Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
memperoleh sesuatu hak atas tanah. Orang perseorangan selaku subyek hak atas
tanah, yaitu setiap orang yang identitasnya terdaftar selaku Warga Negara Indonesia
atau Warga Negara Asing, baik yang berdomisili di dalam atau di luar wilayah
Republik Indonesia dan tidak kehilangan hak memperoleh sesuatu hak atas tanah.
untuk mengakhiri dualisme hukum agraria di Indonesia pada saat itu. Dalam
kurun waktu lebih dari satu dasawarasa sejak proklamasi, sebagian besar
barat (kolonial) dan sebagian kecil lainnya berdasarkan hukum adat. Hukum
agraria yang berdasarkan hukum barat jelas memiliki tujuan dan sendi-sendi dari
pemerintah jajahan. Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (untuk
1
selanjutnya disebut UUD) dinyatakan, bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang
yang ada dalam tubuh bumi Indonesia adalah Hak Bangsa Indonesia, sebagai satu
kesatuan bukan perorangan atau golongan tertentu. Pasal 33 ayat (3) UUD
tersebut merupakan hak penguasaan atas sumber Daya Alam sebagai penugasan
pelaksanaan Hak Bangsa Indonesia yang termasuk bidang hukum publik dan
meliputi semua Sumber Daya Alam Bangsa Indonesia. Hak Bangsa Indonesia
diatur dalam Pasal 1 angka 1, 2, dan 3 UUPA. Hak Bangsa Indonesia adalah
hubungan hukum antara bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa
4
Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya . Hak Bangsa
mengandung 2 unsur yaitu unsur kepunyaan dan unsur tugas kewenangan untuk
5
dipunyainya .
hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam hukum tata nasional, bersifat
6
abadi dan merupakan induk bagi hak-hak penguasaan yang lain atas tanah .
4 Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, hal. 14-15
5 Ibid., hal 16
6 Boedi harsono, Menuju Penyempurna Hukum Tanah Nasional, Universitas
Trisakti, Jakarta, 2007, hal 43
2
Hak Bangsa Indonesia bersifat abadi sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan
UUPA huruf II, bahwa selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa
Indonesia masih ada dan selama bumi, air dan ruang angkasa Indonesia masih ada
pula, dalam keadaan yang bagaimanapun, tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan
Hak Bangsa mempunyai 2 (dua) unsur yaitu unsur Perdata dan unsur Publik.
Unsur perdata dari Hak Bangsa dapat dilihat dari pernyataan “tanah dikuasai oleh
hukum perdata bukan berarti bahwa Hak Bangsa tersebut adalah hak pemilikan
Hak Bangsa dalam Hukum Tanah Nasional adalah hak kepunyaan, yang
para warganegara secara individual. Unsur Publik dari Hak Bangsa berisikan
diatur dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Pengaturan lebih khusus mengenai
pemberian kekuasan kepada Negara diatur dalam Pasal 2 UUPA. Pasal 2 UUPA
tersebut disebut Hak Menguasai Negara, yaitu sebutan yang diberikan oleh UUPA
3
kepada lembaga hukum dan hubungan hukum konkret antara Negara dan tanah
Indonesia yang dirinci isi dan tujuannya dalam Pasal 2 ayat (2) dan (3) UUPA.
hukum adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan ulayatnya,
sebagai “lebensraum” para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya
alam, termasuk tanah, yang ada dalam wilayah tersebut. Pasal 3 UUPA
mengambil manfaat tertentu dari suatu bidang tanah tertentu, yang terdiri atas:
3) Hak Jaminan atas Tanah yang disebut “Hak Tanggungan” dalam Pasal
25, 33, 39, dan 51 UUPA. Hak Tanggungan adalah satu-satunya hak
4
Hal ini dapat dipastikan bahwa pemberlakuan hukum agaria tersebut jelas
dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3), yaitu Bumi, air dan
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
untuk mengatur dalam Hak Bangsa Indonesia sebagai pemegang hak yang
Indonesia untuk mengatur tersebut, telah diatur dalam Pasal 33 ayat 3 UUD
kekuasan kepada Negara diatur dalam Pasal 2 UUPA. Pasal 2 UUPA tersebut
disebut Hak Menguasai Negara, yaitu sebutan yang diberikan oleh UUPA kepada
lembaga hukum dan hubungan hukum konkret antara Negara dan tanah Indonesia
7
yang dirinci isi dan tujuannya dalam Pasal 2 ayat (2) dan (3) UUPA , yang
Ayat (2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 Pasal ini
memberi wewenang untuk:
a. Mengatur dan menyelanggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
5
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa.
Ayat (3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut
pada ayat (2) pasal ini, digunakan untuk mencapai sebesar-besar
kemakmuran rakyat, dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang
8
merdeka, berdaulat, adil dan makmur .
Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA
yaitu “atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah,
yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun
9
bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum .
Karena sesuai dengan sifat proses pemeriksaannya yang bercorak ex-parte atau
sepihak, nilai kekuatan pembuktian yang melekat dalam penetapan sama dengan
10
sifat ex-parte itu sendiri, dalam arti :
2. Tidak mempunyai kekuatan mengikat kepada orang lain atau kepada pihak
ketiga
dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat
untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat,
6
terutama rakyat tani, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan
mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat. Kepastian hukum bagi pemilik
hak atas tanah, oleh UUPA sendiri disebutkan, hanya dapat diperoleh melalui
"pensertipikatan tanah").
Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar hak
melindungi tanah juga mengatur hubungan hukum hak atas tanah melalui
penyerahan sertipikat sebagai tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya,
demikian juga dalam peralihan hak dengan jual beli atas tanah tersebut.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, menyebutkan setiap peralihan hak atas
tanah melalui jual-beli hanya dapat didaftarkan jika dapat dibuktikan dengan akta
yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Di mana, pendaftaran hak atas
tanah ini menurut ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUPA yang merupakan pembuktian
yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan atas tanah
tersebut.
terjangkau, mutakhir dan terbuka. Asas merupakan dasar dari suatu kegiatan, hal
7
ini berlaku pula pada pendaftaran tanah. Oleh karena, dalam pendaftaran tanah ini
terdapat asas yang harus menjadi patokan dasar dalam melakukan pendaftaran
Fakta yang terjadi didalam praktik, ditemukan bahwa asas mudah dan
adanya kendala biaya atau syarat tambahan. Ada beberapa alasan diantaranya
sebagai contoh yaitu alasan perbedaan luas tanah antara data yuridis dan data fisik
setelah dilakukannya pengukuran. Sehingga tujuan dari asas sederhana itu sendiri
belum bisa tercapai. Makna sederhana dalam kamus besar bahasa indonesia
11
dipahami sebagai suatu perbuatan (tindakan) yang hemat dan tuntas . Tentunya
hak tersebut harus dipahami hemat dalam arti efisien baik biaya, waktu dan
prosedurnya, sedang tuntas bisa dipahami sebagai suatu perbuatan (tindakan) yang
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, adanya larangan bagi PPAT untuk
11 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Penerbit Departemen
Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2005
8
membuat akta jual beli atas tanah yang sudah terdaftar, jika kepadanya tidak
disampaikan sertifikat asli hak yang bersangkutan atau sertifikat yang diserahkan
memberikan kepastian hukum terhadap pemilik atau yang menguasai tanah untuk
melakukan pendaftaran tanah. Hal ini terlihat dengan adanya aiatem pendaftaran
secara sporadis dan sistem pendaftaran secara sistematik. Pendaftaran tanah yang
dilakukan dengan cara sporadik, pemilik tanah yang aktif untuk melakukan
tujuan yang ingin dicapai dari adanya pendaftaran tanah tersebut diatur lebih
bertujuan :
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
12 Widhi Handoko, Kebijakan Hukum Pertanahan, Thafa Media, Yogyakarta, 2014, hal.
241
9
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah
Ketentuan tentang kepastian hukum hak atas tanah ini diatur dalam
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah terbaru ini
masyarakat. Tak hanya sekedar lahan untuk bermukim, tetapi juga dapat menjadi
tempat mata pencaharian masyarakat. Hak atas tanah merupakan hak untuk
orang, atau badan hukum. Jenis hak atas tanah bermacam-macam, misalnya hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain sebagainya. Tanah
bagi rakyat untuk mencapai penghidupan yang layak sesuai dengan ketentuan
Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam hukum agraria nasional
13
membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk :
1
a. hak-hak atas tanah yang bersifat primer yaitu hak-hak atas tanah yang dapat
dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan hukum yang
mempunyai waktu lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau
ahli warisnya seperti Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
b. hak-hak atas tanah yang bersifat sekunder yaitu hak-hak atas tanah yang
bersifat sementara seperti hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang,
mengandung dua dimensi yaitu kepastian obyek hak atas tanah dan kepastian
subyek hak atas tanah. Mengenai keabsahan dan kehalalan hak milik, telah
dikenal dua asas, pertama asas“Nemo plus juris transfere potest quam ipse
kepada orang lain melebihi hak miliknya atau apa yang dia punyai. Kedua, asas
“Nemo sibi ipse causam possessionis mutare potest”, artinya tidak seorangpun
mengubah bagi dirinya atau kepentingan pihaknya sendiri, tujuan dari penggunaan
14
objeknya .
Dalam hal ini seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah pada pelaksanaan
Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai Pejabat Umum tersebut harus dapat
14 Adrian Sutedi, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta,
2008, hlm.8-9
1
dipertanggung jawabkan secara hukum, terutama sekali pada saat pendaftaran
1997 menyatakan bahwa ” Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum
akta perlu ditingkatkan. Salah satu cara Pejabat Pembuat Akta Tanah
memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang
pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah untuk
Bagi para pihak yang berkepentingan seperti calon pembeli dan calon
menjadi objek perbuatan hukum yang akan dilakukan. Bagi pemerintah untuk
15 Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Edisi Kedua, Sinar Grafik,
Jakarta, 2004 ), Hal. 159
1
yang terbagi atau terdiri dari bermacam-macam hak atas tanah diantaranya : Hak
Milik (HM), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Pakai,
Hak Sewa dan masih banyak lagi. Hak Milik atas tanah, sudah pasti merupakan
macam atau status hak atas tanah yang paling tinggi derajatnya bila dibanding
dengan macam atau status hak lainnya. Hak Milik adalah hak yang tidak dibatasi
masa berlakunya oleh negara, dan karenanya ia mempunyai harga atau nilai yang
paling tinggi bila dibanding dengan macam atau status hak atas tanah lainnya
16
untuk bidang tanah yang sama kualitasnya .
Hak Milik adalah hak paling tinggi status sosial ekonominya. Namun hak
milik juga rawan terhadap tangan-tangan jahil beritikad buruk dari pihak lain,
buktinya tak jarang terdengar kasus dimana tanah milik seseorang yang
tumpang tindih dengan tetangganya. Bahkan tak jarang pula banyak beredar
sertipikat hak atas tanah yang samping tanahnya ikut disertipikatkan sebagian
pemohon, para pemilik tanah yang bersebelahan, pamong desa maupun pihak
instansi yang terkait seperti Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam hal ini
16 Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertipikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara, dan
Tanah Pemda, Teori Praktek Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
2004, Hal.2
1
penjelasan mengenai surat-surat, yang dijadikan sebagai alas hak permohonan
penerbitan sertipikat. Penjelasan baik lisan maupun tertulis dari pihak terkait
memiliki peluang untuk terjadinya tumpang tindih sertipikat tanah dalam batas-
batas tanah, kadaluwarsa bahkan ada kalanya tidak benar atau fiktif sehingga
mudah, sehingga masih saja terdengar adanya sertipikat tumpang tindih, meskipun
tumpang tindih tanah telah dilakukan, antara lain dengan mencetak blangko
dengan pengelolaan tertib administrasi dan upaya lain untuk mencegah sertipikat-
17
sertipikat palsu, sertipikat tumpang tindih batas tanah . Masyarakat Kabupaten,
dalam hal ini Kabupaten Kudus banyak yang menggunakan jasa PPAT, untuk
besar dengan latar belakang tingkat aktivitas dan kesibukan yang tinggi.
Masyarakat yang tergolong dalam tingkat aktivitas yang tinggi ini merasa
terhalang faktor waktu. Kondisi seperti ini membuat sebagian masyarakat yang
pengurusannya.
17 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2003, Hal.25
1
Masyarakat merasa PPAT adalah pilihan yang tepat untuk menyelesaikan
PPAT merupakan suatu alternatif sekaligus solusi bagi sebagian masyarakat yang
selain sebagai tempat untuk meminta bantuan jasa pengurusan, juga berguna
bagi masyarakat yang awam hukum. Sebagian masyarakat yang awam hukum
1
pada persyaratan yang harus dipenuhi pada proses permohonan sertipikat.
Untuk itu dari berbagai kendala yang ada para pemilik tanah yang akan
pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihannya, pemberian surat tanda bukti hak
yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat (Pasal 19 UUPA: UU Nomor 5
tanah dan pembuatan peta pendaftaran, pembuatan daftar tanah, serta pembuatan
Surat Ukur. Pengukuran dan pemetaan dimaksud dilaksanaan bidang demi bidang
1
dengan satuan wilayah Desa/Kelurahan. Sebelum dilaksanakan pengukuran,
melalui asas kontradiksi delimitasi (dihadiri dan disetujui oleh pemilik tanah yang
dengan tujuan untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah, maka
18
diselenggarakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia.
menjadi sistem pendaftaran akta menjadi sistem pendaftaran hak untuk itu
waktu itu untuk menerbitkan buku tanah sesuai dengan sistem Torens (Australia)
peralihan hak dan pembebanan hak maupun lahirnya hak atau hapusnya hak atas
tanah yang sebelumnya kegiatan pendaftaran tanah tidak pernah melakukan hal
tersebut. Sebagai tuntutan sistem pendaftaran hak sesuai UUPA dimana buku
tanah tempat mendaftarkan hak yang dialihkan atau dibebankan berdasarkan akta
19
PPAT , maka akta yang dibuat para PPAT haruslah dipastikan kebenaran
18 http://www.kalimantanpost.com/opi ni/publik/794-Pendaftaran-tanah-
dalam- rangka-kepastian-hukum.html, diakses pada tanggal 26 Desember 2016
19 Beradasarkan PP 24 Tahun 1997, BPN dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
Pejabat Pembuatan Akta Tanah (Notaris-PPAT)
1
akta yang dapat dikontrol kebenarannya dengan kode dan nomor tertentu untuk
1.Pendaftaran Hak Konversi Bekas Hak Lama dan Hak Milik Adat.
Lama dan Hak Milik Adat dilakukan melalui alat-alat bukti mengenai adanya hak
tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang
berwenang. Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat
kenyataan penguasaan fisik selama 20 (duapuluh) tahun atau lebih secara berturut-
Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti tersbut dilakukan pengumpulan dan
penelitian data fisik dan data yuridis atas tanah yang bersangkutan.
Permasalahan tumpang tindih tanah yang sering terjadi adalah tumpang tindih
melekat asas ne bis in idem, karena sesuai sesuai dengan ketentuan Pasal 1917
1
KUH Perdata, apabila putusan yang dijatuhkan pengadilan bersifat positif
hukum tetap, maka dalam putusan melekat ne bis in idem. Oleh karena itu,
20
terhadap kasus dan pihak yang sama, tidak boleh diajukan untuk kedua kalinya .
Daerah kabupaten yaitu Bupati yang menerbitkan izin untuk kegiatan usaha baru
Provinsi.
Saat ini banyak sekali terjadi tumpang tindih hak atas tanah dalam
sengketa obyek tanah seperti yang terjadi pada tanah milik tuan Kasmono dan ibu
Maryatun yang mempunyai sebidang tanah pekarangan terdapat pada Hak Milik
1678 Desa Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, pada saat ingin
bidang tanah tersebut, setelah sampai dibagian ukur terjadi pengukuran ternyata
dilokasi obyek tanah tersebut ukuran tanah berdasarkan sertipikat ikut ke tanah
Salah satu kasus sengketa kepemilikan sertipikat hak atas tanah Hak Milik
tahun 2009 ini, dua sertipikat tersebut wajib untuk mencabut sertipikat kedua hak
1
Gambaran kasus sengketa tersebut yakni tanah pekarangan milik tuan Kasmono
dan ibu Maryatun yang tercatat dalam Sertipikat Hak Milik (SHM) Desa
Roekan tercatat dalam sertipikat Hak Milik Desa Karangbener Nomor 2807 atas
nama Mohamad Roekan seluas 333 m2 (tigaratus tigapuluh tiga meter persegi).
Sedangkan tanah tuan Mohamad Roekan seluas 333 m2 tersebut hasil penerbitan
sertipikat dari salah satu pecahan dari bidang tersebut, sehingga tanah dari milik
tuan Kasmono dan ibu Maryatun berkurang luasnya karena sudah menjadi milik
sampingnya dan sudah terbit juga sertipikatnya. Pada tanggal 31 Mei 2016 yang
isinya adalah undangan mediasi, dimana para pemilik tanah kavling disamping
tanah tersebut untuk diharap hadir pada tanggal 3 Juni 2016 dengan keperluan
pemilik tanah samping-sampingnya pada tanggal 3 Juni 2016 hadir, dan saat
mediasi itulah para pihak baru mengetahui bahwa telah terjadi tumpang tindih
(overlap) sertipikat.
Pada saat pelaksanaan mediasi pada tanggal 3 Juni 2016 Para Pihak juga baru
pemecahan.
01324,01325, 01326 yang sudah dipecah menjadi beberapa tanah kavling dan
2
obyek tanah milik tuan Kasmono dan ibu Maryatun tersebut, terbukti/telah terjadi
merasa tidak mengurangi tanah milik dati tuan Kasmono dan ibu Maryatun
Dari penjelasan uraian latar belakang tersebut diatas maka penelitian ini
diangkat menjadi judul penelitian tesis ini tentang : “Perlindungan Hukum Bagi
Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Kasus Tumpang Tindih Kepemilikan Atas
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sebagai
berikut :
2
1. Untuk mengetahui dan menganalisa prosedur terbitnya sertipikat baru
D. Manfaat Penelitian
teoritis dan praktis mengenai perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah
dalam kasus tumpang tindih kepemilikan atas sebidang tanah dalam kasus
1. Secara Teoritis
2
dapat memberikan dan mengembangkan wawasan pengetahuan ilmu
dan instansi yang berwenang serta tata cara pendaftaran hak tanahnya di
2. Secara Praktis
2
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga meminimalisir
E. Kerangka Konseptual
Leter C
1.UUPA
2.PP No.24 tahun 1997
3.Permen Agraria No. 3 Tahun 1997
4.PP. No.37 tahun 1998 tentang
Pendaftaran Tanah
Peraturan Jabatan PPAT
Cara dan
syaratnya
sistematik sporadik
Didaftarkan di BPN
Pengukuran tanah
Pemetaan Tanah
Penerbitan Sertipikat
Terjadi tumpang
tindih batas tanah
Penyelesaian
Kesimpulan
2
Penelitian ini dalam bentuk bagan tersebut memberi wacana dalam pembuatan
atau penerbitan sertipikat baru tata cara penerbitan tersebut dari mulai Leter C
yaitu tanah yang belum bersertipikat yang masih punya bukti berupa Petuk Desa
yang bernama Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang setiap tahun bayar pajak nya,
para pihak yang bersangkutan dapat dengan mudah mengetahui status atau
kedudukan hukum dari pada tanah-tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas
dan batas-batas, siapa yang mempunyai dan beban-beban apa yang ada
21
diatasnya . Realisasi untuk mewujudkan pendaftaran tanah. , sebagaimana
21 Eddy Ruchiyat, Sistem Pendaftaran Tanah Sebelum dan Sesudah Berlakunya UUAP,
Armico, Bandung, 1989, hal.37
2
Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997 sebagai ketentuan
22
pelaksanaannya .
peralihan hak dan pembebanan hak manapun lahirnya hak atau hapusnya hak atas
tersebut. Sebagai tuntutan sistem pendaftaran hak sesuai UUPA dimana buku
tanah tempat mendaftarkan hak yang dialihkan atau dibebankan berdasarkan atka
PPAT, maka akta yang dibuat para PPAT haruslah dipastikan kebenaran
menerbitkan blangko akta yang dapat dikontrol kebenarannya dengan kode dan
2
tentang Pendafataran tanah secara sistematik Pasal 31 ayat 1 untuk keperluan
Nomor 24 tahun 1997, dibuat peta bidang-bidang tanah, dan sporadik Pasal 36
dalam pasal 31, Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah yaitu pada pengertian pendaftaran tanah yaitu pada Pasal 1 angka 1
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti
haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Sedangkan untuk
pengertian tentang Pendaftaran Tanah Pertama Kali terdapat pada Pasal 1 angka 9
tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang
belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Serta
2
pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
Pendaftaran tanah pertama kali ini dapat dilakukan menjadi 2 (dua) tahap yaitu :
Kegiatan dan pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik
c. Penerbitan sertipikat.
tanah pertama kali secara sporadik melalui jasa Pejabat Pembuat Akta Tanah
untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas obyek pendaftaran tanah yang
2
bersangkutan atau kuasanya. Dalam Pelaksanaan pendaftaran tanah harus
dibuktikan dengan alat-alat bukti. Pembuktian tersebut dapat berupa bukti tertulis,
keterangan saksi dan atau pernyataan dari bersangkutan antara para pihak.
Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan
Pertanahan yang dianggap cukup akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan
pendaftaran hak. Bukti pemilikan pada dasarnya terdiri atas bukti pemilikan atas
nama pemegang hak. Kemudian apabila Hak tersebut beralih, bukti peralihan hak
berturut-turut sampai ke tangan pemegang hak berikutnya, maka dalam hal ini
harus dilakukan pengukuran dan pembukuan hak. Seringnya terjadi sengketa atas
dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan
pendaftaran;
2
batas batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas di setiap
sudut bidang tanah yang bersangkutan. Dalam penetapan batas bidang tanah pada
dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Bentuk. ukuran, dan
teknis penempatan tanda batas. Penetapan batas bidang tanah yang sudah dipunyai
dengan suatu hak yang belum terdaftar atau yang sudah terdaftar tetapi belum ada
surat ukur/gambar situasinya atau surat ukur/gambar situasi yang ada tidak sesuai
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin disetujui oleh
para pemegang hak atas tanah yang berbatasan. Penetapan batas bidang tanah
penegasan konversi, yaitu hak lama menjadi hak baru yang didaftar. Konversi
digantikan menjadi hukum Agraria baru yang bersifat nasional dan berlaku untuk
tidak didasarkan pada bukti pemilikan, melainkan pada bukti penguasaan fisik
3
Tanah-tanah yang belum disertipikatkan dapat menimbulkan konflik dan
sengketa. Sebagian besar tanah yang belum disertipikatkan ini alat bukti
kepemlikannya adalah berupa leter C atau girik atau juga masih pethok. Kondisi
yaitu pada alat bukti dan kebenaran data tanah. Peraturan Menteri Agraria No. 3
Tahun 1997 Pasal 60 ayat (3) dan ayat (4) , yang dimaksud dalam pasala tersebut
2. Bukti tertulisnya sebagian tidak ada lagi: diperkuat keterangan saksi dan atau
3. Bukti tertulisnya semuanya tidak ada lagi: diganti keterangan saksi dan atau
Dalam hal ini Ketiga alat pembuktian diatas semuanya akan diteliti lagi melalui
hukum khususnya bagi para pemilik tanah. Pemilik yang akan melakukan
umumnya, ada yang pendaftarannya dilakukan sendiri oleh pemilik tanah yang
3
Ketentuan umum mengenai jabatan PPAT diatur dalam Peraturan Pemerintah
nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah,
yaitu dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa: ” Pejabat Pembuat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) adalah Pejabat Umum yang diberikan kewengan untuk membuat
alat bukti otentik mengenai perbuatan hukum tertentu hak atas tanah dan hak
milik satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar pendaftaran tanah sebagai
akibat dari perbuatan hukum tersebut ”. Dalam menjalankan tugas pokok dan
dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang akan
a.Jual beli
b.Tukar menukar
c.Hibah
d.Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng)
e.Pembagian hak bersama
f.Pemberian hak guna bangunan/hak pakai atas tanah hak milik
g.Pemberian hak tanggungan
h.Pemberian kuasa membebankan hak tanggungan.
dengan melalui jasa PPAT yang mempunyai wewenang membuat akta tanah yang
merupakan akta otentik mengenai semua perbuatan hukum tersebut mengenai hak
3
atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang terletak didalam daerah
dahulu dengan PPAT yang bersangkutan. Masyarakat ini ingin mengetahui tata
keterangan yang jelas dan setuju pihak pemilik tersebut, maka para pemilik tanah
Pada pendaftaran tanah ini ada juga sebagian masyarakat yang melakukan
3. Masyarakat atau para pihak yang berkepentingan ini ingin mengetahui secara
Nasioanal/ATR.
3
Dalam praktik pendaftaran tanah sering kita dapati ada setengah orang yang
mungkin cenderung mau membantu pihak yang kaya atau mempunyai dana untuk
pula yang cenderung mau membantu pihak yang miskin, karena umunya mereka
orang-orang yang tak berdaya. Sikap memihak ke mana pun tidak benar. Konsep
keadilan religius memberikan pembatasan yang jelas yaitu bersikap adil tanpa
harus merasa takut atau terbawa oleh perasaan. Baik yang kaya atau miskin
lain.
dan ketenangan secara wajar bagi masyarakat. Keadilan dalam hukum dapat
dilihat secara nyata dalam praktik, antara lain apabila keputusan hakim yang
dijatukan oleh aparat penegak hukum telah mampu memberikan rasa ketentraman,
masyarakat bahwa putusan hakim yang dijatuhkan sudah adil dan wajar. Hal ini
pengadilan yang membela hak dan menghukum yang melanggar. Tugas yang
3
sebagai penerap hukum (BPN/ATR dan PPAT sebagai penerap kebijakan hukum
pertanahan). Apabila kondisi demikian ini telah tercapai, hal ini akan membantu
mencegah timbulnya praktik main hakim sendiri yang sering dilakukan oleh
Sedangkan bagi masyarakat yang memilih untuk menggunakan jasa PPAT dalam
1. Faktor waktu yang tidak memungkinkan bagi si pemilik tanah untuk melakukan
2. Pemilik tanah merasa kesulitan dan tidak mengerti tentang prosedur dan tata
Pada prakteknya dalam pendaftaran tanah ini terdapat faktor penghambat dan
3
Dalam pendaftaran tanah melalui jasa PPAT berperan dalam berbagai hal
diantaranya :
masyarakat.
Pendaftaran tanah bisa melalui PPAT atau dengan mendaftarkan sendiri ke Badan
syarat yang harus diajukan dalam pendaftaran tanah tersebut, dengan cara
sistematik dan sporadik, yang nantinya diharuskan ada pengukuran tanah dan
batas-batas tetangganya supaya tidak terjadi tumpang tindih batas atau overlap
tersebut.
terbitlah sertipikat Hak atas Tanah, yang ternyata apabila terjadi tumpang tindih
setelah sertipikat terbit maka akan diadakan mediasi untuk penyelesaian atas
F. Metode Penelitian
3
Penulisan tesis ini didasarkan pada suatu penelitian. Penelitian yang dilakukan
memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan dan gejala-
24
dapat membantu memperkuat teoriteori lama . Metode merupakan suatu prosedur
25
sitematis . Penelitian sebagai suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan
26
diolah .
penyelesaian sengketa tumpang tindih tanah ini dengan tetangga batas tanahnya.
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini yaitu dengan
cara: Penelitian ini bersifat yuridis normative yaitu dengan melihat kenyataan
24 Ibid., hal.10
25 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial, PT.Bumi
Aksara, 2003, hal. 42.
26Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif- suatu
tinjauan singkat, Rajawali Pres, Jakarta, 1985, hal.1.
3
hukum tertulis. Sistematisasi, berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan
27
hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisa dan konstruksi .
28
pengertian-pengertian pokok atau dasar dalam hukum .
Jenis data yang penulis gunakan adalah pengumpulan data sekunder yang
1. Metode Pendekatan.
2. Spesifikasi Penelitian
29
menggambarkan keadaan obyek yang akan diteliti .
3. Lokasi Penelitian
27 Ibid., hal.251.
28 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, hal.93
29 Ronny Hanintijo Sumitro, Metologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta 1988,
hal.35
3
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Notaris dan PPAT juga Kantor
30
pendekatan masalah penelitian yuridis empiris , dengan demikian data
yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Terdapat 3 (tiga)
terdiri dari:
1. Data Primer.
3
bisa berupa uraian lisan atau tulisan yang ditujukan oleh
31
informan/responden .
2. Data Sekunder
tertulis tersebut.
ketetapan MPR(S).
4
6) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah,
Tahun 1996 Tentang HGU, HGB dan Hak Pakai atas Tanah
34
sekunder, seperti kamus, ensiklopedi dan seterusnya . Bahan
4
tama dilakukan pemahaman dan mengkaji isinya secara
35
yang dikaji baik langsung maupun tidak langsung . Bahan
36
kartu (card system) . Agar diperoleh informasi yang terbaru dan
37
menganalisisnya sesuai dengan kebutuhan dari penelitian bersangkutan ,
39
dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
4
b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa.
G. Sistematika Penulisan
dijelaskan secara singkat sistematika pembahasan dari Bab I sampai dengan Bab
Tanah terdiri dari Pengertian dan Dasar Hukum Pendaftaran Tanah, Tujuan
tanah terdiri dari Pengertian Sertipikat Hak Atas Tanah, Fungsi Sertipikat Hak
Pendaftaran Hak Atas Tanah, Prosedur Penerbitan Hak Atas Tanah, Pengertian
dan Tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah terdiri dari Pengertian Pejabat Pembuat
merupakan inti dari tesis ini yang antara lain meliputi prosedur terbitnya sertipikat
4
Pertanahan Nasional / ATR Kabupaten Kudus, perlindungan hukum terhadap para
pemegang hak atas tanah bilamana terjadi tumpang tindih kepemilikan sebidang
tanah.
BAB IV, Bab penutup yang terdiri dari Kesimpulan permasalahan yang