Posisi Investas-WPS Office

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan IV 2020 mencatat penguatan aliran masuk

modal asing. Pada akhir triwulan IV 2020, PII Indonesia mencatat kewajiban neto 281,2 miliar dolar AS
(26,5% dari PDB), meningkat dibandingkan dengan posisi kewajiban neto pada akhir triwulan III 2020
yang tercatat sebesar 260,0 miliar dolar AS (24,3% dari PDB). Peningkatan kewajiban neto tersebut
disebabkan oleh peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN), sejalan dengan penguatan
aliran masuk modal asing.

Peningkatan posisi KFLN Indonesia pada periode laporan didukung oleh aliran masuk modal asing
dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung ke pasar keuangan domestik, seiring dengan
ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda. Posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan IV 2020
meningkat 5,2% (qtq) dari 651,6 miliar dolar AS menjadi 685,5 miliar dolar AS. Peningkatan posisi
KFLN tersebut disebabkan oleh kenaikan posisi kepemilikan asing pada instrumen surat utang
pemerintah dan arus masuk investasi langsung dalam bentuk ekuitas. Faktor perubahan lainnya
adalah revaluasi positif atas nilai aset finansial domestik berdenominasi Rupiah yang mendorong
kenaikan posisi KFLN, seiring dengan perbaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penguatan
Rupiah terhadap dolar AS.

Posisi AFLN juga meningkat terutama didorong oleh transaksi aset investasi lainnya dan investasi
langsung. Posisi AFLN pada akhir triwulan IV 2020 tumbuh 3,3% (qtq), dari 391,6 miliar dolar AS
menjadi 404,3 miliar dolar AS. Selain karena faktor transaksi, posisi AFLN yang meningkat dipengaruhi
oleh faktor revaluasi positif akibat peningkatan rerata indeks saham negara-negara penempatan aset
yang disertai pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia.

Perkembangan PII Indonesia secara keseluruhan 2020 mencatat penurunan kewajiban neto
dibandingkan dengan posisi akhir tahun sebelumnya. PII Indonesia mencatat kewajiban neto sebesar
281,2 miliar dolar AS pada 2020 (26,5% dari PDB), menurun dibandingkan dengan posisi kewajiban
neto pada akhir 2019 sebesar 337,9 miliar dolar AS (30,2% dari PDB). Penurunan kewajiban neto PII
tersebut didorong oleh posisi AFLN yang meningkat 29,0 miliar dolar AS (7,7% yoy) terutama aset
investasi lainnya, sementara itu posisi KFLN menurun sebesar 27,8 miliar dolar AS (3,9% yoy) karena
penurunan posisi kewajiban investasi portofolio.

Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2020 dan keseluruhan
2020 tetap terjaga. Hal ini tercermin dari rasio PII Indonesia terhadap PDB untuk keseluruhan 2020
yang menurun dibandingkan 2019. Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia didominasi oleh
instrumen berjangka panjang. Meskipun demikian, Bank Indonesia akan tetap memantau potensi
risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja
PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak
pandemi Covid-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta
otoritas terkait lainnya.

Uang beredar

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2020
didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1). Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar
Rp6.900,0 triliun atau meningkat 12,4% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
bulan sebelumnya sebesar 12,2% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh M1 yang tumbuh sebesar
18,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,8% (yoy). Hal tersebut sejalan
dengan peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro Rupiah. Sementara itu, komponen
uang kuasi melambat, dari 11,1% (yoy) menjadi 10,5% (yoy) pada Desember 2020. Pertumbuhan surat
berharga selain saham juga terkontraksi lebih dalam menjadi -10,6% (yoy) dari -5,8% (yoy) pada
November 2020.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020 disebabkan oleh aktiva
luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
aktiva luar negeri bersih Desember 2020 sebesar 13,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan November 2020 sebesar 10,3% (yoy). Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat juga
meningkat, dari 66,5% (yoy) menjadi 66,9% (yoy) pada Desember 2020. Sementara itu, pertumbuhan
kredit[1] terkontraksi lebih dalam menjadi -2,7% (yoy) dari -1,7% (yoy) pada November 2020.

Anda mungkin juga menyukai