkan dengan tahfidz qur’an dan mengkajinya yang
dipimpin oleh guru agama.39
Berdasarkan keimanan seseorang, kompetensi iman seseorang yang
sempurna antara lain menunjukkan sifat-sifat sebagai berikut:40
a. Segala perilaku merasa disaksikan oleh Allah SWT sebagai pencipta.
b. Memelihara shalat dan amanat serta memenuhi janji.
c. Berusaha menghindari perbuatan maksiat.
d. Menaati segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang
dilarang oleh Allah.
e. Apabila mendapatkan kebahagiaan, dia bersyukur.
f. Apabila mendapat musibah (penderitaan) dia bersabar.
g. Apabila mempunyai rencana, ia berusaha untuk memenuhi rencananya
dan bertawakkal kepada Allah SWT.

Pada aspek nilai khuluqiyyah yang peneliti temukan bahwa


penekanannya ini dengan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) yang
dibina di SMKN 51 Jakarta. Hal tersebut terlihat dalam keseharian di
sekolah secara keseluruhan baik guru, siswa, maupun warga sekolah. Nilai
akhlak yang ditanamkan di SMKN 51 Jakarta tidak hanya akhlak kepada
Allah, akhlak kepada manusia, akan tetapi juga akhlak kepada alam
(lingkungan). Sebab, dalam Islam terdapat anjuran untuk menjaga dan
mengelola sebuah alam sebaik mungkin sehingga memberikan manfaat bagi
semuanya.
Selanjutnya, pada aspek nilai amaliyyah ini terlihat dalam proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yaitu pembiasaan pada
ritual peribadahan (ubudiyyah) dan pendidikan muamalah. Penekanan
dalam pendidikan ibadah terlihat dengan mewajibkan siswa shalat dzuhur
berjama’ah, dan juga shalat sunnah dhuha. Walaupun dalam melaksanakan

39
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2019
40
Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 4
104

shalat dhuha tidak diwajibkan, namun melalui kesadaran diri masing-


masing dalam melaksanakannya dengan mengharap ridho Allah SWT.
Upaya lainnya yang dilaksanakan di SMKN 51 Jakarta melalui
ekstrakurikuler keagamaan dengan mengadakan bakti sosial, beramal dalam
membantu orang yang membutuhkan pertolongan, sikap toleransi terhadap
sesama, dan berdemokrasi dalam agenda pemilihan ketua ekstrakurikuler
keagamaan secara musyawarah.
Adapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang ada di
sekolah SMK Negeri 51 Jakarta dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam yakni tadarus qur’an, shalat dzuhur berjamaah,
kultum dan tahsin qur’an, jum’at imtaq, infaq jum’at, hadroh, halaqoh atau
liqo, peringatan hari besar Islam, pesantren kilat. Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 51 jakarta terdapat kesesuaian
dengan bentuk program ekstrakurikuler keagamaan yang dijelaskan
direktorat jendral kelembagaan pendidikan agama Islam dalam panduan
kegiatan ekstrakurikuler pendidikan agama Islam yakni pelatihan ibadah
perorangan atau jama’ah, tilawah dan tahsin qur’an, apresiasi seni dan
kebudayaan Islam, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) 41

3. Implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui


ekstrakurikuler keagamaan dalam menumbuhkan karakter Islami di SMKN
51 Jakarta
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam menginternalisasikan nilai-
nilai pendidikan agama Islam di SMK Negeri 51 Jakarta diharapakan juga
dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan karakter Islami siswa
khususnya ditekankan pada karakter religius yang diwujudkan dalam
kegiatan keagamaan.42 Dari penjelasan di atas terdapat kesesuaian tentang

41
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 13-31.
42
Observasi pada tanggal 25 Oktober 2019
105

atribut karakter dalam al-Qur’an dan hadits yang dipaparkan dalam buku
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri.43
Dan juga terdapat kesesuaian tentang karakter yang dijelaskan oleh
kemendiknas terhadap nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada
siswa yakni religius, jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin,
kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir (logis, kritis, kreatif dan
inovatif), mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar akan hak dan kewajiban diri
dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan
prestasi orang lain, santun, demokratis, nilai kebangsaan, nasionalis,
menghargai keberagaman.44
Dari hasil pengamatan yang juga didapat melalui penjelasan pembina
ekstrakurikuler keagamaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan memberikan
dampak dan pengaruh yang cukup besar dalam menumbuhkan karakter
Islami siswa. Akan tetapi jika diprosentasikan tidak dapat dikatakan 100%,
kemungkinan hanya sampai kepada 70% - 80%, karena hal tersebut masih
tahap perkembangan dan indikator keberhasilannya juga masih belum dapat
ditentukan. Hal ini baru dapat dilihat dari tingkah laku siswa pada umumnya
ketika melakukan aktifitas kesehariannya di sekolah.
Selain memberikan pengaruh pada karakter siswa, dengan
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam ini juga sedikit
banyak dapat membekali atau memberi perlindungan kepada diri siswa, dan
juga pencegahan dari segala akhlak yang kurang terpuji seperti kenakalan
remaja yang ada pada zaman ini. Sehingga implikasi dari penghayatan
tersebut tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang agama, tetapi juga
meningkatkan kesadaran beribadah serta meningkatkan perubahan sikap dan
perilaku siswa yang berkarakter Islami.

43
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter : Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Cet. 1, h. 77.
44
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 33-35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil kajian
teoritis dan hasil penelitian di lapangan maka kesimpulan yang penulis peroleh
adalah:
1. Proses Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan dengan penekanan terhadap pendidikan
penumbuhan karakter dilakukan secara perlahan dan melalui beberapa
tahapan, yaitu tahap transformasi nilai, transaksi nilai, transinternalisasi
nilai, dan koreksi atau evaluasi. Metode yang digunakan dalam
menginternalisasikan nilai tersebut agar penghayatan nilai-nilai yang
dimaksud dapat meresap ke dalam diri pribadi siswa, sehingga tumbuh
karakter Islami tanpa ada unsur paksaan adalah metode keteladanan, qishah
atau cerita, pembiasaan, koreksi dan pengawasan, serta hukuman. Strategi
yang dilakukan pihak sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam seperti kegiatan harian, mingguan dan tahunan.

2. Nilai-nilai yang diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler


keagamaan untuk menumbuhkan karakter Islami di SMK Negeri 51 Jakarta
adalah nilai i’tiqadiyyah, nilai khuluqiyyah, dan nilai amaliyyah. Bentuk
kegiatan yang dilakukannya dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam yakni tadarus qur’an, shalat dzuhur berjamaah,
kultum dan tahsin qur’an, jum’at imtaq, infaq jum’at, hadroh, halaqoh atau
liqo, peringatan hari besar Islam, pesantren kilat. Dan salah satu hasil dari
penghayatan nilai-nilai tersebut, diwujudkannya dalam sikap dan perilaku.

3. Implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui kegiatan


ekstrakurikuler keagamaan untuk menumbuhkan karakter Islami di SMK
Negeri 51 Jakarta sangat memberikan kemudahan dan membantu siswa

106
107

dalam proses penghayatan nilai-nilai pendidikan agama Islam, karena


selain mempelajari teori ilmu-ilmu pendidikan i’tiqadiyyah, khuluqiyyah
dan amaliyyah, siswa juga dapat mempraktekan atau mengaplikasikannya
dengan cara pembiasaan diri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan syari’at Islam. Jadi bukan hanya meningkatkan pemahaman
tentang agama, tetapi juga meningkatkan kesadaran beribadah serta
menumbuhkan karakter Islami siswa.

B. Implikasi
1. Mengembangkan dan menumbuhkan karakter Islami siswa dengan
meningkatnya kegiatan keagamaan di sekolah.
2. Menambah perhatian guru tentang pentingnya penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan karakter Islami siswa.
3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas kegiatan keagamaan dengan
meminimalisir kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

C. Saran-saran
1. Bagi Sekolah
Disarankan untuk melengkapi media dan sarana prasarana serta
mendukung kegiatan keagamaan untuk meningkatkan proses internalisasi
nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui ekstrakurikuler keagamaan
dalam menumbuhkan karakter Islami siswa.

2. Bagi Pembina Ekstrakurikuler Keagamaan/Guru Khususnya


Pendidikan Agama Islam
Disarankan untuk lebih giat dan memiliki strategi baru dalam
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam, bukan hanya
memberikan materi pada aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psimotorik
sehingga menyentuh pada hal moralitas.
108

3. Bagi Pengurus Ekstrakurikuler Keagamaan


Dalam menarik siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan ini
harus adanya kerjasama yang baik antara pengurus, pembina, kepala
sekolah dan juga para orang tua/wali murid sehingga selalu mendapat
dukungan atas program kegiatan keagamaan, dan memberikan motivasi
agar lebih aktif serta mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan
dengan lebih inovatif.
DAFTAR PUSTAKA

A.Rusdiana, “Integrasi Pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi”.


Jurnal, 3.

Abdul Hakam, Kamal & Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi nilai-nilai,
Jakarta: CV Maulana Media Grafika, 2016

Abdullah Sani, Ridwan dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter :


Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.1,
2016.
Agil Husin Al Munawar, Said. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem
Pendidikan Islam, Ciputat: PT. Ciputat Press, Cet. 5, 2005.
Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.8, 2016.
Al-Qur’an dan Terjemahan, Al-Madinatul Munawwarah: Mushaf Asy-syarif, 1997
Anas Ma`arif, Muhammad. Analisis Strategi Pendidikan Karakter Melalui
Hukuman Preventif, Jurnal Pendidikan Islam, 6, 2018.

Ardy Wiyani, Novan. Pendidikan Agama Islam berbasis Pendidikan Karakter,


Bandung: Alfabeta, 2013.

Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama


Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Gunawan, Heri. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet.1, 2014.

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, Bandung: CV.


Alfabeta, Cet.2, 2012.

Hambali, Muh. dan Eva Yulianti, Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap


Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik di Kota Majapahit, Jurnal
Pedagogik, 05, 2018.

Hamid, Abdul. Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri Kota Palu, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 14, 2016.

109
110

https://jogjainside.com/sembilan-pelajar-jadi-tersangka-pembacokan-siswa-smk-
di-yogyakarta/, diakses pada tanggal 02 April 2019

https://news.okezone.com/read/2019/02/11/337/2016172/viral-siswa-bully-guru-
dpr-penguatan-karakter-dan-anak-didik-harus-dinomorsatukan, diakses
pada tanggal 20 Maret 2019

https://regional.kompas.com/read/2019/10/22/07050091/fakta-guru-tewas-
ditikam-usai-tegur-siswa-yang-merokok-di-sekolah-diduga, diakses pada
tanggal 02 November 2019

https://www.liputan6.com/regional/read/3916353/guru-babak-belur-usai-tegur-
siswa-yang-berpakaian-serampangan-saat-upacara?source=search, diakses
pada tanggal 20 Maret 2019

Isnaeni, Peran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kepekaan sosial anak
di kehidupan sehari-hari. Jurnal Inspirasi, 1, 2017.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.

Jalaludin, H.U. Revitalisasi Nilai-nilai Agama Islam dalam Pendidikan Agama


Islam di Perguruan Tinggi, Jurnal Penelitian Agama, 12, 2011.

Jirzanah. Aktualisasi pemahaman nilai menurut Max Scheler bagi masa depan
bangsa Indonesia, Jurnal Filsafat, 18.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.5, 2012.

Muhaimin, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta:


Rajawali Pers, Cet.1, 2011.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Madrasah Dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Mujib, Abdul. Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, Cet. 5, 2017.
Mulyasa, E., Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.5,
2016.
111

Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, Jakarta: Rajawali


Pers, Cet.1, 2014.

Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid I, Jakarta: UI Press,
Cet. 5, 1985.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. 2,


1999.
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. 1,
2011.

Nurul Hidayah, Siti. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam


Pembentukan Sikap dan Perilaku Keagamaan Siswa di Mts Negeri Wates
kulon Progo, Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.

Ramayulis, Dasar-dasar kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan, Jakarta:


Kalam Mulia, 2015.

Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan, Bandung: Kencana, Cet.1, 2013.
Sudaryono. Metodologi Penelitian, Depok: Rajawali Pers, Cet.2, 2018.

Sukiman. Modul Pengembangan Ekstrakurikuler PAI, Yogyakarta: Direktorat


Pendidikan Islam, Cet. 1, 2011.

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta,


2002.
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, Cet.1, 2012.
Sutrisno dan Suyatno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern, Jakarta:
Kencana, Cet.1, 2015.

Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada, 2014.

Yuliati Zakiyah, Qiqi & H.A. Rusdian, Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
pendidikan, Jakarta: Kencana, Cet.1, 2011.
112

Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI

VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR SUBVARIABEL


Internalisasi Tahapan Internalisasi Tahap Transformasi Nilai
nilai-nilai Nilai Proses yang dilakukan oleh pelatih dalam
pendidikan menginformasikan nilai-nilai yang baik dan
agama Islam yang kurang baik. (Nilai yang disampaikan
melalui hanya sebatas menyentuh ranah kognitif)
ekstrakurikuler
keagamaan
Tahap Transaksi Nilai
Proses penginternalisasian nilai melalui
komunikasi dua arah antara pelatih dengan
peserta didik secara timbal balik. (Transaksi
nilai ini pelatih dapat mempengaruhi nilai
peserta didik melalui contoh nilai yang
diajarkannya sesuai dengan nilai dalam
diriya).
Tahap Trans-internalisasi Nilai
Proses internalisasi nilai yang bukan hanya
komunikasi verbal tetapi jug disertai
komunikasi kepribadian melalui
keteladanan, pembiasaan untuk berperilaku
sesuai dengan nilai yang ada. (Ranah
kognitif, afektif dan psikomotor)
Metode Teladan
Keteladanan merupakan metode yang lebih
efektif dan efisien. Karena peserta didik
(terutama siswa pada usia pendidikan dasar
dan menengah) pada umumnya cenderung
meneladani (meniru) guru atau pendidiknya.
Metode Internalisasi
Metode Pembiasaan
Nilai-nilai Pendidikan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja
agama Islam dalam
dilakukan secara berulang-ulang agar
menumbuhkan
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode
karakter Islami
pembiasaan (habituation) ini berintikan
pengalaman, karena yang dibiasakan itu
ialah sesuatu yang diamalkan.
Metode Koreksi dan Pengawasan
Metode ini juga untuk memberikan
perhatian kepada siswa sehingga siswa akan
113

merasa diperhatikan dan akan diberikan


bimbingan khusus.
Hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang
dilakukan jika ada siswa yang memang sulit
untuk diatur dan berulang kali melakukan
kesalahan. Hukuman ini lebih kepada
pembinaan.
Nilai I’tiqadiyyah Berkaitan dengan pendidikan keimanan,
seperti percaya kepada Allah, malaikat,
rasul, kitab, hari akhir dan takdir yang
bertujuan untuk menata kepercayaan
individu.
Nilai Khuluqiyyah Berkaitan dengan pendidikan etika, yang
bertujuan untuk membersihkan diri dari
perilaku rendah dan menghiasi diri dengan
perilaku terpuji.
Nilai Amaliyyah Berkaitan dengan pendidikan tingkah laku
sehari-hari, seperti ibadah dan muamalah
(syakhsiyah, madaniyah, jana’iyah,
murafa’at, dusturiyah, duwaliyah,
iqtishadiyah).
114

Lampiran 2
PEDOMAN ANGKET
SKALA SIKAP

KARAKTER ISLAMI

INDIKATOR NOMOR
SUBVARIABE
VARIABEL SUBVARIABE
L POSITI NEGATI
L F F
Karakter Jujur 1 -
Utama Sabar - 2
Adil - 3
Ikhlas 4 -
Amanah 5 -
Bertanggungjawa
- 6
b
Karakter Menjaga lisan 7 -
dengan orang Mengendalikan
- 8
lain diri
Menjauhi
Prasangka dan 9 -
Pergunjingan
Menumbuhka Lemah lembut 10 -
n Karakter Berbuat baik
Islami 11 -
kepada orang lain
Mencintai
12 -
sesamamuslim
Menjaga
13 -
silaturahim
Malu berbuat
14 -
jahat
Karakter untuk Hemat - 15
sukses Hidup sederhana - 16
Bersedekah - 17
Tidak sombong - 18
Bersungguh-
- 19
sungguh
Bersyukur - 20
115

SKALA SIKAP
KARAKTER ISLAMI

Nama :
Umur :
Kelas :

Petunjuk Pengisian:
Terhadap setiap pernyataan di bawah ini, Anda diminta menilai dengan cara
memilih salah satu di antara sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju.

Sangat
Sangat Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Saya berani mengakui kesalahan
1.
atau kekurangan yang dimiliki
Saya mudah mengeluh atas setiap
2.
cobaan yang ada
Saya pilih kasih terhadap teman-
3.
teman
Melaksanakan shalat berjama’ah
4.
tanpa paksaan.
Menyelesaikan tugas dan
5. kewajiban sesuai dengan
ketentuan.
Tidak berani menerima resiko dari
6.
tindakan yang saya lakukan
Saya tidak suka berkata kotor dan
7.
kasar
8. Berperilaku semena-mena.
Berdoa sebelum melakukan
9.
aktivitas.
Menerima sesuatu selalu dengan
10.
tangan kanan.
Mengajarkan hal-hal yang baik
11. dan mengingatkan segala hal yang
kurang baik.
Saling mengingatkan ketika waktu
12.
shalat.
116

Sangat
Sangat Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Menyapa atau memberi salam
13.
ketika bertemu.
Mengembangkan diri secara
optimal dengan memanfaatkan
14.
kelebihan diri serta memperbaiki
kekurangannya
Suka berbelanja, dan jalan-jalan
15. tanpa menghitung biaya yang
harus dikeluarkan
Menggunakan segala sesuatunya
16.
secara berlebihan
Tidak suka berbagi dengan orang
17.
lain
Memiliki satu kelompok dalam
18.
pertemenan (geng)
19. Cepat pasrah dan putus asa
Selalu merasa kurang atas apa
20.
yang sudah dimiliki

PEDOMAN PENILAIAN
SANGAT
PERNYATAAN SANGAT TIDAK
SETUJU NETRAL TIDAK
SIKAP SETUJU SETUJU
SETUJU
PERNYATAAN
5 4 3 2 1
POSITIF
PERNYATAAN
1 2 3 4 5
NEGATIF
117

Lampiran 3
Hasil Wawancara

Informan : Suyamti, S.Pd, M.M


Jabatan : Kepala Sekolah SMKN 51 Jakarta
Waktu : 08 November 2019
Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Di sekolah terdapat bidang akademik
ekstrakurikuler keagamaan? dan non akademik. Jika akademik
terdapat pada mata pelajaran dan
ekstrakurikuler keagamaan merupakan
satu penyaluran potensi siswa di luar
akademik. Menjadi wadah untuk siswa
dalam menambah pengalaman agama
dan sebagainya.
Apa tujuan adanya kegiatan Untuk menambah ilmu, pengalaman
ekstrakurikuler keagamaan? agama dan sebagainya. Didalamnya
terdapat penambahan karakter siswa
dari sisi imtaq. Dari Imtaq kita
lakukan dengan adanya kegiatan
keagamaan tentu siswa akan dibekali
selain di kelas, justru siswa bakal
memiliki potensi lebih di bidang
agama Islam. Potensi itu menjadi
karakter anak-anak, pengalaman
belajar, bekal jiwa dan raganya
sehingga menjadi kuat.
Apakah ekstrakurikuler keagamaan ini Ya tentu saja ada, hal tersebut dibina
memiliki struktur organisasi dan langsung oleh Umi Asmiati bersama
program kerja? Bapak Maulana Ibrahim.
Kapan kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan keagamaan hampir setiap
keagamaan dilaksanakan? hari itu ada, namun untuk kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan wajib itu
ada di hari Jum’at.
Dimanakah kegiatan tersebut Kegiatan tersebut lebih sering
dilaksanakan? dilaksanakan di masjid dan juga di
lapangan sekolah.
118

Berapa banyak peserta didik yang Hampir secara keseluruhan peserta


mengikuti kegiatan ekstrakurikuler didik yang mengikuti kegiatan
keagamaan? keagamaan, namun untuk yang masuk
dalam organisasi itu hanya beberapa
saja.
Bagaimana karakter siswa di sekolah Alhamdulillah karakter siswa di SMK
ini? Terutama anak rohis? meningkat, kenapa dikatakan
meningkat? Karena ibu masuk dulu,
ibu udah 2 tahun disini. Ketika ibu
masuk di 51, anak banyak terlambat,
guru terlambat masuk kelas, ketika
istirahat guru dan siswa banyak keluar
dan sebagainya. Alhamdulillah dengan
perjalanan waktu, ibu benahi pelan-
pelan sehingga saat ini keterlambatan
hampir 10% bagi anak, anak rajin dan
guru menjadi rajin karena terpantau
dengan manajemen dan CCTV,
sehingga disiplinnya meningkat.
Karakter dibangun dari upacara dan
sebagainya meningkat. Itu bisa didata
melalui BP dan kegiatan keagamaan.
Anak yang tidak shalat seperti apa,
jadwalnya seperti apa, ada dan tidak,
praktek-praktek siswa membentuk
disiplin tadi. Itu perubahan-perubahan
yang terlihat. Secara akademik dan
non akademik. Secara akademik
prestasi 51 meningkat, dari hasil UN
dulu ibu masuk rangking 15, skrg
udah masuk ranking 7 DKI. Dari segi
guru, ibu kepala sekolah prestasi
tingkat DKI maju nasional, walaupun
hanya masuk 10 besar. Guru kita juga
ada masuk nasional, itu salah satu
prestasi kebanggan sekolah. Siswa
mencapai nilai matemarika 100 ada 27
orang, dalam 2 tahun ini. Itu dampak
dari perjalanan , dampak dari proses
pendidikan yang kita terapkan, disiplin
diri, karakter, dan agama sebagainya.
Dari segi fasilitas, sekeliling dapat
dilihat ya mas Fathur apa yang telah
ibu lakukan. Itu secara global
penjelasan karakter siswa.
119

Apa upaya yang dilakukan dalam Banyak sekali yang dilakukan guru
menginternalisasikan nilai-nilai agama, hampir keseluruhan itu
pendidikan agama Islam untuk menjadi budaya sekolah. Bahwa
menumbuhkan karakter siswa? sekolah kita bukan hanya prestasi
akademik. Justru yang dikedepankan
adalah karakter. Karakter tidak mudah
terbentuk dari sejak dalam kandungan
sampe liang lahat. Kami di jenjang
SMK sama, melaksanakan itu dari
mulai pagi, kita lakukan 5S, berjabat
tangan di pintu depan, masuk kelas
anak-anak tadarus pagi, doa bersama.
itu dalam bentuk agama Islam, dan
agama selain itu sesuai dengan
kebiasaannya masing-masing, dan
diselangi shalat dhuha bagi anak-anak
yang menyisihkan waktu, itu khusus
agama Islam.
Begitu siang, kita lakukan dengan
shalat berjamaah, kultum dan
sebagainya.
Kita tambahkan lagi, di hari Jum’at itu
ada jum’at imtaq, jum’at sehat, jum’at
berbagi. Tadarus, yasinan, kultum,
tampil pidato untuk melatih berbicara
didepan orang banyak.
Luar biasa terobosan yang dilakukan
di 51 berkembang. Siswa bisa kultum
hampir satu jam, keren. Itu untuk
mengembangkan potensi siswa. Dari
segi guru sama, meneladani,
menerapkan selalu mengontrol bahwa
karakter tidak mudah tetapi perlu
dicontohkan. Itu adalah siklus, selalu
dilakukan lalu menjadi budaya, seteleh
itu menjadi karakter pribadi-pribadi
yang unggul. Itu harapan ibu
kesana,yaitu untuk 51. Alhamdulillah,
dengan bantuan guru agama, BP, guru,
semuanya kita kolaborasi seluruh staf
holder sekolah, insyaAllah 51 akan
berkembang baik dalam hal karakter,
yang nanti akan menjadi sekolah
ramah anak.sekolah sehat, berkarakter,
unggul dan kompeten.
120

