Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Teori Dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Akmal Hamsa, M.Pd

PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

HASNAWATI
210009101001

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


PRODI PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM DOKTOR (S3)
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengajar adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang (dalam hal ini adalah
guru) yang memungkinkan terjadinya pembelajaran pada siswa. Pengajaran tidak
dapat dipisahkan dari pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat
memfasilitasi siswa secara efektif agar terjadi pembelajaran dimana siswa
berperan aktif dalam mengembangkan dirinya untuk mencapai berbagai
kecakapan. Namun, sering kali seorang guru, khususnya yang belum memiliki
banyak pengalaman mengajar, memilih metode pengajaran secara acak tanpa
mengetahui teori yang mendasarinya dan tanpa mempertimbangkan karakteristik
siswa. Padahal, apabila guru mengetahui prinsip prinsip pembelajaran bahasa dan
menerapkannya dalam pengajarannya, maka proses belajarmengajar akan menjadi
lebih baik. Makalah ini berisi empat prinsip pembelajaran bahasa yaitu prinsip
kontekstual, integratif, fungsional dan apresiatif
BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


1. Prinsip Kontekstual
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan
materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserts didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip
pembelajaran kontekstual tujuh komponen untuk pembelajaran efektif, yaitu
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi
dan penilaian sebenarnya.
Konstruktivisme (Constructivism) adalah siswa membangun
pengetahuan sendiri pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah dimilikinya. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja,
praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisiik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.
Inkuiri (Inquiry) adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul.
Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan masalah
b) mengamati/melakukan observasi
c) menganalisis dan menyajikan hasil
d) mengkomunikasikan kepada pembaca

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis


kontekstual. Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
kepada aspek yang belum diketahuinya.
Masyarakat belajar (Learning Community) adalah pembelajaran
dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama.
Pemodelan (Modeling) dalam pembelajaran dilakukan dengan cara
memberikan modelatau contoh yang perlu ditiru. Pemodelan dapat dilakukan
oleh guru, orang lain (ahli), atau siswa sendir. Refleksi (Reflection) adalah
cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang
apa yang baru dilakukan.
Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru
dilakukan atau pengetahuan yang baru diterima.
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) dilakukan dengan
mengamati peserta. .Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan semata-
mata darihasil. Penilaian bukan hanya oleh guru, melainkan bisa juga dari
teman atau oranglain. Asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung, berkesinambungan, terintegrasi, dan yang
diukur keterampilan performansi.
Penilaian otentik Penilaian autentik adalah proses oleh guru untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk menentukan apakah siswa benar-benar belajar atau
tidak. Apakah pengetahuan tentang belajar siswa memiliki pengaruh positif
terhadap baik perkembangan intelektual
Pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan untuk belajar memiliki 7
prinsip.Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan proses pembelajaran
dengan menggunakan CTL (pengajaran dan pembelajaran kontekstual). Tujuh
prinsip meliputi :

a. Kontrukstivisme (constructivism)
Salah satu landasan teoritis pendidikan modern termasuk CTL adalah
teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahun mereka
lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
lebih diwarnai pada pembelajaran siswa aktif. Sebagian besar waktu proses
belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.
Menurut Nurhadi kontruktivisme merupakan landasan berpikir dalam
pendekatan belajar Kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas. Dalam hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan


sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak
akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses


mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat
kegiatan bukan guru.

b. Menemukan (inquiri)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran
Kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang
kegiatan yang selalu merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkan
c. Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam proses pembelajaran
bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,
dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya bagi siswa yaitu
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Guru dapat
menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan
siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada,
belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan, dan belajar
bertanya tentang bukti, dan penjelasan-penjelasan yang ada. Dalam
pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk; (1)
Menggali informasi baik administrasi maupun akademis; (2) Mengecek
pemahaman siswa; (3) Membangkitkan respon kepada siswa; (4)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (6) Mengetahui hal-hal yang
sudah diketahui siswa; (7) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru; (8) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan
dari siswa; dan (9) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat belajar (learning community)


Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh
dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan yang
tidak tahu. Sehingga menimbulkan komunikasi dua arah, saling
memberikan informasi satu dengan yang lain.

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan


dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik
dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari
bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling
membelajarkan, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat
belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya
pada yang lain.

e. Pemodelan (modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam suatu pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru.
Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip
pembelajaran modeling merupakan proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi guru dapat
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Artinya dalam
pembelajaran Kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Misalkan siswa yang pernah
menjadi juara dalam olimpiade matematika dapat disuruh untuk
menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian
siswa dianggap sebagai model. Modeling merupakan prinsip yang cukup
penting dalam pembelajaran CTL, sebab dengan modeling siswa dapat
terhindar dari pembelajaran yang abstrak.

f. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari,
merenungkan lagi aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur
kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan
yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan
memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah
khazanah pengetahuannya.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual,


setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
”Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga
ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya”.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)


Tahap terakhir dari pembelajaran Kontekstual ialah melakukan
penilaian sebenarnya. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran
memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi
kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian
sebenarnya adalah penilaian yang dilakukan berkenaan dengan seluruh
aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga
seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian
sebenarnya menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.
Penilaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan guru, tetapi bisa juga teman
lain atau orang lain

2. Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan
(1994:2) yang mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti
suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan
untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa
adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat system ini tidak
dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya
menggunakan salah satu unsur tersebut. Sebagai contoh pada saat
pembelajaran berbicara, kita menggunakan kata, kata disusun menjadi kalimat,
kalimat yang kita ucapkan menggunakan intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini
secara tidak sadar kita telah memadukan unsur fonologi (lafal, intonasi),
morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna kalimat).

Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia


hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa
Indonesia hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara
unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara
keterampilan berbahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam pembelajaran
keterampilan membaca, kita dapat sekaligus memadukan keterampilan
menulis, dan keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran
menyimak, kita dapat memadukan keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, dan keterampilan membaca atau menulis

3. Prinsip Fungsional
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan
Kurikulum 2004 adaah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa
Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan
prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus
dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun dalam
memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2020: 10-11).
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan
dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan
komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas.
Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar.
Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi (Hairuddin, 2000:136).
Jadi, pembelajaran harus berdasarkan multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah. Lebih tegas
lagi Tarigan (Hairuddin, 2000:36) mengungkapkan bahwa dalam konsep
pendekatan komunikatif peran guru adalah sebagai pembelajar dalam proses
pembelajaran disamping sebagai pengorganisasi,, pembimbing, dan peneliti.
4. Prinsip Apresiatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi”
berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah
apresiatif dimaknai “menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang
apresiatif berarti pembelajaran yang menyenangkan. Jika dilihat dari artinya,
prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran sastra, tetapi juga
untuk pembelajaran aspek yang lain seperti keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini pembelajaran
sastra dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan
berbahasa tersebut
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran bahasa Indonesia :
1. Prinsip Kontrukstivisme (constructivisme)
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi
yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserts didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual tujuh
komponen untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya

2. Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2)
yang mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu
keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk
mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat system ini tidak dapat
berdiri sendiri
3. Prinsip Fungsional
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan
konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan
komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru
bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru
harus sebagai penerina informasi (Hairuddin, 2000:136).
4. Prinsip Apresiatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi”
berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif
dimaknai “menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif berarti
pembelajaran yang menyenangkan
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta.

Brown, Douglas.2008. Prinsip Pembelajaran Dan Pengajaran Bahasa (Noor


Cholis. terjemahan). Jakarta: Person Education.

Dimyanti.2002. Belajar Dan Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai