Anda di halaman 1dari 116

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.

N
PMB Hj. DINCE SAFRINA, SST
KOTA PEKANBARU

LAPORAN KASUS COMC

DISUSUN OLEH
YESSY KARMILA SAPUTRI
NIM : P031925401039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
PEKANBARU
2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN MODEL CONTINUITY MIDWIFERY


CARE (COMC) NY. N
DI PMB DINCE SAFRINA, SST, MKM

Pembimbing Institusi Pembimbing Institusi

Septi Indah Permata Sari,SST,M.Keb Rully Hevialni,SST,M.Keb

CI Lapangan

Hj. Dince Safrina, SST, MKM

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun Laporan CoMC ini dengan judul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny. F G1P0A0H0 Di PMB. Hj. Dince Safrina, SST
Kota Pekanbaru”. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah
Praktik Klinik CoMC. Dalam penyelesaian Laporan Kasus CoMC ini penulis
tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada Kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bpk. Husnan, SKp, MKM selaku Direktur Potekkes Kemenkes Riau
2. Ibu Hj. Juraida Roito Hrp, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Riau
3. Ibu Ani Laila, S.ST, M.Biomed selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Riau dan selaku pembimbing telah memotivasi.
4. Ibu Hj. Dince Safrina, SST selaku pembimbing klinik (CI) di PMB. Hj. Dince
Safrina, SST yang telah berkenan membimbing mulai dari tahap awal sampai
dengan penyelesaian laporan ini.
5. Septi Indah Permata Sari,SST,M.Keb dan Rully Hervialni,SST,M.keb selaku
pembimbing lapangan yang selalu pembimbing dan memotivasi, meluangkan
waktunya serta memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar sehingga
Laporan ini dapat terselesaikan oleh penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penulisan laporan selanjutnya. Semoga laporan CoMC ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.

Pekanbaru, April 2021.

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................i


KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................4
1.3 manfaat ...........................................................................................................4
1.4 Ruang lingkup ................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................................6
2.1 Kehamilan ......................................................................................................6
2.2 Persalinan .....................................................................................................37
BAB 3 LANGKAH PENGAMBILAN KASUS ......................................................79
3.1 Tempat dan waktu pengambilan kasus............................................................79
3.2 Cara pengambilan kasus..................................................................................79
3.2 Instrumen.........................................................................................................80
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................................88
4.1 Asuhan kebidanan kehamilan..........................................................................88
4.1 Asuhan kebidanan pada masa persalinan........................................................97
4.1 Asuhan kebidanan pada masa nifas.................................................................99
4.1 Asuhan kebidanan pada masa neonatus........................................................103
BAB V PENUTUP ...................................................................................................108
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................108
5.2 Saran .............................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................110

4
DAFTAR TABEL

2.1 Tinggi Fundus Uteri menurut Mc.Donald ................................................7


2.2 Menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU pertiga jari dan menggunakan
pita CM dan jari.......................................................................................7
2.3 Penambahan berat badan selama kehamilan dengan indeks masa tubuh....10
2.4 Kebutuhan makanan sehari-hari ibu hamil dan tidak hamil ......................12
2.5 Pengukuran status gizi pada ibu hamil (LILA) ..........................................30
2.6 Imunisasi tetanus teksoid ..........................................................................31

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan hasil laporan World Health Organization (WHO) pada tahun

2017 AKI di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa atau sebanyak

190/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017). Sementara, dari Hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015 (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017) didapatkan jumlah AKI 305/100.000 kelahiran hidup.

Kemudian, dari data SDKI (2017) menunjukkan Angka Kematian Neonatal

(AKN) sebanyak 15/1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB)

yaitu 24/1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita sebanyak

32/1.000 kelahiran hidup. Salah satu tujuan dari Sustainable Development

Goal’s (SDG’s) yang merupakan kelanjutan dari program sebelumnya

Millenium Development Goal’s (MDG’s) terkait kesehatan ibu di Indonesia

menargetkan pada tahun 2030 jumlah AKI yaitu kurang dari 70/100.000

kelahiran hidup yaitu dengan cara meningkatkan kinerja tenaga kesehatan

yang berkompeten (SDKI, 2017). Penyebab terbanyak AKI di Indonesia

adalah komplikasi obstetrik yaitu sebesar 46,8%, penyebab langsung kematian

ibu sama halnya seperti Negara lain yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsia.

Dalam upaya mengurangi angka kematian ibu disini dilakukan

asuhan Continuity of Care(COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan

dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB) sebagai upaya penurunan

AKI & AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan ukuran terpenting dalam

6
menilai indikator keberhasilan pelayananan kesehatan di Indonesia,dalam

melakukan upaya penurunan AKI di Indonesia bidan sebagai salah satu tenaga

kesehatan yang menjadi ujung tombak dan pondasi utama sangat berperan

penting dalam mengatasi hal tersebut. Selain bidan, tenaga kesehatan lain juga

bisa melakukan asuhan namun bidan sebagai tenaga kesehatan yang secara

langsung kontak dengan perempuan sekaligus memberikan asuhan yang hanya

berpusat pada perempuan (Woman-Centered), oleh Karena itu salah satu usaha

yang dapat di lakukan oleh bidan dalam membantu menekan angka kematian

ibu, baik pada masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, yaitu dengan cara

menjalankan program dari pemerintah dalam bentuk melakukan asuhan secara

berkesinambungan yang mana hal tersebut biasanya disebut dengan metode

Continuity of Midwifery Care (CoMC), (Kemenkes RI, 2015).

Dengan adanya asuhan berkesinambungan yang dilakukan oleh bidan

kepada pasien/ klien dapat meminimalkan angka kematian ibu di Indonesia hal

tersebut dibuktikan oleh penelitian oleh Yanti (2015) tentang implemetasi

model pembelajaran klinik tentang continuity of care berdasarkan hasil

evaluasi dari penelitian tersebut bahwa tidak ada ditemukannya angka

kematian pada ibu (zero maternal mortality) sepanjang proses kehamilan

persalinan, nifas dari 108 ibu hamil yang menjadi klien saat kontak pertama

dalam melakukan penerapan COMC ini hanya terjadi 1 kasus kematian pada

bayi yang disebabkan karena kelahiran bayi yang kurang bulan (premature)

(Susanti, dkk, 2018).

7
Asuhan berkesinambungan ini dilakukan dari awal kehamilan TM 1, TM 2,

TM 3 hingga masa nifas ibu. Asuhan ini dilakukan untuk melakukan

pemantauan perkembangan kesehatan ibu dan janin dan mengurangi resiko kia

pada ibu dan bayi.

Kunjungan dilakukan paling sedikit 8x kunjungan ANC selama kehamilan

dari trimester 1 sampai trimester 3, kunjungan awal dilakukan pada rentang

usia kehamilan 0-13 minggu sebanyak 1x kunjungan,kunjungan 2 pada

rentang usia kehamilan 14-28 minggu sebanyak 2x kunjungan, kunjungan

pada trimester 3 dari rentang 28-39 minggu sebanyak 5x kunjungan secara

rutin. Tujuan dilakukan pemerikasaan ANC ini yaitu untuk memantau

kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mengenali sejak

dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil,mempersiapkan kehamilan cukup bulan dan melahirkan dengan

selamat(Jannah,2012)

Dalam melakukan asuhan berkesinambungan ini dilakukan asuhan standar

kehamilan termasuk 14T yaitu: pengukuran tinggi badan dan penimbang berat

badan,tekanan darah,tinggi fundus,TT, tablet Fe, tes Hb,tes protein urine,tes

urine reduksi,tekan pijat payudara,tingkat kebugaran(senam hamil), tes

VDRL, temu wicara, terapi yodium, terapi malaria. Pemeriksaaan harus sesuai

dengan standar guna memastikan kesehatan dan tumbuh kembang janin

berjalan normal, mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang

8
mungkin terjadi, serta mempersiapkan masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan latar belakang dan mengingat pentingnya asuhan kebidanan

yang komprehensif, maka penulisan tertarik melakukan “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. N di PMB Hj. Dince Safrina berlokasi Di Jalan

Limbungan, Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Pada Tahun 2020”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan yang berkesinambungan kepada Ny. N

pada masa kehamilan, persalinan, nifas, neonatus secara komprehensif di

PMB Hj. Dince Safrina di Kota Pekanbaru Tahun 2021 melalui

pendekatatan manajeman kebidanan serta melakukan pendokumentasian

dalam bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kehamilan berkesinambungan di PMB Hj. Dince

Safrina Kota Pekanbaru.

b. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin di PMB Hj. Dince

Safrina Kota Pekanbaru.

c. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP

9
1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Keilmuan

Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam

pengembangan asuhan kebidanan yang menyeluruh dan berkesinambungan.

1.3.2 Manfaat Aplikatif

Mampu memberikan asuhan yang menyeluruh dan berkesinambungan

kepada ibu sejak masa hamil, bersalin, nifas termasuk KB, bayi baru lahir

dengan menggunakan pendokumentasian metode SOAP.

1.4 Ruang Lingkup

Laporan ini merupakan studi kasus yang membahas mengenai asuhan

kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan mulai dari

kehamilan, persalinan, nifas, dan masa neonatus, dengan sasaran ibu hamil

trimester III. Pengambilan kasus ini dilakukan di Praktik Mandiri Bidan Hj.

Dince Safrina berlokasi di Jalan Limbungan, Rumbai Pesisir Kota

Pekanbaru. Waktu pengambilan kasus ini dimulai pada bulan April 2021

sampai selesai dengan pemeriksaan di Praktik Mandiri Hj. Dince Safrina

dan akan dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah. Asuhan

kebidanan yang diberikan dimulai sejak kehamilan dengan kunjungan hamil

3 kali, nifas 3 kali, neonatus 2 kali dengan cara pengkajian, pemeriksaan

fisik, observasi, pendidikan kesehatan dan konseling dan pendokumentasian

kasus ini menggunakan metode SOAP.

10
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan

A. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau

pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan

fertilisasi, nidasi, dan implantasi. (Sulistyawati, 2011).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional(Prawirohardjo, 2018).

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan

spermatozoa (Sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot

kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta

dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba dkk, 2012).

B. Fisilogis Kehamilan Trimester III

Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan TM

III, Yaitu :

1). Sistem Reproduksi

11
Pada trimester ke III itmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri

dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua

karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebar dan tipis,

tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah

yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis dinding

uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR (Yuni

Kusmiyati, 2013).

Tinggi Fundus uteri dalam sentimeter (cm), yang normal harus sama

dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan hari

pertama haid terakhir.

Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri menurut Mc.Donald
Tinggi TFU dalam Berat Janin Usia kehamilan
Cm (gram) dalam bulan
10-12 300-350 5
13-18 600-700 6
22-25 1000-1500 7
26-28 1700-2100 8
29-32 2500-2800 9
35-36 3000-3500 10
Sumber : (Manuaba,2012)

Tabel 2.2
Menentukan Usia Kehamilan Berdasarkan TFU PerTiga jari
dan Menggunakan Pita CM dan Jari
UK Tinggi Fundus Uteri (TFU) TFU (CM)
12 3 jari diatas Sympisis
16 Pertengahan sympisis pusat
20 3 jari bawah pusat 20 cm
24 Setinggi pusat 23 cm
28 3 jari diatas pusat 26 cm
32 Pertengahan pusat Prosesus xiphoideus 30 cm
(PX)
36 3 jari di bawah PX 33 cm

12
40 Pertengahan PX- Pusat
Sumber : Sulistyawati, 2011

Tujuan pemeriksaa tinggi fundus uteri (TFU) menurut Mc. Donal

adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu, dan hasilnya bisa

di bandingkan dengan Hari Pertama Haid Terakhir (HPTHT). Tinggi fundus

uteri dalam cm, yang normal harus sama dengan usia kehamilan dalam

minggu yang ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir. Jika hasil

pengukuran berbeda 1-2 cm, masih bisa di toleransi, tetapi jika deviasi lebih

kecil dari 2 cm umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan

janin, sedangkan bila deviasi lebih besar dari 2 cm kemungkinan bayi

kembar, polihidramion, atau janin besar (Mandriwati,2017).

2). Sistem Traktus Uranius

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan

mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan

metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal

kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri, karena pergeseran

uterus yang berat kekanan, akibat terdapat kolon rektosigmoid disebelah

kiri. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu

menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat

laju aliran urine (Yuni Kusmiyati, 2013).

3). Sistem Respirasi

Pada 32 minggu, keatas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.

13
Hal tersebut mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat

kesulitan bernafas (Yuni Kusmiyati, 2013).

4). Kenaikan Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari

mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg. Baik

buruknya nutrisi ibu hamil dapat dilihat dari Indeks Masa Tubuh (IMT),

IMT dapat diinterpretasikan dalam kategori berat kurang dengan IMT

kurang dari 19,8 kategori normal dengan IMT 19,8 - 26, kategori berat lebih

atau tinggi dengan IMT 26 - 29 dan kategori obesitas dengan IMT lebih dari

29. Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1 - 2,5 kg pada trimester

pertama dan selanjutnya rata-rata 0,5 kg setiap minggu sampai akhir

kehamilan (Yeyeh, dkk, 2013).

Berat badan pasien harus dipantau untuk mendapatkan berat badan pada

kehamilan. Pedoman yang disarankan untuk kenaikan berat badan selama

kehamilan adalah sebagai berikut (Prawirohardjo, 2016):

a) Jika berat badan kurang di awal kehamilan (IMT <18,5), berat


badan harus naik 12,5–18 kg selama kehamilan.
b) Jika dalam kisaran berat badan ideal pada awal kehamilan (IMT
≥18,5 sampai < 24,9), berat badan harus naik 11,5–16 kg selama
kehamilan.
c) Jika kelebihan berat badan pada awal kehamilan(IMT ≥ 24 sampai
<27), berat badan harus naik 7–11,5 kg selama kehamilan.
d) Jika gemuk pada awal kehamilan (IMT ≥27), berat badan harus
naik 5-9 kg selama kehamilan

14
Tabel 2.3

Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan

Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obsitas > 26 ≥7
Gameli 16 – 20,5
Sumber Prawirohardjo. 2018

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan

menambah berat badan per minggu 0,4 kg, sementara pada perempuan denga

gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu

masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.

5). Sirkulasi Darah

Aliran darah meningkat dengan cepat seiring pembesaran uterus.

Walaupun aliran darah uterus meningkat dua puluh kali lipat, ukuran

konseptus meningkat lebih cepat. Hemodilusi penambahan volume darah

sekitar 25% dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan

hematokrit mencapai level terendah pada minggu 30-32 (Yuni Kusmiyati,

2013).

C. Perubahan Psikologis Yang Terjadi Pada Trimester III

Kehamilan trimester III (periode penantian dengan penuh

kewaspadaan). Trimester III sering disebut periode menunggu dan

15
kewaspassan sebab ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Ibu

khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu

mengkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta

ketidak normalan bayinya. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul

kembali, merasa dirinya aneh dan jelek serta gangguan body image (Jannah,

2012).

Sejumlah kekuatan muncul pada trimester tiga, wanita mungkin merasa

cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah

nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan kelahiran, apakah

ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar

karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan

cidera akibat tendangan bayi. Wanita akan kembali merasakan ketidak

nyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan

merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat

besar dan konsisten dari pasangan. Pada pertengahan trimester ketiga,

peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan

menghilang karena abdomennyass yang semakin besar menjadi halangan

(Walyani, 2015).

D. Kebutuhan Dasar Pada Kehamilan

Kebutuhan dasar pada kehamilan diantaranya :

1). Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa

hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar

16
dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB

bertambah, penambahan BB di ukur dari IMT (Indeks Masa

Tubuh)/BMI (Body Masa Indeks) sebelum hamil (Siti Tyastuti,

dkk, 2016).

Untuk memenuhi penambahan BB maka kebutuhan gizi

harus dipenuhi melalui makanan sehari-hari dengan menu

seimbang seperti tabel 2.1

Tabel 2.4
Kebutuhan Makanan Sehari-Hari Ibu Tidak Hamil Dan Ibu
Hamil
Nutrien Tidak Hamil Hamil
Kalori 2.000 2.300
Protein 55 g 65 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg
Niasin 1,2 mg 15 mg
Vitamin C 60 mg 90 mg
Siti Tyastuti, dkk (2016)

2). Kebutuhan oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi

untuk dapat memenuhi kebutuhan O2, disamping itu terjadi desakan

rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas

lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan meningkatnya

aktifitas paru-paru untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu dan O2 janin

(Siti Tyastuti, dkk, 2016).

17
3). Personal Hygine

Kebersihan badan akan mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi. Pada ibu hamil karena bertambahnya aktifitas

metabolisme tubuh maka ibu hamil cenderung menghasilkan

keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga kebersihan badan

secara ekstra, yaitu :

a) Mandi, Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak,

bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dan

dikeringkan.

b) Perawatan vulva dan vagina, ibu hamil dianjurkan untuk

membersihkan vulva dan vagina setiap mandi, setelah BAK,

cara membersihkan dari depan ke belakang kemudian di

keringkan dengan handuk kering. Pakaian dalam terbuat dari

kain katun yang enyerap keringat, vulva dan vagina dalam

keadaan kering

c) Perawatan gigi, saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan

karena konsumsi kalsium yang kurang, serta emesis-hiperemesis

gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan kalsium

disekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk

mencari kerusakan gigiuntuk mencegah infeksi.

d) Perawatan kuku, kuku dianjurkan untuk tetap pendek sehingga

perlu dipotong secara teratur, kuku yang telah di potong

18
dihaluskan sehigga tidak melukai kulit yang mungkin dapat

menyebabkan luka dan infeksi.

e) Perawatan rambut, wanita hamil menghasilkan banyak keringat

sehingga ibu hamil harus sering mencuci rambut untuk

mengurangi ketombe. Cuci rambut hendaknya dilakukan 2-3

kali (Siti Tyastuti, dkk, 2016)

4). Eliminasi (BAK dan BAB)

Ibu hamil sering mengalami obstipasi. Hal ini terjadi

diakibatkan oleh :

a) Kurang gerak badan

b) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan

Peristaltik kurang karena pengaruh hormone

c) Tekanan pada rektum oleh kepala

d) Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul akan

terisi dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya

rahim, maka dapat menimbulkan bendungan di dalam panggul

yang memudahkan timbulnya hemoroid.

e) Dengan kehamilan terjadi perubahan hormon, sehingga daerah

kelamin menjadi lebih basa. Situasi ini menyebabkan jamur

Trykomonas tumbuh subur sehingga ibu hamil mengeluh gatal

dan keputihan. Rasa gatal dapat menimbulkan sering digarut

dan memudahkan terjadinya infeksi (Siti Tyastuti, dkk, 2016).

5). Seksual

19
Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan seksual.

hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah

hubungan dengan mengatur posisi tubuh untuk menyesuaikan

dengan pembesaran perut. Ibu hamil pada trimester III hubungan

seksual dilakukan dengan hati-hati karena akan menimbulkan

kontraksi (Siti Tyastuti, dkk, 2016).

6). Mobilisasi dan Body Mekanik

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur dan mempunyai tujuan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Manfaat mobilisasi

adalah sirkulasi darah menjadi elbih baik, nafsu makan bertambah,

pencernaan lebih baik dan tidur lebih nyenyak. Dianjurkan

berjalan-jalan dipagi hari dalam udara yang bersih dan segar (Siti

Tyastuti, dkk, 2016).

7). Senam Hamil

Dengan berolahraga tubuh seorang wanita menjadi semakin

kuat. Selama masa kehamilan olahraga dapat membantu tubuhya

siap menghadapi persalinan. Wanita dapat berolahraga dengan cara

mengangkat air, bekerja dirumah. Namun yang banyak dianjurkan

adalah jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan, relaksasi, latihan,

otot ringan dan mendapatkan udara segar (Siti Tyastuti, dkk, 2016).

8). Istirahat/tidur

20
Istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan

dan pertumbuhan janin dan membantu ibu tetap kuat dan

mencegah penyakit, mencegah terjadinya keguguran, tekanan

darah tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lainnya (Siti Tyastuti,

dkk, 2016)

9). Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatka kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan

toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka

kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus

dilakukan dua kali selama hamil. Imunisasi TT sebaiknya

diberikan pada ibu hamil denganumur kehamilan tiga bulan sampai

satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat

minggu (Siti Tyastuti, dkk, 2016).

a) Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda – tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang

apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian

ibu(Sulistyawati, 2011).

21
Tanda bahaya kehamilan menurut (Sulistyawati 2011) :

1. Keluar darah dari jalan lahir

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang

merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang nyeri. Pada

kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah,

banyak, kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa

nyeri.

2. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan adanya masalah yang serius adalah

sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi

kabur atau berbayang.

3. Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, manetap, dan

tidak hilang setelah istirahat.

4. Gerakan janin tidak terasa

Ibu mulai merasakan gerakan janin selama bulan ke-5 atau ke-6.

Beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Janin

harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring

atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik.

5. Keluar cairan per vaginam

22
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum

persalinan berlangsung, yang disebabkan karena berkurangnya

kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri, atau oleh

kedua faktor tersebut. Juga karena adanya infeksi yang busa berasal

dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya

cairan ketuban divagina. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan

dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru

6. Bengkak di wajah dan di jari-jari tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak

yang normal pada kaki. Bengkak biasanya menunjukkan masalah

yang serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang

setelahistirahat dan disertai keluhan fisik lain.

2). Kehamilan Resiko Tinggi

a. Pengertian

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan ibu atau

perinatal berada atau akan berada dalam keadaan membahayakan

(kematian atau komplikasi serius) selama gestasi atau dalam

rentang waktu nifas atau neonatal (Benson, 2010). Kehamilan

risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi

optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi

(Manuaba, 2010)

Menurut Prawirohardjo, pendekatan risiko adalah strategi

operasional untuk pencegahan proaktif dalam pelayanan

23
kebidanan melalui upaya dini pengendalian atau pencegahan

proaktif terhadap komplikasi persalinan.

b. Tujuan Pendekatan Risiko Pada Ibu Hamil

1) Meningkatkan mutu pelayanan dimulai pengenalan dini

faktor risiko pada semua ibu hamil.

2) Memberikan perhatian lebih khusus dan lebih intensif kepada

ibu risiko tinggi yang mempunyai kemungkinan lebih besar

terjadi komplikasi persalinan dengan risiko lebih besar pula

untuk terjadi kematian, kesakitan, kecacatan, ketidakpuasan ,

ketidaknyamanan pada ibu atau bayi baru lahir.

3) Mengembangkan perilaku pencegahan proaktif antisipatif

dengan dasar pradigma sehat, melalui kesiapan persalinan

aman dan kesiagaan komplikasi persalinan. Pemberdayaan

ibu hamil, suami, keluarga agar ada kesiapan mental, biaya

dan transportasi.

4) Melakukan peningkatan rujukan terencana melalui upaya

pengendalian atau pencegahan proaktif terhadap terjadinya

rujukan estafet dan rujukan terlambat.

c. Penyakit penyebab resiko tinggi pada kehamilan.

1) Anemia

Adalah kekurangan darah yang dapat mengganggu kesehatan

ibu pada saat proses persalinan. Kondisi ibu hamil dengan

24
kadar hemoglobin <11 g% pada trimester I dan III dan

<10,5% pada trimester II. Anemia dapat menimbulkan

dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi,

partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan.

Gejala dan tanda :

Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan sementara

tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia

defisiensi. Secara klinis dapat dilihat tubuh yang malnutrisi

dan pucat.

Penanganan umum :

Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan

mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat

besi, pemberiian kalori 300 kalori perhari dan suplemen besi

sebanyak 60 mg/hari. Kiranya cukup untuk mencegah

anemia.

2) Malaria

Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman

(Plasmodeum) dapat mengakibatkan anemia dan dapat

menyebabkan keguguran.

Gejala dan tanda:

Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru dan malaria berat

lainnya.

Penanganan :

25
Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin

dengan dosis 300 mg/minggu.

3) TB Paru

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium

tubercolusis. Sebagian besar kuman tubercolosis menyerang

paru, sehingga dapat menyebabkan pada sistem pernafasan.

Gejala dan tanda:

Batu menahun, batuk darah dan kurus kering.

(a) Ibu hamil dengan proses aktif hendaknya jangan

dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada

pemeriksaan antenatal.

(b) penderita dengan proses aktif, apabila dengan batuk

darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan kamar

isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk

menjamin istirahat dan makan yang cukup, serta

pengobatan yang intensif dan teratur.

4) Diabetes Melitus

Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak

menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya,

tubuh kurang mampu untuk menggunakan insulin secara

maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh

pangkreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke

sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.

26
Gejala dan tanda :

Pada awal kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan,

berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan

lainnya seperti gawat nafas, hipoglikemia, kadar gula darah

kurang dari normal, dan sakit kuning.

Penanganan :

Menjaga kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus

memperhatikan makan, berolahraga secara teratur, serta

menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita

penyakit ini.

5) Infeksi Menular Seksual pada Kehamilan

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus parasit atau

jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual

dengan pasangan terkena tersebut.

e. Pre-Eklampsi

Preeklamsi adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi

disertai protein urine dan edema akibat kehamilan setelah usia

kehamilan 2 minggu atau setelah lahir.

Gejala dan tanda :

Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan

kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, tekanan darah

27
>140 mmHg, protein urin sebanyak 0,3 g/I dalam air kencing 24

jam.

Penanganan umum :

Istirahat, tirah baring, diet rendah garam, diet tinggi protein,

suplemen kalsium, magnesium, obat anti hipertensi dan dirawat di

rumah sakit bila ada kecenderungan menjadi eklamsia.

f. Eklamsia

Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala preeklampsi berat dan kejang

atau koma.

Penanganan :

Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang

dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat.

g. Hamil kembar/gemeli

kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kejadian kehamilan ganda

dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur, dan paritas.

Gejala dan tanda :

TFU lebih besar dari usia kehamilan, gerakan janin dirasakan

lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi

bagian kecil teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin,

teraba ada 2 ballotement, terdengar 2 denyut jantung janin.

28
Penanganan dalam kehamilan :

Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar

dan mencegahn komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap,

Hb, dan golongan darah.

E. Ketidaknyamanaan Fisiologis Pada Ibu Hamil Pada Trimester III

Ketidaknyama nan pada ibu hamil trimester III adalah :

1). Nyeri punggung

Rasa nyeri pada bagian punggung atau low back pain

dialami oleh 20 %-25% ibu hamil. Keluhan ini dimulai pada usia

kehamilan 12 minggu dan akan meningkat pada saat usia

kehamilan 24 minggu hingga menjelang persalinan. Seiring

bertambahnya usia kehamilan da perkembangan janin

menyebabkan muatan di dalam uterus bertambah dan menjadikan

uterus membesar. Pembesaran uterus ini akan memaksa ligament,

otot-otot, serabut saraf dan punggung teregangkan, sehingga beban

tarikan tulang punggung ke arah depan akan bertambah dan

menyebabkan lordosis fisiologis. Hal inilah yang menyebabkan

nyeri punggung pada ibu hamil (Farid Husin, 2014).

Rasa nyeri fisiologis ini dapat dikurangi bahkan dicegah

dengan melakukan senam hamil.

Peran bidan dalam membantu ibu mengurangi keluhan

nyeri punggung yaitu dengan :

29
a). Menganjurkan ibu untuk melakukan exercise selama hamil

untuk melatih otot-otot tubuh serta membantu dalam

menyesuaikan dengan perubahan fisiologi yang terjadi.

b). Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitasnya serta

menambah waktu istirahat jika diperlukan (Farid Husin, 2014)

2). Nyeri perut bawah

Nyeri perut bagian bawah dikeluhkan 10%-30% ibu hamil

pada akhir trimester I atau ketika memasuki trimester II. Keluhan

ini biasa terasa lebih pada ibu hamil multigravida disebabkan

karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri

seperti kram ringan dan atau terasa seperti tusukan yang akan lebih

terasa akibat gerakan tiba-tiba dibagian perut bawah . Nyeri perut

bagian bawah disebabkan oleh semakin membesarnya uterus

sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen.

Keadaan ini berakibat pada tertariknya ligamen-ligamen uterus

seiring dengan pembesaran yang terjadi yang menimbulkan rasa

ketidaknyamanan dibagian perut bawah (Farid Husin, 2014).

Asuhan yang dapat dilakukan bidan terkait nyeri fisiologis

pada bagian bawah perut pada masa kehamilan, yaitu:

a). Menganjurkan ibu untuk mengindari berdiri secara tiba-tiba dari

posisi jongkok.

30
b). Menganjurkan ibu posisi tubuh yang baik, sehingga

memperingan gejala nyeri yang mungkin timbul (Farid Husin,

2014).

3). Bengkak dan kram pada kaki

Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau retensi

cairan pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan

intraseluker ke ekstraseluler. Oedema pada kaki biasa dikeluhkan

pada usia kehamilan di atas 34 minggu. Hal ini dikarenakan

tekanan uterus yang semakin meningkat dan mempengaruhi

sirkulasi cairan (Farid Husin, 2014).

Wanita hamil sering mengeluhkan adanya kram pada kaki

yang biasanya berlangsung pada malam hari atau menjelang pada

pagi hari. Kram pada kaki saat kehamilan sering dikeluhkan oleh

50% wanita pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu sampai

dengan 36 minggu kehamilan. Hal ini diperkirakan terjadi karena

adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh darah

panggul yang disebabkan oleh tertekannya pembuluh tersebut oleh

uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram juga

dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan

kadar kalsium terionisasi dalam serum (Farid Husin, 2014).

Asuhan yang disarankan untuk dilakukan oleh ibu hamil

dalam mengurangi keluhan yang dirasakan:

31
a). Meminta ibu untuk meluruskan kakinya yang kram dalam posisi

berbaring kemudian menekan tumitnya atau dengan posisi berdiri

dengan tumit menekan pada lantai.

b). Menyarankan ibu hamil untuk melaksanakan latihan ringan

umum seperti memposisikan kaki lebih tinggidari tempat tidur

sekitar 20-25 cm, mendorsofleksikan kaki dan melakukan pijatan

ringan, berjalan untuk menjalankan sirkulasi darah menuju tungkai,

mempertahankan posisi yang baik dalam beraktivitas agar dapat

meningkatkan sirkulasi darah.

c). Menyarankan ibu hamul untuk mengkonsumsi vitamin B, C, D,

Kalsium, dan fosfor agar terdapat keseimbangan anatar kadar

tersebut dalam tubuh ibu dan menghindari terjadinya keluhan

(Farid Husin, 2014).

2.1.2 Asuhan Kehamilan

A. Pengertian Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dalam noenatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Prawirohardjo, 2018).

Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi dan penanganan kebidanan pada ibu hamil untuk

32
memperoleh suatu kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan

(Anik Maryunani, 2016).

B. Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan asuhan antenatal yaitu memantau kemajuan kehamilan

untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mengenali cara dini

adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil, mempersiapkan kehamilan cukup bulan dan melahirkan dengan

selamat (Jannah, 2012)

C. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan ANC

Kunjungan ulang dilakukan paling sedikit 4 kali . 1 x pada

trimester I, 1 x pada trimester II, 2 x pada trimester III.

1. Kunjungan I (0-13 minggu) dilakukan untuk :

a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c) Melakukan pencegahan, misalnya anemia, kekurangan zat besi

dan tetanus neonatorum.

d) Mendorong perilaku sehat (gizi, istirahat dan kebersihan)

2. Kunjungan II (14-28 minggu) dilakukan utuk:

a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

33
c) Melakukan pencegahan, misalnya anemia, kekurangan zat besi

dan tetanus neonatorum.

d) Mendorong perilaku sehat (gizi, istirahat dan kebersihan)

e) Meningkatkan kewaspadaan khusus mengenai pre-eklamsi

3. Kunjungan IV (28-36 minggu) dan (36-40) dilakukan untuk:

a) Jika belum melahirkan, maka anjurkan untuk mendeteksi janin

secara dini, melakukan rujukan atau tindakan secara tepat.

b) Mencegah terjadinya kehamilan serotinus. (Astuti, 2017)

D. Standar Asuhan Kehamilan

Pelayanan / asuhan standar minimal asuhan kehamilan termasuk

dalam 10 T yaitu :

1. Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan

Kenaikan berat badan normal pada ibu hamil dari trimester

I sampai trimester III yang berkisar 9-13,9 kg dan kenaikan

perminggunya adalah 400 gr-500 gr. Pengukuran tinggi badan ibu

hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko yang berhubungan

dengan keadaan rongga panggul (Astuti, dkk, 2017).

2. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko

hipertensi (tekanan darah tinggi dalam kehamilan) perlu

diwaspadai adanya preeklampsi (Astuti, dkk, 2017).

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

34
Bila LiLA < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita

Kurang Energi Kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Astuti, dkk, 2017).

Tabel 2.5
Kategori Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Lingkar Lengan Atas Kriteria


23,5-28,5 Normal
28,5-34,2 Obesitas
34,2-39,7 Obesitas Berat
>39,7 Obesitas Sangat Berat
Sumber : Aryani. 2012

4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pemeriksaan TFU berfungsi untuk menentukan umur

kehamilan berdasarkan minggu dan untuk mengetahui kapan

gerakan janin mulai dirasakan (Astuti, dkk, 2017).

5. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut

jantung janin

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau

kepala belum masuk panggul kemungkinan ada kelainan letak atau

ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120

kali/menit atau lebih dari 60 kali/menit menunjukkan adanya gawat

janin dan segera rujuk (Astuti, dkk, 2017).

35
6. Pemberian imunisasi TT

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil

harus mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, dapat

dilakukan skrining status imunisasi TT pada ibu hamil. Pemberian

imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi

ibu saat ini. Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera diberikan pada

saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan

dilakukan pada minngu ke-4 (Astuti, dkk, 2017).

Tabel 2.6
Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi TT Selang Waktu Lama Perlindungan


Minimal

TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
Sumber : Sulistyawati. 2011

7. Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah

darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah

36
diminum pada malam hari untuk megurangi rasa mual (Astuti, dkk,

2017).

8. Pelayanan tes laboratorium hemoglobin darah (Hb)

Bila kadar Hb< 11 gr% ibu hamil dinyatakan anemia, maka

harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg asam folat hingga Hb

menjadi > 11 gr% (Astuti, dkk, 2017).

9. Pemeriksaan VDRL (venereal Disease Research Laboratory)

Pemeriksaan untuk mengetahui mengidap penyakit sifilis

atau tidak (Astuti, dkk, 2017).

10. Perawatan payudara dan pijat tekan payudara

a) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil

b) Pemeriksaan protein dan reduksi urine atas indikasi

c) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis

gondok dan terapi anti-malaria untuk daerah endemis

malaria.

d) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana).

Ibu bertanya yang belum diketahui, misalnya tanda-tanda

bahaya dalam kehamilan, dan bidan memberikan konseling

tentang masalah yang dialami ibu pada saat kehamilan

(Astuti, dkk, 2017).

37
E. Deteksi Dini Masalah Kehamilan

Kartu skor Poedji Rochjati adalah salah satu alat untuk

mendeteksi dini komplikasi dalam kehamilan. Dalam KSPR

tersebut dikategorikan tiga faktor resiko yaitu:

1) Risiko l (Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO)

a) Primi Muda, terlalu Muda hamil pertama umur 16 tahun atau

kurang

b) Primi Tua Primer :

(1) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih

(2) Terlalu lambat hamil Setelah kawin 4 tahun lebih

c) Primi Tua Sekunder

(1) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih

d) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun

e) Grande Multi Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih

f) Terlalu Tua (Umur ≥35 tahun)

g) Terlalu pendek (Tinggi Badan ≤ 145 cm)

h) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pemah melahirkan

normal

i) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu

j) Pernah melahirkan dengan :

(1) Tarikan

(2) Uri dikeluarkan oleh penolong

(3) Pernah diinfus atau transfuse pada pendarahan postpartum

38
k) Bekas operasi sesar

2) Kelompok Faktor Risiko II (Ada Gawat Obstetri/AGO)

a) Ibu Hamil Dengan Penyakit: Anemia, Malaria, TBC, Payah

Jantung, Penyakit lain HIV-AIDS, Penyakit Menular Seksual

b) Pre eklampsia Ringan, Hamil Kembar/Gemeli, Hidramnion,

Bayi mati dalam kandungan, Hamil lebih bulan (Serotinus),

Letak Sungsang, Letak Lintang

3) Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetri/AGDO)

a) Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah pada waktu

hamil.

b) Preeklamsia berat dan atau eklamsia (Prawirohardjo, 2012).

Hasil skor penghitungan KSPR

a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan resiko rendah adalah kehamilan tanpa

masalah/faktor resiko dan kemungkinan besar diikuti oleh

persalinan normaldengan ibu dan bayi hidup sehat. Termpat

persalinan dapat dilakukan di rumah maupun di polindes,

tetapi penolong persalinan harus bidan.

b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan salah

satu atau lebih faktor resiko, baik dari pihak ibu maupun

janinnnya yang memberikan dampak kurang menguntungkan

baik pada ibu maupun pada pada janinnya, memiliki resiko

39
kegawatan namun tidak darurat, salah satu yang menjadi

faktor resiko adalah ibu dengan multi grande. Menurut

Sungkar, 2010 kehamilan lebih dari empat kali bisa

menyebabkan beragam komplikasi diantaranya perdarahan

ante partum, solusio plasenta, plasenta previa, abortus,

Intrauterine growth retadation. Pada masa persalinan

komplikasi yang mungkin terjadi berupa atonia uteri, rupture

uteri, dan malpresentasi. Untuk mrnghindari berbagai resiko

kehamilan grande multipara, sebaiknya kehamilan

direncanakan dengan baik sehingga komplikasi tidak terjadi.

Apabila kehamilan sudah berlangsung komplikasi dapat

diatasi dengan melakukan deteksi dini sejak masa kehamilan

sehingga kelainan dapat diatasi sejak dini dan dilakukan

rujukan.

c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor

≥ 12

Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan dengan

faktor resiko perdarahan sebelum lahir memberikan dampak

gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan bayinya , membutuhkan

rujukan tepat waktu dan tindakan segera. Pertolongan

persalinan dilakukan di rumah sakit oleh dokter spesialis

(Kostania. 2015).

40
Kartu Skor Poedji Rochjati

41
2.2 Persalinan

2.2.1 Konsep Dasar Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahiratau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri

(Manuaba, 1998).

Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.

Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi pada ibu maupun pada janin (Walyani, 2016).

Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara

spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentase belakang

belakang kepada pada usia kehamilan antara 37 minggu hingga 42 minggu

lengkap. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.

B. Fisiologi Persalinan

1. Perubahan Fisiologis Pada Kala I

Perubahan fisiologis pada kala I adalah :

a) Perubahan tekanan darah

42
Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan

diastolik rata–rata 5-10 mmHg diantara kontraksi-kontraksi uterus,

tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan

akan naik lagi bilan terjadi kontraksi. Arti penting dan kejadian ini

adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhya,

sehingga diperlukan pengukuran diantara kontraksi. Jika seorang

ibu dalam kedaaan sangat takut/khawatir, rasa takutnya lah yang

akan menaikkan tekanan darah (Walyani, 2016).

Posisi tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan

penekanan uterus terhadap pembuluh dasar besar (aorta) yang

akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin

akan terganggu, ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia

(Walyani, 2016).

b) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik

maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini

sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot

rangka tubuh kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin

dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak

ouput dan kehilangan cairan (Walyani, 2016).