Apa saja faktor pendukung dan Faktor penghambat banyak, kita


penghambat dalam proses internalisasi pendidikan tidak hanya dibebankan di
nilai-nilai pendidikan agama Islam sekolah. Pendidikan merupakan
dalam menumbuhkan karakter Islami? tanggung jawab bersama, tanggung
jawab sekolah, rumah, dan
masyarakat.
Tentu tiga faktor ini mempengaruhi,
bagaimana anak di rumah, di
masyarakat. Begitu masuk sekolah
terdapat aturan, pasti ada kendala-
kendala banyak sekali. Apalagi kita
SMK, dimana secara alam tahu
kondisi SMK kan mas, tetapi ibu
bangga SMK. Bukan melihat dari sisi
perjuangan, tetapi kita lihat dari siswa
yang lulus dari hal-hal yang miskin,
dan sebagainya itulah kebanggaan
kami. Bukan kebanggaan minta gaji,
tetapi kebangaan anak ketika berhasil.
Mengentaskan anak-anak miskin,
nelayan, pesisir. Kami perjuangannya
ke situ.
Faktor Penghambat banyak sekali,
anak-anak 51 hampir separuh adalah
keluarga kurang mampu, ekonomi
menengah, 15 % anak drop orang tua
broken home, sekarang ditambah anak
panti, anak-anak inklusi. Kita harus
merangkul itu, merangkul menjadi
satu keluarga, sehingga anak yang
sempurna bisa mengayomi anak
inklusi dan sebagainya. Jadi tugas
sekolah saat ini luar biasa, beda ketika
jaman dahulu. Hambatannya ya itu
tadi, banyaknya masalah-masalah
keluarga. Banyaknya pengaruh yang
luar biasa dari booming ,digempur dari
medsos luar biasa, paling berat disitu.
Kita kurang mampu mengontrol dan
mengendalikannya. Itu yang paling
berat, oke bila di sekolah masih
terlihat bapak ibu guru, tetapi ketika di
rumah tidak semua orang tua
mengontrol.
Hp di 51 dikumpul loh, itu kenapa?
Agar bisa konsen belajar, ketika
121

pulang baru boleh diambil. Itu salah


satu bentuk penanganannya. Tetapi itu
tadi, banyak sekali kendala dari segi
masyarakat, masing-masing punya
karakter yang berbeda, latar belakang
keluarga, masalah keluarga, dan
sebagainya.
Masyarakat umum sebagainya,
gempuran dan benturan dengan luar
biasa dengan datangnya globalisasi
yang kita gabisa membendung, kalau
tidak ditamengi dengan diri, dan juga
heterogennya orang tua.
Latar belakang orang tua itu
mempengaruhi mindset siswa ke
sekolah. Itu hambatan-hambatan yang
kita hadapi.
Bagaimana respon peserta didik Alhamdulillah luar biasa supportnya,
terhadap kegiatan ekstrakurikuler senang sekali. Dapat dibuktikan di
keagamaan? guru agama, artinya ada peningkatan
jamaah, peningkatan infaq, shalat,
yang bisa ngaji, pidato di depan
umum, kita tingkatkan. Prestasi-
prestasi ekskul ada dan meningkat.
Hal itu dilakukan dengan motivasi-
motivasi keagamaan, berkaitan dengan
kelas 3 menjelang ujian dan
sebagainya.
Apakah kegiatan ekstrakurikuler Dampaknya dari tingkah lakunya, budi
keagamaan ini memberikan pekertinya, etikanya, hal itu implikasi
implikasi/dampak positif terhadap dari segala unsur siklus tadi. Secara
perilaku dan karakter siswa? otomatis terlihat.
Kegiatan tadarus bersama, shalat
dhuha bersama, peringatan agama
bersama, itu salah satu bentuk.
Wujudnya adalah anak-anak beretika
dan memiliki karakter.
Itu namanya siklus, tidak hanya dari
segi agama, agama hanya dalam satu
dampak.
Adakah perbedaan karakter antara Ya tentu ada, namun kita disini tidak
siswa yang mengikuti kegiatan membeda-bedakan hal tersebut namun
ekstrakurikuler keagamaan dengan memberikan perhatian khusus kepada
yang tidak mengikutinya? siswa yang belum mampu
menampilkan karakter baik
122

Seberapa pentingkah internalisasi Sangat penting, karena mas tau sendiri


nilai-nilai pendidikan agama Islam karakter anak jaman sekarang. Dengan
terhadap pertumbuhan karakter adanya arus globalisasi yang kuat, dari
Peserta didik? segi teknologi yang semakin canggih.
Penghayatan nilai-nilai pendidikan
agama Islam dalam diri siswa akan
terus berkurang jika tidak dalam
pengawasan. Maka bukan hanya
akademik yang kita tingkatkan tetapi
juga merubah karakter siswa menjadi
yang berakhlak mulia.

Mengetahui,
Kepala Sekolah SMKN 51 Jakarta

Suyamti, S.Pd, M.M


123

Hasil Wawancara

Informan : Rozaniwati, M.Pd


Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum
Waktu : 25 Oktober 2019
Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah

Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Kegiatan keagamaan dalam hal ini
ekstrakurikuler keagamaan? ekstrakurikuler rohis berarti rohani
Islam yang dimaksud memberikan
pendalaman atau penguatan kepada
siswa untuk mengenal dan menghayati
nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Ketika tidak ada kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan ini
pengetahuan beberapa siswa sangat
minim, terutama dalam baca tulis
Qur’an. Ditambah lagi latarbelakang
siswanya sangat beraneka ragam,
sehingga perlu digali dan pembinaan
sehingga menjadi siswa yang
berakhlak mulia
Apa tujuan adanya kegiatan Rohis ini ditujukan sebagai wadah
ekstrakurikuler keagamaan? syiar agama dalam menumbuhkan
karakter Islami terutama religius yang
diaplikasikan dengan kegiatan-
kegiatan keagamaan. Dengan
melakukan pembinaan yang
dibimbing oleh pembina rohis,
pembimbing teman sejawat ataupun
alumni sehingga dapat mencetak
generasi muda yang cerdas dan
berakhlak mulia dan memperluas
pengetahuan keagamaan siswa,
bahkan bukan hanya siswa tetapi juga
warga sekolah.
Apakah rohis ini memiliki struktur Ada, semua itu tertera dalam dokumen
organisasi dan program kerja? rohis dan sepengetahuan oleh pembina
rohis.
124

Kapan kegiatan rohis dilaksanakan? Kegiatan keagamaan di SMKN 51


Jakarta setiap hari ada, seperti tadarus
itu rohis juga kan. Lalu shalat dzuhur
berjamaah yang dilakukan setiap hari,
setiap jum’at ada jum’at imtaq yang
didalamnya terdapat kegiatan seni
budaya islam, tahlil yasin, pidato
keagamaan.
Dimanakah kegiatan tersebut Kegiatan rohis dilakukan di masjid
dilaksanakan? sekolah, karena dengan shalat, diskusi
(sharing), jum’at di lapangan
Berapa banyak peserta didik yang Semua siswa diwajibkan mengikuti
mengikuti kegiatan rohis? kegiatan rohani Islam, namun ada
beberapa siswa yang menjadi rohis
inti.
Bagaimana karakter siswa di sekolah Pada umumnya siswa SMK adalah
ini? Terutama anak rohis? siswa yang berkarakter positif, mereka
tidak pernah melakukan tawuran
bahkan masalah bolos (kabur ketika
jam pelajaran) hampir tidak ada. Itu
menjadi indikator bahwa karakter
siswa 51 baik semua.
Apa upaya yang dilakukan dalam Jadi, sekarang itu juga ada PPK
menumbuhkan karakter siswa? (pendidikan penumbuhan karakter),
jadi karakter yang sudah ada di dalam
diri masing-masing tetapi digali dan
ditumbuhkan lagi. Sehingga siswa
menjadi mengetahui tentang religius
dan lain sebagainya. Karakter
diantaranya religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan
integritas. Jadi itu diharapakan
tertanam dan diaplikasikan dalam
keseharian terhadap masyarakat
khususnya siswa, termasuk guru dan
warga sekolah.
Bagaimana proses internalisasi nilai- Dalam penanaman nilai-nilai
nilai pendidikan agama Islam di keagamaan, harus dilakukan beberapa
SMKN 51 Jakarta? tahapan dan secara perlahan agar bisa
memperoleh hasil yang diharapkan.
Yang biasa dilakukan oleh pembina
rohis, menanamkan betul
kepemimpinan dan nilai-nilai pai
dalam menumbuhkan karakter seperti
siswa rohis dilatih untuk memberikan
125

kultum, kemudian saat shalat jum’at


sesekali bilal berjadwal dan lain-lain.
Apa saja nilai-nilai yang Nilai apa ya, tentang keimanan dan
diinternalisasikan melalui kegiatan peribadahan dan juga mengajarkan
rohis dan bagaimana pelaksanaannya? akhlak yang baik kepada siswa. Hal
tersebut dilakukan dengan cara
tadarusan, kultum, shalat dhuha
bersama, tahlil yasin, maulid dengan
iringan hadroh, keputrian, dan lainnya.

Seberapa pentingkah internalisasi Kalau menurut ibu, sangatlah penting.


nilai-nilai pendidikan agama Islam Kita menanamkan karakter peserta
terhadap pertumbuhan karakter Peserta didik itu tidak mudah, dan pendidikan
didik? karakter utama itu di keluarga,
bagaimana keluarga mampu
memberikan pendidikan karakter
terhadap putra putrinya, jika di
sekolah hanya tinggal mengasahkan
dan menumbuhkan karakter itu.

Apa saja faktor pendukung dan Pendukung : kesiapan siswanya,


penghambat dalam proses sarana prasarana, narasumber atau
internalisasi? pembina ada tersedia.
Penghambat : kalau hambatan
kemungkinan tidak tepat, tetapi
dikatakan sebagai kendala seperti
internal diri siswanya yang belum siap
dan kurang minat dalam mengetahui
ilmu agama.
Solusinya : mengawasi dan sarana
pembelajaran nilai-nilai pai dikemas
agar tersampaikan ke siswa dengan
baik.

Bagaimana respon peserta didik Respon siswa positif mendukung dan


terhadap kegiatan rohis? mengikuti dengan seksama. Bahkan
semangat mereka dalam
mempersiapkan kegiatan tersebut pun
ada secara gotong royong. Namun
masih ada segelintir siswa yang masih
kurang respon atau cuek terhadap
kegiatan ini, hal tersebut 1 : 1000 lah
ya.
126

Apakah kegiatan Rohis ini Diharapkan dapat memberikan


memberikan implikasi/dampak positif implikasi atau dampak positif, tetapi
terhadap perilaku dan karakter siswa? kan tidak mudah. Pasti pelan-pelan,
namanya juga pendidikan. Kalau
pendidikan itu bukan satu jam dua
jam, tapi sepanjang hayat tetapi kalo
pelajaran sejam dua jam. Kalau
mendidik itu ada istilah, cikaracak
ninggang batu laun-laun jadi legok
(tetesan air menetesi batu, lama-lama
batu itu menjadi cekung).
Pendekatan atau metode apa yang Upaya yang dilakukan adalah dengan
digunakan dalam menginternalisasi metode keteladanan antar teman,
nilai-nilai tersebut? seperti cerita yang ada. Ada satu anak
beragama non islam, akan tetapi
karena persahabatan dengan teman
lainnya dan selalu ikut kemanapun,
hingga pada akhirnya siswa yang non
Islam itu masuk ke dalam agama
Islam.
Sebetulnya kita sudah memberikan
pembelajaran karakter, dengan cara
menyambut siswa pagi dengan
bersalaman, tadarus pagi. Diadakan
juga menyanyikan lagu indonesia raya
dengan central diikuti dengan siswa
yang berada di kelas. Dan didorong
dengan slogan-slogan yang ada seperti
5S (senyum salam sapa sopan santun)

Mengetahui,
Wakil Kepala Sekolah
Bid. Kurikulum SMKN 51 Jakarta

Rozaniwati, M.Pd
127

Hasil Wawancara

Informan : Maulana Ibrahim, S.Ag


Jabatan : Pembina Ekstrakurikuler Keagamaan
Waktu : 25 Oktober 2019
Tempat : Lobby SMKN 51 Jakarta

Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Latar belakang berdirinya rohis ini,
ekstrakurikuler keagamaan? diawali sebagai wadah untuk
membantu guru agama dalam
menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai pendidikan agama dan
dakwah Islam di sekolah. Dan
kegiatan rohis ini sudah menjadi
ekstrakurikuler wajib berada di bawah
OSIS, menjadi kegiatan keagamaan
yang diikuti oleh seluruh siswa SMKN
51 Jakarta
Apa tujuan adanya kegiatan Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler
ekstrakurikuler keagamaan? keagamaan di SMKN 51 Jakarta yakni
untuk mencetak generasi remaja Islam
dan melakukan pembinaan
keagamaan, agar supaya siswa
menjadi orang yang bertaqwa dan
menjalankan nilai-nilai pendidikan
agama Islam terutama rukun iman dan
Islam. Dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan ini juga
membantu guru agama karena
pendidikan agama tidak bisa
diserahkan ke guru agama, selain itu
juga orang tua ikut serta dalam
membantu guru di sekolah
Apakah ekstrakurikuler keagamaan ini Ya, setiap organisasi harus ada
memiliki struktur organisasi dan struktur organisasi, tentunya dari
program kerja? kepala sekolah pembina kesiswaan,
pembina osis dan rohis, dan siswa itu
sendiri.
128

Dan memiliki program kerja,


diantaranya membantu guru dalam hal
penerapan nilai-nilai pai.

Kapan kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan dilaksanakan dari pagi


keagamaan dilaksanakan? sampai sore, hampir setiap hari ada
pengajian yang sifatnya central, ada
shalat dzuhur berjamaah, shalat
jum’at.
Dimanakah kegiatan tersebut Di masjid dan di kelas, tergantung
dilaksanakan? kegiatan yang akan dilaksanakan.
Berapa banyak peserta didik yang Peserta didik yang mengikuti rohis itu
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler semuanya, cuma nanti ada rohis inti
keagamaan? yang membantu berjalannya kegiatan
keagamaan di sekolah ini
Bagaimana karakter siswa di sekolah Sepemantauan saya karakternya baik-
ini? baik semua, mereka yang menyiapkan
sarana dan prasarana kegiatan-
kegiatan keagamaan, tetapi latar
belakang keilmuan beraneka ragam,
rata-rata anak-anak bisa membaca al-
Qur’an, namun ada sebagian anak
yang masih kurang.
Apa upaya yang dilakukan dalam Upaya yang dilkakukan dalam
menumbuhkan karakter siswa? menumbuhkan karakter di SMKN 51
Jakarta ini hanya dengan melanjutkan
atas karakter yang telah ada dalam
dirinya dan pendidikan karakter di
rumah. Kalau anak itu baik maka kita
melanjutkan saja dengan
mengembangkannya jadi lebih baik,
namun jika karakter anak tersebut
kurang baik maka kita lakukan
pembinaan agar menjadi lebih baik
Apa saja nilai-nilai yang Nilai tentang keimanan dalam bentuk
diinternalisasikan melalui kegiatan kultum dan PHBI, akhlak kita ajarkan
ekstrakurikuler keagamaan dan dan kita didik, serta tentang
bagaimana pelaksanaannya? peribadahan kita ajarkan fiqh.
Menurut narasumber, dari nilai-nilai Karakter religius, karena memang
yang diinternalisasikan itu, karakter sudah didukung 95% telah
apa yang akan tumbuh pada peserta menggunakan busana muslim, tetapi
didik? anak memang harus dalam
pengawasan seperti menggunakan
absen. Karakter disini masih bagus,
karena masih lingkungan sekolah
negeri.
129

