Rangkuman Farklin Pert 15
Rangkuman Farklin Pert 15
Penentuan TDM juga digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis keracunan dengan obat-
obatan, seandainya muncul kecurigaan.
Contoh obat yang secara luas dianalisis untuk pemantauan obat terapeutik: [1]
Antibiotik amino glikosida (gentamisin)
Antiepilepsi (seperti karbamazepin, fenitoin, dan asam valproik)
Penstabilan suasana hati , terutama litium sitrat
Antipsikotik (seperti pimozide dan closapine )
Digoxin
Ciclosporin , tacrolimus pada penerima transplantasi organ
TDM semakin banyak diusulkan untuk sejumlah obat terapeutik, misalnya banyak antibiotik,
inhibitor tirosin kinase molekul kecil dan agen antikanker target lainnya , inhibitor TNF dan
agen biologis lainnya, agen antijamur , agen antiretroviral yang digunakan dalam infeksi
HIV, obat psikiatri dll.
Praktik pemantauan obat terapeutik
Metode analisis otomatis seperti teknik enzyme multiplied immunoassay atau fluorescence
polarization immunoassay tersedia secara luas di laboratorium medis untuk obat-obatan yang
sering diukur dalam praktek. Saat ini, sebagian besar obat lain dapat langsung diukur dalam
darah atau plasma menggunakan metode serbaguna seperti kromatografi cair – spektrometri
massa atau kromatografi gas – spektrometri massa , yang secara progresif
menggantikan kromatografi cair kinerja tinggi . Namun, TDM tidak terbatas pada penyediaan
hasil pengukuran konsentrasi yang tepat dan akurat, tetapi juga melibatkan interpretasi medis
yang tepat, berdasarkan pengetahuan ilmiah yang kuat.
Interpretasi TDM: obat antikanker diberikan kepada pasien dengan dosis 400 mg setiap hari
pada jam 8:00 pagi. Sampel TDM diperoleh pada jam 6:00 pagi, menunjukkan konsentrasi
obat 0,46 mg / L. 1) Mengenai "normalitas", hasilnya sekitar persentil ke-25, menunjukkan
klirens obat yang agak tinggi pada pasien ini. 2) Mengenai "kesesuaian", hasilnya
menunjukkan bahwa kurva konsentrasi yang paling mungkin terjadi (garis putus-putus hijau)
melewati kisaran penerimaan di bawah 0,75 hingga 1,5 mg / L, meningkatkan kekhawatiran
tentang kemanjuran pengobatan. 3) Mengenai penyesuaian dosis yang direkomendasikan,
hasil TDM ini menunjukkan bahwa dosis dua kali lipat 800 mg setiap hari mungkin cocok
untuk mendorong kurva konsentrasi mendekati target (garis putus-putus biru). Perhatikan
bahwa interpretasi ini mengasumsikan bahwa kepatuhan pasien terhadap resep baik,dan
bahwa pengukuran sampel akurat.
Interpretasi hasil konsentrasi obat melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tentukan apakah konsentrasi yang diamati berada dalam " kisaran normal " yang
diharapkan berdasarkan dosis yang diberikan, dengan mempertimbangkan
karakteristik individu pasien. Hal ini memerlukan mengacu pada studi farmakokinetik
populasi obat dalam pertimbangan.
2. Tentukan apakah profil konsentrasi pasien dekat dengan " target paparan " yang
terkait dengan trade-off terbaik antara kemungkinan keberhasilan terapi dan risiko
toksisitas. Ini mengacu pada pengetahuan farmakodinamik klinis
yang menggambarkan hubungan dosis-konsentrasi-respons di antara pasien yang
dirawat.
3. Jika konsentrasi yang diamati masuk akal tetapi jauh dari tingkat yang sesuai,
tentukan cara menyesuaikan dosis untuk mendorong kurva konsentrasi mendekati
target. Beberapa pendekatan ada untuk ini, dari "aturan tiga" termudah hingga
perhitungan bantuan komputer canggih yang menerapkan algoritme inferensi
bayesian berdasarkan farmakokinetik populasi . [9]
b. Kadar obat atau metabolit aktif obat dalam plasma memiliki hubungan dengan efek
farmakologis atau toksik.
e. Kadar obat dalam plasma dapat diukur dan Teknik analitik yang tepat, mudah, tersedia dan
murah
Memantau kepatuhan
Terapi individualisasi selama terapi awal selama perubahan dosis
Mendiagnosis pengobatan kurang optimal
Menghindari toksisitas
Memantau dan mendeteksi interaksi obat
Memutuskan dihentikannya terapi
1. Obat
Formulasi
Rute Pemakaian
Regimen dosis
Farmakokinetik (Vd, waktu paruh, metabolit)
2. Usia
Pasien (pediatrik, geriatri)
Komposisi tubuh
Fungsi ginjal
Fungsi hati
Kepatuhan
Kehamilan
Status protein
Farmakogenetika
Penyakit / Keganasan
3.Spesimen
5.Lain-lain
PEMANTAUAN TERAPI OBAT adalah suatu proses yang meliputi semua fungsi
yang perlu untuk menjamin terapi obat kepada pasien yang aman . efektif / rasioanal
dan ekonomis.
FUNGSINYA :
SASARAN :
Dosis yang diberikan Multi efek Absorbsi Nasib metabolit Ekskresi Dosis dari efek
Rute Kebiasaan Ketagihan Toleransi
• Kelamin, umur
• Faktor Farmakogenetik
• Status biokimia
• Status Nutrisi
• Metabolisme obat
• Penyakit
• Idiosinkrasi, hipersensitive
• Kontraindikasi
• Pelatihan
• Keterampilan diagnosis
• Keterampilan terapi
• Terapi bersamaan
Interaksi obat – obat, obat – makan, obat – uji laboratorium dan obat – penyakit
Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien
Standar ini merupakan usulan yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Standar I * Kegiatan PTO dikelola oleh IFRS dengan dukungan & Petunjuk staf
medik yang tepat * Pelaksananya adalah farmasis yang memenuhi syarat dan mampu
menunjukan penggunaan obat yang tepat di Rumah Sakit
Standar III IFRS harus memiliki kegiatan pendukung yang tepat untuk
melaksanakan pemantauan Terapi Obat
Uraikan suatu Daftar parameter objektif & subjectif untuk mengevaluasi hasil
Jika dalam proses Pemantauan Terapi Obat tidak mencapai sasaran yang
diinginkan / merugikan. Gunakan alternatif lain dan komunikasikan dengan Dokter
sebelum dilaksanakan
Kaji proses ini sebagai suatu rangkaian kesatuan yang menuntun ketekunan setiap
hari
Mencakup semua fungsi, diperlukan untuk memastikan terapi obat secara tepat aman,
mujarab dan ekonomis pada pasien meliputi :
Mengkaji obat diresepkan dokter untuk kondisi yang didiagnosis ( ketepatan terapi
dan regimen obat pasien )
Memelihara dosis yang benar ( mengkaji ketepatan rute, jadwal dan metode
pemberian dosis obat )
Penyalahgunaan Obat
Tanda - tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien.
* Pasien dengan masalah memerlukan bahan obat yang bersifat racun (toksis)
Misalnya : Pasien kanker yang beresiko tinggi keracunan obat
* Pasien Kelainan Organ Tubuh Contoh : Jantung yang bermakna, kelainan ginjal,
kelainan paru – paru atau kelainan hati karena kemungkinan pasien tersebut akan
mengalami metabolisme dan ekskresi yang abnormal.
* Pasien berusia lanjut ( Lansia ) atau sangat muda ( balita ) yang mempunyai resiko
pengobatan yang meningkat b. Seleksi Pasien Berdasarkan Terapi Obat :
- Farmakologi Klinik
- Phatofisiologi
- Pharmacoterapi
Data yang dipertimbangkan untuk Sasaran Terapi yang Tepat ( Efektif dan Efisien )
sbb :
Indeks Terapi
Farmakologi Klinik
Toksisitas
Posologi
Interaksi Obat
1. Orientasi Masalah Dari Data Pasien Pengumpulan data pasien dan mengatur data
kedalam format masalah
5. Identifikasi Masalah dan atau kemungkinan untuk ROM ( Reaksi Obat Merugikan )
PENILAIAN
EVALUASI
Farmakokinetik
Farmakokinetik secara definitif adalah ilmu yang mempelajari kinetika absorbsi obat,
distribusi, dan eliminasi (metabolisme dan ekskresi) (Shargel dan Yu, 2005). Fase
farmakokinetik adalah perjalanan obat mulai titik masuk obat ke dalam badan hingga
mencapai tempat aksinya. Fase ini meliputi selama obat diangkut ke organ yang
ditentukan, setelah obat dilepas dari sediaan (Anief, 2007).
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiaannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna
(mulut sampai dengan rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain (Setiawati, 2008).
Faktor-faktor seperti luas permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung,
pergerakan saluran cerna dan aliran darah ketempat absorpsi, semuanya
mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat (Shargel & Yu, 2005).
b. Distribusi
Distribusi obat ke berbagai kompartemen cairan dan jaringan dibatasi oleh ikatan obat
dalam protein plasma, karena molekul besar seperti kompleks protein sukar melewati
membran sel. Sebaliknya, obat bebas yang tidak terikat dan aktif mudah melewati
membran sel. Semakin besar prosentase pengikatan semakin rendah kadar obat bebas.
Namun, apabila prosentase pengikatan melebihi 80% pengurangan distribusi menjadi
sangat nyata. Apabila kadar obat bebas dalam semua jaringan telah sama rata,
distribusi obat terikat telah mencapai keadaan seimbang Tjay dan Rahardja, 2007).
c. Biotransformasi
Dalam proses ini umumnya obat menjadi inaktif, sehingga biotransformasi berperan
dalam mengakhiri kerja obat. Namun, terdapat beberapa obat yang metabolitnya sama
aktif, misalnya klorpromazin, efedrin dan banyak senyawa benzodiazepine; obat yang
metabolitnya lebih aktif, misalnya fenasetin dan kloralhidrat (menjadi parasetamol
dan dikloroetanol); atau lebih toksis. Sebagian besar obat mengalami biotransformasi
di hati. Selain hati sebagai organ transformasi utama, dapat juga terjadi pada beberapa
organ lain, seperti di paru-paru, ginjal, dinding usus serta didalam jaringan (Tjay dan
Rahardja, 2007).
d. Ekskresi
Berkurangnya kadar obat dalam plasma dan lamanya efek tergantung pada kecepatan
metabolisme dan ekskresi. Kedua faktor ini menentukan kecepatan eleminasi obat
yang dinyatakan dengan plasma half-life eliminasi (waktu paruh atau t1/2) yaitu
rentang waktu dimana kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai
separuhnya. Plasma half-life juga tergantung dari kecepatan biotransformasi dan
ekskresi obat. Obat dengan metabolisme cepat maka halflifenya pendek (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Parameter Farmakokinetika
Sedangkan parameter turunan adalah parameter yang tidak hanya tergantung pada
parameter primer tapi juga besaran-besaran lain. Contohnya waktu mencapai kadar
puncak (tmaks), kadar puncak (Cpmaks), dan Area Under Curve (AUC). Kadar
puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma. AUC
adalah permukaan di bawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik-turunnya kadar
plasma sebagai fungsi waktu (Tjay dan Rahardja, 2007).
Model Kompartemen
Tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan atau sistem dari kompartemen-
kompartemen yang berhubungan secara timbal balik satu dengan yang lain. (Shargel
dan Yu , 2005). Model kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai
perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding
dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa
konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah sama pada berbagai waktu
(Shargel dan Yu, 2005).
Dalam model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua
kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral, meliputi
darah, cairan ekstraselular, dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua
merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringa-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini menganggap obat
dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005).
Interaksi Obat
Mekanisme interaksi obat secara garis besar dibedakan menjadi 3, yaitu interaksi
farmaseutik, interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik. Interaksi
farmaseutik (inkompatibilitas) terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara
obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Interaksi farmakokinetik meliputi fase
absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat. Akibatnya, terjadi peningkatan
toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakodinamik adalah
interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja sehingga terjadi
efek sinergik atau antagonistik tanpa ada perubahan kadar obat dalam plasma
(Setiawati, 2008: 862-872).
Adakalanya terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat
mempengaruhi farmakokinetika obat, obat dapat diikat oleh makanan sehingga
absorpsinya diusus dapat diperlambat atau dikurangi dan efeknya akan menurun (Tjay
dan Rahardja, 2007: 51).
Pemantauan terapi obat adalah suatu proses yang meliputi semua fungsi yang perlu
untuk menjamin terapi obat kepada pasien yang aman . efektif / rasioanal dan
ekonomis
FUNGSINYA :
SASARAN :
Interaksi obat – obat, obat – makan, obat – uji laboratorium dan obat – penyakit
Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien.
Standar ini merupakan usulan yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Standar I
* Kegiatan PTO dikelola oleh IFRS dengan dukungan & Petunjuk staf medik yang
tepat
Standar II
Standar III
Standar IV
Standar V
Uraikan suatu Daftar parameter objektif & subjectif untuk mengeval0uasi hasil.
Komunikasikan dengan dokter jika respon terapi yang diinginkan tidak terjadi &
teliti proses terapi
Jika dalam proses Pemantauan Terapi Obat tidak mencapai sasaran yang diinginkan
/ merugikan. Gunakan alternatif lain dan komunikasikan dengan Dokter sebelum
dilaksanakan
Kaji proses ini sebagai suatu rangkaian kesatuan yang menuntun ketekunan setiap
hari
Mencakup semua fungsi, diperlukan untuk memastikan terapi obat secara tepat aman,
mujarab dan ekonomis pada pasien meliputi :
Mengkaji obat diresepkan dokter untuk kondisi yang didiagnosis ( ketepatan terapi
dan regimen obat pasien )
Memelihara dosis yang benar ( mengkaji ketepatan rute, jadwal dan metode
pemberian dosis obat )
Mengkaji ketepatan informasi yan diberikan pada pasien
Penyalahgunaan Obat
Tanda - tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien.
Hubungan terapi obat dengan masalah tertentu atau status penyakit untuk menetapkan
ketepatan terapi tertentu
5. Identifikasi Masalah dan atau kemungkinan untuk ROM (Reaksi Obat Merugikan )
- Karakteristik Obat
Seleksi parameter kualitatif dan kuantitatif yang berkaitan untuk efeksi dan toksisitas
tiap obat
Suatu titik akhir menandakan pencapaian sasaran terapi atau penyelesaian dari proses
terapi yang terukur dan dapat diamati. Beberapa pertimbangan menentukan titik akhir
Farmakoterapi :
Misalnya : Perbedaan pengobatan Hipertensi sistolik pada pasien dewasa dan anak
(tekanan darah berbeda)
- Karakteristik Obat
- Efekasi dan Toksisitas
Jika kondisi pasien memberikan kesan kemungkinan terjadi toksisitas maka titik akhir
disesuaikan
Pasien memerlukan pemantauan yang lebih sering pada awal rangkaian terapi ( atau
sebaliknya, kemudian dalam terapi )