Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH PENYAKIT SISTEM NEUROLOGI

Yang diampu oleh drg. Yayah Sopianah,M.Kes

Disusun Oleh :

Hafizh Amrullah P20625221022 Faiz Alamsyah P20625221032

Farah Bunga Fauziah P20625221023 Rafie Aulia R P20625221033

Yosi Hanifah Salsabila P20625221024 Nur Alifiyah Marwa P20625221034

Syekh Alwi P20625221025 Ahyarullah P20625221035

Istati Nur’alifah P20625221026 Silmi Agustina P20625221036

Pramesti Aulia Ningrum P20625221027 Mindi Lestari P20625221037

Nabila Putri Aprilia P20625221028 Bella Restu Mario P2065221038

Ruhyani Syahputri P20625221029 Sabrino P20625221039

Reza Pujatriana P20625221030 Wini Fitriani P20625221040

Risti Maulani Salsabila P20625221031

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

PRODI DIV TERAPI GIGI

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kahadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah untuk
dapat menyusun makalah yang berjudul ”Penyakit Sistem Neurologi” ini dapat
diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw., keluarganya, para sahabatnya dan kepada umatnya yang senantiasa taat
sampai akhir zaman.

Makalah ini disususn untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Penyakit
Umum. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
menambah pengetahuan atau wawasan mengenai Penyakit Sistem Neurologi.
Kami Ucapkan Terima Kasih Kepada drg. Yayah Sopianah,M.Kes Selaku dosen
pengampu mata Kuliah Ilmu Penyakit Umum yang telah memberikan tugas ini,
Sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Makalah ini tidak lepas
dari dukungan serta bimbingan beberapa pihak yang senantiasa tulus membantu
Kami menyelesaikan Makalah ini.

Kami Menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kata Sempurna, Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan Kritik serta Saran dari Pembaca agar Makalah Ini menjadi
Sempurna

Tasikmalaya, 08 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ....................................................................... 2
1.4 Manfaat/Kegunaan Pembahasan .................................................... 2

BAB II ............................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Penyakit Sistem Neurologi........................................... 3

2.2 Macam macan Penyakit ................................................................. 11

BAB III ............................................................................................................ 46

PENUTUPAN...................................................................................................46

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 46

3.2 Saran ............................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neurologi Merupakan cabang ilmu pengetahuan dalam bidang Kedokteran


yang berfokus membahas soal otak dan sistem saraf manusia. Mulai dari kinerja
hingga penyakit yang menyertainya. Dokter spesialis yang menangani penyakit
dan segala jenis pengobatan pada gangguan terkait otak dan sistem saraf, bisa
dikenal sebagai neurologis. Penyakit atau gangguan neurologi sangat beragam,
mulai dari gangguan memori hingga kegagalan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
Sistem saraf manusia sendiri berlangsung sangat kompleks dan memiliki peran
yang sangat signifikan dalam mengatur serta mengoordinasikan seluruh gerakan
tubuh.Sistem saraf manusia terdiri atas dua bagian besar, yaitu:

 Sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak serta sumsum tulang belakang.
 Sistem saraf periferal, yakni merupakan elemen saraf di sekujur tubuh,
Seperti pada mata, telinga, kulit, hingga reseptor sensorik lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan Penyakit Sistem Neurologi ?
2. Apa saja Jenis Sistem Nuerologi ?
3. Bagaimana Penyebab terjadi Penyakit Sistem Neurologi ?
4. Bagaimana Faktor Risiko Penyakit Sistem Neurologi ?
5. Bagaimana Gejala Penyakit Sistem Neurologi ?
6. Bagimana Diagnosis Penyakit Sistem Neurologi ?
7. Bagaimana Pengobatan untuk menyembuhkan Penyakit Sistem
Neurologi ?
8. Bagaimana Pencegahan Penyakit Sistem Neurologi ?
9. Apa saja Kelainan/Penyakit yang termasuk kedalam Penyakit
Sistem Neurologi ?

1
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Menambah Pengetahuan kepada Pembaca mengenai Penyakit Sistem
Neurologi
2. Memberi Manfaat kepada Pembaca agar bisa memahami dan
menerapkan agar terhindar dari Penyakit Sistem Neurologi
3. Mengenali kepada pembaca tentang Penyebab, Gejala, dan Penularan
Penyakit Sistem Neurologi
4. Menambah pengetahuan kepada pembaca cara Mencegah dan
Mengobati Penyakit Sistem Neurologi

1.4 Manfaat Pembahasan

1. Memberikan Informasi kepada pembaca mengenai Penyakit Sistem


Neurologi
2. Memberikan Informasi kepada pembaca Penyakit penyakit yang
termasuk kepada Penyakit Sistem Neurologi
3. Memberikan Informasi kepada pembaca Penyebab Penyakit Sistem
Neurologi
4. Memberikan Informasi kepada pembaca Gejala gejala Penyakit
Sistem Neurologi
5. Memberikan Informasi kepada pembaca Penularan Penyakit Sistem
Neurologi
6. Memberikan Informasi kepada pembaca Pengobatan untuk Penyakit
Sistem Neurologi
7. Memberikan Informasi kepada pembaca Pencegahan Penyaki Sistem
Neurologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Sistem Neurologi

a) Pengertian Penyakit Sistem Neurologi

Penyakit Sistem Neurologi adalah semua gangguan yang terjadi pada


sistem saraf tubuh, meliputi otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf
pusat), serta saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan seluruh organ
tubuh (sistem saraf perifer). Sistem saraf dalam tubuh bisa mengalami gangguan
akibat berbagai faktor, mulai dari trauma, infeksi, tumor, gangguan sistem
kekebalan tubuh, hingga kelainan aliran darah. Ketika terjadi penyakit pada sistem
saraf, penderitanya bisa kesulitan untuk bergerak, berbicara, berpikir, menelan,
bernapas, Gangguan suasana Hati (mood), Gangguan Fungsi panca Indra, bahkan
hilang ingatan. Dokter spesialis bedah saraf ini lebih fokus pada penanganan
penyakit saraf dengan menggunakan metode pembedahan atau operasi. Dokter
spesialis saraf sendiri biasa dikenal juga sebagai neurosurgeon.

Sakit saraf adalah kondisi ketika sistem saraf mengalami gangguan. Kondisi
ini umumnya berlangsung dalam jangka panjang (kronis) dan berkembang seiring
berjalannya waktu. Sistem saraf jaringan di dalam tubuh yang memiliki berbagai
fungsi penting. Beberapa fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf antara lain
pertumbuhan dan perkembangan otak, sensasi atau persepsi, emosi,
keseimbangan, koordinasi, serta pernapasan dan detak jantung.

3
b) Jenis Penyakit Sistem Neurologi

Sistem saraf manusia terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

1. Sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf
pusat berfungsi sebagai pusat kendali pengaturan dan pengolahan rangsangan.

2. Sistem saraf perifer

Sistem saraf perifer berfungsi untuk menghubungkan sistem saraf pusat ke


organ, otot, dan kulit.  Sistem saraf ini terbagi menjadi tiga dengan fungsi yang
berbeda-beda, yaitu:

 Saraf otonom, untuk mengatur fungsi tubuh, seperti detak jantung, tekanan
darah, pencernaan, dan suhu tubuh
 Saraf motorik, untuk mengontrol gerakan dengan mengirimkan sinyal dari
otak dan tulang belakang ke otot
 Saraf sensorik, untuk mengirimkan sinyal dari kulit atau otot kembali ke
tulang belakang dan otak sehingga informasi tersebut dapat diproses
sebagai rasa sakit atau sensasi lainnya

c) Penyebab Penyakit Sistem Neurologi

Sakit saraf disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf. Gangguan sistem
saraf itu sendiri dapat terjadi akibat berbagai kondisi berikut:

 Penyakit di otak atau pembuluh darah, seperti stroke atau perdarahan otak


 Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, atau parasit, seperti meningitis, radang
otak (ensefalitis), polio, herpes zoster, atau abses epidural
 Kelainan struktur, seperti cedera saraf tulang belakang, kanker otak, Bell’s
palsy, atau carpal tunnel syndrome (CTS)
 Gangguan fungsional, seperti epilepsi, sakit kepala, atau vertigo

4
 Penyakit bawaan, seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, penyakit
Huntington, dan penyakit Alzheimer

d) Faktor risiko Penyakit Sistem Neurologi

Sakit saraf dapat terjadi pada siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena sakit saraf, yaitu:

 Berusia 65 tahun ke atas


 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Menderita diabetes
 Terpapar oleh zat beracun
 Memiliki riwayat penyakit degenerasi saraf
 Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)
 Melakukan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan berulang
 Mengalami stres berat

e) Gejala Penyakit Sistem Neurologi

Gejala sakit saraf dapat bervariasi, tergantung pada saraf yang terkena
gangguan. Berikut ini adalah gejala sakit saraf berdasarkan jenis sarafnya:

1. Sistem saraf pusat

Beberapa gejala yang dapat muncul akibat gangguan pada sistem saraf pusat
adalah:

 Nyeri dengan sensasi terbakar, gatal, atau tertusuk jarum


 Kesemutan atau mati rasa
 Mudah merasakan sakit meski hanya disentuh (alodinia)
 Lemah otot
 Gerakan menyentak atau menggeliat tiba-tiba

5
2. Sistem saraf tepi

Sedangkan gejala yang muncul bisa gangguan terjadi pada sistem saraf tepi
antara lain:

 Saraf otonom, dengan gejala sering atau jarang berkeringat, mata


dan mulut kering, mengompol, inkontinensia tinja, atau gangguan fungsi
seksual
 Saraf motorik, dengan gejala berupa lemah otot, otot mengkerut (atrofi
otot), otot berkedut, atau lumpuh
 Saraf sensorik, dengan gejala berupa nyeri, sensitif, kebas atau mati rasa,
kesemutan, dan penurunan kesadaran

f) Diagnosis Penyakit Sistem Neurologi

Untuk mendiagnosis sakit saraf, dokter akan melakukan tanya jawab


mengenai ciri-ciri nyeri, kapan nyeri muncul, dan apa yang menjadi pemicunya.
Selain itu, dokter juga akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien dan
keluarganya.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan saraf secara


menyeluruh. Tujuannya adalah untuk memeriksa fungsi dan kondisi sistem saraf,
seperti kemampuan sensorik dan motorik, fungsi saraf kranial, kesehatan mental,
serta perubahan perilaku.

Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan


lanjutan, yaitu:

 Tes darah dan tes urine, untuk mendiagnosis dan menentukan tingkat
keparahan penyakit

6
 Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, MRI, atau fluoroskopi, untuk
melihat kondisi organ dalam tubuh lebih jelas, termasuk sistem saraf yang
mengalami kerusakan
 Tes genetik, dengan memeriksa sampel air ketuban (amniosentesis) atau
plasenta (chorionic villus sampling)
 USG kehamilan, untuk mengetahui apakah anak menderita sakit saraf
bawaan
 Biopsi, untuk mendeteksi kelainan saraf dengan memeriksa sampel
jaringan otot dan saraf
 Angiografi, untuk mendeteksi penyumbatan pembuluh darah di otak,
kepala, atau leher, dengan bantuan prosedur foto Rontgen
 Pungsi lumbal, untuk mendeteksi infeksi dengan memeriksa sampel cairan
tulang belakang
 Elektroensefalografi (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik otak dengan
menempelkan sensor di kepala
 Elektromiografi (EMG), untuk mengukur aktivitas listrik otot dan saraf
yang mengendalikannya dengan menempelkan sensor di dekat otot
 Electronystagmography (ENG), untuk mendeteksi gerakan tidak normal
pada mata, vertigo, dan gangguan keseimbangan, dengan menempelkan
sensor di sekitar mata
 Evoked potentials, untuk mengukur sinyal ke otak yang dihasilkan oleh
indra pendengaran, penglihatan, atau peraba
 Thermography, untuk mengukur perubahan temperatur antara dua sisi
tubuh atau pada salah satu organ dengan menggunakan inframerah

g) Pengobatan Penyakit Sistem Neurologi

Pengobatan sakit saraf bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah


terjadinya komplikasi. Jika memungkinkan, pengobatan juga bertujuan untuk
mengatasi kondisi medis yang menyebabkan sakit saraf.

7
Berikut adalah metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
penyebab sakit saraf:

1. Gangguan pembuluh darah

Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan penyakit yang diderita


pasien dan tingkat keparahannya, yaitu:

 Obat-obatan, seperti obat pengontrol tekanan darah, obat pengencer darah,


dan obat penurun kolesterol
 Prosedur angioplasti, pemasangan ring jantung, serta terapi ablasi vena
 Operasi

2. Infeksi

Untuk mengatasi penyakit infeksi, dokter akan memberikan beberapa obat-


obatan berikut ini:

 Antibiotik, seperti amoxicillin
 Antivirus, seperti acyclovir
 Antijamur, seperti clotrimazole
 Antiparasit, seperti albendazole

3. Kelainan struktur

Kelainan struktur yang menyebabkan sakit saraf dapat ditangani dengan


berbagai metode, seperti:

 Obat-obatan, seperti kortikosteroid, untuk meredakan peradangan pada


penderita Bell’s palsy
 Fisioterapi, untuk membantu meningkatkan kemampuan gerak otot pasien
 Pemasangan traksi, untuk menstabilkan saraf tulang belakang yang cedera
 Operasi, untuk mengatasi kanker otak atau cedera saraf tulang belakang
yang parah

8
4. Gangguan fungsional

Penanganan gangguan fungsional dapat dilakukan dengan terapi, seperti:

 Terapi okupasi, untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-


hari
 Terapi fisik, untuk meningkatkan kemampuan gerak otot
 Terapi wicara, untuk melatih atau memperbaiki kemampuan berbicara
 Terapi psikologis, untuk membantu pasien dalam mengelola pikiran,
emosi, dan ingatan, agar menjadi lebih positif

Selain beberapa terapi di atas, gejala gangguan fungsional juga dapat


diredakan dengan obat-obatan, seperti antihistamin (misalnya meclizine), untuk
mengurangi pusing pada penderita vertigo.

5. Penyakit bawaan

Penyakit bawaan tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, ada beberapa obat-obatan
yang dapat diberikan untuk meredakan gejala, yaitu:

 Obat pelemas otot, seperti baclofen, untuk meredakan nyeri dan kaku di
otot
 Obat antikejang, seperti gabapentin
 Obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan naproxen
 Obat antidepresan, seperti benzodiazepine, untuk meredakan gangguan
kecemasan

Selain obat-obatan, terapi fisik, terapi wicara, dan terapi okupasi, juga dapat
dilakukan untuk membantu pasien dalam beraktivitas.

6. Komplikasi Sakit Saraf

Sakit saraf dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut ini:

9
 Hilang keseimbangan dan jatuh akibat lemah otot
 Cedera atau luka akibat terjatuh atau mati rasa di area tertentu
 Gangrene atau kematian jaringan akibat luka infeksi yang parah
 Amputasi akibat luka yang terinfeksi parah
 Tekanan darah menurun (hipotensi) akibat kerusakan saraf otonom

h) Pencegahan Penyakit Sistem Neurologi

Ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya
sakit saraf, yaitu:

 Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, serta


memperbanyak asupan sayur-sayuran dan buah-buahan
 Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit setiap hari
 Mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah
 Tidak merokok
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol
 Menjaga berat badan agar tetap ideal
 Mempertahankan postur tubuh yang benar saat duduk atau berdiri

10
2.2 Macam Macam Penyakit Sistem Neurologi
a) Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak
terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau
pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak
akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada
sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani
secepatnya, karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit.
Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat meminimalkan tingkat
kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi.

 Penyebab Penyakit Stroke


Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

1. Stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh


darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran
darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga
dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam
2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.

2. Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika


pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan
perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa
kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi
tersebut meliputi hipertensi yang tidak terkendali,
melemahnya dinding pembuluh darah, dan pengobatan
dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terdiri dari dua
jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid.

11
 Gejala Penyakit Stroke
Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang
berbeda-beda, sehingga gejala stroke tergantung pada bagian otak
yang terserang dan tingkat kerusakannya. gejala atau tanda stroke
bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya stroke
muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama stroke yang mudah
untuk dikenali, yaitu:

1. Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak


mampu tersenyum karena mulut atau mata terkulai.
2. Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena
terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai
yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.
3. Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu
berbicara sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.

Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:

1. Mual dan muntah.


2. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai
kaku pada leher dan pusing berputar (vertigo).
3. Penurunan kesadaran.
4. Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
5. Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
6. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan
ganda.

12
 Diagnosis Penyakit Stroke
Bila mengalami gejala seperti di atas, segera ke rumah sakit
untuk mendapat penanganan. Agar bisa menentukan jenis
penanganan yang paling tepat bagi pengidap stroke, dokter akan
mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang
mengalami stroke. Sebagai langkah awal diagnosis, dokter
bertanya kepada pasien atau anggota keluarga pasien tentang
beberapa hal, yang meliputi:
- Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang
sedang pasien lakukan ketika gejala tersebut muncul.
- Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
- Apakah pasien pernah mengalami cedera di bagian kepala.
- Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga
pengidap terkait penyakit jantung, stroke ringan (TIA), dan
stroke.
- Kemudian, dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien
secara keseluruhan, yang biasanya diawali dengan
memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising
abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan
stetoskop.
- Dokter juga bisa merekomendasikan pemeriksaan lanjutan,
seperti tes darah, CT scan, MRI, elektrokardiografi, USG
doppler karotis, dan ekokardiografi.

 Faktor Risiko Penyakit Stroke

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko stroke. Selain


stroke, faktor risiko ini juga dapat meningkatkan risiko serangan
jantung. Faktor-faktor tersebut meliputi:

13
1. Faktor Kesehatan
- Hipertensi
- Diabetes
- Kolesterol Tinggi
- Obesitas
- Penyakit Jantung
- Sleep Apnea
- TIA atau Serangan Jantung Sebelmunya
2. Faktor Gaya Hidup
- Merokok
- Kurang Olahraga atau Aktivitas Fisik
- Konsumsi obat obatan terlarang
- Kecanduan Alkohol
4. Faktor Lainnya
- keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang
pernah mengalami stroke, berisiko tinggi mengalami
penyakit yang sama juga.
- Bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih
tinggi dibandingkan orang yang lebih muda.

 Pengobatan Penyakit Stroke


Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke
tergantung pada jenis stroke yang dialaminya, stroke iskemik atau
stroke hemoragik.
1. Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal akan
berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan
darah, dan mengembalikan aliran darah.
2. Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke
hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk mengurangi
tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada

14
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik,
antara lain dengan mengonsumsi obat-obatan dan operasi.
3. Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan
TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat
memicu timbulnya stroke, sehingga penyakit jantung
tersebut dapat dicegah. Obat-obatan akan diberikan oleh
dokter untuk mengatasinya. Dalam beberapa kasus,
prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika
terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.

 Pencegahan Stroke
Cara mencegah stroke yang utama adalah dengan menerapkan gaya
hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta
ikuti anjuran dokter. Berbagai tindakan pencegahan stroke, antara lain:
1. Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin
dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah
dan risiko menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya
stroke. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam
yang ideal adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari.
Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak
tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa
diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah
lemak seperti dada ayam tanpa kulit.
2. Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat
jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga
juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan
serta tekanan darah pada tingkat yang sehat.
3. Berhenti merokok. Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi
terkena stroke, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah
dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti

15
juga mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti
penyakit paru-paru dan jantung.
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras
mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan,
seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti
diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan
juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur.
5. Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA dapat
menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.

b) Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah Penyakit otak yang mengakibatkan
penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan bicara, serta perubahan
perilaku secara bertahap. Kondisi ini banyak ditemukan pada orang-orang
di atas 65 tahun.
 Penyebab Penyakit Alzheimer
Penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Akan
tetapi diduga Alzheimer terjadi karena pengendapan protein di
dalam otak, sehingga menghalangi asupan nutrisi ke sel-sel otak.
 Gejala Penyakit Alzheimer
Pada tahap awal, penderita penyakit Alzheimer akan
mengalami gangguan daya ingat yang sifatnya ringan atau pikun,
seperti lupa nama benda atau tempat, serta lupa kejadian atau isi
percakapan yang belum lama terjadi. Seiring waktu, gejala tersebut
akan bertambah parah.
 Penularan Penyakit Alzheimer
Penularan Penyakit Alzheimer sama sekali bukan penyakit
yang menular. Sindrom penyakit ini ditandai dengan apoptosis /
kematian sel-sel otak dalam jumlah banyak, yang terjadi pada saat
yang hampir bersamaan. Dalam waktu singkat, massa dan ukuran
otak akan mengerut, mengecil, lantas kemudian menyebabkan

16
demensia.Seperti sebagian besar penyakit demensia, Alzheimer
bukanlah merupakan penyakit keturunan yang diwariskan secara
genetik dari orangtua ke anak.
“Meskipun ayah, ibu, nenek, kakek, paman, bibi atau keluarga
dekat lain ada yang terkena Alzheimer, ini bukan faktor penentu
sama sekali apakah kita lantas akan terkena penyakit ini,” jelas Tim
Parry, Direktur Lembaga Riset Alzheimer di Britania Raya.
Hanya dalam beberapa kasus sangat langka, di mana ada kecacatan
genetik pada pasien yang mewariskan gen ini kepada
keturunannya, gen cacat tersebut dikenali sebagai faktor pemicu
utama terjadinya penyakit Alzheimer
 Pengobatan Penyakit Alzheimer
penyakit Alzheimer dilakukan untuk mengurangi gejala dan
perkembangan penyakit tersebut. Pengobatan penyakit Alzheimer
yakni pemberian obat-obatan seperti rivastigmine dan psikoterapi
untuk menstimulasi dan merelaksasi otak pasien.
Pasien Alzheimer akan mengalami penurunan kemampuan
otak, daya ingat, dan semakin kehilangan kemampuan untuk
mengontrol buang air. Hal-hal itu dapat menyebabkan pasien
rentan jatuh, mengalami kurang gizi, tidak dapat berkomunikasi,
maupun terkena infeksi dan mengalami berbagai komplikasi
lainnya.
 Pencegahan Penyakit Alzheimer
1. Berhenti merokok
2. Menjaga berat badan tetap ideal
3. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
4. Rutin berolahraga
5. Mengonsumsi suplemen yang baik untuk kesehatan otak,
seperti omega-3 dan Ginkgo biloba.

17
c) Parkinso Disease
Penyakit Parkinson atau Parkinson disease adalah kelainan saraf
yang lama-kelamaan memburuk dan memengaruhi kemampuan gerak
penderita. Penyakit ini disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada bagian otak
bernama substansia nigra.Gejala Parkinson biasanya muncul secara
bertahap dan memburuk dari waktu ke waktu. Semakin lama, penderita
akan mengalami kesulitan berjalan dan berbicara.Selain itu, penderita
dapat mengalami perubahan kondisi mental dan perilaku, gangguan tidur,
depresi, gangguan ingatan, serta kelelahan. Penyakit Parkinson dapat
dialami oleh siapa saja. Tetapi lebih dari 50% kasusnya dialami oleh laki-
laki.Selain jenis kelamin, usia juga menjadi faktor risiko penyakit
Parkinson. Sebagian besar penderita pertama kali mengalami gejala pada
usia 60-an. Sementara pada sekitar 5-10 persen penderita, gejala awal bisa
muncul sebelum umur 50 tahun.Penyakit Parkinson tidak dapat
disembuhkan. Tapi konsumsi obat-obatan, terapi, dan perubahan gaya
hidup dapat membantu untuk meringankan gejala yang mendera penderita.
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat melakukan operasi.
 Penyebab Penyakit Parkinso Disease
Zat yang disebut dopamin bertindak sebagai pembawa
pesan antara dua area otak, yaitu substantia nigra dan corpus
striatum, untuk menghasilkan gerakan yang halus dan terkendali.
Sebagian besar gejala yang berhubungan dengan penyakit
Parkinson disebabkan oleh kurangnya dopamin karena hilangnya
sel-sel penghasil dopamin di bagian substantia nigra. Ketika
jumlah dopamin terlalu rendah, komunikasi antara substantia nigra
dan corpus striatum menjadi tidak efektif. Akibatnya, gerakan
tubuh pun menjadi terganggu.
Semakin besar tubuh kehilangan dopamin, maka semakin
buruk gejala yang berhubungan dengan gerakan. Sel-sel lain di
otak juga berdegenerasi dan berkontribusi terhadap gejala-gejala
non-gerakan yang berhubungan dengan Penyakit Parkinson.

18
Meski sudah diketahui bahwa kekurangan dopamin
menyebabkan gejala motorik, tapi tidak jelas mengapa sel-sel otak
yang menghasilkan dopamin memburuk. Studi genetik dan
patologis telah mengungkapkan bahwa berbagai proses seluler,
peradangan, dan stres yang disfungsional dapat berkontribusi
terhadap kerusakan sel.
Gumpalan abnormal yang disebut badan Lewy yang
mengandung protein alpha-synuclein ditemukan di banyak sel otak
pengidap penyakit Parkinson. Fungsi rumpun ini dalam kaitannya
dengan penyakit Parkinson tidak dapat dipahami. Secara umum,
para ilmuwan menduga bahwa kehilangan dopamin disebabkan
oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
 Gejala Penyakit Parkinso Disease
Seseorang yang mengidap Penyakit Parkinson memiliki
gerakan berjalan yang khas, yaitu dengan posisi membungkuk dan
ayunan lengan yang berkurang atau tidak ada. Pengidap mungkin
menjadi sulit untuk mulai berjalan dan bergantian. Pengidap juga
dapat menjadi kaku pada pertengahan langkah dan jatuh ke depan
saat berjalan. Secara umum penyakit parkinson memiliki gejala-
gejala primer, seperti:
-Tremor pada saat istirahat (resting tremor).
-Kekakuan atau rigiditas.
-Lamban dalam melakukan gerakan (bradikinesia).
-Keseimbangan terganggu.
-Koordinasi tubuh yang terganggu.
Beberapa gejala sekunder termasuk:
-Kegelisahan.
-Depresi.
-Demensia.

19
Terdapat beberapa sistem staging untuk penyakit
Parkinson. Menurut The Parkinson's Disease Foundation, gejala
yang sering terjadi terbagi menjadi 5 tahap, antara lain:
-Stadium 1, dengan gejala ringan dan tidak mengganggu kualitas
hidup pengidap.
-Stadium 2, dengan gejala yang mulai memburuk. Ini ditandai
dengan sulitnya melakukan kegiatan sehari-hari dan membutuhkan
lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya.
-Stadium 3 yang dianggap sebagai penyakit Parkinson stadium
menengah. pengidap mulai kehilangan keseimbangan, lebih lambat
bergerak, dan mudah sekali terjatuh. Selain itu, pengidap semakin
sulit dalam melakukan aktivitas ringan sehari-hari, misalnya saat
berpakaian, makan, dan menyikat gigi.
-Stadium 4, dengan gejala yang menjadi lebih berat. Pengidap
membutuhkan bantuan ketika berjalan dan melakukan kegiatan
sehari-hari.
-Stadium 5 adalah stadium paling lanjut dari penyakit Parkinson.
Pengidap tidak dapat berjalan dan akan membutuhkan bantuan
seumur hidupnya.
 Penularan Penyakit
Parkinson memang bukanlah penyakit yang dapat diturunkan.
Namun, Anda lebih berisiko mengalami penyakit ini bila memiliki
anggota keluarga dengan riwayat Parkinson. Meski risikonya
sangat kecil, hal ini bisa terjadi karena faktor genetik yang
mungkin menjadi penyebab dari penyakit Parkinson. bisa terjadi
karena faktor:
- Usia
Gejala penyakit Parkinson umumnya dialami olah seseorang
pada usia 60-an.
- Jenis kelamin

20
Kaum pria berisiko mengalami penyakit Parkinson daripada
wanita.
- Mutasi genetik
Para pakar kesehatan menemukan bahwa mutasi genetik
tertentu dapat meningkatkan risiko penyakit Parkinson.
- Paparan bahan kimia
Penggunaan pestisida dan herbisida dikatakan dapat menambah
kemungkinan seseorang untuk mengalami penyakit Parkinson.
- Keturunan
Risiko seseorang untuk mengalami penyakit Parkinson bisa
meningkat apabila ia memiliki kerabat dekat yang juga menderita
gangguan medis yang sama.
 Pengobatan Penyakit Parkinso Disease
Hingga kini, belum ditemukan pengobatan yang tepat untuk
menyembuhkan penyakit Parkinson. Terapi mungkin dilakukan
untuk menurunkan risiko timbulnya gejala motorik dan
memperbaikinya. Semua terapi dirancang untuk meningkatkan
jumlah dopamin di otak, baik dengan cara mengganti, meniru,
maupun memperpanjang efeknya dengan menghambat
pemecahannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi dini
pada tahap non-motorik dapat menunda timbulnya gejala motorik,
sehingga memperpanjang kualitas hidup.
Bagi pengidap dengan gejala motorik lanjut dan tidak dapat
dikendalikan, operasi dapat menjadi pilihan. Dalam deep brain
stimulation, dokter bedah menanamkan elektroda untuk
merangsang area otak yang berkontribusi dalam gerakan. Pada
jenis operasi lainnya, area spesifik di otak yang menyebabkan
gejala penyakit Parkinson akan dihancurkan.
Pendekatan alternatif yang telah dieksplorasi adalah
penggunaan sel-sel penghasil dopamin yang berasal dari stem cell.
Meski terapi stem cell memiliki potensi besar, tetapi lebih banyak

21
penelitian diperlukan sebelum sel-sel tersebut dapat menjadi
tatalaksana terapeutik dalam pengobatan penyakit Parkinson.
Selain pengobatan dan operasi, perubahan gaya hidup
umum (istirahat dan olahraga), terapi fisik, terapi okupasi, dan
terapi wicara mungkin bermanfaat.
 Pencegahan Penyakit Parkinso Disease
Karena penyebabnya belum diketahui dengan pasti, cara
mencegah penyakit Parkinson juga tidak tersedia. Namun beberapa
penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat membantu
mengurangi risiko penyakit Parkinson, konsumsi makanan bagi
kesehatan saraf, seperti omega-3 dalam ikan, minyak nabati, serta
makanan kaya serat, dapat membantu mencegah terjadinya
penyakit ini. Namun informasi menjelaskan, masih harus dilakukan
penelitian lebih lanjut terkait mekanisme kerjanya. Ada juga
dugaan yang menyebut bahwa mengonsumsi kafein berpotensi
mengurangi risiko penyakit Parkinson. Contohnya, teh, kopi, dan
minuman bersoda. Namun belum ada bukti yang cukup mengenai
hal ini.

d) Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak
yang kekal dan tidak progresif. Terjadi pada waktu masih muda
(sejak di lahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal
dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan
menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan , disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis , gangguan
ganglia basalis dan serebellum dan kelainan mental.
Cerebral palsy pada dasarnya adalah gangguan terhadap
pergerakan dan postur tubuh. Hal ini di istilahkan sebagai
“payung” yang mencakup gangguan pengontrolan gerakan akibat

22
adanya lesi atau kelainan terhadap perkembangan otak di awal
tahap kehidupan dengan latar belakang penyakit yang tidak
progresif. Ini dapat di tetapkan sebagai static encephalopathy yang
dimana, meskipun kelainan atau kerusakan lesi primer tetap,
namun tampakan pola klinis mungkin dapat berubah seiring
berjalannya waktu karna pertumbuhan dan perkembangan
plastisitas dan pematangan sistem sararf pusat.
Cerebral palsy adalah gangguan yang tidak progresif dari
fungsi otak yang di sebabkan faktor prenatal pada kasus berat.
Asal dari faktor prenatal tersebut belum di ketahui sebabnya,
perinatal faktor seperti asphyxia dan trauma lahir bertanggung awab
terhadap terjadinya kurang lebih 10 persen dari kasus
tersebut. Saat di lakukan pemeriksaan ,akan di temukan hasil
abnormal dari pemeriksaan neurologis terhadap neonatus tersebut
. resiko cerebral palsy rendah pada neonatus tanpa gejala meski
pada saat terjadi komplikasi persalinan.
Definisi dari cerebral palsy terdiri dari beberapa kondisi
,yaitu: lokasi lesi terdapat di otak, lesi permanen dan tidak
progresif meski gambaran kliniknya dapat berubah seiring waktu,
lesi muncul di awal kehidupan dan mengganggu perkembangan
otak yang normal, gambaran kliniknya di dominasi oleh
gangguan gerak dan postur dan gangguan kemampuan pasien
untuk menggunakan ototnya secara sadar. Mungkin juga di iringi
komplikasi lain dari gangguan neurological dan tanda maupun
gejala mental.
Pada anak-anak ,hubungan antara lesi di sistem saraf pusat
(CNS) dan gangguan fungsional dapat berubah seiring berjalannya
waktu. Ketidaknormalan tonus motorik atau pergerakan pada
beberapa minggu awal atau bulan setelah kelahiran dapat
membaik secara bertahap selama tahun pertama dan berproses
hingga cerebral palsy hilang dapat berlanjut setelah tahun pertama.

23
Pada kolaborasi project perinatal, kurang lebih dua per tiga dari
anak-anak dengan spastic diplegia dan setengah dari semua anak-
anak dengan cerebral palsy pada ulang tahun pertama mereka
“sembuh (out-grew)” atau kehilangan tanda motorik dari cerebral
palsy pada tahun ketujuh. Sebaliknya, tanda motorik tidak spesifik
relative seperti hypotonia yang terlihat pada minggu awal atau bulan dari
awal kehidupan dapat lebih berkembang pada tahun
pertama atau kedua menjadi spasticity dan kelainan
extrapyramidal.
 Penyebab Penyakit Cerebral Palsy
Cerebral palsy atau yang disebut lumpuh otak disebabkan oleh
gangguan perkembangan otak pada anak. Kondisi tersebut
umumnya berlangsung pada masa kehamilan, tetapi juga dapat
terjadi saat proses persalinan, atau beberapa tahun pertama setelah
anak lahir. Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan
perkembangan tersebut, namun kondisi ini diduga dipicu oleh
sejumlah faktor berikut:
- Perubahan pada gen, yang memiliki peran dalam
perkembangan otak.
- Infeksi saat hamil yang menular pada janin. Contohnya
cacar air, rubella, sifilis, infeksi toksoplasma, dan infeksi
cytomegalovirus.
- Terganggunya suplai darah ke otak janin (stroke janin).
- Perbedaan golongan darah rhesus antara ibu dan bayi.
- Bayi kembar dua atau lebih. Risiko terjadinya cerebral
palsy akan meningkat pada salah satu bayi yang selamat,
apabila bayi yang lain meninggal saat lahir.
- Berat badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari
2,5 kilogram.
- Kurangnya suplai oksigen pada otak bayi (asfiksia) selama
proses persalinan.

24
- Kelahiran prematur, yaitu lahir pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu.
- Kelahiran sungsang, yaitu lahir dengan kaki terlebih dulu
keluar.
- Radang pada otak atau selaput otak bayi.
- Penyakit kuning yang meracuni otak (kernikterus).
- Cedera parah di kepala, misalnya akibat terjatuh atau
kecelakaan.
 Gejala Penyakit Cerebral Palsy
Pada anak yang terkena cerebral palsy, dapat timbul sejumlah
gejala berikut ini:
- Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya,
menyeret salah satu tungkai saat merangkak atau
menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
- Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik),
seperti merangkak atau duduk.
- Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat
mengambil suatu benda.
- Gangguan penglihatan dan pendengaran.
- Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit,
menyilang, misalnya gunting, atau dengan tungkai terbuka
lebar.
- Otot kaku atau malah sangat lunglai.
- Tremor.
- Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol (athetosis).
- Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.
- Masih mengompol walaupun usianya sudah lebih besar,
akibat tidak bisa menahan kencing (inkontinensia urine).
- Gangguan kecerdasan.
- Gangguan berbicara (disartria).
- Kesulitan dalam menelan (disfagia).

25
- Terus-menerus mengeluarkan air liur atau ngiler.
- Kejang.
 Pengobatan Penyakit Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah kondisi yang tidak dapat
disembuhkan, tapi gejala dan cacat dapat dibantu dengan terapi
fisik, terapi okupasi, konseling psikologi, dan operasi.
Terapi fisik membantu anak mengembangkan otot yang
lebih kuat dan bekerja dengan keahlian, seperti berjalan, duduk,
dan keseimbangan. Alat tertentu, misalnya penyangga logam untuk
kaki, atau pembebat, mungkin juga bermanfaat bagi anak.
Dengan terapi okupasi, anak mengembangkan kemampuan
motorik yang baik, misalnya untuk memakai baju, makan, dan
menulis.
Terapi bicara dan bahasa membantu anak dengan
kemampuan berbicara. Anak dan keluarga dibantu dengan
pendukung, pendidikan khusus, dan servis yang terkait.
Terapi untuk anak cerebral palsy

Meski cerebral palsy adalah penyakit yang tidak bisa


disembuhkan, ada beberapa terapi yang bisa dilakukan agar
kemampuan anak lebih baik, dilansir dari Mayo Clinic:
- Latihan fisik
Bentuk terapi latihan fisik bisa membantu kekuatan otot,
fleksibilitas, keseimbangan, perkembangan motorik, dan mobilitas
anak. Bentuk latihannya seperti menggenggam sesuatu benda,
menggulung, mengontrol gerak kepala, dan badan. Setelah itu,
terapis akan melatih anak untuk pemakaian kursi roda.
Dalam latihan bersama terapis yang sudah ahli, Anda bisa
belajar cara merawat dengan aman dan nyaman untuk kebutuhan
sehari-hari anak di rumah, seperti mandi, memberi makan, dan
lainnya.

26
- Terapi wicara dan bahasa
Anak dengan Cerebral palsy mengalami kesulitan dan
cenderung terlambat bicara. Untuk melatih kemampuan bicara
anak, Anda membutuhkan ahli bahasa yang bisa meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, setidaknya dengan bahasa isyarat.
Bila kesulitan dalam berkomunikasi, mereka juga akan
mengajarkan anak menggunakan alat komunikasi lain, seperti
komputer dan ponsel. Terapi wicara juga bisa mengatasi kesulitan
mengunyah dan menelan.
- Terapi rekreasi
Maksud dari terapi ini yaitu aktivitas di luar ruangan yang
membuat anak lebih banyak bergerak agar motoriknya terlatih.
Ambil contohnya menunggang kuda, berjalan di rerumputan. Jenis
terapi ini bisa membantu anak dalam meningkatkan keterampilan
motorik, bicara, dan perkembangan emosional anak.
 Pencegahan Penyakit Cerebral Palsy
Berikut beberapa langkah yang dapat membantu pencegahan
cerebral palsy atau terjadinya kelainan perkembangan otak ini pada
anak-anak untuk meminimalkan risiko mendapatkan cedera otak,
yaitu :
- Mengambil langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan.
- Pastikan orang tua sudah familiar dengan tanda-tanda
penyakit kuning pada bayi baru lahir.
- Tahu bagaimana mencegah keracunan timah.
- Jauhkan anak dari orang-orang yang memiliki penyakit
menular yang serius, seperti meningitis.
- Pastikan imunisasi anak lengkap dan tepat waktu.
e) Meningitis
Penyakit meningitis merupakan kondisi ketika terjadi peradangan
atau inflamasi pada selaput otak (meningen). Umumnya, penyebab utama
meningitis adalah virus, jamur, dan bakteri. Namun, ada pula penyebab

27
lainnya, seperti reaksi imunologi, penyakit sistematik, hingga lupus.
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan
pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Meningitis
terkadang sulit dikenali, karena penyakit ini memiliki gejala awal yang
serupa dengan flu, seperti demam dan sakit kepala.
 Penyebab Penyakit Meningitis
Penyebab utama dari meningitis adalah infeksi, baik itu yang
disebabkan oleh virus atau bakteri. Karena radang ini disebabkan
oleh virus dan bakteri, kondisi ini sangat menular dan dapat
berpindah dengan mudah melalui hubungan langsung, bersin, dan
batuk.
Meningitis karena virus merupakan jenis Meningitis yang paling
umum terjadi dan tidak begitu serius. Komplikasi seperti demam
tinggi dan kejang-kejang hanya terjadi pada sebagian kecil kasus
dan cukup jarang.
Meningitis karena bakteri, di sisi lain, lebih jarang terjadi namun
lebih serius. Jika tidak segera ditangani, radang jenis ini dapat
menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian. Jadi, penting untuk
mengetahui gejala dari Meningitis sehingga pengobatan dapat
segera dilakukan.

 Gejala Penyakit Meningitis


Meski gejalanya awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap harus
diwaspadai, karena juga dapat menimbulkan kejang dan kaku pada
leher. Pada bayi di bawah usia 2 tahun, meningitis umumnya
ditandai dengan memunculkan benjolan di kepala.

Gejala Meningitis yang paling umum terjadi meliputi:

- Leher kaku
- Nyeri pada leher yang menjadi lebih buruk ketika sampai
pada bagian dagu hingga dada

28
- Demam
- Muntah-muntah
- Sakit kepala
- Kejang-kejang
- Rasa kantuk yang amat sangat atau sulit untuk tetap terjaga

Pada bayi, gejala yang muncul meliputi:

- Gatal-gatal
- Tangisan yang tidak ada hentinya
- Mudah terkena penyakit
- Hilang selera makan
- Sulit bernapas
- Batuk-batuk

 Penularan Penyakit Meningitis


Virus dan bakteri penyebab meningitis dapat menular dari
satu orang ke orang lain melalui droplets atau tetesan dari hidung
dan mulut pengidapnya. Droplet ini dapat menyebar melalui
bersin, batuk, berciuman, berbagi peralatan makan, sikat gigi atau
perawatan individual lainnya.
Makanan yang disiapkan oleh pengidap meningitis juga
berisiko tinggi terkontaminasi oleh virus, bakteri, jamur maupun
parasit dari pengidap meningitis. Oleh karena itu, pastikan kamu
tahu kondisi seseorang yang menyiapkan makanan dan kebersihan
makanan tersebut. 

 Pengobatan Penyakit Meningitis

Terdapat beberapa pengobatan untuk Meningitis, tergantung dari


jenis penyakitnya.

29
- Meningitis yang disebabkan oleh bakteri – Meningitis
karena bakteri ditangani oleh penggunaan antibiotik dan
pengobatan steroid yang disebut deksametason. Kondisi ini
perlu penanganan rumah sakit, jadi pembatasan pasien
diperlukan, sehingga dokter Anda dapat lebih mudah untuk
mengawasi kondisi Anda serta mengawasi perkembangan
gejala yang terjadi, seperti kejang-kejang, hilangnya
pendengaran atau tanda kerusakan otak.

- Meningitis yang disebabkan oleh virus – Meningitis


karena virus dapat diobati tanpa harus ke rumah sakit,
dengan pengobatan untuk meredakan nyeri dan
menurunkan panas demam. Pasien mungkin akan
mengalami gejala selama kurang lebih dua minggu sebelum
pengobatan tersebut selesai mengatasi penyebab penyakit.
Para pasien juga disarankan untuk meminum banyak cairan
agar tubuh mereka dapat membuang virus lebih cepat.

Metode pengobatan lain juga dilakukan untuk meredakan


gejala parah yang dialami pasien. Sebagai contoh, jika pasien
mengalami kesulitan bernapas, maka terapi oksigen dapat
diberikan. Untuk mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi),
pasien juga akan diberikan cairan melalui infus.

Pada kebanyakan kasus, para pasien dewasa memerlukan


pemulihan total tanpa perawatan tambahan. Namun, beberapa
komplikasi mungkin muncul pada beberapa kasus dimana pasien
memiliki penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Pasien seperti
ini disarankan untuk kembali menemui dokter untuk menjalani
pemeriksaan untuk mencegah Meningitis kembali kambuh dan
memastikan bahwa tidak akan ada komplikasi jangka panjang.

30
Pada anak-anak, penting untuk membawa anak kembali
menemui dokter setelah penyakit teratasi. Anak-anak lebih rentan
terhadap efek jangka panjang dari kondisi ini seperti hilangnya
pendengaran. Sebuah kunjungan lanjutan akan membantu
memastikan pemulihan mereka.

 Pencegahan Penyakit Meningitis


Penyakit ini bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup
sehat dan menghindari kondisi yang dapat memicu penyebaran
infeksi. Guna meningkatkan kekebalan tubuh dari kuman penyebab
meningitis, lakukan vaksinasi (termasuk vaksin PCV) sesuai
anjuran dokter. Vaksin meningitis ini juga perlu diperoleh oleh
setiap orang yang hendak menjalani ibadah haji.
Karena Meningitis dapat mengancam nyawa seseorang,
khususnya jika disebabkan oleh bakteri, penting bagi kita untuk
mengetahui bagaimana kondisi ini dapat dihindari. Cara terbaik
untuk mencegah penyakit ini adalah dengan memastikan bahwa
semua anak-anak mendapatkan vaksinasi lengkap yang
diperuntukkan untuk usia mereka. Meskipun vaksin meningokokus
tidak termasuk dalam daftar imunisasi standar bagi anak-anak,
namun vaksin ini dapat melindungi anak-anak dari berbagai
penyakit yang dapat berujung pada meningitis. Vaksin-vaksin
tersebut meliputi:
- Cacar air
- MMR (campak, gondok, dan rubella)
- Pneumokokus (PCV atau PPSV) – Vaksin yang sangat
penting karena vaksin ini melindungi anak-anak dari
bakteri yang dapat menyebabkan Meningitis. Selain
diberikan pada setiap bayi, vaksin ini juga dianjurkan bagi
mereka yang memiliki cangkok koklea untuk membantu
mereka mengatasi hilangnya pendengaran; beberapa

31
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan cangkok jenis
ini dapat menyebabkan infeksi telinga karena bakteri yang
dapat berujung pada Meningitis. Hubungan antara infeksi
telinga dan Meningitis yang dekat membuat infeksi telinga
harus diatasi dengan segera.
- Vaksin meningokokus, yang diberikan untuk mencegah
bakteri penyebab Meningitis, hanya disarankan bagi
mereka yang sedang dalam perjalanan ke negara-negara
dimana kasus Meningitis sering terjadi serta mereka yang
memiliki cacat pada sistem kekebalan tubuh, terlepas dari
berapapun usia mereka.

Selain memberikan vaksin yang diperlukan, ada juga beberapa cara


lain yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi resiko keluarga
Anda terjangkiti Meningitis, seperti:

- Menghindari orang-orang yang menderita Meningitis dan


tempat yang terpapar radang

- Sering mencuci tangan


- Menghindari hewan liar
- Mencegah gigitan nyamuk dan serangga

f) Multiple Sclerosi
Penyakit sklerosis ganda atau multiple sclerosis adalah gangguan
saraf pada otak, mata, dan tulang belakang. Multiple sclerosis akan
menimbulkan gangguan pada penglihatan dan gerakan tubuh.
 Penyebab Penyakit Multiple Sclerosi
1. Gangguan Gerak
Multiple sclerosis dapat menyebabkan gangguan gerak berupa:

32
- Kelemahan atau mati rasa pada sisi tubuh tertentu atau pada
tungkai.
- Sulit berjalan.
- Sulit menjaga keseimbangan.
- Sensasi seperti tersengat listrik yang terjadi akibat gerakan leher
tertentu, terutama ketika penderita menggerakan leher ke depan
(Lhermitte’s sign).
- Tremor atau gemetar.
2. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan yang dapat terjadi akibat multiple sclerosis
meliputi:

- Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan penglihatan. Hal


ini biasanya diikuti rasa sakit saat menggerakkan mata.
- Penglihatan ganda.
- Pandangan menjadi kabur
 Gejala Penyakit Multiple Sclerosi
- Pusing.
- Lemas.
- Sulit bicara.
- Rasa sakit dan kesemutan pada berbagai bagian tubuh.
- Gangguan pada kandung kemih, usus, atau organ seksual.
 Penularan Penyakit Multiple Sclerosi
Infeksi Virus
Infeksi virus juga diperkirakan punya andil dalam
terjadinya multiple sclerosis, yang hingga kini masih
diperdebatkan.
Virus yang dicurigai memicu penyakit ini adalah virus
Epstein-Barr (EBV). Hal ini disebabkan karena pada darah
penderita multiple sclerosis ditemukan antibodi terhadap EBV.
 Pengobatan Multiple Sclerosi

33
2. Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat kortikosteroid, seperti prednisone
dan methylprednisolone, untuk mengurangi peradangan saraf
akibat multiple sclerosis. Selain itu, untuk mengurangi kaku pada
otot dokter dapat memberikan obat pelemas otot, seperti baclofen
dan tizanidine, serta obat methylphenidate dan obat antidepresan
untuk mengurangi rasa lelah.
3. Fisioterapi
Terapi fisik dan terapi okupasi dilakukan untuk meningkatkan
kekuatan fisik pada penderita multiple sclerosis. Hal ini akan
memudahkan penderita MS menjalani kesehariannya.

4. Plasmapheresis
Dokter akan membuang plasma darah yang ada di dalam tubuh
pasien, menggunakan alat khusus. Untuk mengganti plasma yang
dibuang, dokter akan memasukkan cairan infus khusus, seperti
albumin.
 Pencegahan Penyakit Multiple Sclerosi
Penelitian menunjukkan bahwa risiko multiple sclerosis
dapat dikurangi dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan
vitamin D.
g) Migrain

Migrain merupakan jenis sakit kepala yang terasa seperti berdenyut, dan
umumnya hanya terjadi pada satu sisi kepala. Migrain termasuk penyakit
saraf yang bisa memicu sederetan gejala seperti mual, muntah, dan terasa
sensitif terhadap suara atau cahaya. Migrain yang diikuti dengan rasa nyeri
yang sangat mengganggu bisa berlangsung selama beberapa jam atau
bahkan beberapa hari.

Hasil penelitian dari WHO menyatakan, dari jumlah populasi manusia


yang berusia 18–65 tahun melaporkan pernah menderita sakit kepala.

34
Ternyata, sebanyak 30 persen adalah pengidap migrain. Serangan migrain
biasanya pertama kali terjadi pada usia pubertas, yang bisa terasa lebih berat
bila terjadi pada usia 35 hingga 45 tahun.

 Penyebab Penyakit Migrain

Hingga kini, belum diketahui dengan pasti apa yang


menyebabkan seseorang terserang migrain. Namun, pada banyak
kondisi migrain yang terjadi, ditemukan bahwa ada penurunan
kadar dari salah satu zat kimia dalam otak yang disebut serotonin.
Hal ini pula yang diduga menjadi penyebab trigeminal, salah satu
saraf pada otak merilis zat kimia pada meningen atau lapisan luar
di otak sehingga memicu munculnya rasa nyeri.

Meski penyebabnya masih belum bisa dipastikan, tetapi migrain


juga bisa terjadi karena beberapa faktor berikut ini. 

- Terjadinya perubahan hormon pada wanita. Kadar hormon


yang cenderung fluktuatif pada wanita, terlebih estrogen
ternyata memiliki keterkaitan erat dengan migrain.
Beberapa wanita mengaku terserang migrain ketika kadar
hormon estrogen mengalami penurunan, seperti sebelum
atau saat haid, hamil, atau menopause.
- Pola diet. Konsumsi makanan olahan atau makanan dengan
rasa asin, makanan yang ditambah pemanis atau perasa
gurih, dan minuman kafein atau beralkohol juga bisa
meningkatkan risiko migrain.
- Adanya pemicu dari lingkungan, seperti paparan asap
rokok, aroma parfum yang menyengat, dan penghapus cat.
- Mengalami stres, gelisah berlebihan, terlalu gembira, dan
depresi.

35
- Kebiasaan buruk, seperti tubuh kelelahan, kualitas tidur dan
postur tubuh yang buruk, mengalami gangguan tidur,
hipoglikemia, dan sehabis berolahraga berat..
- Efek samping dari konsumsi obat tertentu, misalnya pil KB
atau sedang menjalani terapi hormon.

Selain hal di atas, serangan migrain juga rentan terjadi pada


kondisi berikut ini.

- Adanya riwayat keluarga yang memiliki kondisi serupa.


- Wanita.

 Gejala Penyakit Migrain

Migrain sangat sering terjadi ketika masa pubertas. Gejalanya


terbagi dalam empat tahapan, meski tidak semua orang mengalami
semua tahap tersebut.

- Tahap prodromal. Tahapan ini biasanya muncul satu atau


dua hari sebelum serangan migrain. Gejala yang terjadi
pada tahap ini berupa suasana hati yang mudah berubah,
adanya keinginan untuk mengonsumsi makanan tertentu,
leher menjadi kaku, menjadi sering menguap, mengalami
sembelit, sering buang air kecil, dan merasa haus.
- Aura. Tahapan ini biasanya terjadi sebelum atau selama
serangan migrain. Gejalanya berupa gangguan penglihatan,
seperti misalnya pandangan kabur. Selain itu, pengidap
juga mengalami gangguan sensorik, verbal, dan motorik.
Setiap gejala akan terjadi secara perlahan, dan bisa bertahan
antara 20–60 menit.

36
- Serangan sakit kepala. Tahapan ini dapat berlangsung
antara 4 hingga 72 jam. Beberapa gejala yang muncul yaitu
sakit kepala hanya pada satu sisi, kepala terasa seperti
berdenyut atau kesemutan, pening, mual, muntah, dan
menjadi sensitif pada suara, bau, cahaya, atau sentuhan.
- Resolusi. Tahap terakhir ini muncul setelah migrain.
Biasanya, resolusi terjadi sekitar 24 jam setelah serangan
migrain. Gejala yang terjadi berupa perubahan suasana hati,
kelelahan, sakit kepala ringan, kelelahan, dan hipersensitif
terhadap suara maupun cahaya.

Selain gejala yang muncul selama empat tahapan tersebut terjadi,


beberapa pengidap migrain juga bisa mengalami gejala lain,
seperti:
- Tubuh menjadi berkeringat.
- Merasa sangat dingin atau panas.
- Mengalami sakit perut dan diare.
- Menjadi sulit berkonsentrasi.

Waspada, gejala migrain juga bisa menjadi indikasi dari masalah


kesehatan yang serius, seperti meningitis atau stroke. Jika hal ini
terjadi, migrain akan muncul disertai dengan:

- Sakit kepala yang tidak tertahankan yang terjadi secara


mendadak dan belum pernah terjadi sebelumnya.
- Lengan atau salah satu sisi wajah terasa seperti lumpuh.
- Sakit kepala yang terjadi bersamaan dengan demam, leher
menjadi kaku, merasa kebingungan, penglihatan menjadi,
seperti ganda, ruam pada kulit, dan kejang.
- Gerak bibir dan bicara yang sulit dimengerti.

Dilihat dari jenis serangannya, migrain terbagi menjadi tiga, yaitu:

37
- Migrain tanpa aura. Sakit kepala ini terjadi secara
mendadak tanpa diawali dengan gejala apapun. Jenis
migrain ini paling banyak terjadi, dan terkadang serupa
dengan gangguan kesehatan sinusitis.
- Migrain dengan aura. Migrain yang terjadi dengan aura
diawali dengan gejala tahapan aura sebelum akhirnya
terjadi sakit kepala muncul.
- Migrain dengan aura, tetapi tanpa sakit kepala. Kondisi
ini dikenal dengan istilah silent migraine, diawali dengan
semua gejala migrain, tetapi tidak disertai dengan sakit
kepala.

 Penularan Penyakit Migrain

Penyakit Migrain Ini termasuk kedalam penyakit yang tidak


menular kepada orang lain.

 Pengobatan Penyakit Migrain

Migrain tidak bisa disembuhkan. Pengobatan dilakukan


hanya untuk mengurangi gejala yang terjadi. Pengobatan dilakukan
berdasarkan dari usia, jenis migrain, tingkat keparahan, dan kondisi
kesehatan pengidap. Beberapa cara pengobatan mandiri yang bisa
dicoba, yaitu:

- Beristirahat di kamar yang sepi dengan penerangan minim


atau gelap.
- Melakukan pijatan pada kepala atau pelipis.
- Memberikan kompres dingin di bagian atas dagu atau
belakang leher.
- Relaksasi otot.

38
Apabila pengobatan rumahan masih belum bisa meringankan
migrain, pengobatan medis bisa dilakukan dengan cara berikut:

- Konsumsi Obat Pereda Nyeri

Jenis obat ini akan lebih efektif apabila dikonsumsi ketika


migrain baru menunjukkan gejala awal. Namun, tetap saja
diperlukan waktu hingga tubuh mampu menyerap obat ini
sepenuhnya. Jika migrain cukup parah, obat pereda nyeri dengan
kandungan kafein bisa dicoba.

- Konsumsi Obat Antimual atau Antiemetik 

Obat antimual dapat membantu mengatasi migrain pada


beberapa orang. Jenis obat ini biasanya akan diresepkan bersamaan
dengan obat pereda nyeri. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah mengantuk dan diare.

Selain obat, migrain juga bisa diatasi dengan akupuntur,


terapi biofeedback yang dilakukan dengan merekam aktivitas
listrik pada tubuh, dan terapi perilaku kognitif untuk membantu
memperbaiki pengaruh dan respons pikiran dan terhadap rasa
nyeri.

 Pencegahan Penyakit Migrain

Hindari faktor-faktor pemicu yang bersifat multifaktorial, antara


lain:

- Faktor hormonal.
- Diet (alkohol, daging yang mengandung nitrat,
monosodium glutamat, aspartam, cokelat, keju yang sudah
lama atau basi, tidak makan, puasa, dan minuman
mengandung kafein).

39
- Psikologis (stres, kondisi setelah stres atau liburan akhir
minggu, cemas, takut, depresi).
- Lingkungan fisik (cahaya menyilaukan, cahaya terang,
stimulasi visual, dan sinar berpendar).

h) Kelumpuhan

Kelumpuhan atau paralisis adalah kondisi ketika satu atau beberapa


bagian tubuh tidak dapat digerakkan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
gangguan pada otot atau saraf, akibat cedera atau penyakit tertentu.

Kelumpuhan yang terjadi dapat berlangsung sementara atau


permanen, baik pada penderita yang hanya mengalami kelemahan maupun
sama sekali tidak dapat menggerakkan bagian tubuh tertentu.

Penanganan kelumpuhan tergantung pada penyebab kelumpuhan


itu sendiri. Penanganan bisa berupa obat-obatan, fisioterapi, operasi, atau
penggunaan alat bantu bila kelumpuhan tersebut bersifat permanen.

 Penyebab Penyakit Kelumpuhan

Otot berperan penting dalam mengendalikan setiap gerakan


tubuh manusia. Dalam menggerakkan tubuh, otot bekerja sama
dengan tulang, saraf, dan jaringan penghubung antara otot, saraf,
dan tulang. Ketika salah satu jaringan tersebut mengalami
gangguan, maka kelumpuhan dapat terjadi.

 Gejala Penyakit Kelumpuhan

Ketika mengalami kelumpuhan, penderita akan merasakan


gejala utama berupa kesulitan menggerakkan bagian tubuh tertentu.
Gejala ini dapat muncul secara perlahan, mendadak, atau kadang
hilang-timbul.

Gejala kelumpuhan dapat terjadi di bagian tubuh mana saja,


baik hanya pada satu bagian tubuh maupun pada area tubuh yang

40
lebih luas. Bagian tubuh yang berisiko mengalami kelumpuhan
meliputi wajah, lengan, tungkai, dan pita suara. Pada kondisi yang
parah, otot-otot pernapasan juga bisa mengalami kelumpuhan.

Berdasarkan lokasi dan anggota gerak tubuh yang terkena,


kelumpuhan dapat dikelompokkan menjadi:

- Monoplegia, yaitu kelumpuhan pada salah satu lengan atau


tungkai.
- Hemiplegia, yaitu kelumpuhan pada lengan dan tungkai
pada satu sisi tubuh.
- Diplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua lengan atau kedua
sisi wajah.
- Paraplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua tungkai.
- Quadriplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua lengan dan
kedua tungkai. Kelumpuhan ini kadang juga bisa mengenai
area atau organ tubuh lain di bagian bawah leher, misalnya
usus, saluran kemih, maupun otot pernapasan.

Kelumpuhan yang terjadi secara perlahan akibat suatu penyakit


biasanya ditandai oleh beberapa gejala yang muncul sebelum
penderita mengalami kelumpuhan total. Gejala tersebut meliputi:

- Hilangnya sensasi terhadap sentuhan


- Kesemutan
- Kram dan nyeri otot
- Mati rasa

 Penularan Penyakit Kelumpuhan

Penyakit Kelumpuhan Ini termasuk kedalam penyakit yang


tidak menular kepada orang lain.

41
 Pengobatan Penyakit Kelumpuhan

Dokter akan menentukan jenis pengobatan berdasarkan penyebab


yang mendasari kelumpuhan. Langkah pengobatan yang dilakukan
bertujuan untuk meredakan gejala dan memudahkan penderita
dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Beberapa jenis pengobatan
yang dapat dilakukan adalah:

Fisioterapi

Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan kekuatan otot


dan fungsi bagian tubuh yang mengalami cedera, mencegah
kecacatan dan mengurangi risiko cedera di kemudian hari.
Jenis fisioterapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi
penderita.

Terapi okupasi

Terapi okupasi merupakan serangkaian latihan yang


bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penderita dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Setelah menjalani terapi
okupasi ini, penderita kelumpuhan diharapkan bisa menjalani
aktivitas secara mandiri.

Obat-obatan

Obat digunakan untuk meredakan gejala kelumpuhan yang


muncul. Tergantung penyebabnya, beberapa jenis obat yang dapat
diberikan dokter adalah:

- Kortikosteroid, seperti methylprednisolone.
- Antikejang, seperti phenobarbital.

42
- Obat pelemas otot, seperti baclofen dan eperisone.
- Antidepresan trisiklik,
seperti amitriptyline dan clomipramine.
- Suntik botox.

Penggunaan alat bantu

Sebagian besar penderita kelumpuhan tidak dapat pulih


total. Untuk membantu pergerakan dari satu tempat ke tempat
lainnya, penderita dapat menggunakan alat bantu, seperti tongkat
atau kursi roda. Dokter akan menyarankan jenis alat bantu yang
sesuai dengan kondisi penderita.

Penderita kelumpuhan membutuhkan dukungan dari keluarga dan


orang-orang di sekitarnya, serta perlu menerapkan pola hidup sehat.
Kedua hal ini akan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Penderita kelumpuhan juga harus tetap aktif bergerak dan rutin
melakukan olahraga sesuai anjuran dokter.

Operasi

Tergantung penyebabnya, operasi juga dapat dilakukan


sebagai bentuk pengobatan untuk mengatasi kelumpuhan.
Misalnya pada kelumpuhan mendadak akibat cedera saraf tulang
belakang, dokter akan melakukan operasi tulang belakang untuk
memperbaiki kerusakan di daerah tersebut.

Komplikasi Kelumpuhan

Kelumpuhan dapat terjadi di bagian tubuh mana pun


tergantung pada penyebabnya. Hal yang paling dikhawatirkan
adalah bila kelumpuhan tersebut bersifat permanen, atau bila

43
kelumpuhan terjadi di otot pernapasan yang akan menyebabkan
penderitanya berhenti bernapas.

Selain itu, kelumpuhan dapat menyebabkan penderitanya


mengalami:

- Depresi
- Gangguan bicara dan menelan
- Disfungsi seksual
- Ulkus dekubitus
- Inkontinensia urine dan inkontinensia tinja
- Deep vein thrombosis

 Pencegahan Penyakit Kelumpuhan

Upaya pencegahan terhadap kelumpuhan disesuaikan


dengan penyebab yang mendasarinya. Untuk mencegah
kelumpuhan akibat cedera kecelakaan, cara yang dapat dilakukan
adalah:

- Berkendara dengan hati-hati dan mematuhi rambu lalu


lintas.
- Menggunakan sabuk pengaman selama mengendarai
kendaraan.
- Menghindari konsumsi alkohol atau obat yang dapat
menyebabkan kantuk, sebelum berkendara.
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dan
mengikuti petunjuk instruktur dengan baik ketika
melakukan aktivitas yang berisiko tinggi, misalnya panjat
tebing.

44
Sedangkan untuk mencegah kelumpuhan akibat gangguan
kesehatan atau penyakit, misalnya stroke, caranya adalah:

- Menghindari makanan tinggi garam dan kolesterol.


- Memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
- Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit tiap hari.
- Berhenti merokok, jika Anda adalah perokok aktif.
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah,
dan kadar kolesterol secara rutin.

45
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Neurologi Merupakan cabang ilmu pengetahuan dalam bidang Kedokteran


yang berfokus membahas soal otak dan sistem saraf manusia. Mulai dari kinerja
hingga penyakit yang menyertainya. Penyakit Sistem Neurologi adalah semua
gangguan yang terjadi pada sistem saraf tubuh, meliputi otak dan sumsum tulang
belakang (sistem saraf pusat), serta saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat
dengan seluruh organ tubuh (sistem saraf perifer). Sistem saraf dalam tubuh bisa
mengalami gangguan akibat berbagai faktor, mulai dari trauma, infeksi, tumor,
gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga kelainan aliran darah.
Adapun Kelainan pada penyakit system Neurologi yaitu seperti Stroke,
Alzaheimer Disease, Parkinso Disease, Cerebral Palsy, Meningitis, Multiple
Sclerosi, Migrain, Kelumpuhan. Kelainan tersebut tentunya terdapat Penyebab,
Gejala, Penularan, Pengobatan, Serta Pencegahnya.

3.2 Saran

Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat terhadap pembaca dan


menyadari bahwa Kesehatan itu sangatlah Berharga maka dari itu kita harus bisa
menjaga dan Merawat seluruh anggota tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit
yaitu dengan cara Menjaga Pola Hidup yang Sehat.

46
Penulis Menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

https://ciputrahospital.com/apa-itu-neurologi/

https://www.alodokter.com/kenali-berbagai-jenis-penyakit-saraf-ini

https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-neurologi-ilmu-tentang-saraf-manusia-
yang-kompleks

https://www.alodokter.com/stroke

https://www.halodoc.com/kesehatan/stroke

https://www.alodokter.com/penyakit-alzheimer

https://hellosehat.com/saraf/alzheimer/penyakit-alzheimer-adalah/

https://www.alodokter.com/penyakit-parkinson

https://hellosehat.com/saraf/parkinson/penyakit-parkinson/

47
https://www.halodoc.com/kesehatan/cerebral-palsy

https://www.alodokter.com/lumpuh-otak

https://www.docdoc.com/id/info/condition/meningitis

https://www.halodoc.com/kesehatan/meningitis

https://www.halodoc.com/artikel/penularan-meningitis-yang-harus-diketahui

https://www.alodokter.com/multiple-sclerosis

https://www.halodoc.com/kesehatan/migrain

https://www.alodokter.com/migrain

https://www.alodokter.com/kelumpuhan

https://www.alodokter.com/multiple-sclerosis

48

Anda mungkin juga menyukai