Pendekatan atau metode apa yang Guru agama terbatas, sedangkan anak
digunakan dalam menginternalisasi banyak. Jadi metode yang lebih
nilai-nilai tersebut? digunakan menggunakan metode
keteladanan, karena kita ga mungkin
personal karena orang banyak. Ada
keterbatasan pembina.
Pembiasaan dari rumah dilanjutkan di
sekolah, tentunya dalam pengawasan
guru dan diabsen.
Pengawasan itu dengan tutor sebaya,
absensi. Bukan hukuman, lebih kepada
pembinaan. Seperti yang tidak shalat
berjamaah kita panggil lalu kita bina.
Apa strategi dalam Kita membuat strategi yang menarik
menginternalisasikan nilai-nilai dengan menonton bareng film” Islam,
pendidikan agama Islam? dengan cara praktek, lomba
keterampilan agama.
Harian : kegiatan bersifat ritual
(shalat, ngaji, berdoa)
Mingguan : pengajian mingguan,
jum’at imtaq
Tahunan : pesantren kilat, PHBI
Apa saja faktor pendukung dan Sebenernya di sekolah negeri, harus
penghambat dalam proses internalisasi dilaporkan kepala sekolah, harus
nilai-nilai pendidikan agama Islam didukung kepala sekolah. Kalo
dalam menumbuhkan karakter Islami? didukung semua bisa berjalan.
Kalo faktor penghambat tidak ada,
media sosial juga diminimalisir
dengan cara dikumpulkan hp ketika
jam pelajaran
Bagaimana respon peserta didik Respon peserta didik positif saja,
terhadap kegiatan ekstrakurikuler karena mereka terikat dan sudah
keagamaan? masuk tata tertib mereka. Ketika awal
masuk, sudah paham atas tata tertib,
dan kegiatan yang harus diikuti
dengan persetjuan orang tua dengan
materai.
Apakah kegiatan ekstrakurikuler Yang kita pantau di lingkungan
keagamaan ini memberikan sekolah terdapat dampak positif, misal
implikasi/dampak positif terhadap ketika berpapasan dengan guru
perilaku dan karakter siswa? mengucap salam dan salaman dan
sebagainya, jujur seperti menemukan
barang, dan berpakaian muslim.
Secara garis besar, materi apa yang Materi akidah, syariah dan akhlak.
disampaikan dalam kegiatan Setidaknya materi” yang familiar di
ekstrakurikuler keagamaan?
130

umat islam, rukun iman, islam dan


akhlak.
Adakah perbedaan karakter antara Ya jelas tentu ada, dengan
siswa yang mengikuti kegiatan dilakukannya pembinaan terhadap
ekstrakurikuler keagamaan dengan yang mengikuti kegiatan tersebut akan
yang tidak mengikutinya? merubah karakter siswa, diharapkan
juga mampu merubah karakter teman
yang lainnya.

Mengetahui,
Pembina Ekstrakurikuler Keagamaan
SMKN 51 Jakarta

Maulana Ibrahim, S.Ag


131

Hasil Wawancara

Informan : Asmiyati, S.Ag


Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Waktu : 08 November 2019
Tempat : Ruang Guru Lt.2
Pertanyaan Jawaban
Apa latar belakangnya berdirinya Yaitu pendidikan, dalam mengajar tidak
ekstrakurikuler keagamaan? hanya memberikan pengajaran tetapi juga
harus mendidik. Yang pertama dan utama
dalam mendidik itu adalah karakter,
itulah sebabnya Nabi Muhammad diutus
ke dunia untuk memperbaiki karakter.
Latar belakangnya dalam hal ini dalam
rangka pembentukan karakter, Karena
melihat akhlak-akhlak diluar yang kurang
bagus. kita berharap dengan wadah yang
tersedia rohis, bisa membentuk karakter
siswa yang berakhlakul karimah
Apa tujuan adanya kegiatan Tujuannya didalamnya adalah
ekstrakurikuler keagamaan? membentuk siswa-siswi yang berkarakter
Islami atau akhlakul karimah. Tidak saja
pandai secara IQ, tetapi juga pandai
secara emosional, secara spiritual,
religius.
Apakah rohis ini memiliki struktur Tentu saja, hanya saja yang mengelola
organisasi dan program kerja? dan menjalankan itu siswa semua, saya
hanya sebagai koordinator.
Kapan kegiatan rohis dilaksanakan? Jum’at sore, setelah pulang jam sekolah.
Jam 16.00 – 17.30
Dimanakah kegiatan tersebut Di masjid at-tarbiyah, mungkin sesekali
dilaksanakan? bila membutuhkan LCD Proyektor
pindah ke kelas
Berapa banyak peserta didik yang Kalau rohis yang wajib ada di hari jum’at
mengikuti kegiatan rohis? untuk keputrian, yang ikhwan shalat
jum’at, yang putri ikut keputrian itu
menjadi wajib bagi semua yang
beragama Islam, tetapi karena
keterbatasan tempat sehingga
perangkatan.
Jumlahnya banyak, karena hampir secara
keseluruhan. Cuma anak rohis yang aktif
132

hanya sekitar 30 orang saja. Tetapi bila


ada kegiatan keagamaan bisa menjadi
banyak siswa yang ikut serta yang
mengaku-ngaku rohis.
Kalau giliran ada kegiatan banyak, tetapi
giliran kegiatan ngaji, liqo pembinaan
hanya sedikit.
Bagaimana karakter siswa di Karakter mereka sudah bagus, sudah
sekolah ini? Terutama anak rohis? sebagian mengamalkan nilai-nilai agama
yang diterapkan di kelas seperti 5S,
mengikuti tadarus, shalat sudah
berjama’ah dibanding dengan sekolah
lainnya. Kesadarannya dalam membantu
temannya juga udah alhamdulillah.
Namun tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa anak yang masih
kurang baik karakternya.
Apa upaya yang dilakukan dalam Kalau anak-anak bermasalah seperti itu,
menumbuhkan karakter siswa? umi menerapkan itu pembelajarannya
kepada mereka dididik untuk menjadi
petugas upacara terlebih dulu. Dalam hal
ini, karena kita di bidang agama kita beri
tugas membaca doa.
Kemudian, kita dekati secara individu
mencari tahu sebabnya. Tetapi
alhamdulillah selama yang umi pegang,
anak-anak yang badung-badung
alhamdulillah bisa terbuka. Jadi setiap
jam pelajaran di kelas, satu jam terakhir
dibuat untuk curhat.
Jadi, solusinya gitu saja, bagaimana
memperbaiki akhlak mereka dengan
pendekatan individu, menemukan
permasalahannya dan mencari solusinya
baru ada perubahan.
Apa saja nilai-nilai yang Nilai-nilai yang diinternalisasikan
diinternalisasikan melalui kegiatan didalamnya terdapat nilai i’tiqadiyyah,
ektrakurikuler keagamaan dan khuluqiyyah dan amaliyyah.
bagaimana tahapan Tahapan-tahapan yang umi lakukan
pelaksanaannya? dalam proses penghayatan nilai-nilai
pendidikan agama Islam yakni pertama
dengan memberikan teori yang diawali
dengan sirah, kemudian dilanjutkan
dengan memberikan pemantapan
keyakinannya berdasarkan qur’an dan
hadits, dan barulah dilakukan praktek
133

dari teori tersebut. Jika dalam


pelaksanaannya dan siswa belum mampu
mengaplikasikannya, umi lakukan
koreksi atau evaluasi bersama.
Pendekatan atau metode apa yang Selain metode keteladan dan pembiasaan,
digunakan dalam menginternalisasi metode koreksi atau pengawasan,
nilai-nilai tersebut? misalkan dalam hal shalat, paling tidak
orang yang sudah shalat itu berubah
akhlaknya menjadi baik. Alhamdulillah,
kalau ada perempuan yang ketahuan
datang bulan lalu dikoreksi, jika
berbohong maka di hukum dengan
menghafal surah.
Metode Hukuman digunakan juga,
contoh ketika menyampaikan materi adab
makan dan minum, umi tidak akan
memberikan hukuman sebelum ada
kesepakatan. Dari situlah, begitu dilihat
alhamdulillah benar-benar
mempraktikannya.
Apa strategi dalam Prinsip utama adalah menjadi contoh
menginternalisasikan nilai-nilai atau teladan terlebih dahulu untuk siswa,
pendidikan agama Islam? baru mereka nanti akan tumbuh simpati
dari apa yang sudah kita perbuat, lakukan
dan ucapkan. Barulah setelah itu kita
masuk, untuk ke anak-anak dalam
menanganinya sesuai dengan
permasalahannya.
Intinya, kita memberikan contoh perilaku
atau akhlak. Nabi Muhammad dijadikan
contoh dari segalanya. Itulah upaya yang
lebih ditekankan dengan keteladanan,
maka setelah itu dengan pembiasaan.
Pembinaan keakhlakan dengan membaca
qur’an, dengan cara tutor sebaya
kemudian setor bacaan.
Apa saja faktor pendukung dan Pendukung alhamdulillah fasilitas di
penghambat dalam proses sekolah sudah sangat mendukung, guru
internalisasi? juga sebagian mendukung guru agama.
Penghambatnya adalah terlalu banyaknya
kegiatan, banyaknya tamu, dan acara-
acara yang memforsir anak menjadi
kurang atua maksimal dalam hal
keagamaan.
Faktor penghambat lainnya itu ada di
faktor orang tua atau keluarga. Intinya,
134

contoh dari orang tua atau keluarga lah


yang menjadi penghambat dalam proses
penghayatan nilai-nilai agama Islam.
Ada juga yang sampai pada akhirnya
mengatakan bahwa ada orang tua yang
tidak pernah mengajarkan dan mendidik
untuk melaksanakan ibadah di rumah.
Dan juga, terdapat kurang dorongan
orang tua seperti stigma atau pendapat
orang tua menganggap bahwa kegiatan
keagamaan di luar sekolah terindikasi
radikal, tetapi setelah dilakukan
pertemuan maka stigma tersebut sedikit
demi sedikit berubah menjadi dukungan
dan beranggapan bahwa melalui
ekstrakurikuler keagamaan itu mengasah
potensi siswa.
Dan juga orang tua menganggap bahwa
kegiatan tersebut tidak berdampak positif
ke nilai akademik.
Bagaimana respon peserta didik Respon dari siswa ya alhamdulillah, baik
terhadap kegiatan rohis? dan semangat. Dan untuk kegiatan
keagamaan, yang jelas mereka
merindukan seorang figur guru agama
yang menjadi contoh bagi siswa
perempuan utamanya dan laki-laki.
Apakah kegiatan ekstrakurikuler Ya, benar-benar memberikan implikasi
keagamaan ini memberikan atau dampak yang sangat positif kepada
implikasi/dampak positif terhadap siswa dalam menumbuhkan karakternya.
perilaku dan karakter siswa?

Mengetahui,
Guru Pendidikan Agama Islam
SMKN 51 Jakarta

Asmiyati, S.Ag
135

Lampiran 4
HASIL OBSERVASI
TAHAPAN INTERNALISASI NILAI

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
1. Tahap Transformasi  Tahapan ini
Proses yang dilakukan oleh pelatih dilakukan melalui
dalam menginformasikan nilai-nilai kegiatan halaqah
yang baik dan yang kurang baik. (Nilai atau liqo yang
yang disampaikan hanya sebatas dipimpin langung
menyentuh ranah kognitif) oleh murobbi.
Membahas tentang
tauhid, fiqh, akidah
akhlak, dan seni
budaya Islam.
2. Tahap Transaksi  Pada tahapan ini
Proses penginternalisasian nilai melalui siswa diajak untuk
komunikasi dua arah antara pelatih berdiskusi tentang
dengan peserta didik secara timbal balik. suatu permasalahan
(Transaksi nilai ini pelatih dapat yang ada secara
mempengaruhi nilai peserta didik bersama-sama sesuai
melalui contoh nilai yang diajarkannya dengan al-Qur’an
sesuai dengan nilai dalam diriya). dan Hadits. Seperti
dalam hal berbusana,
berperilaku,
menaggapi sesuatu
dan lainnya dengan
pengalaman secara
langsung.
3. Tahap Tran-internalisasi  Seorang murobbi
Proses internalisasi nilai yang bukan mengajak dan
hanya komunikasi verbal tetapi jug memberikan contoh
disertai komunikasi kepribadian melalui segala hal sunnah
keteladanan, pembiasaan untuk nya Nabi
berperilaku sesuai dengan nilai yang Muhammad SAW
ada. (Ranah kognitif, afektif dan seperti dalam
psikomotor) beribadah, berakhlak,
berbusana, bertutur
kata, peduli terhadap
sesama, berpidato
136

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
depan umum dan
lainnya.
4. Tahap Evaluasi  Pada tahap ini
Proses internalisasi nilai dengan cara dilaksanakan dengan
mengevaluasi dari tahapan pemberian metode pengawasan,
pemahaman, memberikan keyakinan, dimana pembina
dan dalam segi praktiknya. memberi perhatian
lebih kepada siswa
dalam tindakan
kesehariannya,
melihat
perkembangan
pengetahuan
keagamaan dan
karakter siswa di
sekolah Selanjutnya,
jika terdapat suatu
kendala dalam proses
internalisasi atau
kegiatan
keagamaannya, baik
dari siswa maupun
dari pelaksanaannya.
137

HASIL OBSERVASI
METODE INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER ISLAMI

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
1. Metode Teladan  Siswa sangat mudah
Keteladanan merupakan metode yang mencontoh dari
lebih efektif dan efisien. Karena peserta sosok seorang yang
didik (terutama siswa pada usia diteladani, seperti
pendidikan dasar dan menengah) pada guru datang tidak
umumnya cenderung meneladani terlambat, menyapa
(meniru) guru atau pendidiknya. ketika bertemu,
disiplin dalam
berbusana, dan
perilaku yang positif
dan sebagainya. Hal
ini ditunjukkan
langsung oleh guru
pendidikan agama
Islam yakni Umi
Asmiati.
2. Metode Pembiasaan  Pembiasaan ini
Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan dengan
sengaja dilakukan secara berulang- cara melakukan
ulang agar sesuatu itu dapat menjadi ritual-ritual
kebiasaan. Metode pembiasaan keagamaan, kegiatan
(habituation) ini berintikan ubudiyah dan
pengalaman, karena yang dibiasakan itu muamalah seperti
ialah sesuatu yang diamalkan. mengucap salam dan
berjabat tangan
ketika bertemu
teman, guru, maupun
hendak masuk ke
ruangan, tadarus
qur’an dan berdoa
sebelum memulai
belajar, shalat dhuha,
shalat dzuhur
berjama’ah, kultum
ba’da shalat dzuhur.
3. Metode Koreksi dan Pengawasan  Hal yang dilakukan
seperti ketika
138

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
Metode ini juga untuk memberikan beberapa kegiatan
perhatian kepada siswa sehingga siswa keagamaan diadakan
akan merasa diperhatikan dan akan absensi untuk
diberikan bimbingan khusus. semuanya, agar
terdapat pengawasan
dan koreksi jika ada
yang tidak
mengikutinya dengan
seksama.
4. Hukuman  Metode hukuman
Hal ini menjadi metode terakhir yang yang diterapkan di
dilakukan jika ada siswa yang memang sekolah ini berupa
sulit untuk diatur dan berulang kali pembinaan, bukan
melakukan kesalahan. hukuman berupa
fisik. Jadi, bukan
siswa dihukum
namun lebih kepada
pembinaan agar
siswa dapat lebih
menghayati nilai-
nilai pendidikan
agama Islam secara
sadar dan sengaja.
Contohnya, jika tidak
shalat diberikan
hukuman seperti
dengan memberi
tugas hafalan surat-
surat, jika melanggar
kembali hafalannya
ditambah.
5. Metode Qishah atau cerita  Metode ini dilakukan
Sebagai metode pendukung di SMKN 51 Jakarta
pelaksanaan pendidikan memiliki dengan cara bercerita
peranan yang sangat penting, karena kisah terhadap
dalam kisah-kisah terdapat berbagai kejadian masa lalu.
keteladanan dan edukasi Kisah yang dimaksud
yakni kejadian
kehidupan nabi atau
disebut sirah
nabawiyyah, yang
didalamnya
139

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
mencakup pribadi
nabi, akhlak,
perjuangan nabi
Muhammad SAW,
dan lainnya. Metode
ini selalu dilakukan
di tahap awal dalam
menginternalisasikan
nilai-nilai pendidikan
agama Islam, karena
membantu
mengarahkan
pandangan siswa dan
lebih mengenal
Islam.
140

HASIL OBSERVASI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
1. Nilai I’tiqadiyyah  Nilai ini
Berkaitan dengan pendidikan diinternalisasikan
keimanan, seperti percaya kepada melalui halaqoh atau
Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir liqo diwujudkan
dan takdir yang bertujuan untuk menata dengan kegiatan
kepercayaan individu. tadarus al-Qur’an,
berdoa bersama
sebelum memulai
pembelajaran,
kultum atau ceramah
agama setelah ba’da
dzuhur digunakan
sebagai mengasah
dan menambah
keyakinan siswa,
dengan tujuan selalu
menghadirkan Allah
dalam hatinya.
2. Nilai Khuluqiyyah  Nilai-nilai khuluqiyyah
Berkaitan dengan pendidikan etika, yang diinternalisasikan
yang bertujuan untuk membersihkan
diri dari perilaku rendah dan menghiasi dominan sebagai
diri dengan perilaku terpuji. berikut:
a. Jujur dan amanah
b. Disiplin
c. Silaturrahmi dan
Ukhuwah
Islamiyyah
d. Al-Munfiqun dan
peduli terhadap
lingkungan
e. Al-Musawwamah
dan gotong royong
141

Hasil
Pengamatan
No. Aspek yang Diamati Deskripsi
Tidak
Ada
Ada
3. Nilai Amaliyyah  Nilai Amaliyyah
Berkaitan dengan pendidikan tingkah yang
laku sehari-hari, seperti ibadah dan diinternalisasikan
muamalah (syakhsiyah, madaniyah, yakni dengan
jana’iyah, murafa’at, dusturiyah, mengaktualisasikan
duwaliyah, iqtishadiyah). nilai-nilai ubudiyah
yang mencakup
rukun Islam seperti
shalat dzuhur
berjama’ah, shalat
dhuha, shalat jum’at,
menyembelih hewan
qurban, zakat,
tarawih, pesantren
kilat. Nilai lainnya
dalam hal muamalah
dilakukan dalam
kegiatan bakti sosial,
infaq. Nilai
syakhsiyah praktek
langsung ijab qabul.
Nilai madaniyah
dengan berlatih
dalam bidang dana
usaha. Dan juga nilai
duwaliyah
ditunjukkan dalam
kegiatan
berdemokrasi
pemilihan ketua
organisasi dan
dilakukan secara
bermusyawarah.
Lampiran 5

HASIL ANGKET
(SKALA SIKAP)
ANGGOTA EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SMK NEGERI 51 JAKARTA
Pernyataan
No. Nama Kelas
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Akmal Abiyyu Naufal XI-MM1 4 4 5 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 5 3 5 5 3 4
2 Saddam Bimar Fauzan XI-MM2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3
3 Muhammad Husein Haikal XI-MM2 4 3 3 4 3 2 5 4 4 4 5 5 3 5 2 3 4 3 3
Muhammad Ilham
4 XI-MM2 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 5 3
Misbakhul Anwar
Muhamad Ade Nofan
5 XI-AK2 5 5 4 5 4 3 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
Ramadhan
6 Aziz Nurrohman XI-BDP 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3
7 Singgih Maulana XI-BDP 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4
8 Rifqi Ardian X- AK1 3 3 3 4 4 3 5 3 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4
9 Parera Zaid Sabits X-MM2 4 2 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3
10 Nikko Santoso X-BDP 5 4 5 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5
X-
11 Gusnadhib 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 5 4 4 4
OTKP1
12 Alfi Lazuardy Nur X-AK1 4 2 3 5 4 2 2 4 5 5 4 5 4 3 5 3 4 5 2
X-
13 Julfan Ardi 5 4 4 5 3 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4
OTKP2

142
14 Ilham Ramadhan X-AK1 3 3 4 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 5 5 4 5 4
15 Helmi Agil X-BDP 5 4 5 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5
X-
16 Muhammad Iqbal 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4
OTKP2
17 Anugrah Fajar X-BDP 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 5
Mas Sulaiman Suryo
18 X-MM 4 2 3 5 4 3 3 5 5 4 5 5 5 5 3 4 4 3 3
Sumirat
19 Satria N.A X-MM 5 5 5 5 4 1 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 5 5
20 M. Reza F X-BDP 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4
X-
21 Muhammad Fadilah 4 3 3 5 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4
OTKP2
X-
22 Dani Kiswara Putra 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
OTKP2
23 Ananda Remo P. X-BDP 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5
24 Reza Arya Maulana X-MM 4 3 3 4 4 3 3 4 5 5 4 5 4 4 2 3 4 1 3
25 Alfi Syahrin X 5 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3
26 Muhammad Sabakingking X 5 3 4 5 3 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3
27 Muhammad Farhat X 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4
28 Muhammad Farhan X 4 4 4 5 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

29 Maulina Pratiwi XI-MM1 4 1 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3


30 Putri Adistiani XI-MM1 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3
31 Siti Sarah XI-MM1 4 3 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3
32 Annisa Sholihah XI-AK1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
33 Dewi Larasati XI-AK1 5 2 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 3 3
34 Fidelia Carrisa XI-AK1 5 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 3 4
35 Nur Anisa Paradina XI-AK2 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 4 2 4
36 Shafa Alinda Pramasasti XI-AK2 4 3 4 5 4 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5

143
37 Shifa Fajriyah Putri XI-AK2 5 3 5 4 2 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 3 4
Rizki Wulandari
38 XI-AP2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3
Ayuningtyas
39 Rosiana Dewi Fauziyah X-AP1 4 1 3 4 5 3 3 5 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2
40 Ditha Nurhaliza X-BC 4 3 3 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4
41 Putri Rahmawati X-AK1 5 3 4 4 3 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2
42 Tisya Octaviani X-BDP 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 Nur Resya Fauziah X-BC 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 5 3 4 4 4 3
X-
44 Nurlaila Hayati 5 3 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 3 4 5 3 2
OTKP1
45 Arafa Aisyah X-MM2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
46 Silvia Ayu Maharani X-MM2 4 3 4 5 5 4 3 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 4
47 Nanda Bintang Ramadhan X-AK2 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 5 3 3 3 3 4 3 3
48 Hikmah Heryanti X-AK2 4 3 4 5 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3
49 Rida Parida X-BC 4 3 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4
50 Yeni Yulianti X-FTF 4 2 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 5 4
51 Nurul Azizah X-FTV 4 3 3 4 4 3 3 5 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 5
52 Tiyastuti X-AK2 3 3 4 5 3 3 3 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 2 3
53 Dewantini Wijayanti XI 4 3 4 5 4 3 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 2 3
54 Dyna Aulia Putri XI 4 3 3 5 4 4 3 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 3 3
55 Marsya Amelia Oktaviani XI 5 3 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3
56 Sukma Ambar Muliati XI 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4
57 Mutia Nuralivia X 4 3 5 5 4 3 5 5 3 5 4 4 4 4 2 3 5 3 3
58 Syahla Kania Pramitha X 5 2 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3
59 Sulis Tia Ningsih X 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5
60 Diana Ika Sari X 3 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3

144
145

Lampiran 6
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Gambaran sekolah

Gambar 1. Masjid At-Tarbiyah SMKN 51 Jakarta

Gambar 2. Halaman Depan Sekolah

Gambar 3. Lobby Sekolah


146

2. Foto saat wawancara

Gambar 4. Foto Bersama Kepala Sekolah

Garmbar 5. Foto Bersama Wakil Kepala Sekolah

Gambar 6. Foto Bersama Pembina Ekstrakurikuler Keagamaan


147

Gambar 7. Foto Bersama Guru Pendidikan Agama Islam


3. Foto Event Ekstrakurikuler Keagamaan

Lomba Nasyid

Lomba Bedug
148

Lomba MTQ ke-IV

Olahraga Bersama
149

Lampiran 7
155

Lampiran 9
BIODATA MAHASISWA

Fathur Rozi, lahir di Jakarta, 13 Juli 1997. Penulis


tinggal di Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Timur,
Kecamatan Makasar, Kelurahan Pinang Ranti. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah
bernama Syamsuardi, dan Ibu bernama Nurhasanah.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak
Miniatur. Kemudian melanjutkan ke tingkat SD di
SDN 05 Pinang Ranti, setelah itu melanjutkan
pendidikannya di SMP Negeri 24 Jakarta. Dan
melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMK Negeri 51 Jakarta jurusan
akuntansi. Setelah lulus dari SMK, penulis memilih untuk melanjutkan pendidikan
S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta program studi
Pendidikan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai