Anda di halaman 1dari 5

DISIPLIN ILMU SOSIAL (SOSIOLOGI)

Penelitian sosiologi merupakan proses pengungkapan kebenaran yang didasarkan pada


penggunaan konsep dasar yang dikenal dalam sosiologi sebagai sebuah ilmu. Konsep dasar
tersebut meliputi interaksi sosial, kelompok sosial, lembaga sosial, pelapisan sosial, kebudayaan,
masalah sosial, perubahan sosial, serta kekuasaan dan wewenang. Sosiologi sangat berperan dan
mendukung bagi kelangsungan ilmu lainnya. karena dengan sosiologi, kita bisa dekat dengan
masyarakat, bersosial dengan baik, bahkan jika suatu saat kita membutuhkan kepentingan, maka
tidak akan terlalu sulit. Lain hal bila kita tidak memiliki, tidak mengetahui dan tidak
mengamalkan ilmu sosiologi atau sosial dengan baik, maka kehidupan sosial dan kepentingan
kita pun akan terasa sulit untuk memperoleh yang terbaik. Selain itu, sosiologi juga mengkaji
fenomena social dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat, sebagai acuan perencanaan
pembangunan.

Objek penelitian sosiologi adalah masyarakat dilihat dari perspektif hubungan antar manusia dan
proses yang timbul akibat hubungan manusia di dalam masyarakat. Penelitian sosiologi dapat
dilakukan dengan metode historis, metode komparatif (perbandingan) pada sejarah, metode
statistik, metode sosiometri dan studi kasus. Metode sosiometri digunakan untuk
menggambarkan dan menganalisis hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif.
Pada perkembangan zaman saat ini, pendidikan diharapkan mampu mencetak generasi-generasi
yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi oleh seorang pelajar serta mental yang tinggi
agar dapat bertahan dan mencapai sukses. Namun kenyataan penerus generasi bangsa saat ini
tidaklah seperti yang diharapkan sebab seringkali kita temui beberapa kelompok pelajar yang
sedang melakukan tindakan anarkis diantaranya adalah konflik/tawuran antar pelajar.
Konflik/tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh
masyarakat di Indonesia. Berbagai bentuk atau pola konflik baik itu konflik individu maupun
konflik kelompok antar pelajar tersebut dari berbagai macam faktor yang menyebabkan konflik
antar pelajar tersebut yaitu faktor eksternl dan internal pelajar.

Adapun teori sosiologi yang digunakan atas permasalahan konflik/tawuran antar pelajar.

1. Perspektif konflik
Adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu sistem social. Konflik
terjadi karena ada nya perbedaan kedudukan, kepentingan dan tujuan. Di sini jelas sekali
bahwa salah satu pihak mengunakan salah satu paham yaitu paham “etnosentrisme” di
mana adanya anggapan bahwa sekolahnya lebih baik atau lebih segalanya dari sekolah
lain. Inilah yang menyebabkan terjadinya konflik di kalangan pelajar, yang mana siswa
terdapat satu paham yaitu etnosentrisme, bahwa sekolah nya lebih segala-gala nya dari
pada sekolah lain.
2. Analisis Tawuran Antar Pelajar Ditinjau dari Teori Albert Bandura dan Erik H. Erikson
Teori belajar sosial bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru
perilaku, sikap, dan reaksi orang lain. Kebanyakan dari pembelajaran yang dilakukan
manusia, menurut bandura diperoleh melalui mengobservasi perilaku orang lain dalam
konteks sosial dibandingkan dengan malalui prosedur-prosedur standar pengkondisian.
Menyikapai tawuran yang terjadi antar pelajar akhir-akhir ini, teori belajar sosial bandura
bisa menjelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi pada remaja? Pada usia remaja
pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks
dibandingkan denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis.
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakah disekolah
atau dilingkungan tetangga. Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai
yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan
masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua.

Untuk memahami akar masalah dari tawuran pelajar, kita bisa meminjam beberapa perspektif
teori sosiologi dalam menilik terjadinya krisis sosial serta solusi penyelesaiannya. Menurut teori
“patologi sosial”, sebab pokok masalah sosial adalah kegagalan sosialisasi norma-norma
moralitas yang membuat warga masyarakat melakukan pelanggaran terhadap ekspektasi
kepatutan moral. Kisah tawuran pelajar bukanlah suatu kasus yang berdiri sendiri, melainkan ada
kesejajarannya dengan kisah penegak hukum yang menjadi pelindung penjahat, “bonek”
menghancurkan sarana publik, wakil rakyat lebih memperjuangkan aspirasi yang bayar. Erosi
moralitas ini disebabkan oleh kegagalan proses belajar sosial akibat kerapuhan sistem pendidikan
dan pranata sosial. Pendidikan terlalu menekankan aspek kognitif dalam kerangka “belajar untuk
tahu” (learning to know), kurang memperhatikan arti penting “belajar untuk mengerjakan
kecakapan hidup” (learn ing to do), “belajar mengembangkan jatidiri” (learning to be), serta
“belajar mengembangkan keharmonisan hidup bersama” (learning to live together).

IDENTIFIKASI MASALAH

Tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok
atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran sepertinya bagi masyarakat Indonesia ini sudah
tidak asing lagi di telinga. Pada umumnya, tawuran diamati sebagai suatu tindakan yang tidak
dibenarkan. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak
terciptanya geng-geng sekelompok anak muda. Mereka sudah tidak merasa bahwa perbuatan
tawuran yang dilakukan sangatlah tidak terpuji dan bisa menggangu ketenangan dan ketertiban
masyarakat. Sebaliknya, mereka malah merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan
geng/kelompoknya. Seorang pelajar yang berpendidikan seharusnya tidak melakukan tindakan
yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah itu terjadi dimulai dari masalah
yang sangat sepele.

Remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapi sebagai sebuah tantangan bagi
mereka. Masalah sepele tersebut bisa berupa saling ejek ataupun masalah memperebutkan
seorang wanita. Pemicu lain biasanya adanya rasa dendam. Dengan rasa kesetiakawanan yang
tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang
dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah. Sebenarnya jika
dilihat lebih dalam lagi, salah satu akar penyebabnya adalah permasalahan yang dihadapi
individu yang kemudian menyebabkan depresi seseorang, sebagaimana kita tahu bahwa materi
pendidikan di sekolah Indonesia itu cukup berat. Akhirnya stress yang memuncak itu mereka
tumpahkan dalam bentuk yang tidak terkendali yaitu tawuran.

Akibat dari tawuran pelajar itu sendiri, antara lain :

1. Kematian dan luka berat bagi para siswa, pelaku dan masyarakat.
2. Kerusakan yang parah pada kendaraan dan kaca gedung atau rumah yang terkena
lemparan batu.
3. Trauma pada para siswa dan masyarakat yang menjadi korban.
4. Rusaknya mental para generasi muda.
5. Turunnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Tawuran dikalangan pelajar bukan hal yang bisa dianggap biasa, tawuran pelajar sekarang tidak
hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan juga terjadi daerah-daerah. Permasalahan remeh
dapat menjadi pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan tak jarang
melibatkan penggunaan senjata tajam, senjata api, air keras dan sebagainya. Terjadinya konflik
antarpelajar tidak terlepas dari pesatnya perkembangan kota dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Pertumbuhan kota ini pulalah yang mengakibatkan perubahan perilaku
penduduknya. Penyebab tawuran sulit untuk dipahami, salah satu penyebab utama terjadinya
perilaku tawuran adalah rasa solidaritas yang tinggi atau rasa setia kawan. Rasa setia kawan
perlu dimiliki oleh setiap pelajar, mereka saling membantu teman, membela teman, rasa
solidaritas pada diri pelajar ini sangat tinggi, membela diri dan bahkan merasa dendam.

Penyebab dari adanya konflik yang terjadi pada kelangan pelajar ini yaitu karena adanya rasa
dendam yang diwariskan secara turun-temurun dari setiap angkatan yang lalu hingga ke angkatan
yang baru. Dengan adanya rasa solidaritas yang tinggi atau kesetia kawanan tersebut dapat
membimbing mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang baik serta member dampak positif
bagi orang banyak. Sebaliknya, rasa setia kawanan tersebut dapat pula menjadi pemicu untuk
melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri seorang pelajar dan orang-orang yang berada di
sekitarnya.

Hal terpenting adalah bagaimana menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan
ini. Seluruh lapisan masyarakat harus ikut berperan dalam menanggulangi kasus tawuran pelajar,
yaitu orang tua, guru/sekolah, pemerintah termasuk juga aparat kepolisian yang menangani para
pelaku tawuran pelajar tersebut. Dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Masyarakat
Indonesia”, Prof. Dr. Awan Mutakin berpendapat bahwa sistem sosial yang stabil (equilibrium)
dan berkesinambungan (kontinuitas) senantiasa terpelihara apabila terdapat adanya pengawasan
melalui dua macam mekanisme sosial dalam bentuk sosialisasi dan pengawasan sosial (control
social).

PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pola konflik antar pelajar yang terjadi di Sekolah?


2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya konflik antar pelajar di Sekolah?
REFERENSI

Soetomo.  2011.Masalah sosial dan Upaya pemecahannya. Jakarta :Pustaka pelajar.

Al-Mighawar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia

Fisher, Simon, dkk. 2001. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak. The
British Council. Indonesia: Jakarta.

Imam Anshori Saleh. (2004). Tawuran Pelajar Fakta Sosial Yang Tak Berkesudahan di Jakarta.
Jogjakarta : IRCISOD

Jumadi, 2009. Tawuran mahasiswa, konflik social di Makassar. Makassar: rayhan intermedia

Kartono, Kartini. 2011. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai