Keperawatan Gerontik
Keperawatan Gerontik
PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN
GERONTIK
Penulis:
Agustina M., M.Kes.
Endang Y., M.Kes.
Puji serta syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga Modul ini dapat tersusun. Modul ini
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang.
Diharapkan mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dapat mengikuti semua
kegiatan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini
tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penulis bersedia menerima saran dan
kritik dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakan modul ini di kemudian hari. Semoga
dengan adanya modul ini dapat membantu proses belajar mengajar dengan lebih baik lagi.
Penulis
Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Endang Yuswatiningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Keterampilan Umum:
1. Bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan memiliki kompetensi kerja yang
minimal setara dengan standard kompetensi kerja profesinya
2. Membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran
logis, gerontik, sistematis, dan kreatif
3. Menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang keahliannya berdasarkan
kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat
akademik
4. Mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi,
dan kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat
terutama masyarakat profesinya
5. Meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja
bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik profesinya
6. Melakukan evaluasi secara gerontik terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat dalam melaksanakan
pekerjaannya oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat
7. Memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang profesinya
8. Bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan bidang
profesinya
9. Mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi dan kliennya
10. Mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan kembali data dan informasi
untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya
11. Meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
CP Keterampilan Khusus
1. Menerapkan filosofi, konsep holistic dan proses keperawatan gerontik dengan menekankan aspek caring
dan peka budaya.
2. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gerontik terkait gangguanberbagai sistem pada
individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
3. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gerontik terkait gangguan berbagai sistem pada
individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
4. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan kasus gerontik terkait berbagai sistem dengan menekankan aspek caring dan peka
CP Pengetahuan
1. Menjelaskan konsep lanjut usia
2. Menjelaskan teori menua
3. Menjelaskan demografi dan gerontologi
4. Menjelaskan konsep dasar keperawatan gerontik
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gerontik
6. Merencanakan asuhan keperawatan gerontik di panti werdha
7. Menjelaskan etik dan hukum keperawatan gerontik
8. Menjelaskan komunikasi efektif pada lansia
9. Menjelaskan konsep posyandu lansia
10. Mengaplikasikan asuhan keperawatan lansia dengan kasus tertentu.
11. Menjelaskan kesejahteraan lanjut usia
12. Menjelaskan post power syndrome
13. Menjelaskan substance abuse
14. Menjelaskan konsep dasar sistem rujukan pelayanan gerontology
15. Menjelaskan nursing social worker keperawatan gerontik
Deskripsi Matakuliah Fokus mata ajar keperawatan gerontik adalah membahas konsep dasar keperawatan gerontik, berbagai teori
keperawatan gerontik dan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar lansia. Penerapannya pada
asuhan keperawatan gerontik melingkupi pembahasan mengenai kebutuhan bio, psiko, social dan spiritual pada
lanjut usia dengan sasaran individu, keluargadankelompok/komunitas.
Pembahasan mata ajar ini meliputi teori dan praktikum laboratorium dalam pemenuhan kebutuhan klien lanjut
usia dengan gangguan bio, psiko, social dan spiritual. Proses pembelajaran mata kuliah gerontik ini diarahkan
agar mahasiswa memperoleh kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan yang meliputi melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa yang sesuai, merencanakan intervensi keperawatan, melakukan tindakan
keperawatan di laboratorium dan melakukan evaluasi dan dokumentasi pada berbagai contoh kasus gangguan
kebutuhan dasar lansia. Proses pembelajaran pada mata ajar ini dilakukan melalui teori dengan pendekatan
Student Center Learning (SCL) dan praktikum laboratorium kampus.
Metode Penilaian
Min
Kemampuan yang Bahan Kajian/Materi Pembelajaran dan
ggu Waktu
diharapkan (Sub-CPMK) Pembelajaran Pengalaman Bobot
ke - Teknik Kriteria/ Indikator
Belajar (%)
1 Mahasiswa mampu Perspektif keperawatan Mini Lecture, 1 TM MCQ Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep lanjut dan konsep perawatan (AM) 4 x 50 menjelaskan konsep
usia gerontik: lanjut usia
1. Definisi proses
Mahasiswa mampu Kebugaran pada lansia Mini Lecture, MCQ Dapat menjelaskan 5
menjelaskan tentang 1. Nutrisi yang (AM) menjelaskan kebugaran
kebugaran pada lansia, , seimbang pada lansia
mampu melaksanakan 2. Aktivitas yang
pendidikan kesehatan sesuai
3. Diet yang sesuai
pada lansia
4. Kunci
kebahagiaan pada
lansia
2 Mahasiswa mampu Teori-teori proses menua SGD 1 TM Dapat menjelaskan 5
menjelaskan teori menua dan : (AM) 4 x 50 konsep teori menua dan
masalah yang terjadi pada 1. Teori biologis masalah yang terjadi
lansia, mampu mengelola 2. Teori psikologis pada lansia
administrasi keperawatan 3. Teori cultural
4. Teori social
5. Teori genetika
6. Teori rusaknya
Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang: Case Studi Laporan studi Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep asuhan Definisi (AM) kasus konsep asuhan
keperawatan gerontik Tujuan keperawatan gerontik
(pengkajian pada lansia), Proses asuhan (pengkajian pada
mampu menjalin hubungan keperawatan lanjut lansia)
interpersonal usia:
Pengkajian
Dokumentasi
pengkajian asuhan
keperawatan gerontik
5 Mahasiswa mampu Proses asuhan Case Studi 1 TM Laporan studi Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep asuhan keperawatan lanjut (AM) 4 x 50 kasus konsep asuhan
keperawatan gerontik usia: keperawatan gerontik
(menganalisis data Analisa data (menganalisis data
pengkajian dan menyusun Diagnose pengkajian dan
diagnose keperawatan) Dokumentasi analisa menyusun diagnose
data dan diagnose keperawatan)
asuhan keperawatan
gerontik
Mahasiswa mampu Proses asuhan Case Studi Laporan studi Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep asuhan keperawatan lanjut (AM) kasus konsep asuhan
keperawatan gerontik usia: keperawatan gerontik
(menyusun intervensi, Intervensi (menyusun intervensi,
melakukan tindakan k Implementasi melakukan tindakan k
eperawatan dan evaluasi Evaluasi eperawatan dan
3. CP Keterampilan Khusus
a. Menerapkan filosofi, konsep holistic dan proses keperawatan gerontik dengan
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 1 2
menekankan aspek caring dan peka budaya.
b. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gerontik terkait
gangguanberbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal dan
etis dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
c. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gerontik terkait gangguan
berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan
menekankan aspek caring dan peka budaya.
d. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kasus gerontik terkait berbagai
sistem dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
e. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada individu dengan kasus
gerontik terkait berbagai sistem dengan memperhatikan aspek legal dan etis
dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
f. Melaksanakan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus gerontik terkait
berbagai sistem dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
g. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus gerontik sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif dengan menekankan aspek caring dan peka
budaya.
4. CP Pengetahuan
a. Menjelaskan konsep lanjut usia
b. Menjelaskan teori menua
c. Menjelaskan demografi dan gerontologi
d. Menjelaskan konsep dasar keperawatan gerontik
e. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gerontik
f. Merencanakan asuhan keperawatan gerontik di panti werdha
g. Menjelaskan etik dan hukum keperawatan gerontik
h. Menjelaskan komunikasi efektif pada lansia
i. Menjelaskan konsep posyandu lansia
j. Mengaplikasikan asuhan keperawatan lansia dengan kasus tertentu.
k. Menjelaskan kesejahteraan lanjut usia
l. Menjelaskan post power syndrome
m. Menjelaskan substance abuse
n. Menjelaskan konsep dasar sistem rujukan pelayanan gerontology
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 1 3
o. Menjelaskan nursing social worker keperawatan gerontik
C. Strategi Perkuliahan
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning. Dimana
Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan
lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactive skill station) dan Problem base
learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara
mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet, expert dan lainlain,
yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan
untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk
memberikan kerangka pikir dalam diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan
keterampilan, metode yang yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi.
Berikut metode pembelajaran yang akan digunakan dalam perkuliahan ini:
1. Mini Lecture
2. Case Studi
3. SGD
4. Demonstrasi dan simulasi
A. Kegiatan Belajar 1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep lanjut usia
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kebugaran pada lansia, , mampu
melaksanakan pendidikan kesehatan
2. Uraian Materi
Konsep Lanjut Usia
Dosen: Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
A. DEFINISI LANSIA
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000). Usia lanjut adalah sesuatu
yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu
akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005). Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
B. PROSES MENUA
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh
usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
Antara lain :
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 5
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan
kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera
pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang
mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai
dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU)
adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan
yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut
yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 6
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan
C. BATASAN LANSIA
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)
Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan
dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
D. TIPE - TIPE LANSIA
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
E. TEORI PENUAAN
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua
IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
C. Perubahan-perubahan Psikososial
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
Kehilangan finansial (income berkurang).
