KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Guru
peserta didik (UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Guru
Pada jaman dahulu, guru merupakan sumber belajar utama bagi peserta didik
akan tetapi dengan perkembangan IPTEK yang pesat, paradigma ini berubah
(Istiningsih, 2012: 26). Sumber belajar peserta didik dapat berasal dari mana
saja, salah satu sumber belajar yang mudah didapat, murah, dan cepat adalah
internet.
Saat peserta didik menuliskan satu kata pada search engine di internet
maka akan ada ribuan link yang berkaitan dengan kata tersebut akan muncul.
Potensi inilah yang harus disadari oleh guru sehingga perlu dimanfaatkan
majalah, koran, dan internet sebagai sumber belajar (Asmani, 2011: 28).
18
Guru sangat menentukan kualitas pendidikan, keberhasilan proses
(2013: 55) menjelaskan bahwa kualitas kinerja guru dalam pembelajaran dapat
dilihat dari hasil prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang baik akan
menghasilkan prestasi belajar yang baik. Hasil penelitian dari Sudjana (2005:
42) menyatakan bahwa 76,6 % hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh
kinerja guru. Hasil penelitian ini menguatkan bahwa peran guru sangat
2. Kinerja Guru
a. Perencanaan Pembelajaran
potensi sumber belajar dan sarana prasarana yang dapat digunakan untuk
19
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik (Mulyasa, 2013: 100). Setelah
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Setiap
secara terintegrasi sistematis dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
dalam penyusunan RPP. Oleh karena itu, pada RPP yang telah dibuat oleh
20
b. Pelaksanaan Pembelajaran
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif
dan PKG. Evaluasi ini penting untuk menilai kemampuan guru dalam
kebijakan dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja guru. Bagi guru yang
21
maka guru tersebut akan mengikuti program pengembangan keprofesian
orang lain. Salah satu teknologi dalam TIK yang berpotensi besar
aktual yang dapat diperoleh dalam waktu yang singkat dan cepat. Berbagai
internet dan tersedia dalam jumlah yang melimpah (Rusman, Kurniawan, &
mengunduh bahan pelajaran, dan diskusi online antar guru dengan siswa atau
siswa dengan siswa. Selain itu, penggunaan TIK dalam pembelajaran dapat
22
meningkatkan minat 76% dengan sangat baik, meningkatkan visualisasi objek
belajar 87% dengan sangat baik, mendukung gaya belajar yang beranekara
ragam 46% dengan sangat baik, membantu manajemen kelas 57% dengan
2012: 236-251).
menggunakan Internet. Angka ini meningkat dari tahun 2016 yaitu 132,7 juta
artikel yaitu 55,30 %. Hasil survei ini menunjukkan bahwa internet sudah
menjadi bagian yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan
ke tahun.
23
persentase terkoneksi internet 74,01 % dan 25,99 % tidak terkoneksi internet.
sebesar 79% sedangkan yang belum sebesar 21%. Rasio siswa yang
dibandingkan sekolah negeri, yaitu 0,45 untuk sekolah swasta dan 0,37 untuk
sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang berarti peserta didik juga
harus melek teknologi. Teknologi menjadi satu bagian yang penting dalam
karena teknologi membantu guru untuk melakukan berbagai hal secara cepat
untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Guru sudah tidak bisa lagi
mengelak perkembangan teknologi yang pesat. Hal ini karena peserta didik
lahir dan berkembang dalam era informasi dimana teknologi digunakan untuk
24
survei penggunaan teknologi di sekolah, 72% anak dengan usia 0-8 tahun di
phohe. Sejak kecil, peserta didik telah bisa menggunakan berbagai jenis
teknologi. Melek teknologi dapat diartikan peserta didik secara aktif untuk
113). Untuk bisa mengembangkan potensi peserta didik terhadap TIK maka
integrasi TIK dalam pembelajaran harus secara intensif dan sering dilakukan
TIK yang memadai, kurangnya tenaga ahli dalam bidang TIK di sekolah,
25
tuntutan kurikulum yang berat, banyak terdapat situs berbahaya (Asmani,
bergantung pada tingkat pemahaman dan sikap guru terhadap TIK serta
sarana dan prasarana di sekolah juga sangat penting. Akses internet di sekolah
dilakukan jika akses internet sekolah tidak ada meskipun guru memiliki
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk SD/MI, SMP/MTS,
dan SMA/MA, salah satu kriteria minimum standar sarana di sekolah adalah
4. Pembelajaran Biologi
spesifik yang berbeda dengan bidang ilmu lain. Biologi mengkaji tentang
yang konkret, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal atau obyek yang abstrak
sistem koordinasi, dll. Sifat obyek materi yang dipelajari dalam biologi sangat
26
Karakteristik materi biologi yang bersifat abstrak tentu lebih sulit
strategi khusus dari guru agar konsep ini mudah diterima dan dipahami oleh
peserta didik. Salah satu caranya dengan menggunakan TIK. Selain itu, ilmu
sehingga peserta didik akan selalu tahu mengenai isu-isu baru mengenai
dibandingkan peserta didik hanya membaca melalui buku paket yang sudah
tidak terbatas. Semua informasi di seluruh dunia dapat diperoleh dengan cepat
dan mudah. Ditambah dengan peserta didik dituntut untuk belajar dari
teknologi guru semakin baik maka guru dapat menerapkannya dalam proses
27
merupakan bagian dari adaptasi dengan perkembangan zaman yang ada.
dirinya sesuai perkembangan zaman. Oleh karena itu, kemampuan guru tidak
teknologi harus dilakukan oleh guru. Guru harus pandai untuk memililih
diperoleh tanpa guru. Guru berperan penting sebagai agen dan target
pembelajaraan (Herring, Koehler, & Mishra, 2016: 38-43). Oleh karena itu
28
bukan sebagai bagian yang berdiri sendiri. Ketiganya saling berhubungan
29
b. Content Knowledge (CK) adalah pengetahuan tentang materi pelajaran
yang berupa pengetahuan, fakta, konsep, teori, dan prosedur bidang ilmu
tertentu.
yang standar seperti buku, kapur, dan papan tulis dan teknologi yang
teknik pedagogik, dan pengetahuan tentang konsep yang mudah dan sulit
dalam pembelajaran.
TK. Namun TPACK terbentuk tidak hanya karena PCK ditambah dengan TK
30
namun terbentuk kombinasi pengetahuan lain yaitu TPK dan TCK. Oleh
karena itu, kerangka TPACK terdiri atas 7 komponen pengetahuan yaitu PK,
CK, TK, PCK, TCK, TPK, dan TPACK. TPACK merupakan pengetahuan
serta perbedaan level sekolah yang diampu guru (SD, SMP, SMA, dan
6. Gender Guru
pola pikir, dan kemampuan lainnya (Sugihartono, dkk., 2012: 35). Lebih
lebih dominan dalam perasaan serta memiliki kemampuan lebih ulet dalam
31
penyebab adanya perbedaan kemampuan akibat gender dalam berbagai
gender (Oleksy, Just, & Kling, 2012: 115). TIK memberikan efek secara
signifikan. Pada negara Guinea dan Djibouti kurang dari 10% jumlah
% dan India kurang dari 25 % (Hafkin & Huyer, 2007: 33). Di Indonesia
(APJII, 2017: 6) pada tahun 2017 menunjukkan 54,68 % yaitu 143,26 juta
2016 yaitu 132,7 juta orang. Komposisi pengguna internet laki-laki yaitu
32
Hasil penelitian diatas sebagian besar menunjukkan bahwa laki-laki
laki memiliki sikap lebih percaya diri, positif dan relatif lebih banyak
pengalaman dengan komputer dan TIK (Jimoyiannis & Komis 2007: 168;
Varank, 2007: 78; Ertl & Helling, 2011: 486-487; Sweeney & Drummond,
pengetahuan lebih baik tentang TIK (Berber & Erdem, 2015: 241), dan
Salvador, & Sanz, 2010: 127; Esterhuysen & Schout, 2013: 21). Sedangkan
al., 2005: 51; Enochsson, 2005: 11; Jimoyiannis & Komis, 2007: 168).
kemampuan TIK guru, kurang percaya diri guru terhadap TIK, dan kurang
pelatihan TIK. Oleh karena itu, perbedaan sikap, minat, kemampuan, dan
33
berkaitan dengan teknologi sedangkan perempuan masih dipandang sebelah
identitas laki-laki. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi ini adalah
oleh hasil penelitian Trauth, Quesenberry, & Huang (2006: 17) dan
dan TIK (Teo, 2008: 418; Cavas, et al., 2009: 7; Gokcearslan, 2010: 1;
Sahin & Akcay,2011: 471; Elsaadani, 2012: 26; Semerci & Aydin, 2018:
34
(Youssef, Youssef & Dahmani, 2013:192; Wiseman et al., 2017: 11).
Penelitian lain oleh Muslem, Yusuf, & Juliana (2011: 16) menunjukkan
belajar mengajar.
teknologi dan internet pada tahun 90-an menunjukkan ada gap akibat
35
menunjukkan bahwa gender mempengaruhi adopsi TIK dalam kegiatan
Tondeur, & Valcke, 2004: 8, Hermans, et al., 2008: 1504-1506). Hasil ini
Peralta & Costa (2007: 80) menunjukkan bahwa guru yang memiliki
dalam pengetahuan TIK merupakan alasan utama guru kurang percaya diri
36
TIK akan merasa cemas jika harus menggunakan TIK di depan peserta
didik yang lebih pintar dalam menggunakan TIK (Jones, 2004: 7).
fisika. Hal ini sesuai dengan penelitian Prokop, Prokop, & Tunnicliffe
(2007: 38-39) dan Prokop, Tuncer & Chuda (2007: 292) yang menunjukkan
ini sejalan dengan penelitian Osborne, Simon, & Collins (2003: 29) yang
yang sulit. Penelitian lain oleh Khoirista, Suwondo, & Witjoro (2015: 6)
materi biologi dibandingkan laki-laki (Spall et al., 2003: 202; Tsabari &
37
meningkatkan memori penyimpanan jangka panjang yang lebih baik
tidak signifikan. Namun dalam penggunaan TIK untuk materi biologi, laki-
Atta et al, (2012: 251) menegaskan bahwa guru perempuan memiliki self
38
perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dimana laki-laki
peserta didik serta ekspresif (Rashidi & Naderi, 2012: 30; Cruickshank,
Jenkins, & Metcalf, 2012: 3), lebih membimbing (Wood, 2012: 317), lebih
terbuka terhadap peserta didik (Lacey, Saleh, & Gorman, 1998: 5), lebih
Jenkins, & Metcalf, 2012: 3), lebih banyak berinteraksi dan kolaborasi
yang lebih fleksibel (Lacey, Saleh, & Gorman,1998: 15), dan mendorong
peserta didik untuk banyak bertanya (Rashidi & Naderi, 2012: 35-36).
peserta didik (Rashidi & Naderi, 2012: 36; Chavez, 2000: 1036), dan gaya
39
mengajar lebih otoriter (Chen, 2000: 10; Chudgar & Sankar, 2008: 634).
terhadap gender guru (Koh, Chai, & Tsait, 2010: 570; Lin et al., 2013: 333;
Jang & Tsai, 2013: 574; Liu, Zhang, & Wang, 2015: 10-11). Beberapa
40
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa guru laki-laki
(Lin, et al., 2013: 333; Koh & Chai, 2011: 742; Luik, Taimalu, & Suviste,
2017: 9). Hasil penelitian Erdogan & Sahin (2010: 2710) menunjukkan
dan CK. Calon guru laki-laki menunjukkan kompetensi TPACK yang lebih
tinggi daripada calon guru perempuan pada bidang studi matematika. Selain
itu, hasil penelitian Jordan (2013: 11) menemukan bahwa laki-laki memiliki
skor yang lebih tinggi pada sebagian besar domain TPACK dibandingkan
pengetahuan pedagogik dan konten. Selain itu, hasil penelitian Ekrem &
TPACK laki-laki dan perempuan dimana skor calon guru perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki, namun calon guru laki-laki lebih tinggi dalam
41
Beberapa penelitian lain menunjukkan hasil yang berkebalikan
& Chai, 2011: 742; Hosseini & Kamal, 2013: 4; Coklar, 2014: 324; Keser,
Yilmaz, & Yilmaz, 2015: 1201; Ay, Karadag, & Acat, 2016: 159; Ersoy,
Yurdakul & Ceylan, 2016: 127; Karatas & Tutak, 2016: 2365). Penelitian
gender bukan merupakan faktor yang penting pada TPACK guru. Hasil
Penelitian Chen & Jang (2013: 139) juga menunjukkan hasil yang sama
mengenai teknologi.
7. Status Sekolah
terbagi menjadi dua yaitu: sekolah swasta dan sekolah negeri. Sekolah negeri
42
negeri, sekolah katolik, dan sekolah swasta lain. Sekolah katolik dibedakan
dari sekolah swasta lain karena katolik merupakan agama terbesar dan
swasta berasal dari biaya pendidikan yang rutin dikeluarkan orang tua peserta
didik. Lebih lanjut lagi perbedaan ketiga dari segi pengelolaan. Sekolah
pemerintah.
pendidikan. Hal ini menyebabkan kinerja kepala sekolah negeri dan swasta
43
menjadi berbeda. Di sekolah negeri, peran pemerintah lebih dominan
Waldow, 2017: 10). Berbeda dengan sekolah swasta dimana kepala sekolah
lebih dalam memimpin program kerja dan perekrutan staf maupun guru.
Kepala sekolah swasta juga dapat menilai kinerja guru secara langsung dan
Sekolah swasta lebih efisien karena tidak terikat oleh kebijakan pemerintah
lebih baik karena tingkat otonomi sekolah yang lebih besar sehingga
sekolah swasta lebih responsif terhadap kebutuhan peserta didik dan orang
tua.
besar, sumber daya yang lebih baik, iklim sekolah yang lebih baik dan
tingkat kinerja lebih baik daripada sekolah negeri (OECD, 2012 :18).
44
swasta juga menikmati fleksibilitas yang lebih besar dalam pemberian gaji
guru baru, memberikan dukungan yang lebih efektif untuk guru baru, dan
merasa lebih mudah untuk memberhentikan guru baru untuk kinerja yang
lebih besar dari guru sekolah negeri. Guru otonom berwenang untuk
konsep otonomi sebagai kebebasan dari kontrol oleh orang lain, dianjurkan
oleh Benson (2006: 5). Seorang guru harus memiliki kebebasan dalam
tugasnya tanpa rasa takut (Sehrawat, 2014: 2). Otonomi perlu untuk
45
diberi kebebasan berinovasi dalam pembelarjaran untuk mewujudkan
yang lebih besar, dan lebih kecil tingkat stres pada pekerjaan (Varatharaj,
Abdullah & Ismail, 2015: 35). Lebih lanjut Sehrawat (2014: 1) menemukan
bahwa guru yang memiliki otonomi dan kebebasan dalam mengajar lebih
pembelajaran.
pendidikan lebih mahal dari sekolah negeri sehingga orang tua yang
46
berbeda dengan sekolah negeri yang umumnya biaya pendidikan gratis
Sekolah swasta menuntut biaya pendidikan yang lebih tinggi dari sekolah
pendidikan baik pada peserta didik, guru, dan staf lainnya serta kepuasan
orang tua terhadap sekolah (NCES, 1997: 18). Dari segi dukungan sekolah,
guru swasta memiliki dukungan lebih banyak dari guru sekolah negeri serta
guru sekolah swasta memiliki lebih besar dukungan dari sekolah untuk
47
menunjang kegiatan pembelajarannya, memiliki otonomi lebih besar di
umumnya guru negeri sebagian besar merupakan guru senior yang telah
sedangkan guru sekolah swasta didominasi guru yang masih muda, belum
didik maka peran guru di sekolah negeri dan swasta menjadi penting untuk
dikaji. Dari segi jumlah peserta didik, sekolah negeri lebih banyak dari
Hoffer, & Kilgore, 1981: 36). Kondisi ini menyebabkan guru kurang dapat
memahami dan memberikan perhatian untuk peserta didik satu per satu
3). Jumlah peserta didik yang terlalu banyak di kelas akan menyebabkan
48
didik dalam satu kelas, dan kesulitan dalam mengatur kelas menyebabkan
kaitannya dengan kinerja guru. Data NCES (National Center for Education
kepuasan kinerja dan kondisi kerja yang dirasakan guru sekolah negeri dan
puas terhadap kinerjanya. Hal ini disebabkan guru swasta merasa lebih
tugas mengajar guru sekolah swasta lebih kecil dibandingkan guru sekolah
% guru sekolah negeri yang merasa stres dan keweca terhadap sekolah
yang lebih tinggi dari guru sekolah swasta namun hasil survei menunjukkan
49
dibandingkan guru sekolah negeri sebesar 59 %. Selain itu, 89 % guru
guru di sekolah swasta umumnya tidak tetap. Jumlah gaji tergantung dari
kinerja guru dalam kelas. Guru sekolah negeri memiliki pendapatan yang
lebih besar dari guru sekolah swasta namun hasil survei menunjukkan guru
sedangkan guru swasta lebih puas dalam hal kebebasan untuk melakukan
50
kurang memadai, kinerja guru rendah, manajemen dan peraturan yang
lemah, dan prestasi yang rendah. Hasil penelitian lain oleh Koirala (2015:
satu faktor-faktor kunci untuk kinerja yang baik dari swasta sekolah. Selain
otonomi bagi guru mendukung kinerja sekolah swasta yang baik. Prestasi
sekolah negeri (Coleman et al., 1981: 25). Selain itu, sekolah swasta lebih
lebih baik dibandingkan sekolah negeri (Coleman et al., 1981: 35) Sekolah
sekolah negeri lebih mengajarkan fungsi sosial, politik dan ideologi (Holt,
2008: 4).
lebih tidak kompleks. Guru yang mengajar di kelas kecil tidak akan
lebih banyak waktu untuk mengajar dan kegiatan dalam diskusi kelompok.
Ukuran kelas juga menentukan perilaku siswa, kelas yang besar maka siswa
51
Penelitian lain justru memperoleh hasil yang berlainan dimana
sekolah negeri memiliki input peserta didik yang baik. Salah satu
bahwa sekolah negeri unggul dan sumber daya manusia sedangkan sekolah
swasta unggul dalam fasilitas yang lebih baik. Hasil penelitian Bedi dan
lebih baik dari sekolah menengah swasta karena memiliki input peserta
52
menyekolahkan anak mereka pada sekolah negeri. Biaya pendidikan yang
terhadap kinerja guru SMK. Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin baik
sarana dan prasarana di sekolah maka semakin baik kinerja guru. Kondisi
sekolah dapat menjadi prediktor yang kuat terhadap keputusan guru untuk
pekerjaannya.
53
Agar dapat mengimplementasi TPACK, maka ketersediaan
TIK, sekolah swasta lebih unggul dari sekolah negeri. Hasil penelitian
swasta kota Dodoma, Tanzania lebih baik daripada sekolah negeri dalam
terbaik untuk mengajar, dan 6% mengakses model RPP (Diaz, Pelletier, &
Zia, Naz, & Qureshi (2017: 131-132) dan Asaolu & Fashanu, (2012:
akses TIK lebih baik dibandingkan peserta didik sekolah negeri. Pada
54
menggunakan TIK untuk mencari informasi baru dibandingkan peserta
didik sekolah negeri. Selain itu, hasil survei menunjukkan perangkat TIK di
sekolah swasta lebih lengkap dan lebih mendukung aktivitas peserta didik
dalam akses untuk mengakses informasi baru. Peserta didik merasa bahwa
negeri sering menggunakan TIK untuk mendukung belajar lebih dari siswa
di sekolah swasta. Hasil ini menjadi tidak terduga dimana sebagian besar
55
integrasi TIK dalam pembelajaran. Brinkerhoff (2006: 40) menemukan
pengalaman guru terhadap TIK, dukungan pimpinan sekolah dan sikap staf
lebih tinggi dari sekolah negeri. Hasil ini disebabkan guru di sekolah swasta
terus mendorong kinerja peserta didik untuk adopsi TIK dimana kondisi
56
berbeda ditemukan di sekolah negeri. Hasil penelitian menunjukkan
sekolah swasta.
Basilotta, dan Lopez (2014: 67) menunjukkan guru merasa bahwa ICT
TIK guru terbatas yaitu sejumlah 27,8 % guru kurang menguasai TIK.
57
penelitian Miranda dan Rusell (2011: 315-316) bahwa guru yang percaya
menggunakan TIK.
sedikit dibanding SMA swasta 57, 14 % namun jumlah peserta didik SMA
Negeri yaitu 68,74 % lebih banyak dari SMA Swasta 31,76 %. Hal ini
menunjukkan jumlah peserta didik yang harus dibimbing oleh guru SMA
Negeri menjadi lebih banyak dan persentase guru SMA di DIY yang layak
dan SMK di DIY sebanyak 95,97%. Dari segi sarana dan prasarana di
sekolah DIY memiliki SMA dengan kondisi baik 48,89 %, rusak ringan
atau sedang 48,84%, dan rusak berat 2,28 % (Rachmawati dkk, 2017: 87).
sekolah negeri sikap dan kepercayaan diri lebih tinggi dalam menggunakan
58
menggunakan teknologi di proses pembelajaran dibandingkan guru sekolah
sikap dan kepercayaan diri yang lebih baik dibandingkan guru laki-laki
dengan sikap, kepercayaan diri, dan kompetensi TIK. Adanya perbedaan ini
antara guru laki-laki dan guru perempuan di sekolah negeri dan swasta
pembelajaran.
kepuasaan terhadap kinerja guru (Zafar et al., 2018: 48). Gender guru dan
59
kerja mengajar guru artinya semakin tinggi kepuasaan kerja guru
peserta didik dan orang tua. Selain itu, sekolah swasta juga memiliki
dukungan yang lebih efektif untuk guru, dan lebih mudah untuk
guru yang berbeda karena karakter kelas peserta didik laki-laki dan
60
136) menemukan bahwa persepsi peserta didik terhadap biologi lebih
tidak signifikan. Prokop, Prokop, & Tunnicliffe (2007: 38-39) dan Prokop,
Tuncer & Chuda (2007: 292) yang menunjukkan perempuan lebih tertarik
TIK untuk materi biologi, guru laki-laki menunjukkan lebih berminat untuk
perempuan namun perlu dikaji lebih lanjut kemampuan TPACK guru laki-
kelas dan jumlah peserta didik pada setiap kelas dibandingkan sekolah
swasta (SMAERC, 2008: 107; Coleman, Hoffer, & Kilgore, 1981: 36).
Kondisi ini menyebabkan guru sekolah negeri kurang dapat memahami dan
memberikan perhatian untuk peserta didik satu per satu namun guru di
61
menunjukkan bahwa faktor keterbatasan waktu, banyaknya peserta didik
dalam satu kelas, dan kesulitan dalam mengatur kelas menyebabkan guru
Brownell, & Smith, 1999: 211). Kondisi lingkungan kerja guru dapat
terhadap lingkungan kerja yang baik memiliki tingkat stres yang lebih
rendah dan kinerja mengajar yang lebih baik pula. Tuntutan kinerja yang
stres dan kecewa terhadap sekolah tempat guru tersebut mengajar. Guru
62
guru perempuan memiliki stres yang lebih besar yang lebih rendah
mengajar peserta didik yang memiliki perilaku yang kurang baik akan
kinerja yang dirasakan guru sekolah negeri dan swasta (CAPE, 2014: 1-2).
Perbedaan kepuasan kinerja guru sekolah negeri dan swasta berbeda juga
kepuasan kerja yang lebih rendah (Van Dat Tran, 2015: 153). Guru laki-
memicu guru untuk asal-asalan dalam bekerja karena guru negeri merasa
63
lebih tinggi dibandingkan guru perempuan di sekolah swasta. Kepuasan ini
mengajar guru dimana guru negeri lebih baik dalam kompetensi mengajar.
antara guru laki-laki di sekolah negeri dan guru laki-laki di sekolah swasta
64
tertentu (TPACK) untuk mewujudkan pembelajaran berbasis TIK perlu
yang dipecat dan mendapatkan kompensasi gaji selama dua tahun jika guru
swasta cenderung tidak terlatih, kurang pendidikan, dan diberi gaji yang
(TPCK) Guru Biologi SMA Negeri Kota Pekanbaru” diperoleh potret kemampuan
guru biologi SMA dalam mengimplementasikan TPCK berada pada kriteria baik.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa guru biologi di SMA Pekanbaru telah mampu
65
menerapkan pembelajaran biologi yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Penelitian kedua oleh Lestari (2015: 562) mengenai “Analisis
Guru Biologi SMA dalam Materi Sistem Saraf” diperoleh bahwa tingkat
kemampuan TPACK guru SMA pada materi sistem saraf tidak berbanding lurus
dengan lamanya pengalaman mengajar guru. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
berpengalaman guru dalam mengajar tidak berarti guru memiliki TPACK yang
guru hanya sampai pada penggunaan infokus dan perangkatnya seperti whiteboard
dan spidol dalam kegiatan presentasi di kelas oleh setiap kelompok. Hasil ini
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi oleh guru masih sangat kurang dalam
66
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut :
Kurikulum 2013
Pembelajaran biologi
harus terintegrasi TIK
1. Cara mengajar
Penguasaan TPACK
2. Pengetahuan & Guru
keterampilan TIK
3. Minat & sikap 1. Dukungan staf &
terhadap TIK sekolah
Gender Guru menerapkan 2. Kebijakan sekolah
4. Minat & sikap TPACK dalam proses Status
guru 3. Iklim sekolah
terhadap biologi pembelajaran Sekolah
4. Ketersediaan
5. Penguasaan materi sarana dan fasilitas
biologi TIK
Perencanaan Pelaksanaan
Pembelajaran Pembelajaran
67
66
D. Pertanyaan Penelitian
Biologi SMA di Kota Yogyakarta Berdasarkan Gender Guru dan Status Sekolah”
2. Apakah guru biologi telah merencanaan penerapan TPACK pada RPP dengan
baik?
dengan baik?
6. Apakah perbedaan minat dan sikap terhadap TIK antara guru laki-laki dan
8. Apakah perbedaan kebijakan sekolah antara guru di sekolah negeri dan swasta
9. Apakah perbedaan iklim sekolah antara guru di sekolah negeri dan swasta
68
10. Apakah perbedaan ketersediaan fasilitas TIK antara guru di sekolah negeri
perempuan?
12. Apakah perbedaan sikap, kepercayaan diri, dan kompetensi TIK antara guru
69