PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi TB
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.2
2.3 Epidemiologi TB
Epidemiologi global yaitu pada bulan maret 1993 WHO mendeklarasikan
tuberkulosis sebagai global health emergency. Diantara mereka 75% berada pada
usia produktif yaitu 20-49 tahun. Adapun alasan utama muncul atau
meningkatnya sebab tuberkulosis global yaitu : (a) Kemiskinan pada berbagai
penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang berkembang tetapi juga pada
2
penduduk perkotaan tertentu dinegara maju. (b) Adanya perubahan demografik
dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia manusia
yang hidup. (c) Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk
dikelompok yang rentan terutama dinegeri-negeri miskin. (d) Tidak memadainya
pendidikan mengenai TB di antara para dokter. (e) Terlantar dan kurangnya
biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB dimana terjadi
deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat. (f) Adanya epidemi HIV
terutama di Afrika dan Asia.1
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah
China dan India. Perkiraan kejadian BTA sputum yang positif di Indonesia
adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan departemen kesehatan tahun 1995
bahwasanya TB adalah penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran pernafasan. Berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan nasional 2001 bahwa TB
menempati rangking nomor tiga sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia.1
2.4 Etiologi TB
Penyabab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang
tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosis complex adalah :
1).M.tuberculosae, 2).Varian Asian, 3).Varian African I, 4).Varian African II,
5).M.bovis. Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara
epidemiologi.1
Kelompok kuman Mycobacterium Other Than TB (MOTT, atypical
adalah:1.M.kansasi, 2.M.avium, 3.M.intracellulare, 4.M.scrofulaceum,
5.M.malmacerse, 6.M.xenopi.1
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lamak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia
3
juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit
tuberkulosis menjadi aktif lagi.1
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam
sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositosis malah kemudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid.1
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.1
Cara penularan oleh M. tuberculosis biasanya secara inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada
TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung.1
2.5 Patogenesis TB
a. Tuberkulosis Primer1
Kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam. Tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel kuman masuk ke
alveolar bila ukuran < 5 mikrometer. Kuman pertama kali akan dihadapi oleh
neutrofil, kemudian baru makrofag. Kuman akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag.1
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang TB
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang
(fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi disetiap bagian jaringan paru.
4
Bila menjalar sampai kepleura maka akan terjadi efusi pleura. Kuman dapat
masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit.
Maka terjadi limfadenopati regional, kemudian bakteri masuk kedalam vena
dan menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, ginjal dan tulang.1
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka akan terjadi penjalarna
keseluruh bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga
diikuti pembesran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke).
Semua proses tersebut memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini
selanjutnya akan menjadi:
Sembuh tanpa cacat.
Sembuh dengan bekas berupa garis-garis fibrotik.
Berkomplikasi dan menyebar secara : a). Perkontinuitatum yakni
menyebar kesekitarnya, b). secara bronkogen pada paru yang
bersangkutan maupun paru disebelahnya, c). Kuman dapat juga tertelan
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar keusus, d). Secara
limfogen, keorgan tubuh lain-lainnya, e). Secara hematogen, keorgan
tubuh lainnya.
b. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)1
Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (TB post primer = TB
pasca primer = TB sekunder). TB sekunder terjadi karena imunitas menurun,
seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS dan gagal
ginjal. TB sekunder dimulai dengan sarang dini yang berlokasi diregio atas
paru (bagian apikal posterior atau lobus superior atau inferior).1
Invasi ke parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang ini
mula-mula berbentuk sarang pneumonia kecil, dalam 3-10 minggu sarang ini
akan membentuk tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
histiosit dan sel datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
5
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. TB sekunder juga
dapat berasal dari infeksi eksogen, tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien. Sarang dini dapat menjadi direabsorbsi
kembali dan sembuh tanpa cacat dan sarang yang mula-mula meluas, tapi
segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.1
Kavitas dapat : a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang
pneumonia baru, bila isi kavitas masuk keperedaran darah arteri maka akan
terjadi TB milier. Dapat juga masuk keparu sebelahnya atau tertelan masuk
lambung dan selanjutnya keusus jadi TB usus, bisa juga terjadi TB
endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur kepleura; b.
Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma yang dapat
mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi
kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti
Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma; c. Bersih dan menyembuh,
disebut open healed cavity. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang
terbungkus menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.1
Secara keseluruhan terdapat 3 macam sarang yaitu : 1). Sarang yang
sudah sembuh, tidak perlu pengobatan lagi; 2). Sarang aktif eksudatif, perlu
pengobatan lengkap dan sempurna; 3). Sarang yang berada antara aktif dan
sembuh, dapat sembuh spontan, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna
karena dikhawatirkan terjadinya eksaserbasi kembali.1
6
2.6 Klasifikasi TB
a. Pembagian secara patologis1
- Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
- Tuberkulosis post primer (adult tuberculosis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis1
- Tuberkulosis paru (Koch pulmonum) aktif
- Tuberkulosis paru nonaktif
- Quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)1,2
- Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada
satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
paru.
7
- Moderately advenced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak
lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian
paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
- Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi
keadaan pada moderately advanced tuberculosis.
d. Pada tahun 1974 American Thoracic society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat1
- Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negatif, tes tuberkulin negatif.
- Kategori I : Terpajan tuberkulosis, tapi terbukti tidak ada infeksi. Disini
riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
- Kategori II: Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin
positif, radiologis dan sputum negatif.
- Kategori III : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
e. Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan
kelainan klinis, radiologis dan mikrobiologis1,2
- Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
- Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat
quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan
dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari. Saat ini Indonesia sudah
memiliki beberapa laboratorium yang memenuhi syarat EQA.2
- Pada Negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan
syarat EQA, maka TB paru BTA positif adalah:2
Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil
pemeriksaan foto torak sesuai dengan gambaran TB yang
ditetapkan oleh klinisi, atau
Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur
M.tuberculosis positif.
8
- Tuberkulosis BTA negatif, apabila:2
- Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium
yang memenuhi syarat EQA
Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA
negatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan
prevalens HIV > 1% atau pasien TB dengan kehamilan ≥ 5%
ATAU
- Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang
belum memiliki fasilitas kultur M.tuberculosis
- Memenuhi criteria sebagai berikut:2
Hasil foto torak sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai
salah satu dibawah ini:
a. Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai
HIV, atau
b. Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau
prevalens HIV rendah), tidak menunjukkan perbaikan setelah
pemberian antibiotik spectrum luas (kecuali antibiotik yang
mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida)
- Bekas tuberkulosis paru1,2
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau
foto serial (dalam 2 bulan) menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung2
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto torak ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi2
- Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam : a). Tuberkulosis paru
tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain
9
positif; b). Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Disini sputum
BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.1
f. WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni:1
- Kategori I, ditujukan terhadap :
Kasus baru dengan sputum positif.
Kasus baru dengan bentuk TB berat.
- Kategori II, ditujukan terhadap :
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan sputum BTA positif
- Kategori III, ditujukan terhadap :
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
- Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik.
g. Berdasarkan letak anatomi penyakit2
- Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang
terletak dalam paru.2
- Tuberkulosis ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain
paru seperti pleura, kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau
hilus), abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput
otak.2
h. Status HIV2
Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan.2
10
sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
jenis pekerjaannya.3
2. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan
umumnya TB Paru.3
3. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis
kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Prevalensi merokok pada hampir
semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa,
sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan
merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.4
4. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak
sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila
salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain.3
5. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau
kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
11
basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup.5
6. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam
rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/bakteri penyebab penyakit, misalnya
kuman TB. Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu
terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar
tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum.4
7. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan
kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.4
8. Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,
dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar
22°-30°C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab.3
9. Status Gizi
12
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon
immunologik terhadap penyakit.5
10. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan
sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan
pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam
memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status
gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.4
11. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit
dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekeliling.4
13
“Faktor Risiko”
2.7 Diagnosis TB
a. Manifestasi klinis1,2,6
1. Dewasa
Keluhan yang dirasakan pasien TB Paru dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan.1 Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu lokal
dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala local
ialah gejala respiratori (gejala local sesuai organ yang terlibat).2
1. Gejala respiratori:2
Batuk ≥ 2 minggu2
Batuk Darah1,2
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap batuk tidak
sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
14
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah batuk darah,
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada TB Paru terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.1
Sesak napas1,2
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas baru ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah paru-paru.1
Nyeri dada1,2
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis. Terjadi karena gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik atau melepaskan nafas.1
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus
belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar.2
2. Gejala sistemik:2
Demam1,2
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi panas
badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
hilang-timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien tidak pernah
terbebas dari serangan demam. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya
15
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis
yang masuk.1
Malaise1,2
Penyakit TB Paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus (berat badan menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam. Gejala malaise ini makin lama semakin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.1
Keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.2
3. Gejala TB ekstraparu2
Gejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri
dari kelenjar getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala
meningitis. Pada pleuritis TB terdapat gejala sesak napas dan kadang
nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.2
2. Anak6
Gejala umum:6
a. Berat badan menurun berturut-turut selama 3 bulan tanpa sebab jelas
atau tidak naik selama 1 bulan meskipun dengan intervensi gizi
b. Anoreksia dan gagal tumbuh (failure to thrive)
c. Demam lama/berulang tanpa sebab jelas
d. Pembesaran KGB superfisial seperti: KGB leher, inguinal dan
sebagainya
e. Gejala saluran napas seperti batuk lama lebih dari 30 hari
f. Gejala GI tract seperti diare lama/berulang, masa di abdomen dan
sebagainya.
Gejala spesifik:6
a. TB kulit (scrofuloderma)
b. TB tulang seperti: gibbus (spondilitis), coccitis, pincang, bengkak
c. TB otak dan syaraf: meningitis TB, ensefalitis TB
16
d. TB mata: konjungtifitis fliktenuaris, tuberkel choroid
Penyebab terbanyak batuk darah masif adalah tuberkulosis paru.
Perdarahan dapat timbul karena pecahnya suatu aneurisma pada dinding
kavitas yang disebut "Rassmussens aneurisma ". Penyebab lain terjadinya
perdarahan ialah ulserasi pada dinding kavitas yang baru terbentuk dimana
penuh dengan jaringan granulasi yang kaya dengan pembuluh darah dan
juga dapat disebabkan ulserasi pada mukosa bronkhus. Kecuali
tuberkulosis paru, penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan batuk
darah masif ialah:Bronkiektasis, abses paru, karsinoma paru, pneumonia
baktenal kadang-kadang mitral stenosis dan lain-lain.6
Hemoptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk
darah atau sputum yang berdarah. Batuk darah adalah batuk yang disertai
pengeluaran darah dari paru atau saluran pernapasan.6 Hemoptoe atau
batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak mengandung darah,
berasal dari saluran napas di bawah pita suara.6
17
Gambar : TB kulit pada anak
18
Gambar : TB mata pada anak
b. Pemeriksaan fisik1,3
Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu
kelainan pun terutama kasus dini atau sudah terinfeksi secara
asimptomatik.3 Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai pada
19
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama bagian apex (puncak)
dan segmen posterior (S1 dan S2),2,3 serta daerah apeks lobus inferior
(S6).2 Perkusi redup dan auskultasi suara nafas bronkial 2,3 ini dicurigai
adanya infiltrat yang agak luas.3 Juga dapat ditemukan amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.2 Dapat ditemukan tacypneu, tacycardi, sianosis, efusi pleura
jika TB mengenai pleura, perkusi redup atau pekak, auskultasi suara nafas
lemah atau tidak terdengar sama sekali.2,3
Pada limfadenitis TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikiran kemungkinan metastasis tumor), kadang-
kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold
abscess.2
c. Pemeriksaan bakteriologi2
1. Bahan pemeriksaan
Berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus,
bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),
urin, feses dan jaringan biopsy (termasuk biopsy jarum halus/BJH)2
2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi hari.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas
objek, atau untuk kepentingan kultur dan uji kepekaan dapat ditambahkan
NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium mikrobiologi dan
patologi anatomi.2
3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
a. Mikroskopis2
- Mikroskopis biasa: pewarnaan Ziehl-Nielsen
- Mikroskopis fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin
Menurut rekomendasi WHO, interpretasi pemeriksaan mikroskopis
dibaca dengan skala International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease (IUATLD).2
20
1. Skala IUATLD:2
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
- Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
b. Pemeriksaan biakan kuman2
Pemeriksaan identifikasi M.tuberculosis dengan cara:2
a. Biakan:2
Egg base media:
- Lowenstein-Jensen
Adalah media padat yang menggunakan media basa telur.
Media ini digunakan untuk isolasi dan pembiakan
Mycobacterium species. Pemeriksaan identifikasi
M.tuberculosis dengan media ini memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dan dipakai sebagai alat diagnostic
pada program penanggulangan TB.2
- Ogawa dan Kudoh
Agar base media: Middle brook
Mycobacteria growth indicator tube test (MGITT)
Adalah metode yang relatif baru. Metode tersebut menggunakan
sensor fluorescent yang ditanam dalam bahan dasar silikon
sebagai indikator pertumbuhan mikobakterium tersebut. Tabung
tersebut mengandung 4 ml kaldu 7H9 Middlebrook yang
ditambahkan 0,5 ml suplemen nutrisi dan 0,1 ml campuran
antibiotik untuk supresi pertumbuhan kuman kontaminasi.
Mikobakterium yang tumbuh akan mengkonsumsi oksigen
sehingga sensor akan menyala. Sensor tersebut akan dilihat
menggunakan lampu ultraviolet dengan panjang 365 nm. Dari
21
beberapa pustakaan didapatkan rerata waktu yang dibutuhkan
untuk mendeteksi pertumbuhan kuman dengan menggunakan
metode MGITT adalah 21.2 hari (kisaran 4-53 hari) sedangkan
dengan metode konvensional Lowenstein-Jensen membutuhkan
rerata waktu 40.4 hari (kisaran 30-56 hari). Dari beberapa
penelitian juga didapatkan bahwa metode MGIT merupakan
cara yang mudah, praktis dan cost-effective untuk biakan
M.tuberculosis.2
BACTEC
b. Uji molekular:2
PCR-Based Methods of IS6110 Genotyping
Spoligotyping
Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
MIRU / VNTR Analysis
PGRS RFLP
Genomic Deletion Analysis
Identifikasi M.tuberculosis dan uji kepekaan:2
Hain test (uji kepekaan untuk R dan H)
Uji ini dapat mendeteksi mutasi pada gen ropB, katG dan inhA
yang bertanggung jawab atas terjadinya resistensi Rifampisin
dan INH. Uji ini memiliki sensitivitas antara 92-100% untuk
resistensi Rifampisin dan 67-88% untuk resistensi Isoniazid.
Hain test merupakan uji yang tercepat saat ini. Mampu
mengidentifikasi resistensi terhadap Rifampisin dengan cara
mendeteksi mutasi bagian penting (core region) dari rpoBgene.
Mutasi tersebut diidentifikasi melalui metode amplifikasi dan
hibridisasi terbalik pada uji strip.2
Molecular beacon testing (uji kepekaan untuk R)
Gene X-pert (uji kepekaan untuk R)
22
Adalah uji diagnostik cartridge-based, otomatis, yang dapat
mengidentifikasi M.tuberculosis dan resistensi terhadap
Rifampisin. Xpert MTB/RIF berbasis Cephied GeneXPert
platform, cukup sensitive, mudah digunakan dengan metode
nucleic acid amplification test (NAAT). Metode ini
mempurifikasi, membuat konsentrat dan amplifikasi (dengan real
time PCR) dan mengidentifikasi sekuens asam nukleat pada
genom TB. Lama pengelolaan uji sampai selesai memakan
waktu 1-2 jam. Metode ini akan bermanfaat untuk menyaring
kasus suspek TB MDR secara cepat dengan bahan pemeriksaan
dahak. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas
sekitar 99%.2
Interferon-Gamma Release Assays (IGRAs)
Merupakan alat untuk mendiagnosis infeksi M.tuberculosis
termasuk infeksi TB dan TB laten. Metode pemeriksaan ini
mengukur reaktivitas imunitas tubuh terhadap M.tuberculosis.
Leukosit pasien yang terinfeksi TB akan menghasilkan
interferon-gamma (IFN-g) apabila berkontak dengan antigen dari
M.tuberculosis.2
T-SPOT TB adalah alat diagnostik in-vitro dengan metode
berbasis enzyme-linked immunospot yang menggunakan
sejumlah T-cells efector. Efektor tersebut berespons terhadap
rangsangan dengan peptide antigen ESAT-6 dan CFP-10.
Antigen tersebut tidak ditemui pada semua strain BCG dan
mikobakteria non-TB kecuali M.Kansasii, M.Szulgai dan
M.Marinum. Sebaliknya individu yang terinfeksi dengan
organisme M.tuberculosis kompleks memiliki T-cells dalam
darahnya sehingga dapat mengenali antigen mikobakteria
tersebut.2
23
d. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan standard adalah foto torak PA. Pemeriksaan lain atas indikasi
yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik atau CT-Scan. Pada pemeriksaan foto
torak, TB dapat memberi gambaran barmacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:2
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif:2
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed lung):2
Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,
biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologi luluh paru
terdiri dari atelektasis, ektasis/multikavitas dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologi tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktivitas
proses penyakit
24
Dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan
yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat
diperoleh melalui biopsy atau otopsi, yaitu:2
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening
(KGB)
Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope
dan Veen Silverman)
Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan
bronkoskopi, trans thoracal needle aspiration (TTNA), biopsi paru
terbuka
Biopsi atau aspirasi pada lesi organ di luar paru yang dicurigai TB
Otopsi
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan
dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium
mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk
pemeriksaan histologi.2
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk TB. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat
digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat
pada proses aktif, tetapi LED yang normal tidak menyingkirkan TB.
Limfosit juga kurang spesifik.2
25
Gambar 1. Alur diagnosis TB pada dewasa3
26
Sistem scoring diagnosis TB pada anak3
27
2.8 Penatalaksanaan TB1
a. Farmakologi1
1. Jenis, Sifat dan Dosis OAT
2. Prinsip Pengobatan1
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
28
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
3) Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE).
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Paduan OAT ini diberikan untuk:
Pasien baru TB paru BTA positif
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Dosis paduan OAT KDT kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Berat badan Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3 kali seminggu
selama 56 hari RHZE selama 16 minggu RH (150/150)
(150/75/400/275)
Tablet Isoniasid @ 1 2
29
300mg
Kaplet Rifampisin @ 1 1
450mg
Tablet Pirazinamid @ 3 -
500mg
Tablet Etambutol @ 3 -
250mg
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh (relaps)
Pasien gagal (failure)
Pasien putus obat (default)
Dosis paduan OAT KDT kategori-2 :
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
berat tahap intensif tiap hari tahap sisipan tiap hari tahap lanjutan 3 kali
badan RHZE(150/75/400/275)+S RHZE (150/75/400/275) seminggu RH
(kg) selama 56 hari selama 28 hari (150/150)+E(400) selama 2
minggu
30
Streptomisn inj Etambutol
jenis obat tahap intensif tiap tahap sisipan tiap hari tahap lanjutan 3 kali
hari selama 2 selama 1 bulan (28 seminggu selama 4 bulan (
bulan (56 hari/kali) hari/kali)
hari/kali)
tablet Isoniazid 1 1 2
@300mg
kaplet 1 1 1
Rifampisin
@450mg
tablet 3 3 -
Pirazinamid
@500mg
tablet Etambutol 3 3 1
@250mg
tablet Etambutol - - 2
@400mg
31
20-32 4 tablet 4 tablet
b. Non-Farmakologi (Edukasi)3
32
Menjelaskan bahwa batuk berdahak yang dirasakan berasal dari
gangguan paru dan kekhawatiran mengenai komplikasi penyakitnya dapat
dicegah bila pasien berobat dan kontrol secara teratur, dan tidak putus obat
Edukasi tentang penyakit tuberkulosis (etiologi, gejala, terapi,
pencegahan, dan penularan).3 Juga dilakukan edukasi hal berikut ini:3
1) Bila batuk, mulut ditutup
2) Jangan sembarangan membuang dahak bila batuk
3) Gizi seimbang
4) Istirahat yang cukup
5) Hindari merokok dan narkoba
6) BCG
7) Kemoprofilaksis dengan diberikan isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari diberi
pada anak kontak TB aktif
33
Pneumotorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah
tekanan pneumotorak udara dalam membran berada dalam tekanan yang lebih
tinggi dari udara dalam paru-paru yang berdampingan dan pembuluh darah,
sehingga kapasitas oksigen yang dihirup hanya sebagian.1
Bronkiektasis adalah endapan nanah pada bronkus setempat karena terdapat
infeksi pada bronkus. Penyebab nya yaitu kerusakan yang berulang pada dinding
bronchial dan keadaan abnormal dari jaringan penghilang mucus mengakibatkan
rusaknya jaringan yang menuju saluran nafas. Fibrosis adalah pembentukan
jaringan ikat pada proses penyembuhan. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti
Otak, tulang, persendian, ginjal, dan yang lain. Insufisiensi kardio pulmonal atau
penurunan fungsi jantung dan paru-paru sehingga kadar oksigen dalam darah
rendah.1
34
Diagnosis banding TB dengan Ca paru dan aspergilosis
CA paru4 ASPERGILOSIS7
Etiologi -Merokok. (Hidrokarbon - Aspergillus fumigatus dan Aspergillus
karsinogenik telah ditemukan dalam flavus adalah penyebab paling umum dari
ter dari tembakau rokok), aspergillosis pada manusia, walau spesies
-radiasi(cth: penambang kobalt lain dapat juga sebagai penyebab.
adanya bahan radioaktif dalam Aspergillus fumigatus menyebabkan banyak
bentuk radon) kasus bola jamur di paru-paru
- Polusi udara -jamur dengan hifa berseptum yang
- Genetik(Terdapat perubahan/ berdiameter 2-4 µm
mutasi beberapa gen yang berperan -riwayat penyakit paru kronis sebelumnya
dalam kanker paru) seperti :
-Kanker paru akibat kerja tuberculosis,sarkoidosis,bronkiektasis.
- Diet( bahwa rendahnya konsumsi
betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko
terkena kanker paru)
Patofisio -Dari etiologi yang menyerang -infeksi di tandai oleh invasi hifa kedalam
logi percabangan segmen/ sub bronkus pembuluh darah kemudian dapat
menyebabkan cilia hilang dan menimbulkan percabangan bronkus yang
deskuamasi sehingga terjadi rusak,kista pulmonalis atau pembentukan
pengendapan kavitas seperti bola-bola hifa di dalam kista
karsinogenmetaplasia,hyperplasia atau kavitas.
dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi
35
langsung pada kosta dan korpus
vertebra, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
Pengoba - Tujuan pengobatan kanker dapat -pada kasus ini di gunakan pengobatan
tan berupa : mikosis sistemik :
a. Kuratif 1. obat amfoterisin B deoksilat dengan
Memperpanjang masa bebas dosis ( 0,7-1,0/mg/kg/hari
penyakit dan meningkatkan angka 2. obat itrakonasol oral ( 200 mg/hari 2
harapan hidup pasien. x sehari untuk 4 dosis ) selama 6-12
36
b. Paliatif. minggu.
Mengurangi dampak kanker, 3. obat varikonasol ( 6 mg/kg 2 x sehari
meningkatkan kualitas hidup.. untuk 2 dosis )
c. Supotif. 4. koloidal dispersi ( 6 mg/kg sehari )
Menunjang pengobatan kuratif,
paliatif dan terminal sepertia
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan
komponen darah, obat anti nyeri dan
anti infeksi.
d. . Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker
paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan
yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa
tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk
melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan
paru).
3. Lobektomi (pengangkatan lobus
paru).
Karsinoma bronkogenik yang
terbatas pada satu lobus,.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satu atau
37
lebih segmen paru.
2.11 Prognosis8
a) Bila tidak menerima pengobatan spesifik (Grzybowski/1976)
25 % akan meninggal dalam 18 bulan
50 % akan meninggal dalam 5 tahun
8-12,5 % akan menjadi chroni exeretor’s yang artinya mereka terus-
menerus mengeluarkan basil TB dalam sputumnya
Sisanya akan mengalami kesembuhan spontan dengan bekas berupa
proses fibrotik dan perkapuran. Dapat pula kesembuhan berlangsung
melalui resolusi sempurna sehingga tidak meninggalkan bekas.
b) Bila diberikan pengobatan spesifik
Bila pengobatan spesifik sesuai aturan sebenarnya (penyembuhan)
Pengobatan spesifik hanya bekerja membunuh basil TB saja, namun
kelainan paru yang sudah ada pada saat pengobatan spesifik dimulai
(misal proses fibrotik, kavitas dan lain-lain), tidak akan hilang. Penting
diberikan pengobatan secara spesifik sedini mungkin yaitu sebelum
terjadi kerusakan paru yang bersifat irreversibel.
Bila pengobatan spesifik tidak memenuhi syarat
Basil TB yang tadinya sensitif terhadap obat-obat yang dipakai
akan menjadi resisten. Dengan begitu penderita sukar sembuh dan akan
dapat menularkan basil-basil yang resisten pada sekelilingnya. Hasil
akhirnya, mereka yang ditulari akan mendapatkan penyakit TB dengan
basil-basil yang punya resistensi primer terhadap beberapa
tuberkulostatika yang semestinya masih relatif.
38
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 42 Tahun
39
Alamat : Jl KH Agus Salim 02/05 bangkinang
Pekerjaan :Pedagang,supir
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : kamis 27 Oktober 2014
Ruang : Interna kelas III B
No.RM : 11-04-07
40
Nyeri menelan tidak ada
Mencret sejak 3 minggu yang lalu, mencret sebanyak 2-3 gelas belimbing
lebih sering di pagi hari dengan frekuensi 3-5 x mencret,disertai nyeri
perut pada bagiab bawah,mencet disertai ampas makanan ,mencret tidak
ada darah dan tidak ada lendir
BAK normal
V. Riwayat pengobatan :
Riwayat pengobatan TB pada tahun 2009 selama 2 bulan berobat dengan dr
BP dan di bulan ke 3 pasien alergi rifampisin dengan keluhan gatal gatal
seluruh badan.sehingga obat tidak dilanjutkan
41
Merokok : sejak 34 tahun merokok (mulai tahun 1980) dengan konsumsi 16
batang per hari .indeks brinkman :544 (sedang)
Tidak ada minum alcohol
C. Pemeriksaan Fisik
I. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan gizi : Kurang
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 42 kg
Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 74x/menit, regular
- Frekuensi napas : 27x/menit
- Suhu : 36,2oC
Kepala dan leher
Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, refleks pupil +/+,
normal
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum
Mulut : Bibir kering
Telinga : Tidak ada kelainan kongenital, tidak ada keluar cairan dari telinga
Leher : Tidak ada spasme otot-otot leher, tidak ada spasme otot bahu, tidak
ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
a. Paru-paru
Thoraks depan
42
Inspeksi :
- Statis : Simetris kanan dan kiri
- Dinamis : Simetris gerakan dada kanan dan kiri
Palpasi :
- Vokal fremitus : Sama getaran kanan dan kiri
Perkusi : Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi : Kanan : Bronkovesikuler, Rh +, Wh -
Kiri : bronkovesikuler, Rh +, Wh –
Thoraks belakang
Inspeksi :
- Statis : Simetris kanan dan kiri
- Dinamis : Simetris gerakan dada kanan dan kiri
Palpasi :
- Vokal fremitus : Sama getaran kanan dan kiri
Perkusi : Kanan : sonor
Kiri : sonor
Auskultasi : Kanan : Bronkovesikuler, Rh +, Wh -
Kiri : Bronkovesikuler, Rh +, Wh -
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
RIC V
Perkusi :
- Batas jantung atas: RIC II
- Batas jantung kanan: linea parasternalis dekstra
- Batas jantung kiri: 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
- Batas jantung bawah : RIC V
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, irama teratur, gallop (-),
murmur (-)
43
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, distensi (-), scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), tidak ada pembesaran
hepar dan lien
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, kelemahan -/-
Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, kelemahan -/-
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin (04 desember 2014)
Hb : 10,9 gr/%
Leukosit : 7,5 10^3/mm^3
Hematokrit : 33,3 %
Trombosit : 10^743/mm^3
Diffcount
Eosinofil : 2%
Basofil :0%
Netrofil stab :6%
Netrofil segmen :62%
Limfosit :20%
44
Monosit :10%
Fungsi hati
SGOT : 25 U/L
SGPT : 26 U/L
Elektrolit
Chlorida :104 mEq/l
Kalium :4,7 mEq/l
Natrium :137 mEq/l
Kesan
- Anemia
- Monositosis (shift to the left) : TB paru
45
Interpretasi :
Paru
- Terdapat infiltrat dikedua lapangan paru dan memenuhi kedua
lapangan paru
- Tidak terdapat fibrotik dan kalsifikasi
Jantung
- Tidak membesar CTR < 50%
Diafragma
- Sudut kostofrenikus lancip
- Letak diafragma normal SIC 10
- Kesan : TB paru,gastritis
46
Hasil foto rontgen (3 desember 2014)
E. Masalah
- Batuk tidak berdahak
- Keringat malam
- Nafsu makan menurun
- Berat badan turun
- Malaise
- Nyeri ulu hati
- Monositosis
47
- Shift to the left
F. Diagnosis
Diagnosis utama : TB paru gagal pengobatan+ Colitis TB
Diagnosis tambahan : Gastroenteritis + gastritis
G. Pemecahan masalah
1. Terapi umum
- Bila batuk, mulut ditutup
- Jangan sembarangan membuang dahak bila batuk, sebaiknya dahak dibuang
pada pot yang ada tutupnya yang telah diberi desinfektan
- Gizi seimbang
- Istirahat yang cukup
- Hindari merokok
2. Terapi khusus
- Injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam/iv dalam cairan RL 20 Tpm
- Nytex syr 3x1 sendok makan
- Propepsa syr 3x1 sendok makan
- Lodia tablet 3x1
- Ethambutol 500 mg tablet 1x1
- Curcuma tablet 3x1
- Cotri forte tablet 2x2
- L bio tablet 3x1
- Newdiatabs tablet 2x1
- SF tablet 1x1
Anjuran :
- Pemeriksaan CD 4
- Pengobatan TB kategori 2
- Minum obat rutin tidak boleh putus
- Efek samping obat OAT
48
Isoniazid : Kesemutan/kebas pada tangan atau kaki,rasa terbakar, tidak
nafsu makan, mual dan nyeri perut, kuning
Pirazinamid : Nyeri sendi, tidak nafsu makan, mual dan nyeri perut,
kuning
Etambutol : Gangguan penglihatan
49
HR : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
Suara napas : bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
50
HR : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
Suara napas : bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
51
Suara napas : bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
52
DAFTAR PUSTAKA
53