43
c) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah

persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5–

1 °C. Suhu badan akan naik sedikit merupakan hal yang wajar,

namun keadaan ini berlangsung lama, keadaan suhu ini

mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus

dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum, karna hal

ini merupakan tanda infeksi (Walyani, 2016).

d) Denyut Jantung

Penurunan yang menyolok selama acme kontraksi uterus

tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi

telentang. Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi

dibandingkan selama periode persalinan atau belum masuk

persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme

yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik

merupakan hal yang normal, mekipun normal perlu dikontrol

secara periode untuk mengindentifikasi infeksi.

e) Pernapasan

Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik pernapasan yang

tidak benar (Walyani, 2016).

f) Perubahan Renal

44
Polyuri sering terjadi selama persalinan hal ini disebaban

oleh kardiac output yang meningkat serta glomerulus serta aliran

plasma kerenal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi

terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama

persalinan. Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan

hal yang wajar, tetapi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak

wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu primipara, anemia,

persalinan lama atau pada kasus eklampsia (Walyani, 2016).

g) Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan

padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti

selama persalinan dan akan menyebabkan konstipasi (Walyani,

2016).

h) Perubahan Hematologis

Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan

kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel

darah putih, meningkat secara progresif selama kala satu

persalinan sebesar 5.000 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir

pembukaan lengkap, hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula

darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada

persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama

(Walyani, 2016).

i) Kontraksi Uterus

45
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada

otot polos uterus dan penurunan hormone progesteron yang

menyebabkan keluarnya hormon oksitosin (Walyani, 2016).

j) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim.

Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian

atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif, terdapat

banyak otot sorong dan memanjang. Sar terbentuk dari fundus

sampai ishimus uteri. Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang di

uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat

otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini bawah antara ishimus

dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian

ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang (Walyani,

2016).

k) Perkembangan Retraksi Ring

Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,

dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan

pada persalinan abnormal, karena kontraksi uterus yang

berlebihan, retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang

menonjol diatas shympisis yang merupakan tanda dan ancaman

rupture uterus (Walyani, 2016).

l) Penarikan Serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri

internum (OUI) ditarik oleh SAR yang meyebabkan serviks

46
menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks

menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk

Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya

menjadi sempit (Walyani, 2016).

m) Pembukaan Ostium Oteri Interna dan Ostium Exsterna

Pembukaan serviks disebabkan karena membesarnya

Ostium Uteri Eksterna (OUE) karena otot yang melingkar

disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala.

Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan

tetapi karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion.

Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka

lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan

terjadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri internum dan

eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan

terjadi (Walyani, 2016).

n) Show

Show pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit

lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal dari ekstruksi

lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,

sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas (Walyani,

2016).

o) Tonjolan Kantong Ketuban

47
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya

regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang

menempel pada uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat

kantong yang berisi cairann yang menonjol ke ostium uteri

internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan

hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion agar tidak

terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan kecairan sama

dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi floud

presur (Walyani, 2016).

p) Pemecahan Kantong Ketuban

Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan

tidak ada tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta

desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti

dengan proses kelahiran bayi (Walyani, 2016).

2. Perubahan Fisiologis Pada Kala II Persalinan

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal

juga sebagai kala pengeluaran. Tanda dan gejala bahwa kala dua

persalinan sudah dekat adalah :

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi2.

b) Perineum menonjol

48
c) lbu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena

meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya.

d) Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka.

e) Jumlah pengeluaran lendir dan darah dan air ketuban meningkat

(Walyani, 2016).Diagnosis pasti kala dua persalinan dapat

ditegakkan atas dasar hasil pe-meriksaan dalam yang

menunjukkan pembukaan servikS telah lengkap, atau terlihatnya

bagian kepala bayi di introitus vagina (Walyani, 2016).

Pada kala Il, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3

menit sekali. Karena biasanya dalam kala ini kepala janin sudah

masuk di ruang panggul, maka saat his tekanan pada otot-otot dasar

panggul, yang secara refleks men im bulkan rasa ingin mengedan. lbu

bersalin juga merasakan tekanan pada rektum yang menimbulkan

perasaan ingin defekasi. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak

lama kemudian kepala janin tampak di vulva pada saat his. Bila dasar

panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar

his, dan dengan his dan kekuatan mengedan yang maksimal kepala

janin akan dilahirkan, menyusul bahu, dan seluruh badan bayi

(Layliana, 2012).

3. Perubahan Fisiologis pada Kala III

Menurut Walyani, (2016) perubahan fisiologis kala III adalah

tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu:

49
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai

berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus

biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta

terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah

pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat.Tali pusat

memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.

b) Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang diantara

dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas

tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta

yang terlepas. Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu

satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam lima menit.

1. Perubahan Fisiologis Pada Kala IV

Menurut Sumarah, (2008) dalam Walyani, (2016) kala IV adalah

kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir. Hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali

dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan taktil

(masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu

juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang

50
tersisa dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan

lanjut.

C. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan

Menurut Sondakh, (2013) ada beberapa faktor-faktor yang

berperan dalam persalinan, yaitu :

1) Penumpang (Passanger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal

yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin sedangkan yang perlu

diperhatikan pada plasenta adalah letak.

2) Jalan Lahir (Passage)

Jalan lahir terbagiatas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir

lunak. Hal itu yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah

ukuran dan bentuk tulang panggul sedangkan yang perlu diperhatikan

pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat

meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, introitus vagina.

3) Kekuatan (Power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :

(a) Kekuatan Primer (Kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal

dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi

involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas

51
kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis

(effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.

(b) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan mendorong keluar isi kejalan lahir sehingga

menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan

uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam

mendorong keluar. Kekuatan sekunder ini tidak mempengaruhi

dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan

ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari

uterus dan vagina.

4) Posisi Ibu (Positioning)

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk

menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki

sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan

jongkok) member sejumlah keuntungan, salah satunya adalah

memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu,

posisi ini dianggap dapat mengrangi kejadian penekanan tali pusat.

5) Respon Psikologis (Psychologi Response)

Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh:

(a) Dukungan ayah bayi/ pasangan selama proses persalinan

(b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan

52
(c) Saudara kandung bayi selama persalinan.

D. Tahapan Persalinan

Kala I (Kala Pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap 10

cm. Kala 1 persalinan terdiri dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Menurut

JNPK-KR (2017), kala I dibagi menjadi :

a). Fase laten

Di mulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks

membuka kurang dari 4 cm, pada umumnya fase laten berlangsung

antara 6 hingga 8 jam.

b). Fase aktif

Di mulai pada frekuensi dan lama kontrasi uterus akan meningkat

secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali

lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau

lebih), dari pembukan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau

10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (Nulipara

atau primigravida), dibagi dalam 3 fase :

 Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm.

53
 Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

 Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu

2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multi gravida,

tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek.

Pada primigravida, kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan pada

multigravida ±8 jam.

 Kala 1 Memanjang

a). Pengertian kala 1 memanjang

Persalinan dengan kala 1 memanjang adalah persalinan

yang fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase

aktif laju pembukaanya tidak adekuat atau bervariasi kurang dari

1 cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah

kemajuan persalinan, kurang dari 1,2 cm per jam pada

primigravida, lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai

pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi

pada 5 persen persalinan dan pada primigravida insidenya dua

kali lebih besar dari pada multigravida(Saifuddin, 2009)

b). Penyebab

1. Kelainan letak janin

2. Kelainan panggul

3. Kelainan his

54
4. Janin besar atau kelainan kongenital

5. Primitua

Kala II ( Pengeluaran Janin)

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai

100 detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.

4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga

terjadi :

(a) Kepala membuka pintu

(b) Sub occiput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-

turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala

seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian

kepala pada punggung.

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan

cara: Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik

dengan menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan bayi depan dan

keatas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir diikuti oleh

sisa air ketuban.

7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 -2 jam dan multigravida 1,5-1 jam.

55
Kala III ( Pelepasan Plasenta)

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat

diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini.

1) Uterus menjadi bundar.

2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Pengeluaran Selaput Ketuban

Selaput janin biasanya lahir biasanya lahir dengan mudah, namun kadang

kadang masih ada bagian plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut

dapat dikeluarkan dengan cara :

1) Menarik pelan-pelan

2) Memutar atau memilinnya seperti tali

3) Memutar pada klem

4) Manual atau digital

Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah

dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap. Bagian

plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya memiliki

6-20 kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda plasenta

suksenturia. Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut ada sisa plasenta. Keadaan

ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak pada infeksi.

Kala III terdiri dari dua fase, yaitu :

56
(a) Fase Pelepasan Plasenta

Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain :

a) Schultze

Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini merupakan

yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dahulu adalah

bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya

tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir.

b) Duncan

Berbeda dengan sebelumnya, pada acara ini lepasnya plasenta mulai dari

pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.

Penggeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

(b) Fase Pengeluaran Plasenta

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah :

c) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simpisis, tali pusat

ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau

maju berarti sudah lepas.

d) Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti

belum lepas. Diam atau turun berarti lepas (Cara ini tidak digunakan lagi).

e) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat kembali berarti

plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-tanda plasenta

57
telah lepas adalah rahim menonjol diatas simfisis, tali pusat bertambah

panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.

Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi/Pemulihan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala

ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum

paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluarg selama perdarahan

harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya

disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan

perineum. Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc,

biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap

abnormal, dengan demikian harus dicari sebabnya. Jangan meninggalkan wanita

bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu

yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan perhatikan 7 pokok penting

berikut ini :

(1) Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi.

Jika perlu dilakukan masase dan berikan uterotanika, seperti methergin, atau

ermetrin dan oksitosin.

(2) Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.

(3) Kandung kemih: harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih atau

kalau tidak bisa, lakukan kateter.

(4) Luka-luka, jagutannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

(5) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

58
(6) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain.

(7) Bayi dalam keadaan baik.

2.3.2 Perubahan Psikologis Masa Nifas

a.Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas

Fase-fase yang akan dijalani oleh ibu nifas antara lain:

1.Fase Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan,berlangsung dari hari pertama

sampai hari ke dua melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus pada dirinya sendiri.

Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada

jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang

baik dan asupan nutrisi. Menurut Walyani (2015), gangguan fisiologis yang

mungkin dirasakan ibu adalah :

a.Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya

misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya.

b.Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal

rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali kekeadaan semula, payudara

bengkak, nyeri luka jahitan.

c.Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

59
d.Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan

cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman

karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.

2.Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung anatara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasatangguang jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal

yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemeberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

Tugas bidan adalah : mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang

benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,

istirahat, kebersihan dll.

3.Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya.

Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan

perwatan diri dan bayinya.

Menurut Yanti (2011), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai

berikut :

a.Fisik, Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

60
b.Psikologi berupa dukungan dari keuarga sangat diperlukan.

c.Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih, dan menemani

ibu saat kesepian.

d.Psikososial

b.Post Partum Blues

Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut baby

blues. Penyebab antara lain : perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan

emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan setelah

beradaptasi dengan peran barunya. Menurut Dewi (2011), gejala-gejala baby blues

antara lain :

1) Reaksi depresi/sedih/disforia

2) Sering menangis

3) Mudah tersinggung

4) Cemas

5) Labilitas perasaan

6) Cenderung menyalahkan diri sendiri

7) Gangguan tidur dan nafsu makan

8) Kelelahan

9) Mudah sedih

10) Cepat marah

11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat menjadi

gembira

61
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta

bayinya

13) Perasaan bersalah

14) Pelupa

c.Depresi Berat

Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik pada kehamilan

sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran. Menurut Yanti (2011), gejala-

gejala depresi berat antara lain :

1) Perubahan mood

2) Gangguan tidur dan poa makan

3) Perubahan menta dan libido

4) Phobia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya

e.Psikosis Post Partum

Gejala psikosis muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum. Gejalanya

antara lain :

1) Gaya bicara kelas

2) Menarik diri dari pergaulan

3) Cepat marah

4) Gangguan tidur

Faktor penyebab psikosis post partum adalah :

62
1) Riwayat keluarga penderita psikiatri

2) Riwayat ibu menderita psikiatri

3) Masalah keluarga dan perkawinan

2.3.3 Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Menurut Saleha (2009), kebutuhan dasar pada ibu nifas adaalah:

a.Nutrisi dan Cairan

Masalah diet perlu mendapat perhatian yangs serius, karena dengan nutrisi

yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan

air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi

protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi

kebutuhan akan gizi sebagai berikut.

1.Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2.Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin

yang cukup

3.Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari

4.Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari

pasca persalinan

5.Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI

b.Ambulasi

63
Ambulasi dini (Early ambulation) ialah kebijaksanaan agar seceapat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibbu seceapat mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum tidak

dibenarkan lagi untuk telentang ditempat tidur selama 7-14 hari setealah

persalinan. Ibu post paartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam

6 sampai 24 jam postpartum.

Keuntungan Early ambulation adalah sebagai berikut.

1.Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

2.Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3.Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya

selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan

memberi pakaian

4.Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomi). Menurut penelitian-

penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang

buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi

penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.Early ambulation tentu tidak

dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan

dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu

segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya

64
c.Eliminasi

1.Buang Air Kecil (BAK)

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8

jam portpartum belum dapat berkemih atau seali berkemih belum melbihi 100 CC,

maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,

tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab-sebab terjadinya

kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu post partum.

a.Berkurangnya tekanan intraabdominal

b.Otot-oto perut msih lemah

c.Edema dan uretra

d.Dinding kandung kemih yang sensitif

2.Buang Air Besar (BAB)

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari

kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat

pencahar peroral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih

belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

d.Personal Hygine

Pada masa postpartum, ibu nifas sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk

65
tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan

diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.

1.Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum

2.Mengajarkan ibu bagaimana membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan

air. pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva

terlebih dahulu , dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekirar

anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil

atau besar.

3.Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali

sehari. Kain dapat digunakan ulang jika tealah dicuci dengan baik dan dikeringkan

dibawah matahari dan disetrika.

4.Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihakn daerah kelalminnya.

5.Jika ibu mempunyai luka episiotemi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah tersebut.

e.Istirahat dan tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat

dan tidur adalah sebagai berikut.

1.Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

66
2.Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlaahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur

3.Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:

-Menguragi jumlah ASI yang diproduksi

-Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

-Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya

sendiri

e.Aktivitas Seksual

Aktifitas seksual yang dapat dilakukanoleh ibu masa nifas harus memnuhi

syarat berikut ini.

1.Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah merah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja bu

siap.

2.Banyak budaya yang mempunyai tradisi sampai masa waktu terentu, misalnya

setealah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

f.Latihan dan Senam Nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh

wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat

67
kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae

gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena

itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan

dinding perut yang sudah tak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh

menjadil lebih indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan

latihan dan senam nifas (Saleha,2009).

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan

senam nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan

dengan normal dan tidak ada penyulit postpartum. Sebelum memulai latihan

senam nifas, sebaiknya bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien

mengenai pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal

ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya

menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada pungggung. Latihan tertentu

beberapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan otot

bagian perut.

Tanda-tanda Bahaya pada Masa Nifas

Adapun tanda-tanda bahaya nifas yang perlu diperhatikan pada ibu adalah

sebagai berikut.

a.Demam tinggi hingga melebihi 38ºC

b.Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari

perdarahan haid bisa atau bila memerlukan pergantian pembalut 2 kali dalam

setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.

68
c.Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah perut (abdomen) atau punggung,

serta nyeri ulu hati

d.Sakit kepala parah/ terus menerus dan pandangan kabur/masalah penglihatan

e.Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan

f.Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki

g.Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam

h.Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit menyusui

i.Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas

terengah-engah

j.Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

k.Tidak bisa BAB selama tiga hari atau rasa sakit saat BAK

l.Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri

2.3.7 Asuhan Masa Nifas

a. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di

bidang lain selalu mempunyai tujuan gar kegiatan tersebut terarahdan diadakan

evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:

1.Memulihkan kesehatan umum penderita

69
a.Menyediakan makanan sesuai kebutuhan

b.Mengatasi anemia

c.Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi

d.Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar

peredaran darah

e.Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

f.Mempertahankan kesehatan psikologis

g.Mencegah infeksi dan komplikasi

h.Memperlancar pembentukan Air Susu Ibu (ASI)

I.Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas

selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

b.Peran dan Tanggung Jawab Bidan

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah

memberiperawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan

(partnership) dengan ibu. Selain itu, dengan cara:

1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas

2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas

70
3. Menyusun asuhan rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas

masalah

4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan

6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien

c.Cakupan pelayanan kepada ibu pada nifas

Pelayanan kepada ibu pada nifas yakni dimulai dari 6 jam sampai dengan 42

hari pasca bersalin. Sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6

jam s/d hari ke-3 (KF1), hari ke-4 s/d hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari -42

(KF3) setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan

indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi

standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan serta untuk menjaring KB

pasca persalinan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan

kesehatan ibu nifas, keluarga berencana disamping menggambarkan kemampuan

manajemen ataupun kelangsungan program KIA (Buku KIA Kemenkes, 2017).

d.Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, jenis pelayanan ibu

nifas yang diberikan meliputi:

1.Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)

2.Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)

3.Pemeriksaan lochea dan airan pervaginam lain

71
4.Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif

5.Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan

bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana

6.Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan

2.3.8 KONSEP KELUARGA BERENCANA (KB)

a.Pengertian KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan

jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan

program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013)

b.Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya

yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan

tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase

(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut

yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak

kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua

c.Ruang Lingkup Program KB

72
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :

a.Keluarga berencana

b.Kesehatan reproduksi remaja

c.Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d.Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

e.Keserasian kebijakan kependudukan

f.Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

g.Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

2.3.9 Kontrasepsi

a.Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan.Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro,

2009). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding

rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

b.Efektivitas (Daya Guna)

Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2009) efektivitas atau daya guna suatu

cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:

73
1.Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara

kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidakdiinginkan, apabila

kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.

2.Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam

keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan

sebagainya.

c.Memilih Metode Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2015), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang

memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1.Aman atau tidak berbahaya

2.Dapat diandalkan

3.Sederhana

4.Murah

5.Dapat diterima oleh orang banyak

6.Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

d.Macam-macam Kontrasepsi

1.Metode Kontrasepsi Sederhana

74
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi

sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi

tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus,

Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan

Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan

metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks

dan spermisida (Handayani, 2010).

2.Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu

kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang

hanya berisi progesteron saja.Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil

dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron

terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).

3.Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR

yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak

mengandung hormon (Handayani, 2010).AKDR yang mengandung hormon

Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1

tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.

4. Metode Kontrasepsi Mantap

75
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif

Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan

tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran

tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.

Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu

memotong atau mengikat saluran vas deferenssehingga cairan sperma tidak dapat

keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).

2.4 KONSEP BAYI BARU LAHIR

2.4.1 Pengertian Neonatus Normal

Neonatus adalah masa kehidupan pertama kali di luar rahiam sampai

dengan usia 28 hari. Terjadi suatu perubahan yang sangat besar dari kehidupan di

dalam lahir menjadi diluar rahim .

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari

ketergantuangan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologis.

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses

kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa

maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan

(ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk,

2015).

2.4.2 Ciri-Ciri Bayi Normal

76
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu

denganberat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm

(Sondakh, 2017).

Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram

b. Panjang badan 48-5 Lingkar dada 30-38

c. Lingkar kepala 33-35

d. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

e. Pernapasan ±40-60 kali/menit

f. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup

g. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna

h. Kuku agak panjang dan lemas

i. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan

pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada

j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

k. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik

l. Refleks grap atau menggenggam sudah baik

m. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan (Tando, 2016).

77
2.4.3 Perubahan Fisiologi pada Neonatus Normal

a.Perubahan pada sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah

kelahiran.Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat

dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.Frekuensi pernapasan

bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.

b.Perubahan sistem Kardiovaskuler

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan

tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami

penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh

darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.

c.Perubahan termoregulasi dan metabolik

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC, maka

bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi.

Suhu lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan

trauma dingin (cold injury).

d.Perubahan Sistem Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang

sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,

78
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor

pada ekstremitas.

e.Perubahan Gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi

50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan

neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme

asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.

f.Perubahan Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6

kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24

jam.

g.Perubahan Hati

Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk

pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang

bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan

pemecahan sel-sel darah merah.

h.Perubahan Imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk.

Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi

pada periode bayi baru lahir.

79
2.4.4 Masalah pada Bayi Baru Lahir

a.Muntah

Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau keseluruhan isi tabung

yang terjadi setelah agak lama makan masuk lambung. Dalam beberpa jam

pertama setelah bayi lahikr mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang

disertai sedikit darah.

Penanganan dari muntah bisa dilakukan dengan cara :

1.Pengkajian faktor penyebaba dan sifat muntah

2.Pengobatan tergantung faktor penyebab

3.Perlakuan bayi dengan baik dan hati-hati

4.Rujuk

b.Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah

beberapa saat makanan masuk lambung.Muntah susu adalah hal yang agak umum,

terutama pada bayi yang mendapatkan ASI

Penanganan dari gumoh bisa dilakukan denagn cara:

1.Perbaiki teknik menyusui setelah menyusui usahakan bayi disendawakan.

80
2.Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi pada bayi yang sedang

menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup rapat seluruh puting

susu ibu.

c.Oral trush

Oral trush kandidiasis embbran mukosa mulut yang ditandai dengan

munvulnya bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping di

mulut.Penanganan dari oral trush bisa dilakukan dengan cara :

1.Menjaga kebersihan dengan baik

2.Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air

matang dan bersih.

3.Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus teknik steril

dalam membesihkan susu sebelum digunakan.

d.Miliarisis

Miliarisis disebut juga biang keringat, keringata buntet yaitu dermatosis

yang disebab kan oleh keringat akibat tersumbatnya pori kelenjer

keringat.Penanganan dari miliarisis bisa dilakukan dengan cara :

1.Memelihara kebersihan tubuh bayi.

2.Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian yang menyerap

keringat.

3.Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.

81
d.Diare

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cairan.Buang air

besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih

banyak dari biasanya.Penanganan dari diare bisa dilakukan dengan cara;

1) Pemberian cairan (rehidrasi awal)

2) Diatetik (pemberian makan)

3) Obat-obatan

a. Obstipasi

Obstipasi adalah penimbangan fases yang keras akibat adanya obstruksi

pada saluran cerna atau bisa didifinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran tinja

selama 3 hari atau lebih.Penanganan dari obstipasi bisa dilakukan dengan cara:

1.Mencari penyebab

2.Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan

gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis (Yongki, 2012)

e.Ruam popok

Ruam popok (diaper rash) adalah ganguan yang lazim ditemukanpada

bayi. Ruam kulit akibat radang pada daerah yang tertutup popok biasanya pada

alat kelamin, sekitar bokong serta lipatan [paha. Gangguan ini banyak mengenai

bayi berumur kurang dari 15 bulan , terutama pada kisaran usia 8-10 bulan.

Gejalanya antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang

ditutupi popok (Syafrudin, 2011).

82
f.Ikterus Fisiologis

Ikterus adalah warna kuning di kulit , konjungtiva dan mukosa terjadi

karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Produksi bilirunin sebagian

besar berasal dari pemacehan sel darah merah menua (80%) sisanyan berasal dari

miglobulin.Ikterus perlu ditangani secara serius agar tidak terjadi kernikterus yang

dapat menyebakan kematian.

Ikterus fisiologis apabila meningkatnya kadar bilirubin tidak menimbilkan

gangguan fungsi dan kerusakan organ. Iketrus timbul pada hari 2-3, mencapai

puncaknyapada hari 5-7 dan menghilang pada hari 10-14.kadar bilirubin ikterus

fisiologis biasanya tidak melebihi 12mg% padab bayi cukup bulan dan 15mg%

pada bayi kurang bulan. Keadaan umum bayi baik, minum ASI baik, berat badan

naik, tidak ada pembesaran hati atau limpa, buang air kebil dan air besar

biasa.Adapun penanganannya adalah dengan memberikan ASI sesering mungkin

dan menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi.

2.4.5 Kunjungan Asuhan Neonatus Normal

Selain KN1, indikator yang menggembangkan pelayanan kesehatan bagi

neonatal adalah KN lengkap yang mengaruskan agar setiap bayi baru lahir

memperoleh pelayanan kunjungan Neonatal minimal 3 kali,yaitu 1 kali pada 6 –

48 jam, 1 kali pada 3 -7 hari, 1 kali pada 8 -28 hari.

83
BAB 3

LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS

3.1 Tempat dan waktu

Lokasi pengambilan kasus ini adalah di PMB Dince Safrina jl.

limbungan kelurahan Rumbai Kota Pekanbaru. Waktu pengambilan kasus

ini dimulai dari 02 April 2021 sampai selesai.

3.2 Cara pengambilan kasus

Sumber data diambil melalui data primer dan skunder. Data primer

diambil melalui wawancara kepada pasien dan peemeriksaan terhadap

pasien, sedangkan data skunder diperoleh dari buku kesehatan ibu dan

anak milik ibu.

Langkah-langkah pengambilan kasus:

a. Selama penulis mengikuti praktik kebidanan Klinik 1, penulis

mencari pasien dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal.

b. Setelah menemukan ibu hamil yang sesuai, penulis melakukan

inform consent kepada ibu hamil dengan menjelasskan semua

prosedur yang akan dilakukan

84
c. Selanjutnya setelah dilakukan inform consent dan pasien setuju,

selanjutnya penulis melakukan pengkajian data subjektif dan data

objektif pasien.

d. Setelah mendapatkan data subjektif dan objektif penulis

menegakkan diagnosa kebidanan dan menetapkan kebutuhan

konsultasi sesuai dengan kebutuhan dan keluhan pasien serta

penyuluhan kesehatan kepada pasien

e. Penulis kemudian membuat pendokumentasian asuhan kebidanan

kepada ibu hamil dalam bentuk SOAP

3.3 Instrumen

Instrumen dalam pengkajian ini adalah format pengkajian asuhan

kebidanan pada ibu hamil dan perlengkapan pemeriksaan ANC

a) Kartu skor poedji rohayati

b) Buku KIA

c) Format ANC

d) Leafleat

e) Lembar balik

85
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA KEHAMILAN

Tempat Yankes : PMB DINCE SAFRINA


Tanggal pengkajian: 02-APRIL-2021
Mahasiswa : YESSY KARMILA SAPUTRI
A. DATA SUBJEKTIF
1. BIODATA
Nama ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. N
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Limbungan Alamat : Jl. Limbungan
No. Hp : 0823895524xx No. Hp : 0823895524xx

Alasan Kunjungan / Riwayat / Keluhan Utama : ibu mengatakan ingin


memeriksakan kehamilannya dengan nyeri perut bagian bawah
2. RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT : 19-07-2020 Perkiraan Partus : 26-04-2021
Siklus : 28 hari Masalah : -
3. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan Ke :1 Usia Saat Kawin : 26 tahun
Lamanya Perkawinan : 1 tahun
4. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
Tgl/ Keadaa
Usia Temp Jenis Anak
N Thn Penolon Nifa n Anak
Kehamila at Persalina JK/
o Partu g s sekaran
n Partus n BB
s g
1. H A M I L I N I

86
5. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI (G1 P❑ A❑ H❑ )
Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: Di
Pemeriksaan ini yang ke: 5
Masalah yang pernah dialami
Trimester I : mual muntah
Trimester II :-
Trimester III : nyeri perut bagian bawah
Status imunisasi :
TT : sudah TT2
Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh : asam folat 30,gestiamin + 50,
calk + 40, vit c +40
6. RIWAYAT PENYAKIT/OPERASI YANG LALU: ibu mengatakan tidak
ada riwayat oprasi yang lalu seperti, kista,miom,kanker rahim
7. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH
KESEHATAN REPRODUKSI : ibu mengatakan tidak ada riwayat yang
berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi seperti, miom, kista,
gonore, kanker rahim dll.

8. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA YANG PERNAH MENDERITA


SAKIT : ibu mengatakan ada riwayat hipertensi pada keluarga ibu(ibu
kandung), dan ibu megatakan tidak ada riwayat penyakit pada keluarga
suami seperti, hipertensi, jantung, asma dan kanker.

87
9. GENOGRAM
Suami istri

= perempuan = istri

=laki-laki = suami

10. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA


Metode KB yang prnah dipakai dan lamanya : ibu mengatakan belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun sebelumnya.
11. POLA MAKAN/ MINUM / ELIMINASI / ISTIRAHAT / PSIKOSOSIAL
A. Makan : 3x/hari
pagi : bubur kacang hijau,buah
siang : nasi dan lauk sayur hijau
malam : nasi dan lauk ikan sayur,ayam
Minum : 8 gelas(air putih)/hari diselingi jus 1 gelas sehari(tidak rutin)
Jenis makanan/ minuman yang sering di konsumsi : nasi, sayur, ikan,buah,
ayam
B. Eliminasi : BAK : 8 x/hari
BAB : 3 x/hari
Masalah :
C. Istirahat : Tidur Siang : 1-2 jam

88
Tidur Malam : + 6-7 jam
Keluhan/Masalah : ibu mengatakan dikarenakan ibu bekerja,
pada malam hari ibu kurang tidur
D. Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : ibu
mengatakan kehamilan ini ditunggu dan ibu merasa senang
E. Sosial Support dari : ibu mengatakan suami dan keluarga sanggat
mendukung dan senang
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran: kompos mentis {sadar penuh}
c. Sikap tubuh: lordosis
d. BB Sebelum Hamil : 55 kg BB Sekarang : 70 kg
IMT : 55(1,46)2 = 25,80
e. TB : 146 cm
f. LILA : 32 cm
g. TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 36,5 oC
- P : 21 x/menit
- N : 78 x/menit
h. Rambut/kepala: kepala tidak terdapat benjolan,rambut bersih, tidak
rontok
i. Mata
- Sklera : tidak ikterik
- Konjungtiva : merah muda
- Penglihatan : dengan alat bantu
- Alat bantu : kacamata (-2)
j. Muka : terdapat udem
k. Hidung : tidak ada polip,tidak keluar lendir/cairan

89
l. Mulut :
- Gigi : gigi berlubang(dari masih gadis)
- Lidah :tidak terdapat stomatitis
- Gusi : tidak terdapat pembengkakan
m. Telinga : simetris,bersih tidak ada tanda-tanda infeksi
n. Leher : tidak ada pembengkakakan kelenjar tyroid,tidak ada limfadentis
o. Payudara:
- Puting susu : sedikit terbenam atau sedikit tidak menonjol
- Areola mammae : hyperpigmentasi
- Pengeluaran ASI: belum ada
p. Abdomen
- Bekas operasi : tidak ada
- Striae : albican (putih)
- Linea : lipid (garis kecoklatan )
q. Palpasi :
-bagian atas fundus teraba pada pertengahan px dan pusat tfu 32 cm,
teraba bundar,lunak,tidak melenting, kemungkinan bokong janin
-bagian kiri teraba keras memanjang seperti papan kemungkinan
punggung janin
-bagian kanan teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas
janin
-bagian bawah teraba keras,bulat,melenting kemungkinan kepala janin
bagian bawah belum masuk PAP (konvergen)
r. TBJ : 32- 13 (155) = 2.945 gram
s. DJJ : 132 x/menit
t. Ekstremitas :
-atas: tidak odem
-bawah: terdapat odema di kaki
u. Refleks Patella : ka/ki (+)
v. Akral : hangat
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

90
Hb : gr/dl
Protein urine :
Glukosa urine :
D. SKRINING KSPR(Hasil KSPR : 2)
skor awal ibu hamil : 2+ 4 (skor udem) = 6

D. KESIMPULAN
Diagnosa :
1. Dx Ibu : G1P0A0H0 27 tahun uk 36-37 minggu kehamilan,keadaan umum
baik dengan udem
2. Dx Janin : hidup tunggal, intrauterine
E. PENATALAKSANAAN
1. memeberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan ibu dan janin masih dalam batas
normal,
Eval : ibu merasa senang dan mengerti dengan keadaannya sekarang
2. memberitahu kebutuhan istirahat pada ibu hamil sangat penting, dengan
menganjurkan ibu untuk mencukupi kebutuhan tidur malam ibu lebih kurang 7-
8 jam pada malam hari, sampaikan kepada ibu apabila kekurangan tidur pada
malam hari,untuk ibu hamil pada trimester tiga dapat beresiko mengalami
hypertensi, kondisi ini bisa terjadi karena komplikasi serius yang berhubungan
dengan darah tinggi
Eval : ibu mnegerti dan paham penjelasan yang diberikan, ibu bersedia
mencukupi tidur pada malam hari
3. memberitahu ibu nyeri perut bagian bawah suatu keadaan yang normal terjadi
pada ibu hamil tm III dikarenakan terjadinya penurunan janin ke panggul
dengan adanya otot-otot panggul mengalami peregangan jadi terasa sedikit
tidak nyaman anjurkan ibu untuk kompres hangat bagian yang nyeri dan
mengindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi jongkok.
Eval: ibu mengerti dan paham yang dianjurkan bidan
4. menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan protein urin dikarenakan
adanya udem pada ibu dan jelaskan pemeriksaaan protein urin pada ibu hamil

91
berguna untuk memeriksa fungsi ginjal, infeksi yang kemungkinan terjadi pada
ibu.
Eval: ibu mengerti dan paham
5. memberitahu ibu untuk melakukan perawatan payudara, dan ajarkan ibu untuk
melakukan perawatan payudara dengan baik, anjurkan ibu untuk rutin
melakukan penarikan puting sekali dalam sehari bisa dengan menggunakan
spuit atau dengan sedikit menarik puting dengan jari ibu, ini dilakukan guna
membantu membuat puting ibu lebih menonjol agar mudah menyusui pada
bayi ibu nantinya
Eval : ibu mengerti dan bersedia melakukan apa yang dianjurkan bidan.
6. memberitahu tanda bahaya trimester III seperti terjadinya perdarahan pada
vagina,mual dan muntah yang parah, terjadinya penurunan gerakan janin yang
signifikan,kontraksi, pecah ketuban secara dini
Eval ibu mengerti dan paham tanda bahaya tm III
7. Memberitahu kepada ibu persiapan persalinan seperti
-perlengkapan bayi dan ibu -transportasi -tabungan -kk –buku kia –pendonor
darah(berjaga-jaga apabila terjadi perdarahan)
Eval : ibu mengerti dan bersedia menyiapkan persiapan persalinan
8. memberitahu kepada ibu tanda-tanda persalinan
-keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir
-pecahnya ketuban
-kontraksi pada perut yang semakin sering dan lama
Eval : ibu mengerti dan mengetahui tanda persalinan
9. memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi dan
apabila ada keluhan segera datang ke bidan untuk melakukan pemeriksaan
Eval: ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang

BAB 4

PEMBAHASAN

92
Pembahasan ini dengan maksud untuk memberikan penjelasan khusus

yang telah dijabarkan agar di dapat suatu pemecahan masalah dari

kesenjangan antara teori dan praktek sehingga dapat di tarik suatu

kesimpulan yang dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan

asuhan kebidanan yang tepat, efektif, serta efisien. Pembahasan ini

membahas tentang kesenjangan masalah dan membandingkan kasus dengan

teori yang ada sesuai dengan asuhan yang telah diberikan.

4.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Berdasarkan pada hasil anamnesis pada Ny. N(G 1 P0 A 0 H 0) usia 27

tahun pada kunjungan 02 april 2021,bahwa kehamilan Ny. N sudah +36-37

minggu dan tafsiran persalinan Ny. N tanggal 26 april 2021.

Pada kontak pertama kali dengan Ny.N terlebih dahulu dilakukan

anamnesis mengenai biodata ibu dan alasan ibu berkunjung. Ibu

mengatakan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 1 kali TM I

sebanyak 1 kali. Menurut Astusi dkk (2017) kunjungan ulang dilakukan

paling sedikit 4 kali.1 x pada trimester I,1 x pada trimester II, 2 x pada

trimester III.

Dalam melakukan asuhan berkesinambungan ini dilakukan asuhan

standar kehamilan termasuk 14T yaitu: pengukuran tinggi badan dan

penimbang berat badan,tekanan darah,tinggi fundus,TT, tablet Fe, tes Hb,tes

protein urine,tes urine reduksi,tekan pijat payudara,tingkat kebugaran(senam

hamil), tes VDRL, temu wicara, terapi yodium, terapi malaria.

Pemeriksaaan harus sesuai dengan standar guna memastikan kesehatan dan

93
tumbuh kembang janin berjalan normal, mengenali secara dini

ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ibu mengalami odem di

bagian tungkai dan muka,berdasarkan hasil wawancara ada keluarga

terdekat ibu ny. N yaitu ibu kandung memiliki riwayat hipertensi, hal ini

merupakan ciri-ciri penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang

akan berakibat resiko kematian pada ibu dan komplikasi sesuai teori

menurut(Rohmani,2015).

Berdasarkan data yang diperoleh ibu mengalami nyeri perut bagian

bawah,berdasarkan hasil wawancara nyeri perut ini dialami hanya dalam

waktu yang singkat,ibu hamil mengalami rasa nyeri pada perut bagian

bawah disebabkan terjadinya penurunan kepala janin ke PAP,yang

menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman sesuai dengan teori (Dewi

N,2011).

Berdasarkan hasil pemeriksaan sebelum hamil berat badan ibu 55

kg, pada usia kehamilan 36-37 minggu ibu sudah mengalami kenaikan berat

badan +15 kg dengan IMT awal ibu 25,80 yang merupakan kategori

gemuk,dimana seharusnya kenaikan berat badan ibu 7-11,5 kg, kenaikan

berat badan berlebih pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya

diabetes gestasional, hipertensi, dan persalinan premature hal ini sesuai

dengan teori(Sudoyo,2017).

Berdasarkan hasil wawancara pola tidur ibu, didapatkan hasil

bahwa ibu tidur pada malam hari kurang lebih 6-7 jam,berdasarkan teori ibu

94
hamil yang tidur kurang dari 5-6 jam tiap malam beresiko meningkatkan

tekanan darah ibu dan berakibat pada hipertensi (william at al,2010).

Dari hasil anamnesa yang telah dilakukan diketahui bahwa ibu

memiliki gigi yang berlubang, yang dapat mengakibatkan tidak berfungsi

dengan optimal proses terpenuhinya kebutuhan nutrisi ibu dan janin dari

makanan yang ibu makan dan dapat mempengaruhi pola makan ibu serta

kenyamanan ibu berdasarkan teori (Sani,2015).

Berdasarkan hasil dari pemeriksaan tinggi badan diketahui tinggi

badan ibu 146cm yang dimana sangat mendekati dengan angka 145cm,

tinggi badan ibu hamil yang <145cm beresiko mengalami panggul sempit

sesuai dengengan teori(Mochtar,2006).

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada payudara

ibu,di temukan bahwa puting ibu tidak menonjol atau terbenam,normalnya

pada ibu hamil puting itu akan mengalami sedikit pembengkakan dan makin

tampak menonjol pada bagian puting, puting yang terbenam ini akan

mengakibatkan ASI tidak keluar karena tidak menyusui bayinya atau ASI

baru akan keluar beberapa hari kemudian dikarenakan bayi sulit untuk

menghisap yang akan berdampak pada ketidakberhasilan pemberian ASI

ekslusif menurut teori(Ambarwati,2008).

CATATAN PERKEMBANGAN

95
01-05-2021 S :Ibu mengeluh mules semakin kuat sejak jam 23.00 dan keluar lendir campur
Pukul 01.30 darah sedikit sejak jam 01.30. Ibu dan suami langsung memutuskan untuk ke
WIB klinik .
Pmb Dince
Safrina O:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
1) TD : 110/ 90 mmHg
2) P : 22 x/menit
3) N : 80 x/menit
4) S : 36,5 ºC
d. BB sekarang : 70 kg
e. Konjungtiva : Tidak Pucat
f. Ekstremitas : Terdapat odema pada kaki kanan dan kiri
2. Pemeriksaan Khusus :
a. Palpasi :
1) Bagian Atas : Teraba lunak, bundar dan tidak melenting
adalah bokong janin
2) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan memanjang adalah
punggung janin.
3) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala belum masuk PAP (konvergent).
4) HIS : 2x10’35’’
b. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
c. TBJ : (32-13) x 155 = 2.945 gram

3. Pemeriksaan Anogenetalia
a. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
b. Anus : Tidak Ada haemoroid

4. Pemeriksaan Dalam (VT)


a. Tanggal dan Jam : 01/05/2021, pukul 01:30 WIB
b. Indikasi : HIS inpartu,
c. Portio : masih tebal
d. Pembukann : 2-3 cm
e. Ketuban : (+), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada
bagian janin yang menumbung
f. Presentasi : Belakang kepala
g. Posisi : UUK depan
h. Penurunan : H II
i. Molage : Tidak ada molage

96
A:
G1p0A0H0 UK 39 minggu, Inpartu Kala I, KU Ibu baik
Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik

P:
1. Memberitahukan Hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU ibu dan janin
baik, TTV normal, DJJ normal, Ketuban utuh dan pembukaan belum lengkap.
a. Membantu ibu untuk mempercepat proses pembukaan
1. Menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan posisi miring ke
kiri
2. Memberikan ibu dukungan dan semangat agar dapat menunggu
hingga pembukaan lengkap
3. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu minuman
teh
Pukul : 05.00 S : Ibu mengeluh nyeri pada perut menjalar ke pinggang .
WIB
O : Pemeriksaan Umum
g. Keadaan Umum : Baik
h. Kesadaran : Compos Mentis
i. TTV :
5) TD : 120/ 70 mmHg
6) P : 22 x/menit
7) N : 83 x/menit
8) S : 36,7 ºC
9) HIS : 2x10’35’’
d. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
e. TBJ : (32-13) x 155 = 2945 gram

5. Pemeriksaan Anogenetalia
c. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
d. Anus : Tidak Ada haemoroid

Pukul 06.00 6. Pemeriksaan Dalam (VT)


WIB j. Tanggal dan Jam : 01/05/2021, pukul 20. WIB
k. Indikasi : HIS inpartu, pecah ketuban
l. Portio : tebal
m. Pembukaan :4
n. Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada bagian
janin yang menumbung
o. Presentasi : Belakang kepala
p. Posisi : UUK depan
q. Penurunan : H I1
r. Molage : Tidak ada molage

97
S : Ibu mengeluh nyeri pada perut menjalar ke pinggang dan ada rasa ingin
meneran.

O : Pemeriksaan Umum
j. Keadaan Umum : Baik
k. Kesadaran : Compos Mentis
l. TTV :
10) TD : 110/ 80 mmHg
11) P : 22 x/menit
12) N : 83 x/menit
13) S : 36,7 ºC
14) HIS : 2x10’40’’
f. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
g. TBJ : (32-13) x 155 = 2945 gram

7. Pemeriksaan Anogenetalia
e. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
f. Anus : Tidak Ada haemoroid

8. Pemeriksaan Dalam (VT)


s. Tanggal dan Jam : 01/05/2021, pukul 15.00 WIB
t. Indikasi : HIS inpartu
u. Portio : tidak terlalu tebal
v. Pembukann : 8-9 cm
w. Ketuban : (+), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada bagian
janin yang menumbung
x. Presentasi : Belakang kepala
y. Posisi : UUK depan
z. Molage : Tidak ada molag

S : Ibu mengeluh nyeri pada perut menjalar ke pinggang dan ada rasa ingin
meneran ketuban pecah.

O : Pemeriksaan Umum
m. Keadaan Umum : Baik
n. Kesadaran : Compos Mentis
o. TTV :
15) TD : 120/ 70 mmHg
16) P : 22 x/menit
17) N : 83 x/menit
18) S : 36,7 ºC
19) HIS : 2x10’40’’

98
h. Auskultasi :DJJ : 143 x/menit, kuat dan teratur
i. TBJ : (32-13) x 155 = 2945 gram

9. Pemeriksaan Anogenetalia
g. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
h. Anus : Tidak Ada haemoroid

10. Pemeriksaan Dalam (VT)


aa. Tanggal dan Jam : 01/05/2021, pukul 20.00 WIB
bb. Indikasi : HIS inpartu
cc. Portio : tidak terlalu tebal
dd. Pembukann : 10 cm (lengkap)
ee. Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada bagian
janin yang menumbung
ff. Presentasi : Belakang kepala
gg. Posisi : UUK depan
hh. Penurunan : H IV
ii. Molage : Tidak ada molag

A: Inpartu Kala II

P:
a. Setelah pecah ketuban dan pembukaan lengkap belum sempat dianjurkan
untuk meneran dikarenakan kepala janin belum mengalami penurunan
namun ibu telah berusaha meneran dengan sendirinya, kepala janin
mengalami caput
b. Merujuk pasien ke RS Bina Kasih untuk dilakukan tindakan lanjutan
dengan pertimbangan bidan dan dokter akan kesehatan dan kesejahtraan
janin.
c. Tatap memberikan semangat dan dukungan terhadap pasien.

a. Melakukan pengkajian dan analisis data Ibu Post Partum

Pada Ny”N“ Post Seksio Sesarea (SC) di RS Bina Kasih

dengan hasil ditemukan data bahwa ibu telah dioperasi Seksio

Sesarea (SC) karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk

melahirkan normal akibat kepala janin belum mengalami

penurunan. b.diagnosa/masalah aktual Ibu Post Partum Pada

99
Ny”N“ Post Seksio Sesarea (SC) yaitu kepala janin mulai

caput . c. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan

kolaborasi Ibu Post Partum Pada Ny”N“ Post Seksio Sesarea

(SC) RS Bina Kasih dengan hasil yaitu dilakukan tindakan

segera mengingat keadaan pasien pada saat pelaksanaan

manajemen keadaan darurat

CATATAN PERKEMBANGAN
03 Mei 2021 S :
Pukul : 10:00 1. Ibu mengatakan ia memberikan ASI pada bayinya
WIB 2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB pada pukul 6:30 pagi hari
KN1 O:
(Kunjungan 1) 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : x/menit
b. N : x/menit
c. S : ,0ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah
6. Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 6 jam , KU bayi baik
P:
1. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi dan
perawatan tali pusat
2. Memberikan suntikan imunisasi Hb0 pada paha kanan secara IM
3. Memberikan penkes tentang cara menyusui bayi yang benar
4. Menjelaskan kepada ibu perawatan tali pusat, yaitu menjaga kebersihan
tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap kering, dan membersihkan
dengan air bersih dan dibiarkan terbuka.
5. Memberikan penkes tentang perawatan luka jahitan sc pada ibu
05 Mei 2021 S :
1. Ibu mengatakan ia baru saja memberikan ASI pada bayinya,dan
Pukul : 10.25 memberikan asinya sering 7-8x/ hari
WIB 2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 1 kali
O:
KN 2 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :

100
a. P : x/menit
b. N : x/menit
c. S : ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah
6. Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 4 hari, KU bayi baik
P:
1. Memberikan penkes tentang tanda bahaya bayi baru lahir
2. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara menyusui yang benar
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memastikan kebersihan luka jahtan dan
dengan keadaan kering

21 Mei 2021 S : ibu mengatakan bayinya semakin sehat dan masih mendapatkan ASI
O:
Pukul : 09:00 1. Keadaan Umum Konjungtiva tidak pucat
WIB 2. Abdomen : Pusat baik
3. Kulit : Kemerahan
KN 3
A : Neonatus usia 19 hari, KU bayi baik
P: Menganjurkan ibu agar luka tetap dalam keadaan kering dan bersih
Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya
4. : Baik
5. Kesadaran : Compos Mentis
6. TTV :
d. P : x/menit
e. N : x/menit
f. S : ºC
7. Mata :

14 Juni 2021 S : ibu mengatakan bayinya semakin sehat dan masih mendapatkan ASI dan ibu
mengatakan ;uka jahitan sudah mengering
Pukul : 13.30 O :
WIB 1.Keadaan Umum Konjungtiva tidak pucat
2.Abdomen : Pusat baik
KN 4 3.Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 40 hari, KU bayi baik
P: Menganjurkan ibu agar luka tetap dalam keadaan kering dan bersih
Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya
3. : Baik
4. Kesadaran : Compos Mentis
5. TTV :
g. P : x/menit

101
h. N : x/menit
i. S : ºC
6. Mata :

4.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

Pada data subyektif yang ditemukan yaitu keluar lendir bercampur darah

dari jalan lahir dan perut terasa sangat mules. Berdasarkan keluhan ibu tidak

terdapat kesenjangan antara teori karena keluar lendir bercampur darah dan his

semakin adekuat merupakan salah satu tanda persalinan (Mochtar, 2013).

Pada fase pembukaan ibu merasakan nyeri yang kuat, asuhan yang diberikan

yaitu memberikan dukungan emosional, menghadirkan suami untuk mendampingi

ibu serta mengajarkan suami untuk melakukan masase punggung dengan usapan

menyeluruh pada punggung ibu guna memberikan rasa nyaman serta mengurangi

rasa nyeri yang ibu rasakan. Menurut (Lailiyana dkk, 2012) Asuhan sayang ibu,

asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu.

Salah satu prinsip asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan

keluarga selama persalinan.

Dari pengkajian data objektif kala I didapatkan hasil TTV dalam batas

normal antara kontraksi, pada saat kala II Ny. N merasa ingin BAB.

Pada kasus Ny. N kala I hingga pembukaan lengkap ibu berlngsung 15 jam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dimana,

Menurut Asrinah (2010) lamanya kala I pada primigravida berlangsung 12-16

jam, sedangkan pada multigravida 6-8 jam. Serviks membuka dari 4 sampai 10

102
cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm/jam (primipara) atau lebih (multipara)

hingga pembukaan lengkap (10cm).

Pada persalinan ibu ditolong oleh dokter, persalinan dilakukan secara

sessar. Faktor lain yang membuat ibu tidak dapat dilakukan pertolongan

persalinan normal dikarenakan adanya penyulit (kepala janin belum mengalami

penurunan) kepala janin caput.

IMD merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera

setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya

bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. Menurut

(IDAI, 2018) tahapan IMD yaitu bayi baru lahir segera letakkan di atas perut ibu

dengan posisi tengkurap dengan kepala mengarah ke kepala ibu. Untuk

melakukan ini, bayi tidak perlu dimandikan terlebih dulu. Cukup keringkan bayi

mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya agar

bau air ketuban tetap melekat. Bau air ketuban di tangan bayi ini penting, karena

bau air ketuban pada tangan bayi inilah yang akan memandu bayi menemukan

puting ibu yang mempunyai bau yang sama. Ketika akhirnya berhasil mencapai

payudara ibu, bayi akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai

menyusu. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan

oksitosin karena isapan bayi pada payudara. Hormon oksitosin yang dilepas akan

mengatur kontraksi uterus, kontraksi uterus membantu mengurangi nyeri bekas

luka tempat implantasi plsenta dan mengurangi perdarahan (Maryunani, 2009).

Proses IMD dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah

bayi lahir, dan pada bayi Ny. N bayi berhasil menemukan puting pada 20 menit

103
setelah persalinan. Dengan dilakukannya IMD sangat bermanfaat bagi ibu dan

bayi yaitu meningkatkan bayi untuk mendapatkan kolostrum yang kaya nutrisi

yang membantu mencegah penyakit, mendukung keberhasilan ASI ekslusif,

memperkuat hubungan ibu dan bayi, merangsang produksi hormon oksitosin dan

prolaktin, meningkatkan kesehatan bayi dan mencegah pendarahan persalinan.

Keberhasilan IMD pada bayi Ny. N karena adanya dukungan dari keluarga,

pengetahuan ibu, adanya persiapan laktasi dari masa kehamilan, dan motivasi

bidan pendamping. Hal ini sesuai Menurut Sirajudin (2013) menyatakan bahwa

variabel yang paling berkontribusi dalam keberhasilan IMD adalah dukungan

keluarga. Menurut jurnal Aprilia (2010) salah satu faktor yang berpengaruh dalam

pelaksanaan IMD adalah faktor sikap, khusunya bidan dalam hal motivasi ibu

dalam pelaksanaan IMD. Di pmb Dince Safrina ni sangat mendukung IMD

sehingga hampir setiap persalinan berhasil melakukan IMD.

4.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Asuhan yang diberikan ibu dianjurkan untuk melakukan senam nifas satu

hari setelah persalinan sampai 10 hari masa nifas, penulis mengajarkan ibu senam

nifas dan ibu melakukan senam mulai pada hari ke-5 pasca melahirkan. Sebaiknya

senam dilakukan pada hari pertama pasca melahirkan, tetapi karena keadaan ibu

belum siap, maka ibu melakukan senam pada hari ke-5 pasca melahirkan.

Menurut (Saleha, 2009) setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh

organ tubuh wanita, terutama pada alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan

dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang

104
membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Adapun tujuan dari senam nifas

adalah untuk memperbaiki sirkulasi darah, postur/sikap tubuh, mempercepat

involusi, tonus otot panggul, regangan otot abdomen, regangan otot tungkai

sehingga dapat mencegah pembuluh darah yang menonjol dan pembengkakan

pada kaki, mengembalikan rahim pada posisi semula, mencegah kesulitan buang

air besar dan buang air kecil, mempercepat penyembuhan luka episiotomi,

mengembalikan kerampingan tubuh dan membantu kelancaran pengeluaran ASI.

Asuhan senam nifas ini berhasil dilakukan karena TFU, pendarahan, ekskresi dan

penyembuhan luka pada ibu telah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada

(Sulistyawati,2009:103).

Asuhan selanjutnya diajarkan pijat oksitosin kepada ibu yang dibantu oleh

suami guna untuk memperlancar ASI dan memberikan kenyaman kepada ibu.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)

sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang

hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi, Roesli, 2009).

Menurut Depkes RI (2007). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek

oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat

pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak

(enorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon

oksitosin, dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

Menurut Depkes RI (2007). Langka-langkah melakukan pemijatan

oksitosin ini yaitu dengan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau

baby oil lalu memijit sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

105
menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk kedapan. Area tulang

belakang leher, cari daerah dengan tulang yang paling menonjol namanya cervical

vertebrae. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari. Pada saat bersamaan,

memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah, dari leher kearah tulang belikat

selama 2-3 menit, dan mengulangi pemijatan 3 kali. Penulis mengajarkan kepada

suami melakukan pijat oksitosin kepada ibu untuk kelancaran produksi ASI guna

untuk keberhasilan dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya sampai

bayi berumur 6 bulan.

Menurut WHO, ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan pertama tanpa

campuran susu formula dan makanan tambahan apapun, sebab ada banyak

manfaat ASI eksklusif yang didapat bayi yaitu sistem kekebalan tubuh bayi lebih

kuat, memperkuat hubungan ibu dan bayi, mengurangi risiko terjadinya sidrom

kematian bayi mendadak, membuat bayi cerdas, kenaikan berat badan ideal,

mudah didapat dan murah serta ASI mudah dicerna oleh bayi. keuntungan

memberikan ASI bagi ibu yaitu isapan bayi memberikan kontraksi sehingga

mempercepat pemulihan organ-organ ibu pasca persalinan. keberhasilan ASI

eksklusif tidak lepas karena keberhasilan pada saat IMD. Pada kasus Ny. M IMD

berhasil dilakukan, dengan itu ibu dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya

dan juga didukung dari asuhan yang telah diberikan dari masa kehamilan yaitu

perawatan payudara sehingga menambah keberhasilan ibu untuk memberikan ASI

ekslusif.

106
Pada masa nifas ini berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang

dialami oleh ibu dan ibu merasa sangat senang dengan keadaannya saat ini, hal ini

dikarenakan ibu dan keluarga sangat mengharapkan kehadiran bayinya dan ibu

didukung penuh oleh suami, anak dan anggota keluarga lainnya, dukungan yang

diberikan merupakan hal yang sangat penting untuk kesejahteraan ibu dan bayi,

pada kasus ini suami Ny. N sangat mendukung dilihat dari masa kehamilan suami

selalu menemani Ny.N untuk periksa ke PMB, pada masa persalinan, suami

berperan mendampingi ibu yaitu dengan memberikan asuhan sayang ibu yang

sudah diajarkan seperti pengurangan rasa nyeri dengan masase punggung,

pemenuhan cairan dan nutrisi pada ibu yaitu dengan memberi makan dan minum,

dan memberikan dukungan emosional dan semangat pada ibu untuk menghadapi

persalinan, hal ini berdampak juga saat masa nifas yang dapat membuat ibu

merasa senang dan nyaman, sehingga ibu dapat beradaptasi akan perubahan nya

saat ini dan mencegah terjadinya depresi postpartum. Menurut Lewis (2007)

dukungan suami yang menjadi salah satu domain dalam kesejahteraan ibu nifas.

Adapun pada kunjungan nifas ini penulis memberikan informasi tambahan

melalui lefleat yang dibawa oleh penulis mengenai senam ibu hamil, tata cara pijat

bayi, tanda – tanda bahaya saat nifas serta mengenai kebutuhan gizi pada ibu

nifas. Ibu menerima dan mengatakan akan membacanya.

4.4 Asuhan Kebidanan Pada Masa Neonatus

107
Kunjungan pertama neonatus dilakukan pada saat 6 jam pertama, pada

kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, Bayi dibedong dan diberi topi untuk

menjaga kehangatan tubuh bayi, bayi sudah BAB dan BAK, bayi sudah

dimandikan dan melakukan perawatan tali pusat, hal ini telah sesuai dengan teori

menurut Desidel, dkk (2012) untuk mencegah hipotermi, bayi tidak langsung

dimandikan, bayi dimandikan 6 jam setelah bayi lahir.

Pada hari kedua setelah persalinan ibu mengatakan ASI keluar sedikit tapi

bayi tetap diberikan ASI. Menurut IDAI (2013). Breastfeeding jaundice muncul

pada bayi yang mendapat ASI eksklusif yang terjadi pada hari ke-2 atau ke-3

disaat produksi air susu ibu sedikit. Bayi kehilangan berat badan/dehidrasi,

frekuensi menyusu yang tidak adekuat, hambatan ekskresi bilirubin hepatik serta

adanya gangguan reabsorpsi bilirubin diusus. Ikterus fisiologi akan muncul pada

hari kedua dan ketiga pasca lahir dan terlihat jelas pada hari ke-5 sampai ke-6

(Saputra, 2014) dan berdasarkan dari anamnesa pada ibu bahwa ASI pada hari

kedua sedikit maka dari itu dianjurkan kepada ibu untuk selalu dan sesering

mungkin memberikan ASI kepada bayinya serta memberikan asuhan agar

menjemur bayinya dipagi hari selama 15 menit guna mencegah ikterus pada bayi.

Pada kunjungan kedua pada hari ke 4 bahwa ibu mengatakan bayi

menyusu sangat adekuat dan produksi ASI sangat lancar karena ibu tetap

melakukan perawatan payudara hingga saat ini, dan juga dikaji dari ekresi bayi

yaitu BAB 3-4 kali/hari dan BAK 8 kali/hari hal ini menunjukkan bayi cukup

mendapatkan ASI. Ibu juga mengatakan luka jahitan sc sudah mulai mengering

108
A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

1. Beberapa Pengertian Masa Nifas Menurut Para ahli, yaitu : a. Masa Nifas

adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang

diperlukan untuk memulihkan organ kandungan seperti sebelum hamil dengan

waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2013). b. Masa nifas disebut juga masa post

partum atau purperium adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaa sebelum hamil,Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sunarsih, 2011). c. Masa nifas atau

puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.

Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan

seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi

(Dewi Maritalia 2012). 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan masa nifas haruslah

diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun bagi

bayinya. Diperkiraka 60% kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan yang terjadi

setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

selama bidan memberikan asuhan sebaiknya 11 bidan mengetahui apa tujuan dari

pemberian asuhan paada masa nifas, adapun tujuan dari pemberian asuhan masa

nifas antara lain:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis dimana

dalam asuhan pada masa nifas ini peranan keluarga sangat penting, dengan

pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dab bayi selalu

terjaga.

109
b. Melaksanakan skrinning yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus

memberikan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis

yaitu mulai penkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.

c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisis

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah

yang dapat terjadi pada ibu dan bayi.

d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

Yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah

berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilakukan (Aiyeyeh Rukiyah 2011).

3. Periode Masa Nifas

a. Puerperium Dini. Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan.

b. Puerperium intermedial. Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ

reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

c. Remote puerperium. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali

dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi (Reni Heryani 2012). 12

4. Adaptasi fisiologi pada Masa Nifas

a. Perubahan uterus Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus

dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dalam keadaan normal,uterus mencapai

ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu,

berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu

110
minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram , pada akhir

minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebi 300 gram, setelah itu

menjadi 100 gram atau kurang.

Namum pada keadaan yang abnormal tinggi fundus mengalami

perlambatan akibat adanya luka insisi pada posisi Seksio Sesarea (SC) timbul rasa

nyeri akibat luka insisi sehingga involusi lebih lambat. 13 Beberapa faktor yang

mempengaruhi proses involusi uteri diantaranya: 1) Gizi. Faktor gizi dapat

memperlambat penurunan TFU karena pada ibu nifas Post Seksio Sesarea (SC)

tidak boleh langsung makan dan harus diet makanan terlebih dahulu. Jadi bila gizi

ibu Post Partum kurang, maka proses pertunbuhan serta pemeliharaan jaringan

terutama untuk mengganti sel-sel yang rusak akibat persalinan mengalami

gangguan sehingga pengembalian alat-alat kandungan atau involusio uteri

menjadi lebih lambat dan rentan terkena infeksi. Gizi yang adekuat akan

mempercepat pemulihan kesehatan ibu pasca persalinan dan pengembalian

kekuatan otot-ototnya menjadi lebih cepat serta akan mengakibatkan kualitas

maupun kuantitas Air Susu Ibu atau ASI. Disamping itu juga ibu pasca persalinan

akan lebih mampu menghadapi serangan-serangan kuman sehingga tidak terjadi

infeksi dalam nifas (Fitriana dan Lilis Dwi, 2012). 2) Mobilisasi. Mobilisasi dini

adalah aktifitas segera yang dilakukan setelah beberapa jam dengan beranjak dari

tempat tidur pada ibu dengan pasca persalinan. Hasil penelitian bahwa sebagian

besar (60,6%) Ibu Nifas Post Seksio Sesarea (SC) mengalami keterlambatan

penurunan TFU Hal ini disebabkan oleh ibu Post Seksio Sesarea (SC) kurang

melakukan mobilisasi dini karena rasa nyeri yang timbul akibat pada luka jahitan

111
pada abdomen (Fitriana dan Lilis Dwi, 2012). 14 Mobilisasi dini (early

mobilization) bermanfaat untuk: a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurang

infeksi puerperium. b) Ibu merasa lebihsehat dan kuat. c) Mempercepat involusi

alat kandungan. d) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik. e)

Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisi metabolisme. f) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan

bayi pada ibu. g) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai (Elisabeth Siwi

Walyani, dkk. 2015, Hal 113). 3) Usia. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang

wanita adalah umur antara 20- 35 tahun, dibawah dan diatas usia tersebut akan

meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Usia mudah dibawah 20 tahun

karena perkembangan organorgan reproduksi yang belum optimal dimana sistim

dalam tubuh terutama organ reproduksi masih dalam proses pematangan (Fitriana

dan Lilis Dwi, 2012). Pada usia yang lebih tu diatas 35 tahun telah terjadi

kemunduran fungsi fisiologi maupun reproduksi secara umum, penurunan daya

ingat membuat informasi yang disampaikan oleh bidan tidak terserap dengan baik

sehingga memungkin kan terjadi komplikasi yang tidak di inginkan pada pasca

persalinan.

112
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asuhan kehamilan pada Ny. N, G1P0A0H0 dengan odema dan

nyeri perut bagian bawah , usia kehamilan + 36-37minggu , hasil

pemeriksaan yang didapatkan baik keadaan umum ibu dalam batas

normal. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memberikan pendidikan

kesehatan mengenai penyebab odema dan nyeri perut bagian bawah

adalah keluhan normal hamil pada Trimester III yang disebabkan oleh

peningkatan hormone estrogen dan penurunan kepala janin kedalam

PAP.

Asuhan persalinan pada Ny. N G1P0A0H0 uka 39 minggu kala

satu (lengkap) dengan penyulit (kepala janin belum mengalami

penurunan) kepala janin megalami caput. Dilakukan rujukan ke RS

BINA KASIH dengan mempertimbangkan kesehatan dan kesejahtraan

janin.

113
5.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi laporan ini dapat bermanfaat dan bisa

dijadikan sebagai sumber referensi , bahan bacaan dan bahan ajaran yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan kehamilan.

3. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengerti mengenai asuhan yang

diberikan pada ibu di masa kehamilan trimester III sampai dengan masa

nifas.Mahasiswa mampu menganalisa dan memberikan

penatalaksanaannya.

114
DAFTAR PUSTAKA

Arsinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta. Graha


Ilmu
Astutik, dkk 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan: Jakarta Timur. CV.Trans
Info Medika
DepkesRI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008.Jakarta: Depkes RI
Fatimah, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Jakarta
Jannah N. 2012. Buku ajar asuhan kebidanan kehamilan; Yogyakarta : C.V Andi
Offset
Irinati, B. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : CV Agung Seto
Kemenkes RI.2017. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta : Kemenkes RI
Kostania, G. 2015.Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan. Surakarta
Mauaba, 2008. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulityawati A. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.Jakarta : Salemba
Medika
Tyastuti Siti, 2016. Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Kemenkes RI
Yulizawati, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Padang : Penerbit
Erka.
2014. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
EGC.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Sulistyawati, Ari. 2009.Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit
Andi
2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta. Salemba Medika
2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Salemba Medika

115
2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta. Salemba Medika
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: EGC.
Taufan, N, dkk. 2014. Buku Ajar Obstetri dan Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahyuningsih, 2018. Faktor – Faktor yang Mmepengaruhi Persalinan.
Walyani dan Endang, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Yogyakarta: Pustaka Bupress.

116

Anda mungkin juga menyukai