Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS HARGA DIRI RENDAH


RUMAH SINGGAH AL HIDAYAH MOJOKERTO

OLEH :

MIFTAKHUL JANNAH

(0118024)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (stuart and sundeen,1995). Frekuensi pencapaian
tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinngi. Jika individu
sering gagal,maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (keliat,1994).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. (MUHTIN, 2015)
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa. (dep kes ri 2000). Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat di ekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung. Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berhaga, tidak bererti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiridan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilangnya percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri.(keliat,2001).
2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang
tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting
dan berharga. Gangguan harga diri dapat terjadi secara:
1) Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan seperti pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi
tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2) Maturasional Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah:
a. Bayi/Usia bermain/ Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan,
perpisahan dengan orang tua, evaluasi  negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan
orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat.
b. Usia sekolah; Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat
objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang.
c. Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan
hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalahmasalah pelajaran
kehilangan orang terdekat.
d. Usia sebaya; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.
e. Lansia; Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pensiun)
3) Kronik
Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.
3. Rentang Respon Konsep Diri
Individu dengan kepribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang positif/sesuai, ideal
diri yang realistik, konsep diri positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan dan
identitas yang jelas. Respon konsep diri sepanjang rentang sehat – sakit berkisar dari status
aktualisasi diri (paling adaptif) sampai pada keracunan identitas/depersonalisasi (maladaptif)
yang digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :
1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu masalah
dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:
a. Aktualisasi diri Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masalalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu
tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaptive gangguan konsep diri
adalah:
a. Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri positif dan mal adaptif.
b. Kekacauan identitas Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat
membina hubungan baik dengan orang lain.
Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatar
belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif
dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran
yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam
beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat
penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang positif adalah: yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah
pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian
tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri,
jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang
lain. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga
akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat.
Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk
melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri
(Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang
rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih
sayang dan penerimaan. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia
lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri
rendah.
4. Etiologi
Harga diri sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat
adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada
tahap perkembangan awal (townsend, M.C. 1998:366). Menurut Carpetino,koping individu
tidak efektif adalah keadaan dimana seoran individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan sumber- sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Seringkali penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jaran di beri pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang di hargai dan tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menunut lebih dari kemampuannya.
a) Faktor predisposisi
 Faktor biologis
- Kerusakan lobus frontal
- Kerusakan hipotalamus
- Kerusakan system limbic
- Kerusakan neurotransmitter
 Faktor psikologis
- Penolakan orang tua
- Harapan orang tua tidak realistis
- Orang tua yang tidak percaya pada anak
- Tekananteman sebaya
- Kurang reward system
- Dampak penyakit kronis
 Faktor sosial
- Kemiskinan
- Terisolasi dari ligkungan
- Interaksi kurang baik dalam keluarga
 Faktor cultural
- Tuntutan peran
- Perubahan kulturan
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak
realitis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggun jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b) Faktor presipitasi
Kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/ betuk tubuh, kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini
dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karea trauma yang
muncul tiba tiba misalnya harus dioprasi, kecelakaan perkosaan atau dipenjara termasuk
dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri, harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik tau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik
biasanaya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan peningkatan saat dirawat. Dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
5. Rentang Respon Pathway
6. Tanda Gejala
Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut Carpenito,L.J (2003:352) :
» Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya : malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah mendapat terapi sinar pada
kanker.
» Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Mislanya: ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit,mnyalahkan atau mengejek dan mengkritik diri sendiri.
» Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tau apa-apa.
» Percaya diri kurang. Mislanya: klien sukar mengambil keputusan , misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
» Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
» Perasaan tidak mampu
» Pandangan hidup yang pesimistis
» Tidak berani menatap lawan bicara
» Lebih banyak menunuduk
» Penolakan terhadap kemampuan diri
» Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kuku kotor, rambut panjang, dan
lusuh, gigi kuning, kulit kotor)
» Data Obyektif:
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku distruktif pada diri sendiri
c) Perilaku distruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
g) Menunujukan tanda depresi (Sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah
B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. Adapun isi dari pengkajian tersebut
adalah:
a. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topikyang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah klien menyendiri, tidak
mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa,
menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.Pada klien
dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan
jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah ada kekurangan pada kondisi
fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi nadi.
e. Psikososial
1. Genogram Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Penelusiran genetic yang
menyebabkan/ menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan
hingga saat ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Pada
klien harga diri rendah klien cenderung merendahkan dirinya sendiri, perasaan
tidak mampur dan rasa bersalah terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.Klien dengan harga diri
rendah klien lebih banyak menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani
menatap lawan bicara
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.Pada klien HDR tidak mampu melakukan perannya secara maksimal hal
ini ditandai dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari individu
tersebut.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah klien cenderung percaya diri
kurang, selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap kemampuan
dirinya.
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Pada klien dengan
harga diri rendah merasa malu terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap
dirinya sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang pesimis,
penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya diri kurang.
3. Hubungan Sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah cenderung
menarik diri dari lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu
4. Spiritual
Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah cenderung
berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.
f. Status mental
- Penampilan Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.Pada klien dengan
harga diri rendah klien kurang memperhatikan perawatan diri, klien dengan harga
diri rendah rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan
gigi kuning.
- Pembicaraan Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap, sering
terhenti/bloking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
- Aktivitas motorik Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering menunduk,
tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.
- Afek dan Emosi Klien cederung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat
ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan).
- Interaksi selama wawancara Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang
(tidak mau menatap lawan bicara).
- Proses Pikir
a. Arus fikir : Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali).
b. Bentuk Pikir Otistik : bentuk pemikiran yang berupa fantasia tau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
c. Isi fikir
» Pikian rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya dan penolakan
terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan, menghina dirinya terhadap
hal-hal yang pernah dilakukan ataupun belum pernah dia lakukan - Rasa
bersalah: pengungkapan diri negatif
» Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram tentang
banyak hal di dalam kehidupannya.
» Tingkat Kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarannya composmentis, namun
ada gangguan orientasi terhadap orang lain.
» Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang
ataupun jangka pendek
» Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran
dirinya sendiri yang merasa tidak mampu.
» Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien harga diri rendah sulit mementukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
» Daya Tilik Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak
perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak
mau bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya:
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.
g. Kebutuhan Perencanaan Pulang
× Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
× Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
h. Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll ataukah
menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya.
Pada proses pengkajian, data penting dan masalah yang perlu di kaji adalah:
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama: Gangguan a. Mengungkapkan a. merusak diri
konsep diri: harga diri ingin diakui jati dirinya sendiri maupun
rendah b.Mengungkapkan tidak orang lain.
ada lagi yang peduli. b. Ekspresi malu.
c. Mengungkapkan c. Menarik diri dari
tidak bisa apa-apa. hubungan social.
d. Mengungkapkan d. Tampak mudah
dirinya tidak berguna. tersinggung.
e. Mengkritik diri e. Tidak mau makan
sendiri. Perasaan tidak dan tidak tidur
mampu
2. Masalah keperawatan: a. Mengungkapkan a. Tampak
Koping individu tidak ketidakmampuan dan ketergantungan
efektif meminta bantuan orang terhadap orang lain
lain. b. Tampak sedih dan
b. Mengungkapkan tidak melakukan
malu dan tidak bisa aktivitas yang
ketika diajak seharusnya dapat
melakukan sesuatu. dilakukan.
c. Mengungkapkan c. Wajah tampak
tidak berdaya dan tidak murung
ingin hidup lagi.
3. Masalah keperawatan: a. Mengungkapkan a. Ekspresi wajah
Menari diri: isolasi sosial enggan bicara dengan kosong tidak ada
orang lain kontak mata
b. Klien mengatakan b. ketika diajak
malu bertemu bicara Suara pelan
danberhadapan dengan dan tidak
orang lain jelas Hanya
memberi jawaban
singkat (ya/ tidak).
c. Menghindar
ketika didekati
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
Pohon masalah

Isolasi social : menarik diri (akibat)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah (Core problem)

Tidak efektifnnya koping individu (causa/penyebab)

3. NCP (Rencana keperawatan)

Diagnosa perencanaan intervensi rasional


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi
Gangguan Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi : 1.1 Bina hubungan
konsep diri : Klien dapat  Klien dapat saling percaya. Hubungan
harga diri membina mengungkapkan a) Sapa klien saling percaya
rendah hubungansaling perasaannya dengan ramah, akan
percaya.  Ekspresi wajah baik verbal menimbulkan
bersahabat. maupun non kepercayaan
 Ada kontak verbal klien pada
mata b) Perkenalkan diri perawat
 Menunjukan dengan sopan. sehingga akan
rasa senang. c) Tanya nama memudahkan
 Mau berjabat lengkap klien dalam
tangan. dan nama pelaksanaan
 Mau menjawab panggilan yang tindakan
salam. di sukai klien. selanjutnya
 Klien mau d) Jelaskan tujuan
duduk pertemuan, jujur
berdampingan dan menempati
 Klien mau janji.
mengutarakan e) Tunjukan sikap
masalah yang di empati dan
hadapi. menerima klien
apa adannya.
f) Beri perhatian
pada klien.

1.2 beri kesempatan


untuk mengungkapkan
perasaannya tentang
penyakit yang di
deritannya.

1.3 sediakan waktu


untuk mendengarkan
klien.

1.4 katakan pada klien


bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggung jawab
serta mampu menolong
dirinnya sendiri.

Tujuan khusus 2 : Kriteria evaluasi : 2.1 diskusikan


kemampuan dan aspek
Klien dapat  Klien mampu positiff yang di miliki
mengidentifikasi mempertahan klien dan beri pujian /
kemampuan dan kan aspek reinforcement. Atas
askep. yang positif. kemampuan Pujian akan
mengungkapkan meningkatkan
perasaannya. harga diri klien.

2.2 saat bertemu klien,


hindarkan pemberian
nilai negative.
Utamakan pemberian
pujian yang realistis.
Tujuan khusus 3 : Kriteria evaluasi :
3.1 diskusikan
Klien dapat menilai  Kebutuhan kemampuan klien yang
kemampuan yang klien masih dapat di gunakan Peningkatan
dapat di gunakan. terpenuhi. saat sakit. kemampuan
 Klien dapat mendorong
melakukan 3.2 diskusikan juga klien untuk
aktivitas kemampuan yang dapat mandiri.
terarah. di lanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.

Tujuan khusus 4 : Kriteria evaluasi :


4.1 rencanakan
Klien dapat  Klien mampu bersama klien aktifitas Pelaksanaan
menempatkan dan beraktifitas yang dapat di lakukan kegiatan secara
merencanakan sesuai setiap hari sesuai mandiri modal
kegiatan sesuai kemampuan. kemampuan : awal untuk
dengan  Klien meningkatkan
kemampuan yang mengikuti Kegiatan mandiri , harga diri.
dimiliki klien terapi kegiatan dengan
aktifitas bantuan minimal ,
kelompok. kegiatan dengan
bantuan total .

4.2 tingkatkan kegiatan


sesuai dengan toleransi
kegiatan klien.

4.3 beri contoh cara


pelakssanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).
Tujuan khusus 5 : Kriteria evaluasi :

Klien dapat  Klien mampu 5.1 beri kesempatan


melakukan beraktifitas klien untuk mencoba
kegiatan sesuai sesuai kegiatn yang di
kondisi sakit dan kemampuan. rencanakan. Dengan aktifitas
kemapuannnya. klien akan
5.2 berikan pujian atas mengetahui
keberhasilan klien. kemampuannya.

5.3 diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.

Tujuan khusus 6 : Kriteria evaluasi :

klien dapat  Klien mau 6.1 berikan pendidikan Perhatian


memanfaatkan memberikan kesehatan pada kelurga dan
system pendukung dukungan. keluarga tentang cara pengertian
yang ada  Klien mampu merawat klien harga keluarga akan
melakukan diri rendah. dapat membnat
apa yang di meningkatkan
ajarkan. 6.2 bantu keluarga harga diri klien.
 Klien mau memberi dukungan
memberikan selama klien di rawat.
dukungan.
6.3 bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
di rumah.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai apa
belum, evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan kriteria hasil pada
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Hua Nurarif, S., & Hardi kusuma, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawataan
Berdasarkan Diagnosa MedisDan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediactions jogja.

Anna Keliat, Budi, dkk.1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Azizah,L.M., Zainuri,I., & Akbar, A (2016).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :


Indomedia pustaka.

Carpenito,Lynda Juall.2009.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik edisi 9 .


Jakarta : EGC.

Muhtin, A.(2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.Yogyakarta : CV ANDI


OFFSET.

Stuart,G.W &Sudeen,S.J.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).Edisi 3, Jakarta :


EGC.

Towsend,Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai