Anda di halaman 1dari 9

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG PANJANG (VIGNA SINENSIS L.

)
TERHADAP JARAK TANAM DAN SISTEM TUMPANG SARI

Mimik Umi Zuhroh 1, Dwi Agustin 2


1
Staf Pengajar
Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga,
2
mahasiswa

(diterima: 26.11.2016, direvisi: 02.12.2016)

Abstrak
Kacang panjang merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan dalam upaya meningkatkan gizi
masyarakat sebagai sumber vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan mineral. Jarak tanam merupakan salah
satu teknik budidaya yang mengatur tata letak dan populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua
arah tertentu dalam satu area. Pada umumya sistem tumpang sari lebih menguntungkan dibandingkan
sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam,
hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui apakah jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 2) mengetahui apakah sistem tumpang sari berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 3) apakah jarak tanam dan sistem
tumpang sari berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu jarak
tanam (J) sebanyak 4 taraf perlakuan dan sistem tumpang sari (S) sebanyak 3 taraf dengan 3 kelompok
ulangan. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka analisis dilanjutkan Uji BNT pada
taraf 5%.
Kesimpulan hasil penelitian ini antara lain: 1). Terjadi berbeda sangat nyata pada perlakuan jarak
tanam, meliputi pengamatan panjang tanaman (14, 21, 28, dan 35 hst), jumlah polong perpanen (panen
ke 1 dan 3), bobot basah polong pertanaman (tanaman ke 1, 3, 4, 5, dan 6), bobot polong perpetak dan
berangkasan basah. Penggunaan jarak tanam yang berbeda nyata yaitu pada parameter panjang tanaman
(7 hst), jumlah polong perpanen (panen ke 4) dan panjang polong perpanen (panen ke 3). 2). Terjadi
berbeda nyata pada perlakuan sistemtumpang sari, yaitu pada parameter jumlah (35 hst), jumlah polong
perpanen (panen ke 1), panjang polong perpanen (panen ke 3), bobot basah polong pertanaman (tanaman
ke 3). 3). Terjadi interaksi berbeda nyata pada kombinasi perlakuan jarak tanam dengan sistem tumpang
sari yaitu pada parameter panjang tanaman (21 hst).

Kata Kunci: Jarak Tanam, Sistem Tumpang Sari, Kacang Panjang.

bintil rhizobium. Bakteri tersebut berfungsi mengikat


PENDAHULUAN nitrogen bebas dari udara, itu juga penyebabnya petani
Kacang panjang salah satu jenis tanaman kacang- banyak menanami di pematang sawah (Sunarjono, 2003).
kacangan yang telah lama dibudidayakan oleh petani, Jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya
baik secara monokultur maupun tanaman sela. Tanaman yang mengatur tata letak dan populasi tanaman dengan
ini mudah ditanam di lahan dataran rendah maupun jarak yang pasti menurut dua arah tertentu dalam satu
dataran tinggi, baik di tanah sawah, tegalan maupun area (Zaubin, 1985). Selain itu pemilihan jarak tanam
tanah pekarangan. Faktor terpenting yang paling hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang
mempengaruhi pertumbuhan kacang panjang adalah tumbuh yang seragam dan mudah disiangi
kecukupan air (Samadi, 2003). (Firmanto,2011).
Kacang panjang bersifat dwiguna, artinya sebagai Tumpangsari (intercropping) merupakan pola tanam
sayuran polong yang penting dan sebagai penyubur polikultur yang sering digunakan dalam pembudidayaan
tanah tanaman karena pada akar-akarnya terdapat bintil- tanaman (Jumin2002).
25
Respon Pertumbuhan & Hasil Tanaman Kacang Panjang … Dwi Agustin; Umi Zuhroh, M.

Pada umumya sistem tumpang sari lebih perendaman ini adalah untuk menghilangkan sumber
menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena penyakit yang ada di permukaan benih.
produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang Persemaian dilakukan dikotak pesemaian. Benih
dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana dipilih yang baik, sehat dan seragam (mempunyai vigor
produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, yang baik). Ciri-ciri benih yang baik mempunyai bentuk
1982). dan ukuran yang seragam, permukaan kulit benih harus
Tanaman yang ditumpangsarikan dipilih dari tanaman bersih dan mengkilat, tidak tercampur dengan benih
yang mempunyai akar dalam dan tanaman yang berakar hampa dan macam-macam kotoran, kadar air cukup
dangkal. Hal ini untuk menghindari persaingan rendah dan benih sudah mengalami masa istirahat yang
penyerapan hara dari dalam tanah. Tinggi dan lebar tajuk cukup. Media persemaian yang digunakan adalah pasir,
antara tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 2.
terhadap penerimaan cahaya matahari dan akan Penyiraman dilakukan setiap hari dan kelembaban selalu
berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan dijaga.
(Supriyatman, 2011). Bibit siap tanam pada umur 15 hss dan memiliki 3-4
helai daun, serta mempunyai perbatangan yang kuat.
Bibit yang sudah mempunyai ciri-ciri tersebut, pada saat
METODOLOGI pindah tanaman, tidak akan mudah layu dan mati.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Semampir Penyemaian benih bayam hanya membutuhkan 7 hari,
Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo pada setelah itu bibit bayam siap dipindah tanam pada lahan
ketinggian 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini penelitian. Penanaman bibit bayam disesuaikan dengan
dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. perlakuan. Penanaman kangkung juga sama caranya,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) dengan penanaman bayam yaitu, terlebih dahulu disemai,
Benih kacang panjang varietas Parade, 2) Benih bayam penyemaian benih kangkung hanya membutuhkan 7 hari,
varietas Maestro, 3) Benih kangkung varietas Sejati, 4) setelah itu bibit kangkung siap pindah tanam pada lahan
Pupuk Urea, 5) Pupuk kandang sapi, 6) Pestisida, dan 7) penelitian. Penanaman bibit kangkung juga disesuaikan
Air. dengan perlakuan. Penyiraman dilakukan sesuai dengan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) kebutuhan tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari,
Cangkul, 2) Sabit, 3) Penggaris, 4) Tray, 5) Ajir, 6) Tali yaitu pada pagi dan sore hari.
rafia, 7) Alat tulis, 8) Kencah, 9) Timbangan, 10) Penyulaman harus tetap dilakukan, untuk mengganti
Handsprayer, dan 11) Oven. tanaman yang rusak, dan mati. Meski bibit berasal dari
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan benih terseleksi dan ditanam dengan cara benar, tetapi
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 tetap saja ada beberapa di antaranya kemungkinan tidak
kali ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 2 (dua) tumbuh. Oleh karena itu, bibit yang tidak tumbuh, rusak,
faktor: dan mati harus segera diganti dengan bibit baru
Faktor I adalah jarak tanam (J) yaitu: J1 = 20 X 20cm, (disulam). Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal 10
J2 = 30 X 30 cm, J3 = 40 X 40 cm dan J4 = 50 X 50 cm. hst. Bila lebih lama melakukan penyulaman pada
Faktor II adalah sistem tumpangsari (S) yang terdiri tanaman, maka perkembangan tanaman dan pertumbuhan
dari: S0=Tanpa sistem tumpangsari, S1=Sistem tanaman akan tidak serentak atau tidak seragam.
tumpangsari tanaman bayam dan S2=Sistem tumpangsari Setelah berumur 14 hst, tanaman kacang panjang
tanaman kangkung. di beri pupuk susulan Urea disesuaikan dengan lahan
Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji F pada penelitian, dan selanjutnya pada umur 28 hst, pupuk
taraf 5%, dan jika interaksi perlakuan menunjukkan susulan kedua diberikan dan disesuaikan dengan luas
pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak lahan penelitian.
berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Pengajiran dilakukan seawal mungkin, sekitar 15 hst.
Bersihkan lahan dari rumput, kemudian membuat Ajir biasanya terbuat dari belahan bambu dengan
bedengan. Setelah tanah diolah tambahkan pupuk ketinggian 2 m. fungsi ajir untuk menambatkan tanaman
kandang, dan pupuk urea sebagai pupuk dasar, kacang panjang agar dapat tumbuh tegak lurus keatas dan
disesuaikan dengan luas lahan penelitian. Seminggu menopang polong yang letaknya bergelantungan.
setelah dipupuk lahan siap ditanami. Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan, gulma
Sebelum dilakukan penyemaian, benih direndam harus dibersihkan dahulu karena merupakan kompotitor
dengan air hangat (kira-kira 370C). Tujuan dari tanaman kacang panjang dalam penyerapan unsur hara
sehingga dapat menurunkan hasil tanaman kacang
panjang.

26
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

Untuk melindungi tanaman dari gangguan hama dan Sedangkan pada umur 21 hst menunjukan hasil yang
penyakit yaitu menggunakan pestisida. berbeda nyata. Pada perlakuan Jarak Tanam (J) terhadap
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan panjang tanaman menunjukkan berbeda nyata pada umur
pestisida sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang 7 hst dan berbeda sangat nyata pada umur 14, 21, 28, dan
menyerang tanaman kacang panjang pada saat budidaya 35 hst. Pada perlakuan Sistem Tumpang Sari (S)
tanaman. Pemanenan dilakukan pada umur 55 hst, berbeda tidak nyata pada umur 7, 14, 21, 28, 35 hst.
polong yang tepat untuk sayuran segar, warnanya hijau
segar dan polongnya masih padat. Interval panen Tabel 1 Rerata panjang tanaman (cm) akibat pengaruh jarak
dilakukan 2 hari sekali. Pengambilan tanaman sample tanam dan sistem tumpang sari saat berumur 7, 14, 21,
dilakukan secara acak. 28 dan 35 HST.
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah:
Rerata Panjang Tanaman (cm)
1. Panjang Tanaman (cm) Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang
sampai ujung tanaman. Pengukuran panjang tanaman J1S0 11,57 a 41,43 ab 103,07 b 139,03 ab 174,00 a
dilakukan pada umur 7 hst sampai umur 35 hst J1S1 15,13 a 35,70 a 96,63 a 136,33 a 161,67 a
dengan interval pengamatan 7 hari. J1S2 14,47 a 31,53 a 92,60 a 128,17 a 162,00 a
2. Jumlah Daun (helai)
J2S0 14,20 a 35,31 a 91,93 a 130,87 a 171,73 a
Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan interval
7 hari saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28, dan 35 hst, J2S1 14,97 a 36,50 a 94,93 a 129,53 a 166,47 a
dihitung mulai dari daun paling bawah sampai daun J2S2 15,07 a 40,80 ab 101,97 ab 131,17 a 159,23 a
teratas. J3S0 16,77 ab 52,60 b 104,47 b 136,67 a 178,53 a
3. Jumlah Polong Perpanen
J3S1 17,10 ab 47,83 ab 97,30 a 133,70 a 183,00 bc
Jumlah polong pertanaman dihitung dari jumlah
polong pada setiap periode panen. J3S2 16,23 ab 50,40 ab 100,70 a 134,23 a 175,57 a

4. Panjang Polong Perpanen (cm) J4S0 15,87 a 53,97 c 109,40 cd 143,30 c 190,40 c
Panjang polong pertanaman diukur dari pangkal J4S1 18,10 b 53,90 bc 113,23 d 142,57 b 182,40 b
sampai ujung polong pada setiap periode panen (cm)
J4S2 16,40 a 52,93 a 106,60 c 146,93 d 179,97 a
5. Bobot Basah Polong Pertanaman (g)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
Bobot basah polong pertanaman dengan menimbang
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
polong segar pada setiap periode panen (g)
BNT 5%.
6. Bobot Basah Polong Per Petak
Bobot basah polong per petak dilakukan dengan Tabel 2 Rerata panjang tanaman (cm) akibat pengaruh jarak
menimbang polong yang masih basah pada saat setiap tanam dan sistem tumpang sari saat berumur 7, 14, 21,
panen. 28 dan 35 HST.
7. Bobot Berangkasan Basah
Rerata Panjang Tanaman (cm)
Bobot berangkasan basah ditimbang setelah panen. Perlakuan
Tanaman ditimbang berat basahnya secara 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST

keseluruhan. J1 15,056 a 36,22 a 97,43 a 134,51 a 165,88 a


8. Bobot Brangkasan Kering J2 14,744 a 37,47 a 96, a 134,51 a 165,81 a
Setelah ditimbang bobot brangkasan basahnya,
J3 16,700 b 50,27 b 100,82 a 134,86 a 179,03 b
tanaman dioven sampai tanaman kering dengan
suhu 80°C dalam waktu 24 jam, kemudian tanaman J4 16,789 b 53,60 c 109,74 b 144,26 b 184,25 c

ditimbang lagi. BNT 5 % 1,41 4,15 4,1 4,20 9,3


9. Konversi Produksi Per Hektar S0 15,60 a 54,78 a 102,22 a 137,47 a 178,67 b
Hasil konvensi dari bobot buah pertanaman menjadi
S1 16,33 a 43,48 a 100,53 a 135,53 a 173,38 a
hasil per hektar.
S2 15,54 a 43,92 a 100,47 a 135,13 a 168,19 a

BNT 5 % - - - - -
HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
Panjang Tanaman (cm) kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
Hasil analisa menunjukkan bahwa interaksi kedua BNT 5%.
perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata
pada umur 7, 14, 28 dan 35 hst.

