Anda di halaman 1dari 47

Cedera Kranioserebrospinal

LATAR BELAKANG
• Cedera kranioserebral atau
neurotrauma merupakan masalah
dalam bidang neurologi

• Jumlah pasien yang bertambah setiap


tahun mengharuskan penanganan
dengan cepat dan tepat
Epidemiologi
• Penyebab kematian dan kecacatan pada anak dan
dewasa pada usia produktif
• Amerika Serikat 1,6 juta orang pertahunnya
• 250.000 orang berobat ke rumah sakit
• 60.000 orang meninggal
• 70.000 sampai 90.000 orang mengalami cacat
neurologis permanen
• Kerugian finansial karena kehilangan produktifitas dan
biaya perawatan medis sekitar 100 milyar dolar Amerika

Marik PE, Varon J, Trask T. Management of head trauma.


Chest 2002.122; 2:699
In 2010, There are 2 accidents per day in Jakarta, and
the victims reach 938 people (KOMPAS, 31 Jan 2011)
Klasifikasi cedera kranioserebral

Berdasarkan Neuropatofisiologi (Kwalitatif) :


1. Komosio serebri
Pingsan kurang dari 10 menit atau amnesia paska cedera
kranioserebral.
2. Kontusio serebri
Pingsan lebih dari 10 menit atau ada lesi neurologik yang
jelas.
3. Laserasi otak
Kerusakan jaringan otak yang luas dan jaringan otak robek
yang umumnya disertai fraktur tengkorak terbuka.

Misbach J. Patofisiologi cedera kranioserebral. Neurona


1999;16:4-7
Klasifikasi cedera kranioserebral

Berdasarkan skala koma glasgow


(Kuantitatif):

• CKB  Skala koma glasgow 3-8.


• CKS  Skala koma glasgow 9-12.
• CKR  Skala koma glasgow 13-15.
• Perdarahan intra kranial (+) pada CKR
dan CKS ~ CKB
CEDERA PRIMER
Kerusakan fokal dan difus dari struktur intra
kranial benturan  perdarahan intra
kranial, TIK ↑ (perdarahan epidural,
subdural, subarakhnoid dan kontusio
jaringan parenkim otak),

Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic rehabilitation. New York. McGraw
Hill.1998;79-104
CEDERA SEKUNDER
Komplikasi cedera primer
terjadi pada sel neuron yang rusak akibat cedera
langsung dan juga pada sel neuron yang yang relatif
normal karena tidak terkena dampak langsung
cedera kepala primer

Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic rehabilitation. New York. McGraw Hill.1998;79-104
CEDERA SEKUNDER
Penyebab :
kegagalan respirasi (hipoksia, hiperkapnia)
Penurunan perfusi serebral
( hipotensi, iskemia, infeksi )

Peningkatan tekanan intra kranial


(respon inflamasi , radikal
bebas,neurotransmitter eksitasi)
Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic
rehabilitation. New York. McGraw Hill.1998;79-104
Mekanisme cedera otak sekunder ini
dapat dibagi dalam 2 komponen :

secondary brain damage


secondary brain insult
Secondary brain damage
Terjadi sesudah aktivasi langsung dari proses
imunologi dan biokimia yang merusak dan
berpropagasi secara otomatis, dengan
mediator :
• asidosis laktat
• influk kalsium
• asam amino eksitatorik
• asam arakhidonat
• oksida nitrit
• radikal bebas
Secondary brain damage
• aktivasi jeram komplemen
• Sitokin
• peroksidasi lipid
• bradikinin
• makrofag
• pembentukan edema
Secondary brain insult
Perburukan sistemik maupun
patofisiologi intra kranial 
memperberat kerusakan neuron yang
sudah didapat saat cedera primer
Secondary brain insult  Systemic secondary insult
Hipoksemia
hipoksia, apnoe, hipoventilasi, trauma dinding dada, hemothorax,
bronkospasme, obstruksi jalan nafas, kontusio paru, pneumothorax,
aspirasi pneumonia, anemia.
Hipotensi
hipovolemia, perdarahan, penyebab farmakologi, kontusio
miokardium, tamponade perikardium, aritmia, henti jantung, gagal
jantung, sepsis, pneumothorak, cedera medula spinal.
Hiperkapnia
depresi pernafasan, obstruksi jalan nafas
Hipokapnia
hiperventilasi (spontan atau induksi)
Hipertermia
hipermetabolisme, respon stress, infeksi
Secondary brain insult  Systemic secondary insult

Hiperglikemia
dekstrose intra venous, respon stres
Hipoglikemia
nutrisi tidak adekuat, infus insulin
Hiponatremia
asupan yang tidak cukup, kehilangan yang eksesif, cairan hipotonik
Hipoproteinemia
malnutrisi, kelaparan
Secondary brain insult
Intracranial secondary insult

Tekanan intra kranial meningkat


pergeseran garis tengah, hematoma, edema, dilatasi vascular,
hidrosefalus
Kejang
cedera kortek serebri
Vasospasme
perdarahan subarakhnoid traumatik
Infeksi
fraktur dasar tengkorak, fraktur depresi tengkorak
Trauma Management

• Primary survey
• Secondary survey
• Terapi definitif
Cedera Medula
Spinalis
Pendahuluan
• Cedera Medula Spinalis :
Kerusakan pada medula spinalis karena
pergeseran atau kompresi tulang yang
mengakibatkan gangguan baik secara komplit atau
parsial

• Prognosis tergantung dari 2 faktor :


- beratnya defisit neurologis yg timbul
- lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan
tindakan dekompresi.
Epidemiologi
• Pria lebih sering terkena (80%)

• Sering pada dewasa muda (15-30 tahun)

• Pada orang tua sering karena kecelakaan


kendaraan bermotor
The Spinal Column
Vertebrae Cervical 7

Vertebrae Thoracal 12

Vertebrae Lumbal 5

Vertebrae Sacral 5
Cedera Cervical
Curiga bila :
• Ada cedera kepala / atas clavicula
• Pernafasan paradoksal (diafragma)
• Kelumpuhan tangan / kaki
• Refleks lutut (-)  periksa sphinkter
ani
• Hipotensi (+ bradikardia)
Trauma Medula Spinalis
• Sering terjadi pada cedera leher atau punggung

• Berhubungan dengan cedera kepala tertutup


terutama pada pasien tidak sadar

• Transporasi korban memperburuk keluaran


Mekanisme
Spinal Injury

• Hyperextension
• Hyperflexion
• Compression
• Rotation
• Lateral Stress
• Distraction
Tanda dan Gejala Trauma Medula Spinalis
• Nyeri leher atau punggung
• Jejas pada leher
• Trauma Clavicula
• Multipel trauma pada pasien yang tidak
sadar
• Tetra/Para/Monoparesis
• Tetra/Para/Monohipestesi
• Inkontinensia
Komplit
Lesi setinggi Cervical
• Tetraplegi
• Inkontinensia
• Paralisis otot pernafasan
Lesi di bawah Thorakal 1
• Inkontinensia
• Paraplegi
Inkomplit
Anterior Cord Syndrome

Central Cord Syndrome

Posterior Cord Syndrome

Brown-Sequard’s Syndrome

Cauda equina
Anterior Cord Syndrome
 Sering mengenai A Spinalis
anterior
 Kehilangan fungsi motorik
dan sensasi terhadap pain,
light touch & temperatur
 Sensasi posisi dan vibrasi
utuh
Central Cord Syndrome
 Hyperextensi cervical spine
 Kelemahan terutama pada
ektremitas atas (tipe flasid)
dengan ektremitas bawah
yang relafit masih kuat
(spastis)
 Sensasi perineal, fungsi BAB
& BAK kadang masih
terdapat
Posterior Cord Syndrome
 Sering akibat hiperekstensi,
fraktur pada bagian posterior
vertebrae
 Kekuatan baik, sensasi
terhadap pain dan temperatur
baik
 Gangguan propioseptif,
terdapat ataksia, sehingga
sulit berjalan
Brown-Sequard’s Syndrome
 Penetrating injury yang
mengenai salah satu sisi medula
spinalis
 Kelemahan dan gangguan
sensorisensorik Ipsilateral
 Gangguan sensorik pain dan
temperatur kontralateral
Cauda equina
 Gangguan motorik atau sensori
ringan pada tungkai
 Gangguan sensorik pada regio
perineal (saddle anesthesia)
 Gangguan BAB & BAK
 Disfungsi Ereksi pada pria &
gangguan respon seksual pada
wanita
 Tonus spinkter anal terganggu,
reflek bulbocavernosus dan
anal terganggu
Critical Care Issues in SCI
System Problem Management
Neurologic Secondary injury Immobilization, surgical decompression
adequate perfusion and oxygenation

Cardio- Neurogenic shock Invasive monitoring, volume resucitation


vascular Autonomic dysreflexia vasopressor agents, inotropic agents, removal
of stimulus, vasodilators

Hemostasis DVT, pulmonary embolism LMWH prophylaxis, therapeutic heparin, vena


cava filter

Respiratory Ventilatory failure Mechanical ventilation, tracheotomi


pneumonia atelectasis antimicrobila therapy, incentive spirometry,
PEEP

GIT Stress ulcer, gastro-paresis, H2-blocker prophylaxis, metoclopramide,


paralytic ileus, occult erythromycin, surgery, antimicrobials
peritonitis

Urinary Urinary tract infection Antimicrobials

Skin Decubitus ulcers Prevention protocols, wound toilet, surgery

Psychiatric Anxiety, depression suicide Sedation, pain control, counseling


Penatalaksanaan CMS
• Tujuan :
- Pemulihan maksimal defisit neurologi
- Medula spinalis stabil
- Mobilisasi dan rehabilitasi

• Penatalaksanaan :
- Prehospital
- Hospital atau UGD
Penatalaksanaan Prehospital
Umum
 10-25% defisit neurologis karena tindakan
pre hospital tidak adekuat.
 jika ada fraktur / dislokasi vertebra
servikalis fiksasi leher pasang coller, kepala
dan leher jangan digerakkan.
 cek ABC --> RJP
 jika ada fraktur vertebra torakal atau
lumbal, fiksasi torakal dengan korset.
Neck Collar / Collar Brace
Servikal difiksasi
pada posisi
netral/ekstensi ringan
pasang cervical collar
tanpa menggerakkan
leher (terlalu banyak),
kepala harus
dipegang “in-line”
fiksasi dibantu
sandbags (bantal
pasir)
Manajemen cedera spinal

Survei primer Survei sekunder Tentukan Prinsip


Evaluasi awal Nilai neurologis level terapi

Airway Anamnesis Motorik level C5


Breathing C6
Circulation Ulang nilai -Tetraparese C7
disabiliti C8
-Paraparese T1
Nilai vertebra
Disabiliti
dgn palpasi : Sensorik
Nilai : L2
nyeri, sensasi,
-kesadaran L3
motorik, refleks Landmark
& pupil L4
anatomis
-kenali parese S1
Nilai cedera
penyerta
Terapi
Methylprednisolone :
30 mg/kg IV lalu dilanjutkan dengan drip
5.4 mg/kg/jam untuk 23 jam berikutnya
(jika< 3 jam, jika antara 3-8 jam drip dilanjutkan sampai 48 jam)
Definitive Care
• Operasi
• ICU
• Ruang rawat
• Observasi
NEXT LECTURE

47

Anda mungkin juga menyukai