Anda di halaman 1dari 4

Correlation Study Between Clinical Special Tests for

Judul Myelopathy and Static MRI Parameters in Patients of


Malaysian Population Treated for Cervical Dysfunction

Penerbit Cureus
Published online 2021 Oct 16. doi: 10.7759/cureus.18826
Tahun 2021 Oct
Zamzuri Zakaria Mohamad, Mohd. Ariff Sharifudin,
Penulis Hishamudin Din, Azian Abd Aziz, and Rajandra Kumar
Karupiah
Reviewer Hadi eka hamdani/ 022104363 - Kelompok 5
Abstrak Pendahuluan: Cervical spondylotic myelopathy (CSM)
adalah penyebab paling umum dari disfungsi sumsum
tulang belakang. Magnetic resonance imaging (MRI) tetap
menjadi modalitas pencitraan pilihan, tetapi hasilnya tidak
sepenuhnya spesifik untuk MSC yang signifikan secara
klinis. Studi potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui
patoanatomi MSC pada pasien dan menganalisis korelasi
antara gejala klinis utama, gambaran mielopatik dan
temuan MRI.
Metode: Pasien dengan MSC berusia 30-80 tahun tanpa
riwayat penyakit tulang belakang leher atau cedera
direkrut. Parameter klinis termasuk tanda-tanda mielopati
dan tes klinis spesifik lainnya. Temuan MRI dianalisis
untuk derajat kompresi, patologi degeneratif yang
mendasari, dan parameter kompresi tali pusat.
Hasil: Tiga puluh pasien direkrut. Tanda-tanda mielopati
yang paling sering diamati adalah tanda Hoffmann positif
dan adanya refleks brakioradial terbalik. Semua pasien
mengalami perubahan diskus degeneratif atau prolaps pada
MRI. Ada korelasi positif antara fitur klinis utama dan
parameter MRI untuk diameter saluran dan kabel. Diameter
penampang tali pusat, tingkat kompresi tali pusat, dan
perkiraan luas tali pusat adalah satu-satunya variabel
independen yang berhubungan dengan hampir semua uji
klinis spesifik yang positif. Ketiganya memiliki korelasi
sedang hingga kuat dengan hasil klinis.
Kesimpulan: Parameter MRI seperti kanalis servikalis dan
ukuran medula spinalis merupakan refleksi objektif dari
kompresi medula spinalis. Korelasi yang diamati
menunjukkan bahwa kompresi tali pusat memainkan peran
utama dalam patofisiologi CSM. Pengukuran ini
merupakan indikator sensitif dari stenosis kanal dan
memainkan peran penting dalam memprediksi keparahan
dan hasil CSM.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
Metode penelitian desain cross sectional, data di olah secara analisis data
statistik dengan uji one way anova, spearmen dan uji t.
Isi jurnal Korelasi Antara Temuan MRI dan Gejala Klinis Utama
pada Pasien ANOVA satu arah menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor
mielopati ringan, sedang, dan berat pada SSCD (p<0,031),
APCD (p<0,046), TCD (p<0,001) dan ACA (p <0,001).
TCD, CR dan ACA ditemukan secara signifikan
berkorelasi di semua gejala klinis utama. Disfungsi
sensorik ekstremitas atas tidak berkorelasi dengan
parameter MRI mana pun. Semua korelasi signifikan
menunjukkan korelasi positif kecuali rasio kompresi, yang
ternyata memiliki korelasi negatif. Artinya pasien dengan
parameter MRI yang lebih kecil akan memiliki gejala
mielopati yang lebih parah dibandingkan pasien dengan
parameter MRI yang lebih besar. Pasien dengan rasio
kompresi tinggi lebih mungkin untuk memiliki derajat
mielopati servikal yang parah dibuktikan dengan korelasi
negatif yang ditemukan. Korelasi fitur klinis utama dan
parameter pengukuran MRI servikal dianalisis
menggunakan analisis korelasi Pearson. Ada korelasi yang
signifikan antara karakteristik klinis pasien kunci dan
parameter MRI.
Korelasi antara temuan MRI dan tanda-tanda klinis
mielopati spesifik Berdasarkan analisis dengan uji-t
independen, adanya tanda-tanda klinis tertentu terkait
dengan beberapa parameter pengukuran MRI. Parameter
juga ditemukan berkorelasi signifikan dengan tanda klinis
spesifik setelah dianalisis dengan uji korelasi Spearman.
Menggunakan uji korelasi Spearman, SSCD, TCD dan
ACA ditemukan memiliki korelasi yang signifikan pada
semua tanda klinis mielopati. Korelasi positif kuat hingga
sedang diamati pada semua parameter signifikan. Dengan
kata lain, pasien dengan parameter MRI yang lebih kecil
akan memiliki tanda klinis mielopati spesifik yang lebih
positif dibandingkan dengan pasien dengan parameter MRI
yang lebih besar.
Kompresi tali pusat memainkan peran utama dalam patofisiologi
CSM. Parameter MRI seperti kanal tulang belakang leher dan
ukurannya dapat secara objektif mencerminkan kompresi
Kesimpulan
sumsum tulang belakang. Pengukuran ini dapat digunakan
sebagai indikator sensitif dari stenosis kanal dan memainkan
peran penting dalam memprediksi keparahan dan hasil CSM.
Referensi 1. Epidemiology of cervical spondylotic myelopathy and
its risk of causing spinal cord injury: a national cohort
study. Wu JC, Ko CC, Yen YS, et al. Neurosurg Focus.
2013;35:0. [PubMed] [Google Scholar]

2. Cervical spondylotic myelopathy: a brief review of its


pathophysiology, clinical course, and diagnosis. Baron
EM, Young WF. Neurosurgery. 2007;60:0. [PubMed]
[Google Scholar]

3. Cervical spondylotic myelopathy: a review. Hochman


M, Tuli S. https://ispub.com/IJN/4/1/12262 Internet
Journal of Neurology. 2004;4:1–12. [Google Scholar]

4. Current diagnosis and management of cervical


spondylotic myelopathy. Bakhsheshian J, Mehta VA,
Liu JC. Global Spine J. 2017;7:572–586. [PMC free
article] [PubMed] [Google Scholar]

5. The epidemiology of cervical spondylotic myelopathy.


Northover JR, Wild JB, Braybrooke J, Blanco J.
Skeletal Radiol. 2012;41:1543–1546. [PubMed]
[Google Scholar]

Anda mungkin juga menyukai