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya).
Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
3. Rangkuman
3. Rangkuman
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga
bisa diandalkan.
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 42
Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise
3. Rangkuman
Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan
untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan
keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk
asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan
langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah
atau panti.
3. Rangkuman
Post Power Syndrome merupakan sekumpulan gejala yang muncul ketika seseorang
tidak lagi memduduki suatu posisi sosial yang biasanya satu jabatan dalam institusi
tertentu.
Kondisi Post syndrome terjadi bila seseorang mengalami pemutusan hubungan kerja,
sesudah masa jabatan berakhir, mengalami pensiun dini oleh berbagai sebab atau usia
kalendernya telah mencapai usia dimana orang bersangkutan harus pensiun..
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise
Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka
NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi
untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini
menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan fisik ( Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi
yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus
dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia
7. Pencegahan
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka,
individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi
terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu,
kelompok, dan masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak
menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia
3. Rangkuman
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya,
meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi
fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat
yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 96
mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang dikonsumsi
4. Penugasan dan Umpan Balik
Tujuan Tugas: Mengidentifikasi Menjelaskan tentang Materi terkait
1.Uraian Tugas:
a. Obyek garapan: Makalah Ilmiah Judul pada TM yang dimaksud
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Membuat makalah tentang materi terkait pada masing-masing Materi yang
disebutkan
Membuat PPT
Presentasi Makalah
c.Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: Makalah Ilmiah pada sistem
terkait
d. Metode Penulisan
Substansi
Halaman Judul
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
(1.1 Latar belakang, 1.2 Tujuan Penulisan)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
(2.1 Dst…Berisikan Materi terkait)
Bab 3 Penutup
(3.1 Kesimpulan, 3.2 Saran)
Daftar Pustaka
3. Rangkuman
Konsep kesejahteraan sosial dipandang sebagai sebuah bidang kajian keilmuan yang
ditujukan untuk mengkaji, mengantisipasi keadaan dan perubahan kehidupan sosial,
serta merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi kehidupan sosial yang
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 112
kondusif bagi upaya warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya sendiri. Sudut kajian yang membedakan bidang kesejahteraan sosial dari
bidang-bidang keilmuan lainnya terletak pada konsep sosial, yang pengertian dasarnya
adalah hubungan ( interaksi ) antar manusia.
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise
1. American Nurses Association (ANA) 1986, Standard of Home Care Nursing Practise,
Washington, DC : Author.
2. Bailon, S.G dan A.S Maglaya 1987, Family Health Nursing : the Proses, Philippiness :
UP College on Nursing Diliman.
3. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan 2006, Panduan Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Di Rumah, Depkes RI : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
4. Effendi, Ferry dan Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
5. Effendy, Nasrul 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2, Jakarta
: EGC.
6. FIK UI 2000, Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga di Jakarta
tanggal 7 – 10 Nopember 2000. Tidak dipublikasikan.
7. Friedman, M.M 1998, Family Nursing : Research, Theory and Practise. (4th ed),
Coonecticut : Appleton-Century-Cropts.
8. Friedman, M 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3, Jakarta : EGC.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Keperawatan Keluarga.
10. Murwani, Arita 2007, Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus,
Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.
11. Reynata, V 2003, Kekerasan Dalam Rumah Tangga. http://www.fh.iu diakses pada
tanggal 12 November 2011.
12. Sumijatun, dkk 2005, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, Jakarta : EGC.
13. Suprajitno 2004, Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik, Jakarta : EGC.
14. Swanson, J.M dan A. Nies Mary 1997, Community Health Nursing Promoting the Health
og Aggregates. Edisi 2. Philadelpia : W. B Saunders Company.
15. Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
16. Meiner S.E. 2015, Gerontologic Nursing
17. Touhy, T., Jett, K. 2016, Ebersole & Hess‟ Toward Healthy Aging
18. Meredit Kazer, Leslie Neil Boylen. 2014, Case Study in Gerontological Nursing
19. Kristen L Mauk, 2013. Gerontological nursing:Competency of Care