Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan terjadi karena adanya reaksi
kimiawi antara air dengan semen yang terus berlangsung dari waktu ke
waktu, hal ini menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan
waktu. Beton dapat juga dipandang sebagai batuan buatan di mana adanya
rongga pada partikel yang besar (agregat kasar) diisi oleh agregat halus dan
rongga yang ada di antara agregat halus diisi oleh pasta (campuran air dengan
semen) yang juga berfungsi sebagai bahan perekat sehingga semua bahan
dan halus serta bahan tambah, dimana setiap bahan peyusun mempunyai
fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat penting pada beton adalah kuat
tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga
baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas
bahan penyusun, nilai faktor air semen, gradasi agrega, ukuran maksimum
memerlukan banyak waktu dengan metode do dan check yang terus berulang
untuk mendapatkan desain yang kuat dengan dimensi dan jumlah tulangan
yang ekonomis.
terkadang dengan terpaksa dan dilakukan dengan orang awam. Karena itu
diperlukan suatu alat bantu dalam mendesain struktur balok beton bertulang,
agar didapat desain struktur yang lebih mudah, cepat, dan tepat.
Tugas akhir ini akan dibuat grafik bantu desain baton bertuang dengan
sebagai berikut:
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Garis besar penulisan tugas akhir ini terdiri atas 3 (tiga) bab, dimulai
1. BAB I Pendahuluan
penulisan.
Bab ini berisi analisis dari hasil pengumpulan dan pengolahan data
penelitian ini.
4
5. BAB V Penutup
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapat dari pembahasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air
massa padat.
kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak
dan baja tulangan yang ditanam di dalam beton. Sifat utama beton adalah
sangat kuat di dalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah di
dalam menahan gaya tarik. Baja tulangan di dalam beton berfungsi menahan
gaya tarik yang bekerja dan sebagaian gaya tekan. (Pratikto, 2009)
dari ketersediaan luas tulangan penguat dan dari konstituen beton (kerikil atau
batu hancur, pasir, air, dan semen), dari keterampilan yang relatif sederhana
yang dibutuhkan dalam konstruksi beton, dan dari ekonomi beton bertulang
6
MacGregor, 2012)
(serviceanility)
menjadi bentuk sangat beragam, mulai dari pelat, balok dan kolom
8. Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan lokal yang murah
(pasir, kerikil, air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja, yang mungkin saja harus didatangkan dari daerah lain.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh
dan sebagainya.
berupa ΣFH=0. Ini berarti Cc = Ts. untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar
yang menyatakan bahwa regangan tekan beton dan batas leleh baja yang
8
fy
= 3.10-3 dan tegangan tarik baja ε y =
εs
ΣFH = 0
Cc = Ts
Ts = As.fy (2.2)
Sehingga:
As.f y
a= ' (2.4)
0,85. f c .b
dimana:
c adalah letak sumbu netral dari sisi atas penampang dalam satuan mm dan
Momen nominal (Mn) dari tampang dapat dihitung dengan rumus berikut:
Z = (d – a/2)
Mu = ∅ .Mn (2.10)
Bentang geser pada balok beton tenpa tulangan geser terjadi di daerah
sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok. Retak akibat tarik
bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul sebagai kombinasi
dari pergeseran, remuk dan belah. Sedangkan untuk balok beton tanpa
tulangan dengan bentang geser lebih panjang, retak karena tegangan tarik
lentur akan erjadi terlebih dahulu sebelum timbul retak karena tarik diagonal.
Dengan demikian terjadnya retak tarik lenturan pada balok tanpa tulangan
dalam gambar 2.2 di bawah, jika dibebani akan mengalami momen lentur
(M). Momen tersebut akan menyebabkan elemen beton yang berada didaerah
atas dari garis netral mengalami tegangan tekan, dan elemen beton yang
berada dibawah garis akan mengalami tegangan tarik jika beton belum retak.
tegangan-tegangan geser yang terjadi dalam elemen harus sama dengan gaya-
Gambar 2.2. Gaya geser dan momen lentur pada balok sederhana
(Sumber : Ellysa Wulan Agustina, 2008)
11
berada di bawah garis netral, terdapat tegangan tarik yang memiliki nilai yang
sama dengan tegangan geser pada bidang dengan kemiringan 45o (diagonal).
Rumus yang umum yang berlaku untuk tegangan geser adalah sebagai
berikut:
V.S
υ= (2.11)
b.I
dimana:
υ= tegangan geser
netral (mm3)
Vu ≤ ∅ .Vn (2.12)
dengan:
Vn = Vc + Vs (2.14)
Dengan:
pada kedua tepi balok di antar tumpuan dan beban terpusat mencapai
momen ini akan berkurang secara linear, dan pada tumpuan nilai M =
0.
14
Vc = [ ]
√ fc '
6
bw.d (2.15)
Vc = [ √ f c' +120 P w
Vu
Mu ] bw d
7
(2.16)
Tetapi tidak boleh diambil lebih besar dari pada 0,3 √ fc' bwd.
(
Vc = 1 +
Nu
14 Ag )[ ] √ fc'
6
bwd (2.17)
(4 h - d )
Mm = Mu – Nu (2.18)
8
Tetapi dalam hal ini, Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada:
0 , 3 Nu
Vc = 0,3 √ fc’ bwd √ 1+ (2.19)
Ag
(
Vc = 1 +
Ag )
0,3 N u √ fc '
6
bwd (2.20)
penampang beton.
struktur.
tarik longitudinal.
longitudinal.
dibengkokkan.
d) Spiral.
Av fy d
Vs = (2.21)
s
17
jarak s.
sebagai dua kali luas batang tulangan pada sengkang ikat bundar,
sengkang persegi, atau spiral dengan spasi s, dan fyn adalah kuat
spiral.
A v f y ( sin ∝ + cos ∝ ) d
Vs = (2.22)
s
diambil lebih daripada 400 MPa, kecuali untuk jaring kawat baja
las, kuat leleh rencananya tidak boleh lebih dari pada 550 MPa.
pelat pondasi telapak, dan balok dengan tinggi total yang tidak
lebih dari nilai terbesar diantara 250 mm, 3,5 kali tebal sayap, atau
0,5 kali lebar badan. Perkuatan geser yang diperlukan untuk kasus
ini sebesar:
[
c) Jika ∅ Vc < Vu ≤ ∅ Vc + ∅ (3√fc ' ). b d ]
w (2.27)
untuk kasus ini diperlukan tulangan geser dengan kuat geser perlu
∅ Vs perlu = Vu - ∅ Vc (2.28)
∅ A v fy d
∅ Vs ada = (untuk α = 90o) (2.29)
s
jarak sengkang (s) maksimum ≤ d/2 ≤ 600 mm (2.30)
[
d) Jika ∅ Vc + ∅ (3√fc ' ). b d ]< V ≤ [ ∅ V + ∅ (23 √fc' ) . b d ]
w u c w (2.31)
untuk kasus ini diperlukan tulangan geser dengan kuat geser perlu
[
e) Jika Vu > ∅ Vc + ∅ (2√3 fc' ) . b d]
w (2.33)
[
Jika Vu ≤ ∅ Vc + ∅ (23 √fc' ) . b d ]
w (2.34)
Gaya gaya yang bekerja dalam struktur atau sering disebut dengan
gaya-gaya dalam terbagi atas gaya normal (N), gaya lintang (Q), dan Momen
(M).
penampang dan titik pusat kerja gaya pada titik berat penampang
dimana gaya itu bekerja. Gaya ini dapat juga disebut gaya aksial.
Notasi:
20
timbulah gaya normal tekan (negtif) kerana serat pada balok tersebut
tertekan (memendek).
struktur dimana gaya itu bekerja, atau gaya lintang adalah susunan
Notasi:
jarum jam, dan diarsir tegak lurus dengan sumbu batang yang
Jarak terpendek adalah jarak yang tegak lurus terhadap gaya dengan
momen sebesar:
Mc = RA. L1
Bidang momen diberi tanda positif jika bagian bawah atau bagian
mengalami tarikan pada bagian atas atau luar bidang momen, maka
berikut diizinkan untuk perancangan balok dan slab satu arah menerus
dengan syarat:
dari dua bentang yang bersebelahan tidak lebih besar dari yang
d. Beban hidup tak berfaktor, L, tidak melebihi tiga kali beban mati
tak berfaktor, D
Momen positif
a. Momen positif
(2.38)
2
wu l
- Dimana tumpuan adalah balo tepi, (2.40)
24
wu l 2
- Dimana tumpuan adalah kolom, (2.41)
16
c. Geser
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Januari 2019.
3.2.1. Persiapan
penelitian secara skamatis dan bentuk bangan alir dapat dilihat pada
gambar berikut:
Mulai
Tulangan Lentur
Hitung ρ min, ρ b, ρ
max
Hitung persamaan:
2 2
x * fy
f(x) = x*fy-
1,7 * fc'
Dimulai dari nilai ρ min
sampai ρ max
Hasil dan
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
27
Mn
4.1. Perumusan
b d2
( a2 )
Mn = As.Fy. d - (4.1)
As.fy
Subsitusi persamaan (2.4) nilai a = maka, persamaan (4.1)
0,85 fc' . b
menjadi:
(
Mn = As.Fy. d -
As.fy
1.7 fc' . b ) (4.2)
As
Karena ρ = atau As = ρ .b.d, maka persamaan (4.2) menjadi:
b.d
28
Mn =( ρ .b.d).Fy. d - ( ( ρ.b.d).fy
1.7 fc ' . b )
(4.3)
ρ2 . b . d 2 .fy
Mn = ρ .b.d2.fy. (4.4)
1.7 . . fc '
Mn 2
ρ . fy
2
2 = ρ .fy - (4.5)
bd 1.7 . . fc'
Mn
Jika, x = ρ , dan y= 2 maka persamaan (4.5) menjadi:
bd
x 2 . fy 2
f(x) = x.fy - (4.6)
1.7 . . fc'
1,4
ρ min = (4.7)
fy
ρb = (0,85
fy
. fc'
).β .(600
600 +fy )
1 (4.8)
Mn
4.3. Perumusan Grafik Hubungan Antara 2 Dengan ρ
bd
Mn
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Perumusan Antara 2 Dengan ρ
bd
Dari tabel 4.2 di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
fy 390 MPa
fc' 20 MPa fc' 25 MPa fc' 30 MPa fc' 35 MPa fc' 40 MPa
ρ Mn/bd2 ρ Mn/bd2 ρ Mn/bd2 ρ Mn/bd2 ρ Mn/bd2
0.0035 1.34 0.0035 1.35 0.0035 1.36 0.0035 1.37 0.0035 1.37
0.0050 1.88 0.0050 1.91 0.0050 1.92 0.0050 1.93 0.0050 1.94
0.0065 2.40 0.0065 2.44 0.0065 2.47 0.0065 2.49 0.0065 2.50
0.0080 2.90 0.0080 2.96 0.0080 3.00 0.0080 3.03 0.0080 3.05
0.0095 3.38 0.0095 3.46 0.0095 3.52 0.0095 3.56 0.0095 3.59
0.0110 3.83 0.0110 3.94 0.0110 4.02 0.0110 4.07 0.0110 4.12
0.0125 4.26 0.0125 4.41 0.0125 4.51 0.0125 4.58 0.0125 4.63
0.0140 4.68 0.0140 4.86 0.0140 4.99 0.0140 5.07 0.0140 5.14
0.0155 5.07 0.0155 5.30 0.0155 5.45 0.0155 5.55 0.0155 5.63
0.0163 5.26 0.0170 5.71 0.0170 5.89 0.0170 6.02 0.0170 6.12
0.0185 6.11 0.0185 6.33 0.0185 6.48 0.0185 6.59
0.0200 6.49 0.0200 6.75 0.0191 6.67 0.0200 7.06
0.0203 6.57 0.0215 7.15 0.0215 7.51
0.0230 7.54 0.0230 7.96
0.0244 7.89 0.0245 8.39
0.0260 8.81
0.0275 9.22
0.0290 9.62
0.0305 10.01
0.0320 10.39
0.0335 10.76
0.0350 11.12
0.0365 11.47
0.0380 11.80
0.0395 12.13
30
0.0410 12.44
0.0437 12.99
14.00
12.00
10.00
8.00
Mn/bd2
6.00
4.00
2.00
0.00
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250 0.0300 0.0350 0.0400 0.0450 0.0500
Rasio Tulangan (𝜌)
fc' 20 MPa fc' 25 MPa fc' 30 MPa fc' 35 MPa fc' 40 MPa
Mn
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara 2 Dengan ρ
bd
Sebuah balok seperti gambar 4.3 dengan dibebani beban hidup merata sebesar
Penyelesaian:
Kombinasi beban
Wu = 1,2D + 1,6L
= 61,04 kN/m
sebagai berikut
Tabel 4.3 Perbandingan momen dan gaya geser SNI 2847-2013 dengan
SAP2000
Momen Geser
Titik
SNI 2847-2013 SAP2000 SNI 2847-2013 SAP2000
A -95,38 -167,8 152,6 177,51
AB 109,00 90,04
B -152,60 -143,52 175,49 167,8
BC 95,38 106,85
C -152,60 -143,52 175,49 167,8
CD 109,00 90,04
D -95,38 -167,8 152,6 177,51
Gambar 4.4 Diagram Momen di titik A, AB, CD, dan D
32
13
d = h – ds – 10 -
2
13
=500 – 40 - 10 -
2
= 444 mm
Mu 95,38 x 106
MR = Mnperlu = = = 106,0 x 106 N/mm
∅ 0.9
ρb =
0,85 x fc'
fy
. β1 .
600
(
600+ fy )
= 0,0327
ρmax = 0,75. ρb
= 0,0244
fy 400
m = = = 15,7
0 ,85 x fc' 0,85 x 30
Mn perlu 106,0 x 10 6
Rn = = = 2,16
b.d2 250 x 4352
ρ =
1
m (√
1- 1-
fy ' (
2. m.Rn
)) = 115,7 (1- √1- (2.15,3
400
.2,16
))
= 0,0056
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy ' 400
35
Kontrol kapasitas
As.fy
a = '
0,85. f c .b
641,0. 400
=
0,85.30.250
= 39,22 mm
Mn ( a2 )
= As.fy. d -
(
= 625,0.400. 444 -
39,22
2 )
= 105972222.2 N.mm
= 105972.22 kN.m
MR = φ .Mn
Mu 152,6 x 106
MR = Mnperlu = = = 169,6 x 106 N/mm
∅ 0.9
ρb =
0,85 x fc'
fy
. β1 . (
600
600+ fy )
= 0,0325
ρmax = 0,75. ρb
= 0,0244
fy 400
m = = = 15,7
0 ,85 x fc' 0,85 x 30
Mn perlu 169,6 x 10 6
Rn = = = 3,45
b.d2 250 x 4352
ρ =
1
m (√(
1- 1-
2. m.Rn
fy ' )) =
1
15,7 (√(
1- 1-
2.15,3 .3,45
400 ))
= 0,0093
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy ' 400
Kontrol kapasitas
37
As.fy
a =
0,85. f c' .b
1057,4. 400
=
0,85.30.250
= 64,69 mm
Mn ( a2 )
= As.fy. d -
= 169555.56 kN.m
MR = φ .Mn
Mu 109,0 x 106
MR = Mnperlu = = = 121,1 x 106 N/mm
∅ 0.9
ρb =
0,85 x fc'
fy
. β1 . (
600
600+ fy )
= 0,0325
ρmax = 0,75. ρb
= 0,0244
fy 400
m = = = 15,7
0 ,85 x fc' 0,85 x 30
38
Mn perlu 121,1 x 10
6
Rn = 2 = 2 = 2,46
b.d 250 x 435
ρ =
1
m (√(
1- 1-
2. m.Rn
fy ' )) =
1
15, 7(√(
1- 1-
2 .15,3 . 2,46
400 ))
= 0,0065
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy ' 400
Kontrol kapasitas
As.fy
a = '
0,85. f c .b
737,7. 400
=
0,85.30.250
= 45,13 mm
Mn = As.fy. d - ( a2 )
= 719,3.400. 444 - ( 45,13
2 )
= 121111111.1 N.mm
39
= 121111.11 kN.m
MR = φ .Mn
Mu 95,38 x 106
MR = Mnperlu = = = 106,0 x 106 N/mm
∅ 0.9
ρb =
0,85 x fc'
fy
. β1 .(600
600+ fy )
= 0,0325
ρmax = 0,75. ρb
= 0,0244
fy 400
m = = = 15,7
0 ,85 x fc' 0,85 x 30
Mn perlu 106,0 x 10 6
Rn = 2 = = 2,16
b.d 250 x 4352
ρ =
1
m (√(
1- 1-
2. m.Rn
fy ' )) = 115,7 (1- √1- (2400.15,3 . 2,16 ))
= 0,0056
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy ' 400
Kontrol kapasitas
As.fy
a = '
0,85. f c .b
641,0. 400
=
0,85.30.250
= 39,22 mm
Mn ( a2 )
= As.fy. d -
= 105972.22 kN.m
MR = φ .Mn
(0,25
2
+ 0,444 = 0,6 ) dari ujung bentang teoritis
41
q DL . L 3.5
VDL = - qDL.0,6 = – 3.0,6 = 5,8 kN/m
2 2
q¿ . L 36.5
VLL = - qLL. 0,6 = – 36.0,6 = 69,3 kN/m
2 2
Vu = 1,2.VDL + 1,6.VLL
= 1,2.5,82 + 1,6.69,3
= 117,90 kN
Vc =
√ fc' . bw.d = √30 . 250.444
6 6
= 101214,6 N
= 75910,92 N
3. ∅ .Vc = 3. 75910,92
= 227732,8 N
∅ .Vs = Vu - ∅ .Vc
= 117898,8 - 75910,92
= 41987,8
∅ .V s
Vs =
∅
42
41987,8
=
0,75
= 55983,8
Av .fy.d
s =
Vs
(2.0,25. π .8 2 ).250.444
=
5598,3
= 197,8 mm
= 100 mm
d
Spasi sengkang maksimum < 600 mm
2
d 444
= = 222 mm ≈ 200 mm
2 2
q u .L
= – qu.x
2
x (
= 2
(1,2.3+1,6.36).5
)- 75,91092
(1,2.3+1,6.36 )
Spasi sengkang untuk daerah dimana Vu > ∅ .Vc (masing-masing berjarak 1,85
m dari kedua ujung tumpuan, baik sisi kanan maupun kiri) digunakan
Spasi sengkang untuk daerah dimana Vu < 3.∅ .Vc (bagian tengah sepanjang
AB
BC
CD
Mu 95,38 x 106
Mn = = = 106,0 x 106 N/mm
∅ 0,9
b = 250 mm
d = 444 mm
fc’ = 30 MPa
Sehingga,
45
6
Mn 106 x 10
2 = 2 = 2,16
bd 250 x 444
Gambar 4.8 Contoh penggunaan grafik bantu desain balok fc’ 30 MPa
Hitung nilai As
Mu 152,6 x 10 6
Mn = = = 169,6 x 106 N/mm
∅ 0,9
b = 250 mm
d = 444 mm
fc’ = 30 MPa
Sehingga,
Mn 169,6 x 10 6
= 2 = 3,45
b d2 250 x 444
46
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
Mn/bd2
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250 0.0300
Rasio Tulangan (p)
fc' 30 MPa
Gambar 4.9 Contoh penggunaan grafik bantu desain balok fc’ 30 MPa
Hitung nilai As
Mu 109,0 x 10 6
Mn = = = 121,1 x 106 N/mm
∅ 0,9
b = 250 mm
d = 444 mm
fc’ = 30 MPa
Sehingga,
Mn 121,1 x 10 6
= 2 = 2,46
b d2 250 x 444
Gambar 4.10 Contoh penggunaan grafik bantu desain balok fc’ 30 MPa
Hitung nilai As
Mu 95,38 x 106
Mn = = = 106,0 x 106 N/mm
∅ 0,9
b = 250 mm
d = 444 mm
fc’ = 30 MPa
Sehingga,
Mn 106 x 10 6
= = 2,16
b d2 250 x 444 2
Gambar 4.11 Contoh penggunaan grafik bantu desain balok fc’ 30 MPa
Hitung nilai As
Dari hasil desain balok persegi beton bertulang dengan menggunakan dua
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
50
grafik bantu desain tulangan lentur balok persegi beton bertulang memerlukan
berbagai persamaan antara satu dan yang lainnya dengan mengacu pada SNI
menggunakan cara SNI 2847-2013, akan tetapi hasil yang diperoleh dari dua
5.2. Saran
2013.
DAFTAR PUSTAKA
51
Ellysa, W, A. 2008. “Pengaruh Sika Carbodur Pada Kuat Geser Balok Beton
Tanpa Tulangan Geser”. Fakultas Teknik. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Yogyakarta
MacGregor, J.G. 2012. “Reinforced Concrete”. Mechanics and Design 6th Ed.
Prentice-Hall Internasional, Inc.
McCormac, Jack C. 2001. “Desain Beton Bertulang Jilid I”. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.