Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Proses terbentuknya tanah dipermukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah iklim. Iklim adalah  keadaan dimana suhu, presipitasi, kelembaban dan hal-hal
yang terkait dengan cuaca hanya dapat berubah dalam waktu yang panjang dan meliputi
daerah yang luas.  Iklim merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi kecepatan
pembentukan tanah. Terdapat dua unsur iklim yang terpenting yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah, yaitu  curah hujan dan suhu, yang berpengaruh besar pada kecepatan
proses kimia dan fisika, yaitu proses yang mempengaruhi perkembangan profil tanah.

            Tanah berasal dari bahan-bahan induk, baik yang organik maupun mineral yang
terbentuk melalui berbagai macam proses. Bahan induk yang membentuk tanah berasal dari
batuan yang ada dipermukaan bumi yang mengalami proses pelapukan. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mendorong terjadinya pelapukan pada batuan sehingga terbentuklah
tanah. Proses pelapukan batuan oleh suhu  dinamakan pelapukan mekanis atau fisik. Pada
siang hari yang notabene suhu permukaan bumi akan tinggi atau panas akan menyebabkan
batuan  memuai, sedangkan pada malam hari suhu permukaan bumi rendah atau dingin
sehingga menyebabkan batuan menjadi mengkerut karena proses pendinginan. Pemuaian dan
pengkerutan batuan tersebut sebenarnya tidak begitu berarti, tetapi akan memberi dampak
nyata jika terjadi secar konstan dan berkali-kali (Sutedjo, 2005). Setelah batuan mengalami
pelapukan secara fisika, batuan yang telah hancur akan mengalami pelapukan secara kimia.
Pelapukan kimia akan menyebabkan mineral-mineral yang terkandung dalam batuan
mengalami pelarutan yang mengakibatkan struktur mineralnya berubah.  Setelah mineral
mengalami pelarutan, presipitasi akan mempengaruhi proses selanjutnya. Dengan  adanya air
hujan, maka proses pencucian  tanah berlangsung cepat sehingga pH tanah tidak terlalu basa.
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada tanah meliputi:

a.       Solution, yaitu  terlarutnya bahan padat menjadi ion yang dikelilingi oleh
molekul cairan.

b.      Hidrolisis, yaitu reaksi suatu substansi dengan air yang membentuk hidroksida
dan substansi baru lain yang lebih mudah larut daripada substansi asalnya. Hidrolisis
merupakan salah satu reaksi pelapukan yang menyebabkan perubahan profil tanah.
c.       Karbonasi, yaitu reaksi suatu  senyawa dengan  asam karbonat. Hidrolisis dan
karbonasi merupakan proses pelapukan kimia yang paling efektif dalam proses pembentukan
tanah.

d.      Reduksi, yaitu proses kimia dimana muatan negatif naik, sedangkan muatan
positif menurun. Misalnya CaSO4 (keras) yang dilarutkan dalam air hingga membentuk
CaSO4.2H2O( lebih lunak).

e.       Oksidasi, yaitu kehilangan elektron atau penggabungan suatu senyawa dengan
oksigen. Mineral yang teroksidasi meningkat volumenya karena penambahan oksigen dan
umumnya lebih lunak.

BAB II

ISI

I.FAKTOR PEMBENTUK TANAH


Pembentukan tanah dipengaruhi lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai
proses,baik reaksi fisik maupun kimia. Semula yang dianggap sebagai faktor pembentukan
tanah hanyalah bahan induk,iklim dan mahkluk hidup. Setelah diketahui tanah berkembang
terus maka faktornya di tambah dengan faktor waktu dan topografi yang mempengaruhi tata
air dalam tanah dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentuk tanah.

Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai
proses, baik prosesfisik maupun kimia. Kelima faktor tersebut adalah iklim, makhluk hidup,
bahan induk, topografi, dan waktu. Jenny (1946; Isa Darmawijaya 1992) merumuskan
korelasi sifat-sifat tanah diantara faktor-faktor genese tanah sebagai berikut :s = f (I, h, b, t,
w,…)
s    : tiap sifat tanah yang seperti kadar lempung, pH, dll.
i    : iklim
h   : makhluk hidup
b   : bahan induk
t    : topografi
II. PENGARUH CURAH HUJAN DAN TEMPERATUR

Iklim sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah.  Suhu dan curah hujan
sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu
naik 10°C maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme
juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah.
Curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan
cepat, sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.  Akibatnya banyak tanah di
Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadarunsur hara dan bereaksi masam.
Di daerah-daerah yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur, pencucian
tidak berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan lebih tinggi kadar basanya.
a. Pengaruh curah hujan terhadap sifat tanah tampak jelas pada analisa Jenny
USA 1941,seperti
1. Pelindian unsur K dan Na yang oleh Jenny digambarkan dalam tabel dengan
menggunakan istilah Leaching Value
= K2O + Na2O + CaO ( horison terlindi )
Al2O3
= K2O + Na2O + CaO ( horison bahan induk )
Al2O3
2. Pelindian CaCO3 dalam profil tanah.
3. Pelindian C dan N dalam tanah. Korelasi curah hujan dengan %C dan % N
yang dikandung tanah.
b. Pengaruh temepratur dalam pembentukan tanah menurut dua cara
1. Memperbesar evaporasi transpirasi sehingga mempengaruhi pula pergerakan
air dalam tanah dan
2. Mempercepat reaksi kimia dalam tanah.

Memperbesar reaksi kimia tanah dinyatakan dengan

1. Dalil van Hoff ialah bahwa kenaikan temperatur tiap 10o C mempercepat
reaksi kimia 2-3 kali lipat.
2. Faktor pelapukan Ramann,berdasarkan atas pendapat bahwa disosiasi H2O
sangat tergantung pada temperatur.

Secara umum untuk waktu yang lama para ahli tanah menganggap bahwa pengaruh
iklim terhadap pembentukan tanah dapat dirumuskan dengan Prespitasi berbanding terbalik
dengan evapotranspirasi,yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah ialah jumlah air yang
dikandung tanah pada saat itu.

III.PELAPUKAN ( DESINTEGRASI OLEH CURAH HUJAN DAN TEMPERATUR)


Proses pelapukan banyak sekali ragamnya dan berlainan pula intensitasnya. Yang
paling nyata pengaruhnya adalah ikim,Hilgard (1906),diantara tanah dan iklim setempat
terdapat saling berpengaruh dan hubungan yang erat. Pengaruh iklim merupakan akibat
energi yang dipancarkan matahari.
Desintegrasi adalah proses penghancuran batuan secara fisik tanpa merubah susunan
kimianya. Emerson(1920),batuan yang bertekstur kasar lebih mudah terdesintegrasi dan
mineral gelap lebih mudah menyerap panas. Karena batuan tersusun dari mineral yang
beragam maka terjadi expansi dan kontraksi berlainan,maka fluktuasi temperatur
menyebabkan pecahnya batuan.
Pengaruh temperatur adalah tinggi temperatur mutlak dan frekuensi temperatur.
Pengaruh sinar matahari sumber panas utama yang langsung dinamakan insolasi,penyebab
desintegrasi temperatur karena adanya guncangan fluktuasi temperatur,siang hari batuan
terkena panas matahari dan memuai,sedang dimalam yang dingin batuan mengkerut.
Insolasi berhubungan dengan kelembapan udara dan tanah,sehingga jika di gurun
dimana sedikit vegetasi,akibat pengaruh desintegrasi hebat dari pada daerah basah yang
batuannya tertutup vegetasi. Proses desintegrasi berhenti jika batuan sudah pecah
kecil,tebalnya tanah yang terbentuk menghambat desintegrasi insolasi.
Desintegrasi juga berhubungan dengan daya hantar panas batuan,batuan yang daya
hantar nya lemah menyebabkan perbedaan temperatur diantara lapisan permukaanya dan
lapisan dalamnya sehingga batuan terkelupas kulitnya,dinamakan exfoliasi.
Aliran air memilii daya angkut yang besar,makin cepat mengalir makin besar daya
angkutnya,sedang makin miring permukaan tanah makin cepat air mengalir. Selanjutnya
bahan yang terangkut dan hanyut menimbulkan proses pengikisan batuan sehingga batuan
terpecah atau membuat batuan tajam menjadi bulat,dinamakan abrasit.
Jika desintegrasi oleh air ini mengenai tanah maka prosesnya dinamakan erosi. Erosi
terjadi dalam dua fase, erosi geologi terbentuk dimana pengikisan terjadi lama dan diimbangi
pembentukan tanah selama waktu geologi dan bersifat membangun,erosi cepat terjadi dengan
cepat mengikis tanah yang sudah lama terbentuk dan bersifat merusak.Hujan yang memiliki
angin terjadi karena perbedaan temperatur di bumi,angin yang besar bisa membawa partikel
kecil tanah dan mengendap disuatu tempat.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Proses pembentukan tanah merupakan perubahan dari bahan induk menjadi lapisan
tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang pdata menjadi bahan yang
lunak,selanjutnya berangsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah
atas (topsoil),dalam jangka waktu lama hingga ribuan tahun. Perubahan dari batuan induk
sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan,proses penghancuran
karena iklim.

Tahap pertama adalah pelapukan,proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari
bahan induk tana merubah susunan kimianya. Pelapukan dipengaruhi faktor iklim yang
merusak. Faktor iklim yang mempengaruhi diantaranya sinar matahari,temperatur, dan
musim.

Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral
penyusunnya. Selanjutnya oleh air,asam dan senyawa yang larut oleh air,pecahan –pecahan
batuan menjadi lunak dan terurai dalam unsur penyusunnya menjadi materi kecil yaitu pasir
yang akan membuat endapan baru disuatu tempat menjadi tanah,dan nantinya akan mampu
menyusun membentuk mineral baru dan membentuk susunan batuan baru.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya,Isa.1990.KLASIFIKASI TANAH Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia.Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS

Anda mungkin juga menyukai