27
Respon Pertumbuhan & Hasil Tanaman Kacang Panjang … Dwi Agustin; Umi Zuhroh, M.

Bertambahnya panjang pada tanaman kacang panjang Tabel 3 Rerata jumlah daun (helai) akibat pengaruh jarak
di pengaruhi oleh jarak tanam, penggunaan jarak tanam tanam dan sistem tumpang sari saat berumur 7, 14, 21,
yang sesuai dapat memberikan semua faktor tumbuh 28 dan 35 HST
Rerata Jumlah Daun (helai)
yang dibutuhkan oleh tanaman kacang panjang. Sesuai Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
pernyataan Firmanto (2011), selain itu pemilihan jarak J1 6,05 a 15,33 a 26,31 a 52,72 a 66,16 a
tanam harus teratur, agar tanaman memperoleh ruang J2 6,16 a 15,38 a 26,08 a 49,76 a 64,35 a
tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. J3 6,44 a 15,81 a 27,06 a 53,43 a 69,15 a
J4 6,22 a 16,01 a 27,46 a 54,01 a 69,78 a
Untuk perlakuan sistem tumpang sari menunjukkan
BNT 5% - - - - -
hasil yang berbeda tidak nyata pada umur 7, 14, 21, 28 S0 6,42 a 16,24 a 26,93 a 55,55 a 71,13 a
dan 35 HST, hal ini terjadi karena tanaman yang di S1 6,25 a 15,21 a 26,84 a 51,66 a 66,08 a
tumpang sarikan pada tanaman pokok tidak memberikan S2 6,00 a 15,46 a 26,43 a 50,24 a 64,89 a
respon pada ruang tumbuh tanaman kacang panjang, BNT 5% - - - - 5,20
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
antara tanaman pokok dan tanaman yang di tumpang
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
sarikan saling bersaingan untuk memperebutkan ruang BNT 5%.
tumbuh, sedangkan pertumbuhan tanaman pokok yang
tidak di tumpang sarikan dan tanaman tumpang sari Nutrisi tanaman merupakan bahan baku dan dan
atau tanaman penutup tanah dapat tumbuh secara optimal sumber energi dalam proses metabolisme tubuh. Pada
dan sangat pesat, hal ini terjadi karenakan faktor suhu optimium, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan
lingkungan dan musim penghujan. Dua jenis tanaman berkembang dengan baik. Cahaya berpengaruh pada
yang ditanam dengan jarak tanam kurang dari 100 cm pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Air dan
akan terjadi persaingan antar keduanya (Warsana. 2009). kelembaban merupakan faktor penting untuk
Hal ini diduga karena jarak tanaman 50x50 cm (J4) pertumbuhan dan perkembangan. Air merupakan tempat
mampu menciptakan faktor-faktor yang di butuhkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh.
tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap individu Kelembaban adalah banyaknya kandungan uap air dalam
tanaman. udara atau tanah. Jumlah daun yang banyak
Pada jarak tanam tersebut perkembangan tanaman memungkinkan tanaman dapat menangkap cahaya
lebih leluasa dan kanopi tidak saling menutupi sehingga matahari lebih banyak serta disintesi menjadi karbohidrat.
masing-masing tanaman mendapatkan unsur hara, air, Pada pertanaman tumpang sari tanaman bayam terjadi
dan cahaya matahari yang lebih banyak. Jadi persaingan nutrisi dengan tanaman pokok di dalam tanah,
pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. pertumbuhan tumpang sari tanaman bayam sangat pesat,
Perlakuan jarak tanam yang relative rapat 20x20 cm tanamannya tinggi, daunnya lebar. Hal ini terjadi karena
(J1) dan sedang 40x40 cm (J3) antara sistem tumpang nutrisi di dalam tanah tercukupi, dan tidak merebutkan
sari tanaman kangkung pada tanaman kacang panjang ruang tumbuh antar tanaman. Tetapi pertumbuhan dan
menunjukkan hasil yang rendah akibat terjadinnya perkembangan pada jumlah daun tanaman kacang
persaingan dalam mendapatkan berbagai faktor tumbuh panjang terganggu dengan adanya sitem tumpang sari
(makanan atau nutrisi tanaman, suhu, cahaya, air, tanaman bayam karena saling memperebutkan nutrisi di
kelembaban dan tanah). Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam tanah.
Sitompul dan Guritno (1995). Penerapan pola penanaman Pada tanaman tumpang sari tanaman kangkung terjadi
sistem tumpangsari sangat dipengaruhi oleh pengaturan kompetisi persaingan ruang tumbuh, pada tanaman pokok
jarak tanam. dan tanaman tumpang sari kangkung. Pertumbuhan
tanaman kangkung sangat cepat, dan merambat pada
Jumlah Daun tanaman pokok, selain itu batang tanaman kangkung
Hasil analisa menunjukkan bahwa Interaksi kedua lebih besar dari batang tanaman kacang panjang,
perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata pada jumlah sehingga terjadi persaingan ruang tumbuh antra tanaman
daun saat umur 7,14, 21, 28 dan 35 HST, begitu pula pokok dan tanaman tumpang sari kangkung. Kompetisi
pada perlakuan jarak tanam (J) menunjukkan berbeda tersebut dapat berupa kompetisi mendapatkan unsur hara,
tidak nyata pada jumlah daun, sedangkan pada perlakuan cahaya matahari, ruang tumbuh dan lain-lain. Sehingga
sistem tumpang sari (S) menujukkan hasil berbeda tidak pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang
nyata pada umur 7, 14, 21, dan 28 HST, serta umur 35 panjang pada jumlah daun terhalangi dan terganggu
HST menunjukkan hasil berbeda nyata. dengan adanya tanaman kangkung.

28
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

Cahaya matahari yang diterima tanaman pokok pada Pada perlakuan sistem tumpang sari pengaturan
sistem pertanaman tumpang sari tanaman kangkung sifat perakaran sangat perlu dilakukan untuk menghindari
sangat rendah, hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam
dan hasil tanaman kacang panjang. Darjanto dan Safiah tanaman. Sistem perakaran yang dangkal di tumpang
(1990) mengatakan bahwa peralihan dari fase vegetatif ke sarikan dengan perakaran yang dalam. Sarman (2001)
generatif sebagian ditentukan oleh genetik serta faktor menyatakan bahwa kombinasi yang memberikan hasil
luar seperti suhu, air, pupuk dan cahaya. yang terbaik pada tumpang sari adalah jenis-jenis tanaman
yang mempunyai kanopi daun berbeda, yaitu jenis
Jumlah Polong per Panen tanaman yang mempunyai kanopi lebih rendah dan lebih
Hasil analisa menunjukkan bahwa interaksi kedua tinggi yang akan menggunakan sinar matahari lebih
perlakuan menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata. efisien.
Pada perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah polong pada saat panen ke 1, panen ke-3 Panjang Polong
dan menunjukkan hasil berbeda nyata pada saat panen
Hasil analisa menunjukkan bahwa interaksi ke dua
ke-4, sedangkan saat panen ke-2 dan panen ke-5
perlakuan ini menunjukan berpengaruh tidak nyata
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata pada perlakuan
terhadap panjang polong. Pada perlakuan jarak tanam (J)
ini. Namun pada perlakuan sistem tumpang sari (S)
dan perlakuan sistem tumpang sari (S) memberikan hasil
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap
berbeda nyata pada panjang polong saat panen ke 3,
jumlah polong per panen, kecuali pada saat panen
sedangkan pada panen ke 1, 2, 4 dan 5 memberikan hasil
pertama.
berbeda tidak nyata pada panjang polong.
Untuk jumlah polong pertanaman juga di pengaruhi
Untuk penambahan panjang polong pada kacang
oleh faktor jarak tanam yang efisien antar tanaman
pokok, sehingga tanaman pokok dapat tumbuh dan panjang (cm) di pengaruhi oleh sinar matahari yang
berkembang secara optimal. Pada rerata jumlah polong cukup, nutrisi dan ruang tumbuh yang maksimal, hal ini
terjadi karena pengaturan jarak tanam yang efisien dapat
pertanaman memberikan nilai terbaik pada perlakuan
jarak tanam 50x50 cm (J4), pada saat panen ke 1, 2, 3, 4, mempengaruhi panjang polong, karena ruang tumbuh
dan 5. tersedia pada panjang polong tanaman kacang panjang.
Hal ini terjadi karena adanya jarak tanam yang efisien Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryanto dkk.,
sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman kacang (2002) yaitu panjang polong dan biomassa tanaman
panjang dan antar tanaman sistem tumpang sari. Untuk banyak didapat pada jarak tanam renggang dibandingkan
sistem tumpang sari (S0) lebih tinggi nilainnya dari pada dengan jarak tanam rapat.
perlakuan sistem tumpang sari lainnya, karena dalam Untuk perlakuan sistem tumpang sari tanaman
sistem tumpang sari terdapat persaingan nutrisi, cahaya tumpang sari ini tumbuh dan berkembang tegak lurus
matahari, air dan memperebutkan ruang tumbuh. tidak seperti tanaman tumpang sari tanaman kangkung
Sesuai pernyataan Kadekoh (2007), makin lebar jarak (S2) yang tumbuh dan berkembang merambat pada
tanam dalam baris kacang panjang, jumlah polong per tanaman pokok, sehingga terjadi persaingan ruang
tanaman makin banyak. tumbuh pada tanaman pokok.

Tabel 4 Rerata jumlah polong per panen (polong) akibat pengaruh jarak tanam dan sistem
tumpang sari pada saat Panen 1, 2, 3, 4, 5.

Rerata Jumlah Polong per Panen (polong)


Perlakuan
Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5
J1 10,33 a 8,33 a 14,11 a 17,88 a 16,44 a
J2 11,33 a 7,88 a 14,00 a 17,77 a 16,00 a
J3 13,55 ab 8,77 a 14,33 a 19,77 a 18,33 a
J4 17,33 b 9,33 a 18,11 b 22,00 ab 19,66 a
BNT 5% 2,07 - 1,5 2,46 -
S0 14,83 b 8,83 b 15,42 a 20,08 a 18,75 a
S1 12,50 ab 8,58 a 14,75 a 18,50 a 17,33 a
S2 12,08 a 8,33 a 15,25 a 19,33 a 16,75 a
BNT 5% 2,33 - - - -
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada uji BNT 5%.

29
Respon Pertumbuhan & Hasil Tanaman Kacang Panjang … Dwi Agustin; Umi Zuhroh, M.

Tabel 5 Rerata panjang polong per panen (cm) akibat pengaruh jarak tanam dan sistem
tumpang sari pada saat Panen 1, 2, 3, 4, 5.

Rerata Panjang Polong per Panen (polong)


Perlakuan
Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5
J1 74,98 a 77,96 a 72,76 a 71,07 a 71,56 a
J2 73,03 a 78,07 a 80,15 a 69,97 a 72,94 a
J3 77,10 a 80,37 a 83,66 c 72,54 a 72,94 a
J4 77,80 a 81,08 a 80,05 b 74,47 a 77,87 a
BNT 5% - - 2,0 - -
S0 75,49 a 81,00 a 75,47 a 71,51 a 72,98 a
S1 76,17 a 78,29 a 83,93 b 72,15 a 75,67 a
S2 75,53 a 78,83 a 78,09 a 72,41 72,84 a
BNT 5% - - 6,18 - -
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada uji BNT 5%.

Pengaruh sinar matahari yang cukup, nutrisi dalam


Pada pertanaman tumpang sari, tanaman kedelai tanah yang baik dan ruang tumbuh yang optimal mampu
maupun tanaman kacang panjang akan mengalami reduksi mempengaruhi bobot basah polong pertanaman, sehingga
hasil, dan panjang polong akibat adanya penaungan dan pada reratannya perlakuan jarak tanam 50x50 cm (J4)
memperebutkan ruang tumbuh. Marta (2013) menuliskan dan sistem tumpang sari (S0) memberikan rerata paling
bahwa pemilihan jenis tanaman yang ditumpang sarikan tinggi. Rerata bobot basah polong pertanaman
akan dapat meningkatkan produksi. menunjukkan hasil yang hampir sama pada tanaman ke 5
(lima) pada sumua perlakuan jarak tanam. Agar dapat
Bobot Basah Polong Pertanaman menghemat lahan dapat menggunakan jarak tanam J1
(20x20), J2 (30x30), J3 (40x40) cm.
Hasil analisa menunjukkan bahwa, interaksi antara ke
Apabila menggunakan jarak tanam tersebut maka
dua perlakuan menunjukkan hasil berbeda tidak nyata,
memerlukan tanaman kacang panjang yang cukup banyak
namun perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh nyata pada
tetapi tenaga dan biaya perawatannya pun akan lebih
tanaman ke 1, 3, 4, 5 dan 6,dan pada tanaman ke 2
mahal. Untuk menghindar hal tersebut maka dapat
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata, sedangkan pada
menggunakan jarak tanam J4 (50x50) cm.
perlakuan sistem tumpang sari (S) menunjukkan hasil
Penggunaan jarak tanam tersebut tidak memerlukan
berbeda tidak nyata pada tanaman ke 1, 2, 4, 5, dan 6,
tanaman kacang panjang terlalu banyak sehingga dapat
pada tanaman ke 3 menunjukkan hasil bayam (S1)
menghemat biaya dan tenaga, hasilnya pun lebih tinggi
memberikan rerata yang lebih besar dari perlakuan sistem
pada perlakuan jarak tanam tersebut. Jadi perlakuan
tumpang sari yang lain. Hal ini karna di pengaruhi oleh
jarak tanam yang sesuai atau ideal akan memperoleh
sinar matahari yang cukup, tanaman tumpang sari pada
ruang tumbuh yang baik, mudah di siangi, tidak terjadi
perlakuan (S1) ini tidak memperebutkan ruang tumbuh
perebutan nutrisi.
pada tanaman pokok. Tanaman berbeda nyata.

Tabel 6 Rerata bobot basah polong per tanaman (g) akibat pengaruh jarak tanam dan sistem
tumpang sari Tanaman 1, 2, 3, 4, 5, 6.
Rerata Bobot Basah per Tanaman (g)
Perlakuan
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6
J1 57,21 a 56,43 a 55,34 a 49,68 a 53,53 a 49,00 a
J2 55,66 a 58,70 a 52,88 a 51,78 a 53,34 a 47,35 a
J3 62,53 a 59,55 a 56,65 a 58,33 b 58,40 a 54,58 ab
J4 69,46 b 69,32 ab 63,61 c 63,61 c 62,50 a 61,94 b
BNT 5% 5,28 5,37 4,88 5,82 4,74 5,18
S0 64,57 a 61,71 a 60,38 a 57,68 a 59,39 ab 54,21 a
S1 59,06 a 60,34 a 53,43 a 55,01 a 54,62 a 54,21 a
S2 60,03 a 60,96 a 57,23 a 54,88 a 56,83 a 51,25 a
BNT 5% - - 2,07 - 3,94 -
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
BNT 5%.

30
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

Pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, dapat Kompetisi dapat berpengaruh negatif terhadap
menghasilkan polong pertanaman, polong isi, bobot pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi bagaimana
basah dan buku subur yang lebih banyak (Maryanto dkk, sistem tumpang sari dapat meminimalkan kompetisi
2002). diantara tanaman atau dapat saling mendukung untuk
Persaingan antar tanaman dapat mencakup air, pertumbuhan dan produksi dan meningkatkan
cahaya, hara, dan ruang. Persaingan tersebut akan produktivitas per satuan luas lahan (Sullivan, 2003
berdampak pada penurunan produktivitas pada masing- cit Suwarto, dkk. 2005). Pendapat Gonggo B.M, dkk,
masing tanaman baik tanaman utama maupun (2007), bahwa sistem tumpang sari dapat meningkatkan
tanaman tumpang sari. Tanaman yang memiliki tingkat efektivitas pemanfaatan lahan. Keuntungan dari sistem
agresivitas yang tinggi lebih mampu dalam hal bersaing tumpang sari yaitu: meningkatkan penggunaan lahan,
(Nugroho 1990 dalam Zuchri 2007). memperkecil resiko kegagalan hasil dan dapat menambah
Sinar matahari memiliki arti penting bagi pendapatan petani.
pertumbuhan tanaman. Apabila terjadi persaingan
antartanaman dalam memperoleh sinar matahari maka Berangkasan Basah
tanaman kan sulit untuk tumbuh dan berkembang Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa,
karena berkurangnya sinar atau radiasi yang diterima interaksi kedua perlakuan jarak tanam dan sistem
oleh organ daun menyebabkan tanaman kekurangan tumpang sari berpengaruh tidak nyata pada berangkasan
fotosintat (Zuchri, 2007). basah.
Pada perlakuan jarak tanam (J) berbeda sangat nyata
Bobot Polong Per Petak terhadap berangkasan basah, namun pada perlakuan
Hasil analisa menunjukkan bahwa, interaksi kedua sistem tumpang sari (S) berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan menunjuk kan berbeda tidak nyata. Pada brangkasan basah.
perlakuan jarak tanam (J) berbeda sangat nyata terhadap Berat berangkasan basah dari perlakuan jarak tanam
bobot polong perpetak. Perlakuan sistem tumpang sari 50x50 cm (J4) menunjukkan hasil yang tinggi jika di
berbeda tidak nyata terhadap bobot basah polong per bandingkan oleh perlakuan lain, hal ini di sebabkan jarak
petak. Perlakuan jarak tanam 50x50 cm adalah jarak tanam yang efisian mampu memberikan ruang tumbuh,
tanam yang paling efisien pada perlakuan jarak tanam sinar matahari yang optimal, unsur hara tercukupi dalam
pada tanaman kacang panjang. Sesuai dengan peryataan tanah, maka dapat di pastikan semakin lebar jarak tanam,
Jumini (2011) yang menyatakan jarak tanam yang lebih maka semakin tinggi berat berangkasan basah yang di
rapat menimbulkan intensitas cahaya kurang optimal hasilkan.
sehingga menyebapkan terjadinya persaingan dalam Hal ini di dukung oleh Supriono (2000), yang
memperoleh unsur hara, air, dan cahaya matahari mentakan bahwa memang ada kecendrungannya jarak
sehingga akan berpengaruh pada hasil polong pada tanam meningkatkan hasil buah pertanaman dan juga
tanaman kacang panjang Pola sistem tumpang sari mampu meningkatkan berat berangkasan basah.
mengakibatkan terjadi kompetisi secara intraspesifik dan
interspesifik.
Tabel 8 Rerata bobot berangkasan basah (g) akibat pengaruh
Tabel 7 Rerata bobot polong per petak (g) akibat pengaruh jarak tanam dan sistem tumpang sari pada tanaman
jarak tanam dan sistem tumpang sari pada tanaman kacang panjang.
kacang panjang. Rerata Berangkasan Basah
Perlakuan
Perlakuan Rerata Bobot polong Per petak Tanaman Kacang Panjang
J1 322,75 a J1 107,45 a
J2 318,33 a J2 129,35 a
J3 351,47 b J3 219,42 a
J4 391,48 c J4 310,34 c
BNT 5% 15,41 BNT 5% 55,13
S0 355,24 a S0 208,23 a
S1 338,28 a S1 193,61 a
S2 344,52 a S2 173,10 a
BNT 5% - BNT 5% -
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
kolom yang sama dan perlakuan yang sama kolom yang sama dan perlakuan yang sama
berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%. berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

31
Respon Pertumbuhan & Hasil Tanaman Kacang Panjang … Dwi Agustin; Umi Zuhroh, M.

Berangkasan basah dari perlakuan sistem tumpang Faktor eksternal berupa musim penghujan, pupuk N
sari tidak menunjukkan nilai rerata tinggi pada perlakuan terlalu tinggi, rendahnya sinar matahari, kelembapan
tumpang sari (S0). Hal ini terjadi karena adanya tanah terlalu tinggi akibat tanaman yang di tumpang
kelembaban udara, nutrisi dalam tanah dan sarikan,dan persaingan cahaya pada tanamanyang di
memperebutkan ruang tumbuh pada tanaman pokok dan tumpan sarikan. Tanaman yang memiliki sifat unggul
tanaman tumpang sari kangkung (S2). hanya akan berproduksi secara optimal apabila diberi
Pada sistem tumpang sari tanaman bayam (S1) saling nutrisi dan ditanam pada lingkungan yang sesuai,
memperebutkan nutrisi di dalam tanah dan Anonim (2008).
memperebutkan kelembapan udara sehingga terjadi
menurunnya nilai bobot berangkasan basah. Hal ini Hasil Konversi Kacang panjang per Ha
sesuai dengan pendapat Warsono (2002), tumpangsari a. Hasil Konversi kacang panjang dalam perlakuan jarak
merupakan salah satubentuk program intensifikasi tanam 50x50 cm dan tanpa sistem tumpang sari
pertanian alternative yang tepat untuk melipat gandakan (J4S0) Dalam hasil penelitian, pada perlakuan jarak
hasil pertanian pada daerah-daerah yang kurang tanam 50x50 cm (J4) dan tanpa tumpang sari (S0), di
produktif. Keuntungannya selain diperoleh panen lebih peroleh hasil bobot kacang panjang per petak terbesar
dari sekali setahun, juga menjaga kesuburan tanah yaitu 399,47 gram dengan hasil tanaman kacang
dengan mengembalikan bahan organik yang banyak dan panjang dalam hektar adalah 15,978 ton/ha.
penutup tanah oleh tajuk tanaman. b. Hasil Konversi kacang panjang dalam perlakuan jarak
tanam 50x50 cm dan sistem tumpang sari tanaman
Berangkasan Kering bayam (J4S1). Dalam hasil penelitian, pada perlakuan
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa, jarak tanam 50x50 cm (J4) dan sistem tumpang sari
interaksi kedua perlakuan berbeda tidak nyata, begitu tanaman bayam (S1), di peroleh hasil bobot kacang
pula pada perlakuan jarak tanam (J) dan perlakuan sistem panjang per petak terbesar yaitu 382,73 gram.dengan
tumpang sari (S). hasil tanaman kacang panjang dalam hektar adalah
Meski bobot berangkasan basah menunjukkan hasil 15,309 ton/ha.
berbeda sangat nyata pada perlakuan jarak tanam, tetapi c. Hasil Konversi kacang panjang dalam perlakuan jarak
pada bobot berangkasan kering tidak menambahkan tanam 50x50 cm dan sistem tumpang sari tanaman
bobot pada berangkasan kering, tapi menunjukkan hasil kangkung (J4S2) Dalam hasil penelitian, pada
berbeda tidak nyata. Hal ini di karnakan sebagian perlakuan jarak tanam 50x50 cm (J4) dan system
berangkasan yang telah di keringkan ada yang tidak utuh tumpang sari tanaman kangkung (S2), di peroleh hasil
(rusak) maka akan kehilangan volumennya sehingga akan bobot kacang panjang per petak terbesar yaitu 392,72
mengurangi bobot timbangan. Selain itu juga pengaruh gram dengan hasil tanaman kacang panjang dalam
faktor internal maupun ekternalnya. Faktor internal yang hektar adalah 15,690 ton/ha.
berupa gen dan hormon bukan merupakan satu-satunya
faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang panjang. PENUTUP
Kesimpulan
Tabel 9 Rerata bobot berangkasan kering (g) akibat pengaruh
1. Terjadi berbeda sangat nyata pada perlakuan jarak
jarak tanam dan sistem tumpang sari pada tanaman
kacang panjang.
tanam, meliputi pengamatan panjang tanaman (14, 21,
Perlakuan Rerata Bobot polong Per petak 28, dan 35 hst), jumlah polong perpanen (panen ke 1
J1 28,27 a dan 3), bobot basah polong pertanaman (tanaman ke 1,
J2 37,11 a 3, 4, 5, dan 6), bobot polong perpetak dan berangkasan
J3 74,66 a basah. Penggunaan jarak tanam yang berbeda nyata
J4 115,30 a yaitu pada parameter panjang tanaman (7 hst), jumlah
BNT 5% - polong perpanen (panen ke 4) dan panjang polong
S0 42.07 a perpanen (panen ke 3).
S1 77,22 a 2. Terjadi berbeda nyata pada perlakuan sistem tumpang
S2 72,23 a sari, yaitu pada parameter jumlah (35 hst), jumlah
BNT 5% -
polong perpanen (panen ke 1), panjang polong
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
perpanen (panen ke 3), bobot basah polong
kolom yang sama dan perlakuan yang sama
berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%. pertanaman (tanaman ke 3).

32
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

3. Terjadi interaksi berbeda nyata pada kombinasi Urea Tablet dan Jarak Tanam
perlakuan jarak tanam dengan sistem tumpang sari TerhadapPertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar
yaitu pada parameter panjang tanaman (21 hst). Sindoro. Jurnal Agrosains Volume 2 No 2
Supriyatman, B. 2011. Introduksi Teknologi
Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. Karya
Saran
Ilmiah
1. Penelitian lanjutan pada musim yang berbeda dan
rancangan percobaan yang berbeda terhadap jarak Suwarto, S. Yahya, Handoko, M. A. Chozhin. 2005.
Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubi Kayu dalam
tanam dan sistem tumpang sari pada tanaman kacang
System Tumpang Sari. USU. Medan
panjang
Syarif. Z. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
2. Petani lebih memperhatikan penggunaan jarak tanam
Kentang dengan dan Tanpa Diikatkan dengan Turus
50x50 cm, serta sistem tumpang sari tanaman dalam Sistem Tumpangsari Kentang/Jagung dengan
kangkung. Berbagai Waktu Tanam Jagung di Dua Lokasi
Dataran Medium Berbeda Elevasi. Disertasi. Program
Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Warsana. 2009. Introduksi teknologi Tumpangsari
Jagung dan Kentang.Bul.Penel. 45(7):9-12
Anonim, 2008. Bahan Organik Artikel. http://kimia.
faperta.ac.id/Artikel%20%20Bahan%20organik.htm1. Warsono, I U., Gusti Ayu, K.S., Luluk P.E., Sri, W., Hesti,
Eva, O., Endang, H., Rudi, Desyanti, Elis, N.H. dan
Beets, W. 1982. Multiple crooping and Tropical Farming Suwena, M., 2002. Pertanian Terpadu Suatu Strategi
System. Gower Pub. Ltd. Hamshire. Untuk Mewujudkan Pertanian Kelanjutan.Institut
Darjanto dan Safiah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Pertanian Bogor.
Bunga dan Teknik Silang Buatan. Gramedia. Jakarta. Yusni Bandini, Nurdin Azis, 2001. Bayam. Jakarta.
Maryanto, Eko, D. Suryati, dan N. Setyowati. 2002. Penebar Swadaya
Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Galur Harapan Zuchri, A. 2007. Optimalisasi hasil tanaman kacang
Kedelai pada Kerapatan Tanam Berbeda. Akta tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui
Agrosia. Vol 5 No. 2 hlmn 47-52 pengaturan baris tanam dan perompesan daun
Kadekoh, I. 2007. Komponen Hasil dan Hasil jagung. Embryo 4 (2)
Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam Dalam
Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Yang
Didefoliasi pada Musim Kemarau dan Musim Hujan.
Jurnal Agroland. Staf Pengajar pada Program Studi
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Palu. 14 (1): 11-17.
Gonggo, B. M., Turmudi, E. Dan Brata, W., 2003.
Respon tumbuhan dan hasil ubi jalar pada sistem
tumpangsari ubi jalar – jagung manis di lahan bebas
alang-alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 5
(1): 34-39
Suwandi, Nunung dan Nurtika (2006), Pengaruh jarak
tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang Di unduh pada
http://www.iptekkonsultan.com/p/pengaruh-jarak-
tanam-dan- takaran-pupuk.html. Di akses pada 19
Dec 2012
Sastrahidajat, I, H., Soemarno, 1991. Budidaya
Tanaman Tropika. UsahaNasional. Surabaya.
Soewito, D, S., 1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok
Tanam Kacang Panjang.CV. Titik Terang. akarta.
Suherni, N, 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kacang
Panjang dan Buncis. Nuasa.Bandung.
Sunarjono, H, 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar
Swadaya. Jakarta. Supriono. 2000. Pengaruh Dosis

33

Anda mungkin juga menyukai