Anda di halaman 1dari 23

MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO

Untuk memenuhi tugas mata kuliah IPS 1 yang dibina oleh

 dosen Ibu Dhiniaty Gularso M.Pd.

Nama Kelompok

Mirza Farys Salam                  (12144600126)

Anna Mayta Sari                     (12144600127)

Ratna Wahyu Hendratni         (12144600130)

Briandika Doni Arnanda        (12144600132)

Dewi Novi Sepdita                 (12144600159)

Wisnu Edi Wibowo                (12144600149)

A4-12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2013

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah IPS 1 ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan
pengumpulan dari berbagai sumber, dan untuk memehuni tugas IPS 1.

Dengan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Dhiniaty Gularso, M.Pd. selaku  dosen
pembimbing matakuliah IPS 1. Penulis mengucapkan  terimakasih  kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas  ini. Semoga tugas yang penulis buat dapat bermanfaat bagi
penulis pribadi maupun pihak yang membaca.

Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak kelemahan dan
kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk meningkatkan kualitas dan menyempurnakan tugas ini.
Yogyakarta, Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….    ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………   iii

BAB I             PENDAHULUAN…………………………………………………………………             1

Latar Belakang………………………………………………………………… 1

Rumusan Masalah……………………………………………………………. 2

Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………. 2

BAB II            PEMBAHASAN

Biografi Soeharto…………………………………………………………….. 3

Keadaan Pemerintahan Orde Baru dalam Segala Aspek  …….. 5

Pertahanan dan keamanan…………………………………………….. 5

Sosial…………………………………………………………………………. 5

Politik ……………………………………………………………………….. 6

Ekonomi    ……………………………………………………………….. 13

Budaya ……………………………………………………………………. 23

Ideologi     ……………………………………………………………….. 24

Pendidikan……………………………………………………………….. 26

Kelebihan dan Kekurangan Masa Pemerintahan Soeharto….. 28

a. Kelebihan  ………………………………………………………………. 28

b. Kekurangan…………………………………………………………….. 29

BAB III          KESIMPULAN DAN SARAN……………………….      34

Kesimpulan…………………………………………………………………… …….34

Saran   …………………………………………………………………………………. 35

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 36

BAB II

PEMBAHASAN

 A.    Biografi Soeharto
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8
Juni 1921. Dia adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya setelah lama
menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang menjadi petugas pengatur air desa atau ulu-ulu,
dikaruniai dua anak. Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama. Keduanya bercerai
tidak lama setelah Soeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan Pramono dan dikaruniai tujuh anak,

Belum genap 40 hari, bayi Soeharto dibawa ke rumah Mbah Kromo (adik kakek Sukirah). Mbah
Kromo kemudian mengajari Soeharto kecil untuk berdiri dan berjalan. Soeharto juga sering diajak ke
sawah. Sering,  kakeknya memberi komando pada kerbau saat membajak sawah. Karena dari situlah,
Soeharto belajar menjadi pemimpin.

Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya.
Soeharto sekolah ketika berusia delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di
Sekolah Dasar (SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran ibu dan
ayah tirinya, Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro kemudian memindahkan
Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang
menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra
paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto kemudian
disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga mendapat pendidikan
agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada
tahun 1941.Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.Pada tahun 1947, Soeharto
menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo.
Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri;
Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo
Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota


Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono
IX kepada Panglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan
serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa
Republik Indonesia (RI) masih ada.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan
politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian
komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat
Letnan Kolonel.

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI.Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan


Darat.Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib
oleh Presiden Soekarno.Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret
dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan
ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno Karena situasi politik yang memburuk setelah
meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat
Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga
dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR
dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87
tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek
Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim
Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB
Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ. Kemudian sekira pukul 14.40,
jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana
nomor 8, Menteng, Jakarta.Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah
kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal.Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika
iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati
televisi tertabrak.Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut
kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto.Isak tangis warga pecah begitu
rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana,
sekira pukul 14.55, Minggu (27/1). Sementara itu, Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti
rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama
3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan
belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto.

 B.     Keadaan Pemerintahan Orde Baru dalam Segala Aspek

1. Pertahanan dan Keamanan

Pada pemerintahan Presiden Soeharto pemerintahan yang diktator tetapi aman dan damai.
Terdapat dwi fungsi ABRI. Dalam hal ini manunggalnya ABRI dengan rakyat dan mantapnya dwi
fungsi ABRI merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan selama PJP I sampai
pertengahan pelaksanaan Repelita VI sekarang ini. Pembangunan pertahanan keamanan terus
dilakukan sesuai dengan Sishankamrata, dan dengan terus memperkuat kemampuan ABRI dalam
melaksanakan kedua fungsinya.

2. Sosial

Adanya kesenjangan sosial yang mencolok antara orang kaya dan orang miskin.Namun, ada
kebijakan-kebijakan yang baik seperti transmigrasi dan keluarga berencana, adanya gerakan
memerangi buta huruf, munculnya gerakan Wajib Belajar dan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh.
Pengembangan hukum adat sebagai hukum nasional bertolak dari paham Savignian yang
menganggap bahwa hukum itu tak mungkin dibuat dan dibebankan dari atas (sebagai atau tidak
sebagai sarana perekayasa sosial) melainkan akan dan harus tumbuh berkembang seiring dengan
berkembangnya masyarakat itu sendiri. Namun justru dengan konsep ini para ahli hukum adat
rupanya kesulitan ketika harus menyatukan hukum-hukum adat yang ada di Indonesia mengingat
banyaknya latar belakang sosial budaya masyarakat

Indonesia.Dan sampai saat penyusunan konsep suatu sistem hukum nasional, para ahli hukum adat
baru siap dengan statement bahwa “Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting untuk
memperoleh bahan-bahan bagi Pembangunan Hukum Nasional yang menuju kepada unifikasi
hukum”.

Akan tetapi dalam kehidupan sosial mereka mulai membuka diri dan mau peduli terhadap
lingkungan di sekitarnya.Mereka tidak lagi menolak apabila terpilih menjadi Ketua RT/RW dan secara
aktif ikut dalam penyelengaraan Pemilu di lingkungan tempat tinggalnya.
3.  Politik

      Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 merupakan dasar legalitas dimulainya
pemerintahan Orde Baru di Indonesia.Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Dan juga dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap
penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembali kekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Melalui
Ketetapan MPRS No.XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS untuk membentuk
Kabinet Ampera.Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan nasional. Berdasarkan Keputusan
Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966 dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet baru tersebut
Soekarno tetap sebagai presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet. Tetapi ketika
kabinet Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap dipegang
Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdana menteri yang memiliki kekuasaan eksekutif
dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No.XIII/MPRS/1966,
menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan Soeharto semakin besar sejak awal tahun 1967.
Pada 10 Januari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan Pelengkap pidato pertanggungjawaban
presiden yang disebut Pelnawaksara, tidak diterima oleh MPRS berdasarkan Keputusan Pimpinan
MPRS No. 13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Februari diumumkan tentang penyerahan kekuasaan
kepada pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966.Sebagai tindak lanjut lembaga tertinggi
Negara ini mengeluarkan Ketetapan No.XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret 1967, yang secara
resmi mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno, dan mengangkat
Soeharto sebagai pejabat presiden Republik Indonesia.Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu,
situasi konflik yang telah menyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional
dapat teratasi.Danpada tanggal 27 Maret 1968 Soeharto diangkat sebagai presiden Republik
Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden lama.Langkah-
langkah yang dilakukan adalah:

a.   Pembentukan Kabinet Pembangunan

Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi
Darma. Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitas ekonomi sebagai
persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet Ampera terkenal dengan
nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni

1)       Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan

2)       Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968

3)       Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional

4)       Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan


manifestasinya

5)       Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI untuk
masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah

Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:

1)      Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi

2)      Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum


3)      Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September

4)      Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.

b.   Pembubaran PKI dan Organisasi massanya

Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai
pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:

1)       Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No
IX/MPRS/1966

2)       Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia

3)       Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan
30 September 1965.

c.    Penyederhanaan Partai Politik

Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru
pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik
menjadi tiga kekuatan social politik.Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan
pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:

1)       Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan
PERTI

2)       Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai
Murba, IPKI, dan Parkindo

3)       Golongan Karya

Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upayamenciptakan
stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan
sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena
adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila
sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.

d.   Pemilihan Umum

Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu
tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama
masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan
Pemilu. Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar
memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan
peroleh 27 kursi.Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Hal
disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pecah
menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang menjadi PDIP.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan
kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik. Apalagi Pemilu berlangsung dengan
asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalam kenyataannya Pemilu diarahkan
untuk kemenangan salah satu kontrestan Pemilu yaitu Golkar. Kemenangan Golkar yang selalu
mencolok sejak Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana
perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan
Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode, karena pada masa Orde Baru
presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban, rancangan Undang-
undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa
catatan

e.    Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI

Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada ABRI,
yaitu peran Hankam dan sosial.Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi
ABRI.Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah
tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama.
di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu.
Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai
stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah diperankan ABRI sejak zaman
Perang Kemerdekaan.Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan
perjuangan, walaupun pimpinan pemerintahan telah ditahan Belanda.Demikian juga halnya yang
dilakukanSoeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah G 30 S PKI,
yangmelahirkankan Orde Baru.Boleh dikatakan peran dinamisator telah menempatkan ABRI pada
posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa selama ini.

f.     Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Pada tanggal 12 April1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk


menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau
Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung
pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak
tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan penataran (P4) secara menyeluruh pada semua lapisan
masyarakat. Penataran (P4) ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama
mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan
terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat
terhadap pemerintah Orde Baru. Dan sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai
asas tunggal dan kehidupan berorganisasi.Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan
asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu
bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya,
dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh
karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem
ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila,
dan sebagainya.Dan Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh
diperdebatkan.

g.    Penataan Politik Luar Negeri

Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan.Dan MPR
mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia.Pelaksanaan
politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepentingannasional, seperti pembangunan
nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.

1) Kembalinya menjadi anggota PBB


Pada tanggal 28 September1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar bahwa banyak
manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada tahun 1955-1964.Kembalinya
Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh
PBB sendiri.Hal ini ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua

Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun 1974.Dan Indonesia juga memulihkanhubungan dengan
sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang sempat renggang
akibat politik konfrontasi Orde Lama.

2)  Normalisasi Hubungan dengan Negara lain

a)      Pemulihan Hubungan dengan Singapura

Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman, hubungan Indonesia


dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali.Pada tanggal 2 Juni 1966 pemerintah Indonesia
menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew.Dan
pemerintah Singapura menyampaikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan
diplomatik dengan Indonesia.

b)      Pemulihan Hubungan dengan Malaysia

Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia

Normalisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia dimulai dengan diadakannya perundingan di


Bangkok pada 29 Mei- 1 Juni 1966 yang menghasilkan Perjanjian Bangkok. Isi perjanjian tersebut
adalah:

1.1  Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil
mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.

1.2  Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.

1.3  Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.

Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 penandatangan persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-
Malaysia ditandatangani di Jakarta oleh Adam Malik (Indonesia) dan Tun Abdul Razak (Malaysia).

c)      Pembekuan Hubungan dengan RRC

Pada tanggal 1 Oktober 1967 Pemerintantah Republik Indonesia membekukan hubungan diplomatik
dengan Republik Rakyat Cina (RRC). Keputusan tersebut dilakukan karena RRC telah mencampuri
urusan dalam negeri Indonesia dengan cara memberikan bantuan kepada G 30 S PKI baik untuk
persiapan, pelaksanaan, maupun sesudah terjadinya pemberontakan tersebut. Selain itu pemerintah
Indonesia merasa kecewa dengan tindakan teror yang dilakukan orang-orang Cina terhadap gedung,
harta, dan anggota-anggota Keduataan Besar Republik Indonesia di Peking.Pemerintah RRC juga
telah memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh G 30 S PKI di luar negeri, serta secara terang-
terangan menyokong bangkitnya kembali PKI.Melalui media massanya RRC telah melakukan
kampanye menyerang Orde Baru. Dan pada 30 Oktober 1967 Pemerintah Indonesia secara resmi
menutup Kedutaan Besar di Peking

Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak memengaruhi sejarah
Indonesia.Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan
dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan partai komunis.
Dijadikannya Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya karena
kekhawatirannya bahwa partai Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai
yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka.Hal ini telah
mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil. Sistem otoriter yang dijalankan Soeharto
dalam masa pemerintahannya membuatnya populer dengan sebutan “Bapak“, yang pada jangka
panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan di DPR kala itu disebut secara
konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem “ABS” atau “Asal Bapak Senang”.

Di bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada masa


itu dikenal tiga partai politik yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar)
dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dalam upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di
Indonesia sebagai akibat dari politik masa presiden Soekarno yang menggunakan sistem multipartai
yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan dianggap penyebab mandeknya pembangunan.
Kemudian dikeluarkannnya UU Politik dan Asas tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik
saat itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan politik di mana
muncullah istilah “mayoritas tunggal” di mana GOLKAR dijadikan partai utama dan mengebirikan
dua parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan PEMILU. Berbagai ketidakpuasan muncul, namun
dapat diredam oleh sistem pada masa itu.Lemabga MPR juga memiliki struktur keanggotaan yang
menguntungkan pemerintah.Selain wakil-wakil TNI/Polri, ada juga utusan golongan yang sudah
tentu mendukung pemerintahan orde baru.

Selama orde baru, hak-hak politik warga Negara tidak diberi tempat. Tidak ada kebebasan pers.
Pemerintah melakukan control yang sangat ketat . Sementara itu, masyarakat yang mempunyai
pendapat berbeda dengan pemerintah maka akan dicap sebagai makar dan dapat dipenjarakan

4.   Ekonomi

Banyak tindak korupsi pada masa-masa ini. Namun, pertumbuhan ekonomi timbuh dan berkembang
sangat pesat dan adanya perbaikan ekonomi dan pembangunan. Pada masa pemerintahan Soeharto
ini terjadi swasembada pangan, dimana harga sembako tergolong relatif murah.

a. stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.

Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama,


pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:

1)      Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari oleh
Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966

2)      MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program


stabilisasi dan rehabilitasi.

Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi
dan rehabilitasi ekonomi.Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi
agar harga barang-barang tidak melonjak terus.Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara
fisik sarana dan prasarana ekonomi.Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi
berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu
pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:

1)      Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan


kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut adalah:
a)      Rendahnya penerimaan negara.

b)      Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara.

c)      Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank.

d)     Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri.

e)      Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.

2)      Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian

3)      Berorientasi pada kepentingan produsen kecil

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru


menempuh cara-cara :

1)      Mengadakan operasi pajak

2)      Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun
kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.

3)      Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan
subsidi bagi perusahaan Negara.

4)      Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan pemerintah Orde Baru
berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967–1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok
naik melonjak.Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah
mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang
khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing.Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil,
sebab kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan
pemerintah.

Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi.Selama


sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia mengalami kelumpuhan dan
kerusakan pada prasarana social dan ekonomi.Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, dan
perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kelompok kepentingan
tertentu.Dampaknya lembaga (negara) tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun
perbaikan tata kehidupan rakyat.

b. Kerjasama Luar Negeri

1) Pertemuan Tokyo

Selain mewariskan keadaan ekonomi yang sangat parah, pemerintahan Orde Lama juga mewariskan
utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar, sehingga pemerintah Orde Baru
meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pada
tanggal 19–20 September1966 pemerintah Indonesia mengadakan perundingan dengan negara-
negara kreditor di Tokyo.Pemerintah Indonesia akan melakukan usaha bahwa devisa ekspor yang
diperoleh Indonesia akan digunakan untuk membayar utang yang selanjutnya akan dipakai untuk
mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat tanggapan baik dari negara-negara
kreditor.Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut.
Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970 sampai dengan 1999.

a)      Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran tahunan yang sama besarnya.

b)      Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga.

c)      Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, baik terhadap negara
kreditor maupun terhadap sifat atau tujuan kredit.

2) Pertemuan Amsterdam

Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diadakan perundingan di Amsterdam, Belanda yang bertujuan


membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian
bantuan dengan syarat lunas, yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group for
Indonesia). Pemerintah Indonesia mengambil langkah tersebut untuk memenuhi kebutuhannya
guna pelaksanaan program-program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta persiapan-persiapan
pembangunan. Di samping mengusahakan bantuan luar negeri tersebut, pemerintah juga berusaha
dan telah berhasil mengadakan penangguhan serta memperingan syarat-syarat pembayaran kembali
(rescheduling) hutang-hutang peninggalan Orde Lama. Melalui pertemuan tersebut pemerintah
Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar negeri.

c. Pembangunan Nasional

1)   Trilogi Pembangunan

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang
ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan
nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek
dan Pembangunan Jangka Panjang. Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan
Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat
kesejahteraan masyarakat Indonesia.Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode
25-30 tahun.Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional
dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945
yaitu:

a)      Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah Indonesia

b)      Meningkatkan kesejahteraan umum

c)      Mencerdaskan kehidupan bangsa

d)     Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social

Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman pada
Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan.Inti dari kedua pedoman tersebut adalah
kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi
Trilogi Pembangunan adalah :

a)      Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.

b)      Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.


c)      Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Dan Delapan Jalur Pemerataan yang dicanangkan pemerintah Orde Baru adalah:

a)      Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan perumahan.

b)      Pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan dan pelayanan kesehatan

c)      Pemerataan pembagian pendapatan.

d)     Pemerataan kesempatan kerja

e)      Pemerataan kesempatan berusaha

f)       Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita.

g)      Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air

h)      Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

 2)     Pelaksanaan Pembangunan Nasional

Seperti telah disebutkan di muka bahwa Pembangunan nasional direalisasikan melalui


Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Dan Pembangunan Jangka Pendek
dirancang melalui program Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Selama masa Orde Baru, pemerintah
telah melaksanakan enam Pelita yaitu:

a)      Pelita I

Pelita I dilaksanakan mulai 1 April1969 sampai 31 Maret1974, dan menjadi landasan awal


pembangunan masa Orde Baru.Tujuan Pelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan tahap berikutnya.Sasarannya adalah pangan, sandang,
perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik
beratnya adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas
penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

b)      Pelita II

Pelita II mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979.Sasaran utama Pelita II ini
adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan
memperluas kesempatan kerja.Pelaksanaan Pelita II dipandang cukup berhasil.Pada awal
pemerintahan Orde Baru inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan menjadi
47%. Dan pada tahun keempat Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.

c)      Pelita III

Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.Pelaksanaan Pelita III masih
berpedoman pada Trilogi Pembangunan, dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan.

d)     Pelita IV

Pelita IV dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989.Titik berat Pelita IV ini adalah


sektor pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesinindustri sendiri.Dan di tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu
awal tahun 1980 terjadi resesi.Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan ekonomi,
pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal.Dan pembangunan nasional dapat
berlangsung terus.

e)      Pelita V

Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994.Pada Pelita ini pembangunan ditekankan pada


sector pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi yang
baik, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun.[rujukan?] Posisi perdagangan luar
negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.Peningkatan ekspor lebih baik dibanding
sebelumnya.

f)       Pelita VI

Pelita VI dimulai 1 April 1994 sampai 31 Maret 1999.Program pembangunan pada Pelita VI ini


ditekankan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak
pembangunan. Namun pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang
mengganggu perekonomian telah menyebabkan proses pembangunan terhambat, dan juga
menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru.

Pada permulaan orde baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi
nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat.

Selama pemerintahannya, Presiden Soeharto telah berhasil meletakkan kerangka tinggal landas
dengan capaian-capaian bidang ekonomi antara lain:

a. Berhasil meningkatkan pertumbuhan Indonesia dari minus 2,25 pada tahun 1963 menjadi naik
tajam sebesar 12% pada tahun 1969 atau setahun setelah dirinya ditunjuk sebagai pejabat Presiden.
Selama periode tahun 1967-1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat ditingkatkan dan
dipertahankan rata-rata 7,2% pertahun.

b.Pertumbuhan Indonesia yang tinggi dan berkelanjutan (mulai tahun 1967 s/d 2007) menjadikan
Indonesia digolongkan kedalam ekonomi industri baru (Newly Industrializing Economies, NIEs) .
Pertumbuhan tinggi dan konsisten, stabilitas yang terkelola dengan baik dan disertai political will
pemerataan telah menghasilkan capaian-capaian:

(1) perbaikan kesejahteraan rakyat secara signifikan,

(2) panjang usia harapan (life expectancy) meningkat cukup tajam dari 56 tahun pada tahun 1966
menjadi 71 tahun pada tahun 1991.

(3) proporsi penduduk yang hidup dalam kemiskinan absolut menurun tajam dari 60% tahun 1966
menjadi 14% pada tahun 1990.

(4) perbaikan secara cepat dan signifikan indikator sosial- ekonomi mulai dari pendidikan hingga
kepemilikan peralatan serta penguasaan teknologi. Indonesia juga telah berubah dari negara
pengimpor beras menjadi negara swasembada tahun 1984 dan pertumbuhan penduduk dapat
dikendalikan melalui program keluarga berencana (KB).Capaian prestasi ini menjadikan Indonesia
(bersama Malaysia dan Thailand) digolongkan sebagai “Keajaiban Asia”.
c. Seiring dengan peningkatan pertumbuhan, Indonesia juga mengalami peningkatan penanaman
modal dan perbaikan sumber daya manusia yang keberadaanya menjadi pendorong utama
pertumbuhan. Peningkatan ini menghasilkan akumulasi modal fisik maupun SDM bagi pembangunan
bangsa secara umum. Sebagai ilustrasi adalah adanya peningkatan signifikan penanaman modal
domestik (dalam negeri) yang rata-rata meningkat sebesar 50,43% pertahun selama kurun waktu
1976-1997. Kondisinya mengalami anomali pada era reformasi karena penanaman modal domestik
mengalami penurunan atau minus rata-rata 17,20% pertahun selama lima tahun pertama reformasi
(1998-2002). Selama periode tahun 1990 s/d 1997, penanaman modal dalam negeri mengalami
peningkatan secara tajam untuk kemudian mengalami perlambatan oleh krisis politik tahun 1998.
Setelah mengalami peningkatan pada tahun 1999, akibat krisis politik berkepanjangan, penanaman
modal dalam negeri terus mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya. Begitu pula dengan
gairah pemodal luar negeri dalam berinvestasi di Indonesia yang mengalami peningkatan rata-rata
42,10% pertahun selama kurun waktu 1977-1997. Hal ini menandakan iklim investasi di Indonesia
cukup diminati oleh investor luar negeri. Sejalan dengan trend penanaman modal domestik,
penanaman modal asing juga mengalami anomali pada era reformasi yang mengalami penurunan
atau minus rata-rata 15,04% pertahun selama lima tahun pertama reformasi. Pertumbuhan tinggi
yang dapat dipertahankan secara stabil juga meningkatkan tabungan domestik sehingga dapat
mendorong tingginya tingkat investasi. Tabungan domestik selama kurun waktu tahun 1974-1996
meningkat rata-rata 69,08% pertahun.

d. Sektor pertanian juga tumbuh cepat yang didukung dengan peningkatan produktivitas padi. Pada
awal pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia masih menjadi pengimpor beras terbesar di dunia.
Pada tahun 1969 produksi beras Indonesia hanya 12 juta ton, namun meningkat pesat menjadi 28
juta ton pada tahun 1980-1989 dan menjadikannya sebagai negara swasembada beras. Prestasi ini
mengundang kekaguman internasional sehingga pada tanggal 14 November 1985.

e. Presiden Soeharto diundang untuk memaparkan kunci-kunci keberhasilan pembangunan pangan


di Indonesia, dalam forum sidang organisasi pangan dan Pertanian PBB (FAO). Produksi beras
mengalami peningkatan sebesar 7.5  juta ton dalam periode tahun 1970-1979 dan 15 juta ton
selama periode tahun 1980-1989. Pada akhir 1990-1999 produksi beras hanya meningkat 5,6 juta
ton sebagai dampak krisis politik 1998.

f. Berhasil menyediakan kebutuhan papan. Selama periode 1978-1983 melalui Perum Perumnas
pemerintah telah membangun 209.872 unit perumahan dan selama pemerintahan Presiden
Soeharto secara keseluruhan telah terbangun 441.923 unit rumah. Selama periode 1978-1983
Perum Perumnas telah menjadi perintis munculnya kawasan pemukiman bagi penduduk kalangan
menengan ke bawah. Melalui kebijakan KPR (Kredit Kepemilikan Rumah), masyarakat juga
dipermudah dalam penyediaan rumah tempat tinggal.

g. Pemerintahan Presiden Soeharto berhasil melakukan pengendalian pertumbuhan penduduk. Pada


tahun 1967 pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 2,6% dan pada tahun 1996 telah menurun
drastis menjadi 1,6%. Keberhasilan ini dicapai melalui program Keluarga Berencana Nasional yang
dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program pengendalian
kependudukan di Indonesia diawali dengan ditandatanganinya Deklarasi Kependudukan PBB pada
tahun 1967 sehingga secara resmi Indonesia mengakui hak-hak untuk menentukan jumlah dan jarak
kelahiran sebagai hak dasar manusia dan juga pentingnya pembatasan jumlah penduduk sebagai
unsur perencanaan ekonomi dan sosial. Atas keberhasilan Indonesia ini, Direktur UNICEF James P.
Grant memuji Indonesia karena dinilai berhasil menekan tingkat kematian bayi dan telah melakukan
berbagai upaya lainnya dalam rangka mensejahterakan kehidupan anak-anak di tanah air. Grant
bahkan mengemukakan apa yang telah dilakukan pemerintah Indonesia itu hendaknya dijadikan
contoh bagi negara-negara lain yang tingkat kematian bayinya masih tinggi.

h. Melalui kebijakan anggaran berimbang, Pemerintahan Presiden Soeharto juga dinilai berhasil
menekan inflasi dibawah 10%, rata-rata defisit neraca berjalan 2,5% dari PDB dan mempertahankan
cadangan devisa mendekati jumlah kebutuhan impor kurang lebih 5 bulan. Selain kebijakan
anggaran berimbang, pemerintahan Presiden Soeharto juga mempertahankan kebijakan moneter
secara hati-hati, mengupayakan tingkat kurs yang kompetitif dan mempertahankan sistem devisa
bebas untuk menarik investasi dengan mengantisipasi perubahan situasi pasar dunia. Kebijakan
tersebut dilaksanakan untuk mencapai sasaran stabilitas ekonomi makro, yaitu terkendalinya inflasi
dan defisit neraca berjalan.

i. Selain berhasil mengendalikan inflasi, pemerintahan Presiden Soeharto berhasil dalam melakukan
pengelolaan utang luar negeri. Sebagaimana dipaparkan Widjoyo Nitisastro dalam bukunya berjudul
“Pengalaman Pembangunan Indonesia” yang terbit tahun 2010, mengungkapkan bahwa pada tahun
1966 Indonesia sebenarnya sedang menunggak utang. Pada saat itu terdapat dua jenis pinjaman
yaitu utang lama (yang diadakan sebelum 30 Juni 1966) dan utang baru (yang diadakan setelah 30
Juni 1966). Terdapat beberapa macam pinjaman lama yaitu utang kompensasi nasionalisasi
perusahaan Hindia Belanda kepada pemerintah Belanda dan hutang-hutang lain (kira-kira 2,1 miliar
dollar AS) kepada sekitar 30 negara besar dan kecil baik dari negara-negara Eropa Timur (terutama
Uni Soviet), Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang.

Untuk menjaga etika hubungan internasional maka diadakan pembicaraan dengan negara-negara
tersebut dan akhirnya dicapai kesepakatan antara Indonesia dengan negara-negara Paris Club pada
bulan April 1970 untuk penyelesaian tunggal dan menyeluruh utang-utang Indonesia dengan
kesepakatan:

Pembayaran utang pokok dilakukan dengan mencicil selama 30 tahun dari 1970 sampai dengan
tahun 1999.

Pembayaran atas bunga yang sudah disepakatidilakukan selama 15 tahun dari 1985 sampai 1999.

Utang yang dijadwalkan kembali tersebut bebas bunga.

Indonesia mempunyai pilihan untuk menunda sebagian dari utang yang jatuh tempo pada delapan
tahun pertama ke delapan tahun terakhir, yakni 1992-1999, dengan bunga sebesar empat persen
pertahun.

Pemerintahan Presiden Soeharto melakukan pengelolaan utang secara hati-hati dalam jumlah
seperlunya dan mengalokasikannya untuk biaya kegiatan pembangunan yang produktif.Kehati-
hatian ini tampak dari jumlah hutang Indonesia selama era Orde Baru dengan era reformasi. Selama
32 tahun memerintah, pemerintahan Presiden Soeharto mencatatkan utang sekitar Rp.46,88 triliun
per tahun.  Jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan dengan 10 tahun pemerintahan reformasi yang
mencatatkan utang sebesar Rp. 111,4 triliun per tahun. Pada saat mengundurkan diri pada bulan
Mei 1998, Presiden Soeharto mencatatkan utangsebesar Rp. 553 triliun.Sedangkan 10 tahun
pemerintahan reformasi telah mencatatkan utang sebesar Rp. 1667 triliun.

Keterputusan agenda tinggal landas akibat krisis ekonomi dan moneter  barangkali tidak akan terlalu
parah dan dapat dilanjutkan kembali manakala terdapat soliditas komponen bangsa.
Permasalahannya terdapat banyak pelaku dalam peristiwa reformasi 1998 yang didalamnya
mengusung agenda pragmatisnya masing-masing sehingga soliditas bangsa tidak bisa segera
terwujud.Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diwarnai beragam instabilitas
(keamanan, politik, pemerintahan dan ekonomi) sehingga keberlangsungan agenda tinggal landas
menjadi terbengkalai.

Target mengantarkan Indonesia menjadi salah satu kekuatan dari 20 besar negara di dunia pada
tahun 2005, hanya bisa diwujudkan dengan predikat sebagai “the emerging market” atau negara
yang pasarnya sedang tumbuh dengan stabil dan dalam hal ini merupakan bahasa halus dari “tempat
pembuangan produk negara-negara maju”. Sedangkan target tinggal landas (setara dengan negara
maju pada tahun 2019/2020) dengan struktur perekonomian yang didukung industri pertanian dan
industri strategis yang kuat justru semakin menjauh. Bahkan sejumlah ahli ekonomi menyatakan
telah terjadi de-industrialisasi pada era reformasi. Segala jerih payah untuk mewujudkan kedaulatan
dan  kemandirian ekonomi bangsa itu kini harus ditata kembali. Kegagalan ini merupakan kegagalan
bersama sebagai sebuah bangsa yang dalam proses transisi tahun 1998 tidak bisa memetakan secara
akurat siapa lawan dan siapa pengkianat bangsa yang sesungguhnya.

5.  Budaya

Pada masa Orde Baru terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat diskriminatif, seperti
Surat Edaran No.06/Preskab/6/67 yang memuat tentang perubahan nama. Dalam surat itu
disebutkan bahwa masyarakat keturunan Cina harus mengubah nama Cinanya menjadi nama yang
berbau Indonesia, misalnya Liem Sioe Liong menjadi Sudono Salim. Selain itu, penggunaan bahasa
Cinapun dilarang.

Pemerintah mengontrol bidang kebudayaan yang dianggap bertentangan atau membahayakan


kebudayaan nasional akan dihapus. Selain itu juga mengontrol kerja dan produksi
kebudayaan.Seniman tidak bisa seenaknya menghasilkan karya seni.Demikian juga puisi dan
pementasan-pementasan seperti teater, harus ada izin tertulis dari aparat keamanan.Didirikannya
sekolah-sekolah Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan
sastra melayu Tionghoa.Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar
300 buku.Suatu prestasi yang luar biasa bila dibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh
angkatan pujangga baru, angkatan 45, 66, dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu.Dengan demikian
komunitas ini telah berjasa dalam membentuk 1 awal perkembangan bahasa Indonesia.Sehingga
pada pemerintahan Presiden Soeharto semua budaya china tidak boleh masuk ke Indonesia dan
tahun baru Imlek belum menjadi libur nasional.

6. Ideologi

Pada pemerintahan Presiden Soeharto Pancasila terkesan menjadi Ideologi tertutup.Pancasila hanya
menjadi lambang dasar negara saja, namun nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan dalam kehidupan
pemerintahan.Pemerintahan bersifat otoriter, hanya terpaku pada Presiden saja dan demokrasi
tidak berjalan.

Hukum merupakan dasar untuk menegakkan nilai-nilai kemanusian.Berbagai perbaikan di bidang


hukum telah dilakukan dan diarahkan menurut petunjuk UUD 1945. Dalam kaitan ini, antara lain
telah ditetapkan Un dang-undang tentang KUHAP, Undang-undang tentang Hak Cipta, Paten, dan
Merek, kompilasi hukum Islam, dan lain-lain. Agar hukum dapat dijalankan berdasarkan peraturan-
peraturan yang berla ku, dilakukan pula  penyuluhan hukum kepada masyarakat luas maupun
kepada aparat pemerintah. Perbaikan aparatur hukum terus menerus dilakukan meskipun belum
mencapai hasil yang optimal, dan belum sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan keadilan
masyarakat.
Kecenderungan orde baru dalam memandang Pancasila sebagai doktrin yang komprehensif terlihat
pada anggapan bahwa ideologi sebagai sumber nilai dan norma dan karena itu harus ditangani
(melalui upaya indoktrinasi) secara terpusat. Pada akhirnya, pandangan tersebut bermuara pada
keadaan yang disebut dengan perfeksionisme negara. Negara perfeksionis adalah negara yang
merasa tahu apa yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya, dan kemudian melakukan
usaha-usaha sistematis agar ‘kebenaran’ yang dipahami negara itu dapat diberlakukan dalam
masyarakatnya. Sehingga formulasi kebenaran yang kemudian muncul adalah sesuatu dianggap
benar kalau hal tersebut sesuai dengan keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau
bertentangan dengan kehendak penguasa.

Pendidikan pada masa orde baru bukan untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat, apalagi untuk
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, tetapi malah mengutamakan orientasi politik agar
semua rakyat itu selalu patuh pada setiap kebijakan pemerintah.Bahwa putusan pemerintah adalah
putusan yang adiluhung yang tidak boleh dilanggar.Itulah doktrin orde baru pada sistem pendidikan
kita.

Indoktrinisasi pada masa kekuasan Soeharto ditanamkan dari jenjang sekolah dasar sampai pada
tingkat pendidikan tinggi, pendidikan yang seharusnya mempunyai kebebasan dalam pemikiran.
Pada masa itu, pendidikan diarahkan pada pengembangan militerisme yang militan sesuai dengan
tuntutan kehidupan suasana perang dingin .Semua serba kaku dan berjalan dalam sistem yang
otoriter.

7. Pendidikan

Ahkirnya, kebijakan pendidikan pada masa orde baru mengarah pada penyeragaman. Baik cara
berpakaian maupun dalam segi pemikiran. Hal ini menyebabkan generasi bangsa kita adalah
generasi yang mandul. Maksudnya, miskin ide dan takut terkena sanksi dari pemerintah karena
semua tindakan bisa-bisa dianggap subversif. Tindakan dan kebijakan pemerintah orde baru-lah
yang paling benar. Semua wadah-wadah organisasi baik yang tunggal maupun yang majemuk,
dibentuk pada budaya homogen. Bahkan partai politik pun dibatasi. Hanya tiga partai yang berhak
mengikuti Pemilu.Dibidang pendidikan mereka banyak

mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari kursus bahasa Inggris, Mandarin, komputer
sampai akademi dan universitas. Kalangan mudanya secara aktif mulai memasuki bidang-bidang
profesi di luar wilayah bisnis semata. Mereka sekarang secara terbuka berusaha menjadi artis
sinetron, presenter TV, peragawati, foto model, pengacara, wartawan, pengarang, pengamat sosial/
politik, peneliti, dsbnya. Hal ini sangat berbeda ketika rezim Orde Baru memberlakukan kebijakan
diskriminasi. Misalnya, pemberlakuan batasan 10 persen bagi etnis Cina untuk bisa belajar di bidang
medis, permesinan, sains dan hukum di universitas.

Di bidang pendidikan mereka banyak mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari kursus
bahasa Inggris, Mandarin, komputer sampai akademi dan universitas.Kalangan mudanya secara aktif
mulai memasuki bidang-bidang profesi di luar wilayah bisnis semata.Mereka sekarang secara
terbuka berusaha menjadi artis sinetron, presenter TV, peragawati, foto model, pengacara,
wartawan, pengarang, pengamat sosial/ politik, peneliti, dsbnya.Hal ini sangat berbeda ketika rezim
Orde Baru memberlakukan kebijakan diskriminasi.Misalnya, pemberlakuan batasan 10 persen bagi
etnis Cina untuk bisa belajar di bidang medis, permesinan, sains dan hukum di universitas.

Perkembangan Pendidikan Guru pada Masa Orde Baru

Pembangunan Dibidang Pendidikan


Pembangunan dibidang pendidikan memiliki 2 fungsi dalam keseluruhan kerangka pembangunan
ekonomi yaitu:

1)      Mengusahakan agar kesempatan mendapatkan pendidikan menjadi terjangkau oleh semua
masyarakat.

2)      Meningkatkan secara berangsur-angsur kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui
pendidikan yang bermutu. Untuk meningkatkan mutu pendidikan ini pemerintah masa orde baru
melakukan:

a)      Peningkatan Mutu Pendidikan Kejuruan

Peningkatan ini melalui memutakhirkan struktur pendidikan kejuruan sesuai dengan perkembangan
zaman. Dalam struktur pendidikan kejuruan yang baru muncul sekolah-sekolah menengah kejuruan
dibidang manajemen bisnis, pariwisata, dan perhotelan.Padahal dulu hanya ada 4 jenis sekolah
menengah kejuruan yaitu pertanian, tehnik, ekonomi, dan kejuruan rumah tangga.Selanjutnya
adalah memodernisasi program pendidikan atau kurikulum di semua bidang kejuruan dari pertanian
teknologi sampai kejuruan rumah tangga.

b)      Tindakan Darurat

Tamatan SGA yang menurut rencana semula akan ditempatkan sebagai guru SD diangkat menjadi
guru SMP dan SGB. Pada tahun 1952 dibangun Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP).
Lama pendidikan PGSLP mula-mula ditetapkan 1 tahun, namun mulai 1 September 1958 lama
pendidikan ini diperpanjang menjadi 2 tahun dan lamanya diubah menjadi Pendidikan Guru Sekolah
Lanjutan Atas (PGSLA). Siswa PGSLP ini diambil dari para lulusan SGA yang telah ditempatkan sebagai
guru sekolah menengah.PGSLP ditutup secara menyeluruh pada tahun ajaran 1978/1979.

c)      Peningkatan Mutu Pendidikan Umum

Peningkatan pendidikan ini dilakukan melalui peningkatan mutu guru melalui penatara-penataran
guru dalam jabatandan peningkatan mutu kurikulum SD sampai kurikulum SMU. Dari program-
program penataran ini lahir PPPG (Pusat Pengembangan Penataran Guru). Sejak tahun 1977 sampai
1991 didirikan 6 PPPG untuk peningkatan pendidikan umum dan 4 PPPG untuk peningkatan
pendidikan kejuruan.

d)      Pembaharuan Kurikulum

Sejak 1968 terjadi pembaharuan kurikulum dari tingkat SD sampai tingkat SMU dan selesai tahun
1975. Pembaharuan ini berupa perubahan cara mengemas seluruh materi pembelajaran. Misal mata
pelajaran fisika, kimia, dan biologi disebut ilmu pengetahuan alam, sedangkan geografi, sejarah, dan
kwarganegaraan disebut ilmu pengetahuan sosial.Program pendidikan sekolah dari SD sampai SMU
pada dasarnya terdiri dari 4 mata pelajaran saja yaitu bahasa, matematika, IPA, dan IPS.

e)      Pembangunan Dibidang Pendidikan Guru Pra Jabatan

Berdasarkan laporan-laporan, ada 2 langkah dasar yang dilakukan pemerintah orde baru untuk
memodernisasikan pendidikan keguruan yang bersifat pra jabatan. Langkah-langkahnya yaitu:

1.1  Menyergamkan jenjang pendidikan guru pra jabatan, dari sistem yang merupakan gabungan
antara jenjang pendidikan menengah dan jenjang perguruan tinggi menjadi sistem yang bersifat
strata tunggal, yaitu semua pendidikan guru pra jabatan diselenggarakan pada jenjang perguruan
tinggi.
1.2  Menentukan semua pendidikan guru pra jabatan dikelola oleh Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi dengan dileburnya FKIP dan IPG pada tahun 1963 menjadi IKIP, pihak Departemen P dan K
selaku pihak yang mempekerjakan para lulusan lembaga pendidikan guru merasa dikalahkan, pada
tahun 1989 diputuskan semua pendidikan keguruan yang bersifat pra jabatan diselenggarakan pada
jenjang perguruan tinggi. Jadi pengelolaan pendidikan keguruan dipegang oleh Departemen Jendral
Pendidikan Tinggi.

C.  Kelebihan dan Kekurangan Masa Pemerintahan Soeharto

1.      Kelebihan

a.  Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada
tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000

b. Kemajuan sektor migas

Puncaknya adalah penghasilan dari migas yang memiliki nilai sama dengan 80% ekspor Indonesia.
Dengan kebijakan itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa dihitung sebagai kasus sukses
pembangunan ekonomi.

Keberhasilan Pak Harto membenahi bidang ekonomi sehingga Indonesia mampu berswasembada
pangan pada tahun 1980-an, menurut Emil Salim, diawali dengan pembenahan di bidang politik.
Kebijakan perampingan partai dan penerapan azas tunggal ditempuh pemerintah Orde Baru, dilatari
pengalaman masa Orde Lama ketika politik multi partai menyebabkan energi terkuras untuk bertikai.

Gaya kepemimpinan tegas seperti yang dijalankan Suharto pada masa Orde Baru memang
dibutuhkan untuk membenahi perekonomian Indonesia yang berantakan di akhir tahun 1960.
Namun, dengan menstabilkan politik demi pertumbuhan ekonomi, yang sempat dapat
dipertahankan antara 6%-7% per tahun, semua kekuatan yang berseberangan dengan Orde Baru
kemudian tidak diberi tempat.

c. Swasembada beras

Seperti pepatah From Zero to Hero itulah kebijakan yang dilakukan oleh HM. Soeharto pada masa
pemerintahannya. Saat itu Indonesia menjadi pengimpor beras terbesar didunia, namun oleh
Soeharto ini dijadikan motivasi untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung beras dunia.
Puncaknya adalah ketika pada 1984 Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi
kebutuhan beras atau mencapai swasembada pangan. Prestasi itu membalik kenyataan, dari negara
agraria yang mengimpor beras, kini Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam
negeri. Pada tahun 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras tetapi tahun 1984
bisa mencapai 25,8 juta ton. Harga bahan pokok menjadi murah.

d. Sukses transmigrasi

e. Sukses Program  KB

f. Sukses memerangi buta huruf

g. Sukses swasembada pangan

h. Pengangguran minimum

i. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)

j. Sukses Gerakan Wajib Belajar


k. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

l. Sukses keamanan dalam negeri\

m. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.

n. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

2.      Kekurangan

a. Politik

Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir
masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia
menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat
16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya. Ini merupakan langkah awal dari
ketergantungan Indonesia terhadapa modal asing.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan
politik – di Eropa Timur sering disebut lustrasi – dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan
Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa
untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan
sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan administratif.
Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde
Baru. KTP ditandai ET (eks tapol). Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai
tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi
militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara
efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat
dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor
kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan konsep
akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan
ekonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan
ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan
kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik
yang tinggi.

b. Eksploitasi sumber daya

Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam
secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di
Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan
1980-an.

c. Diskriminasi terhadap Warga Tionghoa


Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap
sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang
secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara terbuka,
perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini
diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa
tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang
hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya
Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji
tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang
sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer
Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana.
Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan
pemerintah.

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang
lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh
komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi
sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang
sangat mengharamkan perdagangan dilakukan. Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik
praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan
dirinya.

d. Perpecahan bangsa

Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari
media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan “persatuan dan kesatuan bangsa”.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah yang
padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi,
Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif yang tidak diperhitungkan dari program ini
adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk
pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program
transmigrasi sama dengan jawanisasi yang disertai sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun
tidak semua transmigran itu orang Jawa.

Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk konflik
Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu gejolak di Papua yang dipicu oleh
rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan sumber alamnya, juga
diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigra

e. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme

Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat
dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di
Aceh dan Papua kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

f. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si
miskin)
g. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak
koran dan majalah yang dibreidel penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain
dengan program “Penembakan Misterius” (petrus)

h.Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

A.    Kesimpulan

Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia.Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8
Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam 
pengairan  sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada
5 Oktober 1945.Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai
Mangkunegaran. Seharto menjabat sebagai presiden Republik Indonesia selama 32 tahun lamanya
yaitu dari 12 Maret 1967- 21 Mei 1998. HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27
Januari 2008.  Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak
Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun.

Adapun Kelebihan masa pemerintahan Soeharto

harga-harga kebutuhan pokok yang murah

pertumbuhan ekonomi yang stabil, dengan menjadi negara swasembada beras dan turut
mensejahterahkan petani.

pembangunan dimasa Presiden Soeharto dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.

Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang
tinggi

kesehatan, upaya meningkatkan kualitas bayi dan masa depan generasi ini dilakukan melalui
program kesehatan di posyandu dan KB

pendidikan telah sukses memerangi buta huruf, Sukses Gerakan Wajib Belajar,

Sedangkan untuk kekurangan dalam pemerintahan Soeharto itu sendiri yaitu

eksploitasi sumber daya,

diskriminasi terhadap warga Tionghoa,

perpecahan bangsa,

semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme,

bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si
miskin),

kritik dibungkam dan oposisi diharamkan kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak
koran dan majalah yang dibreidel penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain
dengan program “Penembakan Misterius” (petrus)
Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya.

B.     Saran

Jangan memandang sebelah mata pemerintahan Soeharto, jika direnungkah banyak jasa-jasa besar
yang dilakukan Soeharto untuk pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia
Internasional, sebagian rakyat yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zaman
Soeharto merupakan zaman keemasan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.crayonpedia.org/mw/
BSE:Berakhirnya_Masa_Orde_Baru_dan_Lahirnya_Reformasi_9.2_(BAB_13)

www.wikipedia.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia

http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/18/menilik-jejak-hitam-soeharto-karya-harsono-sutedjo-
520823.html

Penulis : Harsono Sutedjo

http://nardyberkomunikasi.wordpress.com/2010/02/04/kepemimpinan-soeharto/

http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-presiden-soeharto.html

http://pelitaonline.com/untold-stories/2013/05/21/dibidang-ekonomi-kerakyatan-era-presiden-
soeharto-diutamakan#.UqgwRlODwxw

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1966-1998)

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai