Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

THERMODINAMIKA

Disusun Oleh:

Gilang Prasojo

NIPD:21.09.03.012

KELAS:SKK 1 A

POLITEKNIK PELAYARAN MALAHAYATI ACEH

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayah Allah swt kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya. Makalah ini berisikan tentang Ruang Lingkup
Termodinamika.

Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi
besar Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman,
dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,


petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang,09 Febuari 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.............................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................7
BAB 2................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...............................................................................................................8
2.1 Pengertian Kesetimbangan Termodinamika.......................................................8
2.2 Kondisi untuk Kesetimbangan Termodinamika..................................................9
2.2.1 Kesetimbangan mekanik:..................................................................................9
2.2.2 Kesetimbangan kimia:.....................................................................................10
2.2.3 Kesetimbangan termal:....................................................................................10
2.4 Persamaan-Persamaan Keadaan Untuk Gas Tak Ideal....................................13
2.5 Perubahan Diferensial Keadaan.........................................................................14
2.6 Pengertian Diferensial..........................................................................................14
2.7 Diferensial Total...................................................................................................14
2.8 Syarat Euler dan Dalil Rantai.............................................................................15
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................17
3.2 SARAN............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika adalah ilmu tenyang energy yang secara spesifik


membahas tentang hubungan antara energy panas dengan kerja. Seperti telah
diketahui bahwa energy didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk,
selain energy panas dan kerja, yaitu energy kimia, energy listrik, energy nuklir,
energy gelombang electromagnet, energy akibat gaya magnet, dan lain-lain.
Energy dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, baik secara alami
maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu energy di alam semesta bersifat kekal,
tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energy
dari satu bentuk menjadi bentuk yang laintanpa ada pengurangan atau
penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energy.
Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam
kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energy gelombang
elektromagnetik dari matahari, dan dibumi energy tersebut berubah menjad
energy panas, energy angin, gelombang laut, peroses pertumbuhan berbagai
tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia
juga merupakan proses konversi energy yang kompleks, dari input energy kimia
dalam makanan menjadi energy gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan
energy yang sangat bernilai yaitu energy pikiran kita.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip
alamiah dalam berbagai proses termodinamika direkayasa menjadi berbagai
bentuk mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya.
Mesin-mesin transportasi darat, laut maupun udara merupakan contoh yang sangat
kita kenal dari mesin konversi energy, yang merubah energy kimia dalam bahan
bakar atau sumber energy lain menjadi energy mekanis dalam bentuk gerak atau

4
perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa. Pabrik-
pabrik dapat memperoduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin
pembangkit energy listrik yang menggunakan prinsip konversi energy panas dan
kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning,
mesin pemanas, dan refrigerators yang menggunakan prinsip dasar
termodinamika.1

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu keseimbangan thermodinamika ?
1.2.2 Apa itu persamaan keadaan ?
1.2.3 Apa itu perubahan diferensial keadaan ?

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesetimbangan Termodinamika

Mesin panas klasik Carnot

Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut berada dalam


kesetimbangan termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan
setimbang mekanis, setimbang termal dan setimbang secara kimia. Dalam
kesetimbangan termodinamik, tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan
keadaan, baik untuk sistem maupun untuk lingkungannya.

Kesetimbangan mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang takberimbang di


bagian dalam sistem, dan juga antara sistem dan lingkungannya. Dalam
kesetimbangan termal, semua bagian sistem bertemperatur sama, dan sistem juga
memiliki suhu yang sama dengan lingkungannya.

Dalam kesetimbangan kimia, suatu sistem tidak mengalami perubahan spontan


dalam struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam kesetimbangan
kimia juga tidak mengalami perpindahan materi dari satu bagian sistem ke bagian
sistem lainnya, seperti difusi atau pelarutan.

Bila ketiga syarat kesetimbangan tersebut tidak dipenuhi, maka sistem


termodinamik disebut berada dalam keadaan tidak setimbang.

Termodinamika klasik meliputi keadaan kesetimbangan dinamis. Keadaan lokal


dari suatu sistem pada kesetimbangan termodinamika ditentukan oleh nilai dari
parameter intensifnya, seperti tekanan dan suhu. Untuk lebih spesifik,

6
kesetimbangan termodinamika dikarakteristikkan oleh potensial termodinamika
minimum, seperti energi bebas Helmhlotz, yaitu sistem pada suhu dan volume
sama:

A = U – TS;

atau energi bebas Gibbs, yaitu sistem dengan tekanan dan suhu tetap:

G = H – TS.

di mana T = suhu, S = entropi, U = energi dalam dan H= entalpi. Energi bebas


Helmholtz sering dinotasikan dengan simbol F, tetapi penggunaan A dipilih oleh
IUPAC.

Proses yang mengatur suatu kesetimbangan termodinamika disebut termalisasi.


Suatu contoh adalah suatu sistem dengan partikel yang berinteraksi tidak
terganggu oleh pengaruh luar. Dengan interaksi, mereka akan menggabungkan
energi/momentum di antara mereka dan mencapai suatu keadaan di mana statistik
umum tidak berubah terhadap waktu.

2.2 Kondisi untuk Kesetimbangan Termodinamika


Sistem dikatakan dalam kesetimbangan termodinamika jika kondisi untuk ketiga
kesetimbangan berikut dipenuhi:

 Kesetimbangan mekanik
 Kesetimbangan kimia
 Kesetimbangan termal

2.2.1 Kesetimbangan mekanik:

Ketika tidak ada gaya yang tidak seimbang di dalam sistem dan antara sistem dan
lingkungan, sistem dikatakan berada di bawah keseimbangan mekanik. Sistem
juga dikatakan berada dalam kesetimbangan mekanik jika tekanan di seluruh

7
sistem dan antara sistem dan sekitarnya sama. Setiap kali beberapa gaya yang
tidak seimbang ada di dalam sistem, mereka akan dinetralkan untuk mencapai
kondisi keseimbangan. Dua sistem dikatakan berada dalam kesetimbangan
mekanis satu sama lain jika tekanannya sama.

2.2.2 Kesetimbangan kimia:

Sistem dikatakan dalam kesetimbangan kimia ketika tidak ada reaksi kimia yang
terjadi di dalam sistem atau tidak ada transfer materi dari satu bagian sistem ke
bagian lain karena difusi. Dua sistem dikatakan berada dalam kesetimbangan
kimia satu sama lain jika potensial kimianya sama.

2.2.3 Kesetimbangan termal:

Ketika sistem berada dalam kesetimbangan mekanik dan kimia dan tidak ada
perubahan spontan dalam sifat-sifatnya, sistem dikatakan dalam kesetimbangan
termal. Ketika suhu sistem seragam dan tidak berubah di seluruh sistem dan juga
di sekitarnya, sistem dikatakan kesetimbangan termal. Dua sistem dikatakan
setimbang termal satu sama lain jika suhunya sama.

Agar sistem menjadi kesetimbangan termodinamika, sistem harus berada di


bawah kesetimbangan mekanik, kimia, dan termal. Jika salah satu dari kondisi di
atas tidak terpenuhi, sistem dikatakan tidak seimbang.

2.3 Persamaan keadaan


Di dalam fisika dan termodinamika, persamaan keadaan adalah persamaan
termodinamika yang menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat
kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang
menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang
berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi
dalam. Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida,
campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
Sistem dan persamaan keadaannya
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis,
apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol Keadaan seimbang

8
kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila didalamnya
tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang lain (difusi)
dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat mengubah jumlah partikel
semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi
maupun konsentrasnya. Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan
seimabng termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak
berubah, meskipun system berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding
diatermik.
Besar/nilai koordinat sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu. Keadaan
keseimbangan termodinamika adalah sistem berada dalam keadaan seimbang
termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi. Dalam
keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan
cenderung tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya mempelajari
sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam keadaan seimbang termodinamika
setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah partikel tetap mis. N
mole atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan : Semua
eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara
ketiga koordinat itu terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain :
Dalam keadan seimbang termodinamis, hanya dua diantara ketiga koordinat
system merupakan variabel bebas. Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi
hukum gas ideal, yaitu hukum Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan
P.V = n.R.T.
Akan tetapi, pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti
hukum gas ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi
(penyimpangan) yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas
pada temperatur tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat
dari eksperimen dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila
tekanan gas tesebut semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi
semakin besar sehingga hal ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai
untuk diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil. Gas
ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil
eksperimen dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada persamaan
yang digunakan sebagai berikut:
Jenis gas
Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi interaksi
antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding tekanan gas nyata
(Pnyata < Pideal)
Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan volume
wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam perhitungan gas nyata,

9
volume molekul gas tersebut juga turut diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah –
Vmolekul
Maka dari itu, perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata dinyatakan
dalam faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana
menghasilkan persamaan untuk gas nyata yaitu:
Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan
yang menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata.
Beberapa persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van
der Waals, persamaan Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot, dan persamaan
Beattie-Bridgeman.
Properti-Properti dan Keadaan Dari Suatu Sistem
Materi yang berada dalam suatu sistem terdiri dari beberapa fase, yaitu padatan,
cairan, dan gas. Fase adalah suatu kuantitas dari materi yang memiliki komposisi
kimiawi yang sama secara menyeluruh. Batas-batas fase memisahkan berbagai
fase dalam suatu campuran. Properti adalah suatu kuantitas yang dipakai untuk
mendeskripsikan suatu sistem. Keadaan dari suatu sistem kondisinya
dideskripsikan dengan cara memberikan nilai-nilai tertentu untuk propertinya
pada saat tertentu.
Properti-properti yang umum adalah tekanan, temperatur, volume, kecepatan, dan
posisi dan lainnya. Bentuk menjadi penting saat terdapat efek-efek permukaan
yang signifikan sedangkan warna saat menyelidiki perpindahan kalor radiasi.
Properti memiliki suatu nilai unik pada saat sistem berada dalam keadaan tertentu
dan nilai ini tidak bergantung pada keadaan-keadaan sebelumnyayang telah dilalui
sistem tersebut, artinya bukan merupakan suatu fungsi jalur. Karena suatu properti
tidak bergantung pada jalurnya, setiap perubahan bergantung pada kondisi awal
dan akhir dari sistem tersebut. Dengan menggunakan simbol φ untuk
melambangkan properti, persamaan materinya adalah
dφ sebagai diferensial eksak; φ2 – φ1 sebagai perubahan properti bersamaan
dengan berubahnya sistem dari keadaan 1 ke keadaan 2. Sehingga akan dijumpai
berbagai kuantitas, seperti usaha.
Properti termodinamika dibagi menjadi dua jenis umum, yaitu properti intesnsif
dan ekstensif. Properti intensif adalah properti yang tidak bergantung pada massa
dari sistemnya. Contoh, temperatur, tekanan, densitas, dan kecepatan karena
properti ini berlaku untuk seluruh sistem tersebut. Jika menggabungkan dua
sistem, properti intensifnya tidak dijumlahkan. Properti ekstensif adalah properti
yang bergantung pada massa dari sistemnya. Contoh, volume, momentum dan
energi kinetik. Jika dua sistem digabungkan, properti ekstensif dari sistem yang
baru adalah penjumlahan dari properti ekstensif dari kedua sistem awalnya. Jika

10
membagi properti ektensif dengan massanya, yang dihasilkan adalah properti
spesifik. Jadi volume spesifik didefinisikan sebagai,
vin =
vin = properti intensif
V = properti ekstensif
m = massa
Properti Zat-zat Murni
Hubungan-hubungan antara tekanan, volume spesifik dan temperatur yang mana
sesuatu yang murni memiliki sifat homogen yang dapat memiliki lebih dari satu
fase, tapi tiap fase harus memiliki komposisi kimiawi yang sama.

2.4 Persamaan-Persamaan Keadaan Untuk Gas Tak Ideal


Ada berbagai macam persamaan keadaan yang telah diusulkan untuk digunakan
untuk gas-gas yang bersifat tak-ideal. Sifat –sifat muncul ketika tekanan menjadi
relatif tinggi atau temperatur berada dekat dengan temperatur jenuh. Tidak ada
kriteria yang tepat yang dapat digunakan untuk menetukan apakah persamaan
pesamaan gas ideal dapat di gunakan . Biasanya suatu soal dinyatakan sedemikian
rupa sehingga menjadi jelas jika efek-efek gas tak-ideal di ikut sertakan ; jika
tidak sduatu soal biasany a diselesaikan dengan mengamsumsikan gas
ideal. Psersamaan keadaan van der Waals dimaksudkan untuk menghitungkan
volume yang di isi molekul-molekul gas dan gaya-gaya tarik menarik antar
molekul .Persamaan tersebut adalah
P=–
Dimana konstanta a dan b berhubungan dengan data titik kritis dalam melalui
a =    b=
Konstanta ini juga di tampilkan untuk memudahkan perhitungan. Persamaan yang
lebih baik adalah persamaan keadaan Redich-Kwong:
P=
Di mana konstanta-konstantanya diberikan oleh
a =0,4275    b=0,0867
Suatu pesamaan keadaan viral menampilkan produk Pv sebagai suatu deret
ekspansi. Ekspansi yang paling umum adalah
P= + +

11
Dimana penekanan terletak pada B(T) karena mempresentasikan koreksi ordo
pertama untuk hukum gas ideal. Fungsi – fungsi B (T),C(T),

2.5 Perubahan Diferensial Keadaan


Setiap infinitesimal dalam koordinat termodinamika P, V,  harus memenuhi
persyaratan bahwa ia menggambarkan perubahan kuantitas yang kecil terhadap
kuantitasnya sendiri tetapi perubahan kuantitas yang besar terhadap efek yang
ditimbulkan oleh kelakuan beberapa molekul. Persamaan keadaan suatu sistem
dapat dibayangkan bahwa persamaan keadaan tersebut dapat dipecahkan untuk
menyatakan setiap koordinatnya dalam dua koordinat lainnya. Analisisnya : 1. V
= fungsi , P 2.3 Maka diferensial parsialnya : dP P V d V dV P          
           2.4 Kuantitas kemuaian volume rata didefinisikan : Muai
volume rata = temperatur perubahan volume satuan per volume perubahan , pada
kondisi tekanan tetap. 4 Jika perubahan temperatur dibuat sangat kecil, maka
perubahan volume juga menjadi sangat kecil, maka : kemuaian volume sesaat β
dirumuskan : P V V            1 2.5 Sebenarnya β merupakan fungsi dari
 , P, tetapi dalam percobaan menunjukkan bahwa banyak zat yang β – nya tidak
peka pada perubahan tekanan dP dan hanya berubah sedikit terhadap suhu  
Efek perubahan tekanan pada volume sistem hidrostatik etjika temperaturnya
dibuat tetap, dinyatakan oleh kuantitas yang disebut ketermampatan isotermik κ
dibaca kappa yang dirumuskan :             P V V 1 2.6 2. P = fungsi ,
V 2.7 Maka diferensial parsialnya : dV V P d P dP V                 
    2.8 3.  = fungsi P, V 2.9 Maka diferensial parsialnya : dV V dP P d P V 
                    2.10
2.6 Pengertian Diferensial
Suatu persamaan yang mengandung fungsi atau turunannya dinamakan persamaan
diferensial. Jika mengandung turunan parsial dinamakan persamaan diferensial
parsial. Selaij persamaan diferensial parsial, dikenal persamaan diferensial yang
lain dinamakan persamaan diferensial biasa.
2.7 Diferensial Total
Perhatikan fungsi x = x (y, z). Andaikan fungsi ini benar-benar ada, artinya “x is
an existing function of y and z”, maka nilai x dapat berubah karena y berubah
tetapi z tidak, atau z berubah tetapi y tidak, atau y dan z keduanya berubah.
Perubahan-perubahan ini secara matematis dapat dinyatakan dalam bentuk
diferensial total, diferensial parsial, diferensial eksak, dan atau diferensial tak
eksak.
Diferensial total dari x adalah dx yang nilainya sama dengan perubahan x karena
y berubah ditambah dengan perubahan x karena z berubah. Secara matematis
dapat dinyatakan:
dx = (∂x / ∂y)z dy + (∂x / ∂z)y dz  ……….. (1.3)

12
Diferensial total x adalah dx yang menggambarkan perubahan total x. Karena dx
merupakan perubahan infinit suatu fungsi yang benar-benar ada, maka dx
disebut diferensial eksak. Jika dx merupakan diferensial total dari fungsi x = x
(y, z) yang benar-benar tidak ada, maka dx disebut diferensial tak eksak.

Dalam hal ini (∂x / ∂y)z dy merupakan perubahan x karena y berubah, sedangkan z
tidak berubah dan (∂x / ∂z)y dz merupakan perubahan x karena z berubah,
sedangkan y tidak berubah. Sedangkan (∂x / ∂y)z dinamai diferensial parsial x ke y
dengan z tetap yang biasa ditulis sebagai M (yz) dan (∂x / ∂z) y dinamai diferensial
parsial x ke z dengan y tetap yang biasa ditulis sebagai N (yz). Dalam persamaan
I.3 dy disebut sebagai perubahan y dan dz disebut sebagai perubahan z.

2.8 Syarat Euler dan Dalil Rantai


Telah dijelaskan di atas, bahwa ada fungsi yang benar-benar ada (existing) dan
ada fungsi yang benar-benar tidak ada. Jika fungsi x = x (y, z) merupakan fungsi
yang benar-benar ada dan dapat didiferensialkan dengan baik (differensiable),
maka urutan pendiferensialan (diferensiasi) tidak menjadi masalah. Artinya,

(∂ 2 x / ∂y ∂z) z, y = (∂ 2 x / ∂z ∂y) y, z atau


(∂M / ∂z)y  =  (∂N / ∂y)z . …….. (1.4)

Persamaan I.4 dikenal sebagai syarat Euler. Jadi, syarat Euler merupakan syarat
yang diperlukan untuk membuktikan bahwa fungsi x = x (y, z) merupakan fungsi
yang benar-benar ada. Dapat pula dinyatakan, diferensial total suatu fungsi yang
benar-benar ada (yang memenuhi syarat Euler) adalah diferensial eksak.

Jika fungsi x = x (y, z), maka dx = (∂x / ∂y) z dy + (∂x / ∂z)y dz. Fungsi ini dapat
dilihat sebagai fungsi y = y (x, z) dengan dy = (∂y / ∂x)z dx + (∂y / ∂z)x dz. Jika dy
disubstitusikan ke dx di atas diperoleh:

dx = (∂x / ∂y)z {(∂y / ∂x)z dx + (∂y / ∂z)x dz} + (∂x / ∂z)y dz atau

dx = {(∂x / ∂y)z (∂y / ∂x)z } dx + {(∂x / ∂y)z (∂y / ∂z)x + (∂x / ∂z)y } dz


yang

berlaku untuk setiap dx dan dz. Hal ini terpenuhi jika

1. {(∂x / ∂y)z (∂y / ∂x)z } = 1 atau (∂x / ∂y)z  = {1 / (∂y / ∂x)z } ….. (1.5)

2. {(∂x / ∂y)z (∂y / ∂z)x + (∂x / ∂z)y } = 0 atau

{(∂x / ∂y)z (∂y / ∂z)x  (∂z / ∂x)y} =  -1 ……………… (1.6)

13
Persamaan I.6 dikenal sebagai dalil rantai atau aturan rantai atau “chine
rule”.

Dalam Termodinamika konsep diferensial total, diferensial parsial, diferensial


eksak, dan diferensial tak eksak sangat diperlukan. Pemaknaan dari keempat
bentuk diferensial ini sangat bergantung pada keaadaan sistem, koordinat sistem,
atau variabel sistem termodinamis. Oleh karena itu, Mahasiswa harus faham benar
mengenai pengertian-pengertian dan pemaknaan diferensial dalam
Termodinamika.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kata termodinamika berasal dari bahasa Yunani therme berarti kalor dan
dymanics berarti kakas. Jadi termodinamika berarti kemampuan benda panas
menghasilkan usaha/kerja. Namun sekarang ini pengertian termodinamika telah
berkembang, termodinamika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari energy
beserta perubahannya dan hubungan antara sifat-sifat (properties) fisis materi.
Hubungan antara kedua pandangan itu terletak pada kenyataan bahwa
beberapa sifat yang terukur langsung, yang perinciannya meliputi pemerian
makroskopik, sebenarnya rata-rata terhadap selang waktu tertentu dari sejumlah
besar ciri khas mikroskopik.
Hukum yang memiliki dua konsep dimunculkan sejak era mekanika klasik
yang pertama kali dirumuskan oleh alkemis. teolog, ahli fisika dan matematika
Isaac Newton berkaitan dengan hukum gerak tubuh makroskopik kecepatan
cahaya c.
Hukum termodinamika kedua terdapat dua pernyataan yang sering
dipergunakan dalam termodinamika teknik adalah pernyataan Clausius dan
Kelvin-Planck. Pernyataan Clausius dipilih sebagai titik tolak dalam pembelajaran
hukum kedua beserta konsekuensinya karena sesuai dengan pengalaman sehingga
mudah diterima.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami berharap  para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah,Is. 2015. Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepublish.


Michael M.Abbot dan Hendrick C. Van Ness. 1994. Teori dan Soal-soal
Termodinamika Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudjito, Saifuddin Baedoewie dan Agung Sugeng. Diktat Termodinamika Dasar.
Jakarta: Graha Ilmu.
Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2013. Termodinamika. Graha Ilmu; Yogyakarta.
Zemansky Mark W. dan Richard H. Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika.
Bandung: ITB Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai