Anda di halaman 1dari 14

KONSEP TEORI PENYAKIT

A.DEFINISI
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan
dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur.
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah fraktur sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan
penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan
kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhantulang yang solid terjadi.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan pembedahan
dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins,
screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah.
B.ETIOLOGI
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan
menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada
tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang
dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua
tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan menjadi:
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
3. Manifestasi Klinis menurut Black dan Hawks (2014)
Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien, riwayat, pemeriksaan fisik
dan temuan radiologis.
C.TANDA DAN GEJALA
a. Deformitas

Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi.
Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.
b. Pembengkakan

Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur
serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar

Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.


d. Spasme otot

Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut
dari fragmen fraktur.
e. Nyeri

Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus ,
meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang
bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
f. Ketegangan

Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.


g. Kehilangan fungsi

Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi
pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera
saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi

Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen
fraktur.
i. Perubahan neurovaskular

Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular yang
terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada
daerah distal dari fraktur
j. Syok

Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi dapat
menyebabkan syok.
D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
a) Sinar Rontgen
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit. Hal yang harus dibaca pada x-ray
adalah bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi
periosteum atau biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare
fraction, sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
b) Tomografi
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti
tomografi yang menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur
yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
c) Myelografi
Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang
tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
d) Computed Tomografi-Scanning
Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan
suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboraorium yang diperrluakan amtar lain pemeikssaan Kalsium
Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang, Alkalin
Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik
dalam membentuk tulang, Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang
meningkat pada tahap penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995)
Gambar
E.PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Terapi
a) Non farmakologis
 Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih
lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas
atau tongkat pada anggota gerak bawah.
 Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai
eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan Gips
atau dengan macam-macam bidai dari plastik atau metal.
 Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi
eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
 Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
b) Farmakologis
Terapi medik yang diberikan adalah infus RL (Ringer Laktat) 20 tetes per
menit, injeksi cefazolin 1 gr/12 jam, ketorolc 30mg/12jam, pethidin 0,5 cc/k/p,
paracetamol 100ml k/p. Obat cefazolin biasa digunakan dalam bedah ortopedik
karena kemampuannya menembus tulang dan mengurangi infeksi pada tulang
dan sendi, efek samping dari obat cefazolin ini adalah gangguan pada saluran
cerna, gangguan hati dan ginjal. Obat ketorolac digunakan untuk pemulihan
dalam jangka pendek nyeri dari derajat sedang sampai berat, efek samping
pemberian ketorolac ini adalah rasa pedih dan panas pada tubuh.Pethidin
merupakan obat-obatan emergensi, obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri
sedang sampe berat. Pada obat pethidin ini memiliki efek samping antara lain
rasa kantuk, vertigo dan mual bahkan muntah. Obat paracetamol digunakan
untuk menurunkan suhu tubuh pasien, efek minum obat paracetamol antara lain
mual dan sakit perut (Harvey., &Champe, 2013).

2. Penatalaksanaan pembedahan
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau Reduksi terbuka dengan Fiksasi
Internal akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk
memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-
bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan
untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
Metode Fiksasi Internal

Terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:

1. Pemasangan kawat antartuang


Biasanya digunakan untuk fraktur yang relatif stabil, terlokalisasi dan tidak bergeser
pada kranium. Kawat kurang bermanfaat pada fraktur parah tak stabil karena
kemampuan tulang berputar mengelilingi kawat, sehingga fiksasi yang dihasilkan
kurang kuat.
2. Lag screw
Menghasilkan fiksasi dengan mengikatkan dua tulang bertumpuk satu sama lain.
Dibuat lubang-lubang ditulang bagian dalam dan luar untuk menyamai garis tengah
luar dan dalam sekrup. Teknik yang menggunakan lag screw kadang-kadag disebut
sebagai kompresi antarfragmen tulang. Karena metode ini juga dapat menyebabkan
rotasi tulang, biasanya digunakan lebih dari satu sekrup untuk menghasilkan fiksasi
tulang yang adekuat. Lag screw biasanya digunakan pada fraktur bagian tengan wajah
dan mandibula serta dapat digunakan bersama dengan lempeng mini dan lempeng
rekonstruktif
3. Lempeng mini dan sekrup
Digunakan terutama untuk cedera wajah bagian tengah dan atas. Metode ini
menghasilkan stabilitas tiga dimensi yaitu tidak terjadi rotasi tulang. Lempeng mini
(miniplate) difiksasi diujung-ujungnya untuk menstabilkan secara relatif segmen-
segmen tulang dengan sekrup mini dan segmen-segmen tulang dijangkarkan kebagian
tengah lempeng juga dengan sekrup mini.

4. Lempeng kompresi
Karena lebih kuat dari lempeng mini, maka lempeng ini serring digunakan untuk
fratur mandibula. Lempeng ini menghasilkan kompresi di tempat fraktur.
5. Lempeng konstruksi
Lempeng yang dirancang khusus dan dapat dilekuk serta menyerupai bentuk
mandibula. Lempeng ini sering digunakan bersama dengan lempeng mini. Lag screw
dan lempeng kompresi.
(Barbara J. Gruendemann dan Billi Fernsebner,2005)

Keuntungan ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) yaitu :

1. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.


2. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur.
3. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya.
4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai
5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi.
6. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan
otot selama perawatan fraktur.

Kerugian ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) yaitu :

1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat
dari tindakan tersebut.
2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan
gips atau traksi.
3. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat itu sendiri.
4. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang
sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami
kerusakan selama tindakan operasi.
PERTIMBANGAN ANESTESI
A.DEFINISI ANESTESI
Anestesi adalah tindakan untuk membantu pasien tidak merasa sakit selama prosedur
medis dilakukan. Anestesi sering juga disebut sebagai bius dan dapat diberikan melalui
berbagai cara, mulai dari disuntik, dihirup, hingga dioles. Obat yang digunakan selama proses
anestesi akan membuat saraf mati rasa untuk sementara waktu.
B.JENIS ANESTESI
1) General Anestesi
Anestesi umum atau biasa disebut bius total adalah prosedur pembiusan yang
membuat pasien menjadi tidak sadar selama operasi berlangsung. Anestesi
jenis ini sering digunakan untuk operasi besar, seperti operasi jantung terbuka,
operasi otak, atau transplantasi organ.

Anestesi ini bisa diberikan melalui dua cara, yaitu melalui gas untuk dihirup
(inhalasi) dan obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah (intravena).
2) Regional Anestesi
Anestesi regional adalah obat bius yang diberikan untuk memblokir rasa sakit
pada sebagian anggota tubuh. Sama halnya dengan obat bius lokal, pasien
akan tetap sadar selama operasi berlangsung, tapi tidak dapat merasakan
sensasi pada sebagian anggota tubuhnya yang sudah dibius.Obat anestesi
regional umumnya diberikan dengan cara disuntikkan di dekat sumsum tulang
belakang atau area di sekitar saraf. 

C.TEKNIK ANESTESI
1) Teknik anestesia umum
 anestesia umum intravena
 anestesia umum inhalasi
 anestesia imbang
2) Teknik anestesia lokal
 Topikal
 Infiltrasi lokal
 Blok lapangan
3) Teknik anestesia regional
 Blok saraf
 Blok fleksus brakhalis
 Blok spinal sub araknoid
 blok spinal epidural
 Blok regional intravena

D.Rumatan Anestesi
Rumatan Anestesi/ Pemeliharaan Maintenance atau pemeliharaan adalah
pemberian obat untuk mempertahankan atau memperdalam stadium anestesi setelah
induksi.

E.Resiko

Efek samping anestesi lokal:

 Rasa nyeri, ruam, serta pendarahan ringan di area suntikan.


 Sakit kepala.
 Pusing.
 Kelelahan.
 Mati rasa pada area yang disuntik.
 Kedutan pada jaringan otot.
 Penglihatan kabur.

Efek samping anestesi regional:

 Sakit kepala.
 Reaksi alergi.
 Nyeri punggung.
 Perdarahan.
 Kejang.
 Sulit buang air kecil.
 Penurunan tekanan darah.
 Infeksi tulang belakang.
Efek samping anestesi umum:

 Mual dan muntah.


 Mulut kering.
 Sakit tenggorokan.
 Suara serak.
 Rasa kantuk.
 Menggigil.
 Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus.
 Kebingungan.
 Sulit buang air kecil.
 Kerusakan gigi.

Web of caution(WOC)
Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus
1.Pengkajian
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan nyeri pada jari tangan kanan
b. Data Objektif
Pasien tampak merasakan nyeri
2. Masalah Kesehatan Anestesi
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Rencana Intervensi
1) Tujuan : rasa sakit bisa teratasi ditandai dengan kondisi pasien lebih
tenang
2) Kriteria Hasil :
 Memudahkan perawat menentukan intervensi selanjutnya.
 Teknik non farmakologis membantu mengurangi nyeritanpa
obat seperti nafas dalam.
 Memberikan kenyamanan pada pasien.
3) Rencana Intervensi
 Kaji tingkat nyeri secara komprehensif dan kaji tanda tanda vital
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
 Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan
 Pemberian obat anti nyeri berkolaborasi dengan dokter

4. Evaluasi
 Skala nyeri:6
TTV : Tensi 120/80 mmHg,RR: 18x/menit,N:100/menit,Spo2: 99 %
 Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti nyeri
DAFTAR PUSTAKA
 Brunner dan Suddarth. 2018.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 3.Jakarta:
 EGCCampbell, D. (20016). Music : Physician For Times to Come. 3 Edition.
Wheaton:quest books.
 Elizabeth J. Corwin. 2019. BukuSakuPatofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
 Mardiono, (2017). TeknikDistraksi. Posted by Qittun on Wedneday,October 2017,
(www.qittun.com ,diakses pada tanggal 20 November 2017).
 Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M.R. 2018. Clinically oriented anatomy. 6thedition.
Lippincott William and Wilkins. Amerika. 246-53. Jakarta:Erlangga
 Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.
 Prof. Chairuddin Rasjad, MD. P. 2017.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta:PT.
Yarsif Watampone Smeltzer,
 S. C., & Bare B. G. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
LAPORAN PENDAHULUAN ORIF(Open Reduction Internal Fixation )
DI RSUD dr. M Ashari Pemalang

DISUSUN OLEH :
FEBBRY RAYHAN E(190106050)

PRODI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021

Anda mungkin juga menyukai