NIM : 03051282025068
KELAS : TEKNIK MESIN B INDRALAYA
TUGAS :
JAWABAN :
Pengelasan posisi 3G
*sebelum melakukan pengelasan capping grinda permukaan jalur las tersisa antara lain
0,5-1mm
*lanjutkan pengelasan sampai selesai
Pengelasan posisi 3F
3F Adalah pengelasan sudut/fillet posisi tegak/vertikal pada plat . Untuk pengelasan 3F, cairan
logam cenderung mengalir kebawah. Kecenderungan penetesan( bahan cair yang mengalir atau
menumpuk diarah bawah) dapat diperkecil dengan memiringkan elektroda 10 sampai 15° terdapat dua
jalur pengelasan yaitu pengisian dengan menggunakan elektoda 7016/7018 dan jalur kedua buat capping
menggunakan elektroda 7018 dengan posisi kabel elektoda di (+) dan kabel Massa di( -).
(2) Atur posisi logam dasar kira-kira 50 mm lebih rendah dari arah pandang lurus.
(3) Posisi anda berdiri harus kaki melebar supaya tubuh anda stabil .
C. Penyalaan busur
(3) Nyalakan busur sekitar 10-20 mm didepan titik awal dan putar balik lewat starting point .
D. Pengelasan rigi – rigi
(6) Majukan jarak las supaya rigi-rigi menutupi separoh rigi-rigi lainnya (7) Jaga posisi busur agar selalu
didepan terak
Welding merupakan pengelasan yang memiliki alur sama atau berada pada satu sumbu. Seperti
yang dijelaskan pada pengertian fillet dan groove, untuk pertemuan antara dua batang (beam) atau pipa
yang berada pada satu alur atau satu sumbu maka welding position yang digunakan adalah Groove
welding.
Adapun untuk jenis welding position pipe welding adalah sebagai berikut :
Dalam dunia industri posisi las diberi kode tertentu agar pada saat pengelasan dilakukan tidak
terjadi kekeliruan menentukan juru las dan prosedur pengelasan. Ada duasistem pengkodean yang banyak
dikenal, yaitu sistem yang ditetapkan oleh AmericanWelding Society (AWS) dan sistem International
Standard Organisation (ISO).Terdapat empat posisi pengelasan yaitu datar, vertikal, horisontal dan diatas
kepala (overhead). Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS, posisi las dikaitkan pada jenis teknik
sambungan las, jika sambungan berkampuh ( groove ) maka kode posisinya denganhuruf G , untuk posisi
downhand 1G, horisontal 2G, vertikal 3G, over-head 4G, pipa dengan sumbu horisontal 5G, dan pipa
miring 45° 6G. Jika sambungan las tidak berkampuh/tumpul ( fillet ) maka kodenya adalah F, untuk posisi
down-hand 1F, horizontal 2F, vertikal 3F, dan over-head 4F.
Oleh karena itu pada pengelasan 2f,5f dan 6f merupakan jenis pengelasan untuk sambungan
sudut/ fillet posisi sumbu horizontal tidak dapat diputar pada pipa dengan proses las busur, sedangkan
pada pipa sambungannya adalah groove. manual.
3. Jelaskan apa maksud dari 'Direct Polarity' dan 'Reverse Polarity"!
• Direct Polarity
Direct Polarity atau polartias langsung adalah jenis polaritas yang terjadi bila kutub negatif
dihubungkan dengan eletroda sedangkan kutub positif dihubungkan dengan benda kerja. Proses : Pada
pengelasan dengan cara ini yang terjadi adalah busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar
sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang akan berakibat duapertiga panas yang
dihasilkan akan berada di material dasar sedangkan sepertiganya berada di elektroda, pada cara ini
hasilnya adalah pencairan material dasar menjadi lebih banyak dibandingkan dengan elektrodenya dan
hasil las akan memiliki penetrasi yang cukup dalam, sehingga sangat baik digunakan dalam pengelasan
yang lambat serta pada proses yang manik lasnya sempit atau juga untuk proses pada pelat yang tebal.
Kelebihan : Mempunyai karakteristik tertentu yang mampu menghasilkan busur yang stabil pada hasil
pengelasan, bisa mencair dengan kemampuan arus 1000 A dan tegangan terbuka 40-45 V.
Kekurangan : Tidak bisa mengelas benda kerja dengan tingkat ketebalan tinggi.
Reverse Polarity atau polaritas terbalik adalah polaritas yang bisa terjadi jika kutub negatif
dihubungkan dengan benda kerja sedangkan kutub positif dihubungkan dengan elektroda.
Proses : Busur listrik akan bergerak dari material dasar ke elektrode kemudian tumbukan elektron berada
di elektrode yang berakibat duapertiga panasnya berada di elektroda dan sepertiga panasnya berada di
material dasar, pada proses dengan cara ini akan dapat menghasilkan pencairan elektrode yang lebih
banyak dan akan mampu memberikan hasil las yang mempunyai penetrasi dangkal serta akan sangat baik
digunakan pada pengelasan pelat yang tipis dengan bentuk manik las yang lebar.
Kekurangan : memiliki umur elektroda yang lebih pendek. Jika kecepatan tidak diatur dengan benar,
diperlukanpenguatan tingkat tinggi. Meskipun sangat cocok untuk bahan yang lebih tipis, metode ini
mungkin tidak efektif untuk menyambung pelat tebal dengan titik lelehyang lebih tinggi.