Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN

Oleh : Ramayanti, S.Si, Apt

Kelas : 19

PELATIHAN PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI TENAGA KEFARMASIAN DI


PUSKESMAS (DISTANCE LEARNING)

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Observasi Lapangan

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan, Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas
penyelenggaraan upaya kesehatan, salah satunya mengenai pengamanan dan penggunaan
sediaan farmasi. Kefarmasian sebagai salah satu upaya kesehatan, perlu dilakukan penataan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk
memberikan perlindungan bagi masyarakat dari Sediaan Farmasi yang tidak aman digunakan
serta menjamin Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 89 tahun 2017 tentang Penataan, Pembinaan, Pengawasan dan
Pengendalian Kefarmasian.

Penataan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Kefarmasian ditujukan terhadap


sarana distribusi obat dan bahan obat, sarana pelayanan kefarmasian, dan Tenaga
Kefarmasian. Sarana pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud meliputi Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Apotek, Instalasi Farmasi Klinik, Pedagang Eceran Obat. Tenaga
Kefarmasian yang dimaksud meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit


pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana.

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud
meliputi : perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi
pengelolaan.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai


pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk


meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

B. Tujuan Observasi Lapangan


1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata tentang penerapan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, sebagai satu pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari proses
pelatihan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
b. Mengetahui bagaimana Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas
c. Mengetahui dan mmpelajari program inovasi pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan di Puskesmas serta latar belakang dan metode inisiasi program
inovasi tersebut
C. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Observasi Lapangan (OL) dilaksanakan pada :
Waktu : Pukul 13.00 - 16.00 WIB / Selasa, 8 Februari 2022
Tempat : Puskesmas Kecamatan Ibrahim Adjie, Bandung (virtual)
D. Proses Observasi Lapangan

Proses observasi lapangan dilakukan secara virtual

BAB II

HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Ibrahim Adjie Kota Bandung terdiri


dari Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Pelayanan Farmasi Klinik.

A. Pengelolaan Sediaan Farmasi


1. Perencanaan dan Pengadaan

Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan Badan Layanan Umum Daerah


(BLUD) sehingga dapat melakukan pengadaan sendiri selain pengadaan dari Dinas
Kesehatan Kota Bandung. Pengadaan obat yang berdasarkan dana APBD didapat
dari Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam waktu 1 (satu) kali dalam sebulan.
Namun jika terjadi kekosongan obat BLUP Puskesmas Ibrahim Adjie dapat
melakukan pengadaan sendiri melalui dana BLUD dengan kerjasama antara
Apoteker dan Pejabat Pengadaan BLUD Puskesmas Kecamatan Ibrahim Adjie, Kota
Bandung.

Proses pengadaan obat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan obat untuk 1


(satu) bulan atau bahkan 3 (tiga) bulan agar tidak terjadi kekosongan obat.
Pengadaan obat dilakukan oleh Pejabat Pengadaan melalui e-catalog. Sumber dana
untuk obat-obatan berasal dari dana BLUD. Sedangkan sumber dan untuk BMHP
berasal dari dana BOK. Untuk barang dan jasa menggunakan sistem pengadaan
langsung dan sistem e-catalog. Proses pengadaan obat-obatan diutamakan melalui e-
catalog namun jika terjadi kekosongan obat di e-catalog maka proses pengadaan
dilakukan secara langsung. Jika terjadi kekosongan obat secara mendadak atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) maka proses pengajuan permintaan obat dapat dilakukan
sewaktu-waktu.

2. Penerimaan Obat

Proses penerimaan obat di Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan dengan


melakukan langkah : pemeriksaan faktur (kesesuaian nama obat, jumlah, nomor bets
dan tanggal kadaluarsa obat) diperiksa antara faktur dan obat yang diterima. Ada 2
(dua) jenis dokumen dalam penerimaan obat-obatan, yaitu faktur untuk pengadaan
yang berasal dari dana BLUD melalui PBF ke Puskesmas Ibrahim Adjie. Sedangkan
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota
Bandung melalui LPLPO.

3. Pendistribusian Obat

Cara distribusi obat di Puskesmas Ibrahim Adjie bertujuan memenuhi


kebutuhan sediaan farmasi di unit-unit yang ada di Puskesmas Ibrahim Adjie. Selain
itu distribusi juga dilakukan pada kegiatan Puskesmas Keliling (Pusling) dan
Posyandu. Distribusi obat dilakukan dengan 1 (satu) pintu. Baik itu obat program
atau non-program. Proses pendistribusian dilakukan dari gudang obat atas
permintaan unit-unit dengan menggunakan buku catatan pendistribusian obat
tersendiri.

a. Distribusi Obat di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD)


Penyimpanan dilakukan dengan metode floor stock. Penanggungjawabnya
adalah seorang tenaga teknis kefarmasian yang ditunjuk oleh apoteker.
Penanggungjawab melakukan pengecekan seminggu sekali dan memastikan
stok obat emergensi selalu tersedia. Obat-obat High Alert diberikan penandaan
khusus. Setiap pemakaian obat – obatan / BMHP dilakukan pencatatan. Rencana
kebutuhan obat-obatan dan BMHP dilakukan atas koordinasi antara petugas
medis, paramedis dan apoteker.
b. Distribusi BMHP di Laboratorium
Kebutuhan BMHP dan reagen-reagen di laboratorium didistribusikan satu
pintu melalui Unit Farmasi. Kondisi penyimpanan disesuaikan dengan jenis
BMHP dan atau reagen-reagen yang ada.
c. Distribusi Obat-obatan dan atau BMHP di Ruang Bersalin
Distribusi obat-obatan dan BMHP di R. Bersalin dilakukan dengan
mengajukan permohonan ke Unit Farmasi secara berkala. Di Ruang Bersalin
terdapat paket-paket obat emergency yang harus ada di ruang bersalin. Paket
tersebut dipantau oleh Tenaga Kefarmasian seminggu sekali. Metode distribusi
dilakukan secara floor stock dan selalu dipastikan ketersediaannya.
d. Distribusi BMHP dan APD
Distribusi BMHP dan APD untuk pelayanan selama Pandemi Covid-19 juga
dilakukan oleh Unit Farmasi
e. Distribusi Obat-obatan di Ruang Layanan HIV dan Infeksi Menular Seksual /
IMS (R. Someah)
Obat-obatan ARV yang dibutuhkan untuk pasien HIV dan obat-obatan
untuk pasien IMS disediakan di Unit Farmasi atas resep dari dokter dari
Layanan Someah
f. Distribusi Obat-obatan di R. Layanan TBC
Obat-obatan OAT yang dibutuhkan untuk pasien TBC sudah disediakan satu
pintu di Unit Farmasi atas resep dari dokter dari Poli Dot. Resep diantarkan oleh
petugas Poli ke Unit Farmasi kemudian obat disiapkan didiantarkan petugas
farmasi ke Poli Dot agar tidak terjadi kontaminasi / penularan kepada pasien
lain.
g. Distribusi Obat-obatan di Ruang Layanan Prolanis
Prolanis dilakukan dalam 1 (satu) bulan sekali untuk pasien Hipertensi dan
Diabetes Mellitus. Pengelolaan obat-obatan untuk pasien Prolanis dilakukan
dengan kerjasama dengan Apotek di luar Puskesmas (Apotek Antapani) dan
juga di Unit Farmasi puskesmas itu sendiri jika dalam kondisi darurat. Petugas
Framasi berperan dalam memberikan edukasi tentang penggunaan obat yang
baik dan benar dan agar patuh dalam memimun obat.
h. Distribusi Obat-obatan dan BMHP di Ruang Layanan Gigi
Distribusi obat-obatan di ruang layanan gigi juga dilakukan 1 (satu) pintu
dari Unit Farmasi. Obat-obatan dan BMHP diajukan Ruang Layanan Gigi
kepada Unit Farmasi secara berkala 1 (satu) bulan sekali untuk kebutuhan
layanan.
i. Obat-obatan Emergency
Unit Farmasi juga memantau setiap obat-obatan emergency yang ada di
ruangan yang memang membutuhkan. Dan dilakukan pemantauan secara
berkala oleh petugas farmasi terkait kadaluarsa dan ketersediaan obatnya.
Pengelolaan obat-obatan emergency terkait dengan akreditasi puskesmas.

4. Pengendalian
Untuk pengendalian obat pada kartu stok obat diberikan penandaan berupa
warna sebagai tanda untuk memudahkan dalam menilai masa kadaluarsa. Warna
hijau untuk obat dengan masa kadaluarsa lebih dari 1 tahun, warna kuning untuk
obat dengan masa kadaluarsa 6 bulan ke atas dan warna merah untuk obat-obatan
yang mendekati kadaluarsa di bawah 6 (enam) bulan.
Gudang obat dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) dan Exhaust Pan untuk
menjaga kondisi dan suhu penyimpanan agar selalu terjaga. Gudang obat juga
tidak disimpan untuk barang-barang lain (bukan obat atau BMHP) agar tidak
terjadi kontaminasi silang.

5. Pencatatan dan Pelaporan Obat

Pencatatan obat selalu dilakukan setiap pengambilan obat, jadi kartu stok obat
selalu update. Untuk setiap unit yang menyimpan obat wajib memiliki kartu stok dan
ada penanggug jawab masing-masing obat di setiap ruangan.

Laporan Farmasi :

1. LPLPO dibuat 1 bulan 1 kali, dimana sebelumnya melakukan stok opname


yang dilakukan setiap akhir bulan untuk melihat obat secara real.
2. Laporan Pemantauan Indikator ketersediaan Obat dan Vaksin yang terdiri
dari 40 item obat
3. Laporan catatan jumlah pasien yang dilayani diruangan farmasi
4. Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR) yakni Ispa Non Pneumonia dan
Diare Non Spesifik
5. Laporan Persediaan Obat
6. Surat Pesanan Langsung ke PBF yang ditanda tangani oleh Apoteker
Penanggung Jawab dan mengetahui Pejabat Pengadaan
7. LPLPO Obat dan BMHP hibah

6. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat di gudang obat Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan


dengan metode FEFO (First Expired First Out). Metode ini dilakukan agar tidak
terjadi pemberian obat yang kadaluarsa. Selain itu, metode FEFO dikombinasikan
dengan penyusunan obat secara alfabetis.
Penyimpanan obat di ruang layanan Unit Farmasi Puskesmas Ibrahim Adjie
dilakukan dengan metode FEFO dan dikombinasikan dengan penyusunan obat
berdasarkan farmakologinya.

Penyimpanan juga dilakukan dipisahkan berdasarkan jenis sediaan obatnya.


Seperti sirup, obat luar dan lain lain. Penyimpanan sediaan farmasi untuk
penyimpanan khusus dalam lemari pendingin dan lemari narkotika dan psikotropika.

7. Pemantauan dan Evaluasi

Setiap pemakaian obat dan atau BMHP selalu dilakukan pencatatan.


Pencatatan dilakukan oleh petugas yang mengambil dan menggunakan obat-obatan
dan atau BMHP di ruangan masing-masing pada kartu stok yang sudah disediakan
untuk tiap obat dan atau BMHP. Petugas farmasi melakukan pemantauan terhadap
kartu stok dan jumlah obat dan atau BMHP.

Pelaporan penggunaan obat dan permintaan obat dituangkan dalam Laporan


Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO terdiri dari stok awal,
jumlah penerimaan, jumlah persediaan, jumlah pemakaian, dan sisa stok. LPLPO
dibuat dan dilaporkan secara berkala 1 (satu) bulan sekali.

Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) dibuat dan dilaporkan secara


berkala dalam 1 (satu) bulan sekali. Pengambilan data dilakukan dengan
pengambilan sampel pada pasien ISPA Non-pneumoni, Diare Non Spesifik dan
Myalgia.

Terdapat buku-buku catatan penerimaan barang dan buku distribusi obat dan
atau BMHP serta buku hibah serta berita acaranya.

B. Pelayanan Farmasi Klinik (PIO dan Konseling)

Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Ibrahim Adjie meliputi Pelayanan


Informasi Obat (PIO) dan Konseling. Setiap pasien yang diberikan PIO dan medapatkan
konseling dicatat pada form dan dilaporkan secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.
PIO dicatat sesuai dengan format laporan jenis pasien yang diberikan informasi obat.

Pencatatan jumlah pasien yang dilayani dicatat dalam form khusus dan
dilaporkan secara berkala terkait jumlah pasien di masing-masing layanan / poli yang
kemudian dibuat grafiknya.
Konseling di Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan di Ruang Konseling oleh
Apoteker dengan format konseling yang ada. Metode konseling dilakukan dengan
menggunakan 3 Prime Question pada pasien. Namun metode ini tidak bisa dilakukan pad
pasien-pasien tertentu seperti pasien dengan HIV AIDS terkait dengan privasi pasien itu
sendiri. Konseling ini membutuhkan teknik khusus agar pasien dapat terbuka pada saat
sesi konseling.

Salah satu cara konseling yang baik adalah dengan pendekatan kepada pasien
karena mereka butuh support agar pasien patuh dalam minum obat. Untuk memantau
penggunaan obat kadang dipantau melalui whatsapp. Konseling bisa dilakukan langsung
kepada pasien atau dengan keluarga pasien sendiri.
BAB III

LESSON LEARNT

Berdasarkan hasil kegiatan Observasi Lapangan (OL) didapatkan beberapa hal


sebagai berikut :

1. Bahwa Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus dilakukan sesuai dengan


standar yang ada sehingga dapat dilaksanakan dengan baik
2. Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian membutuhkan komitmen dan koordinasi dari
berbagai pihak sehingga dapat terlaksana dengan baik (kolaborasi dengan setiap
tenaga kesehatan).
3. Disetiap kegiatan rutinitas apoteker harus melahirkan inovasi-inovasi yang dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian menjadi lebih
baik
4. Inovasi dari Apoteker Puskesmas Ibrahim Adjie adalah etiket Fasiskia, semua
etiket tertulis informasi obat yang akurat, karena etiket ujung tombak informasi
kefarmasian. Contohnya etiket untuk anak yang dibuat dengan sedemikian rupa
agar menarik perhatian.
Etiket untuk lansia dan pasien Diabetes Mellitus dengan tujuan agar pasien lebih
paham dengan waktu minum obat, kegunaan obat, penyimpana obat, efek samping
obat dan terapi non farmakologi. Dari inovasi etiket ini bisa di adopsi oleh setiap
apoteker di Puskesmas untuk pelayanan kefarmasian yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai