Anda di halaman 1dari 1

CERPEN

“Menemukan Dompet”

Sudah beberapa hari aku menunggu sekolah kembali. Rasanya hariku pilu dan
bingung tanpa arah. Pekerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus
berbuat apa untuk mendapatkan uang selama liburan sekolah. Suatu hari kuniatkan
untuk bertemu teman-temanku sekedar bercerita tentang masalahku ini.
Saat berjalan menuju rumah temanku di samping jalan aku melihat sebuah
dompet berwarna coklat. Kuhampiri dompet itu kubuka dan kulihat isinya KTP, SIM,
Kartu Kredit, dan sejumlah uang yang lumayan banyak. Dalam pikiranku muncul
bujukan agar aku mengambil uang itu.
Tapi tidak, aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya tak lama
kemudian aku pulang dari rumah temanku. Aku ingin mengembalikan dompet itu
berdasarkan KTP aku menemukan rumahnya yang bertepatan di Wakuru. Kuketuk
pintu rumahnya dan kemudian dibuka oleh anaknya.
Permisi dek! Benarkan ini alamat pak Hasan? Tanyaku. Iya benar, siapa ya?
Tanya anak itu. Saya bintang ingin bertemu dengan bapakmu ada urusan penting
jawabku. Baiklah silakan masuk, kebetulan bapak saya ada di dalam pinta anaknya.
Dengan malu-malu aku masuk ke dalam rumahnya. Rumahnya sangat bagus
dengan cat berwarna biru. Pak Hasan langsung menemuiku.
Namamu siapa? Dan ada apa? Tanya pak Hasan. Nama saya Bintang pak,
sebelumnya saya minta maaf karena telah menggangu bapak sahutku. Iya, tidak apa-
apa, ucap pak Hasan. Sebenarnya kedatangan saya kesini ingin mengembalikan dompet
bapak yang saya temukan di pinggir jalan, ucapku , sambil memberikan dompet
kepadanya.
Pak Hasan langsung membuka isi dompetnya dan kelihatannya ia sangat senang.
Terima kasih nak, jarang-jarang ada anak jujur seperti kamu, ucap pak Hasan.
Iya pak, sama-sama. Kita harus saling membantu satu sama lain, lagi pula dompet itu
bukan milik saya dan saya tidak punya hak untuk mengambilnya, jawabku.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 17.00 dan aku ingin pamit untuk pulang.
Pak, kalau begitu saya pamit pulang dulu, ucapku. Iya, jawab pak Hasan. Aku beranjak
keluar dan tiba-tiba pak Hasan memanggilku. Nak, tunggu sebentar, pinta pak Hasan.
Ada apa pak? Tanyaku. Ini tanda terima kasih saya sambil memberikan uang Rp.
200.000,-. Tidak pak, saya ikhlas membantu bapak, ucapku. Bapak juga ikhlas
memberikan uang ini karena tanpa kamu dompet saya tidak akan saya temukan, ucap
pak Hasan. Dengan malu-malu saya mengambil uang itu. Terima kasih pak, saya pulang
dulu, ucapku. Iya, sama-sama nak, ucap pak Hasan.
Aku langsung bergegas pulang.

Anda mungkin juga menyukai