Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Fisis untuk penyakit dengan hemiparese: (sumber : Buku Ajar Neurologi FKUI)

1. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Pemeriksaan Tanda vital: dapat menggambarkan deficit neurologis misalnya pola
nafas tertentu dan hipotensi ortostatik.
b. Pemeriksaan skrining nyeri misalnya menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) atau
Visual Analogue Scale (VAS) san resiko jatuh.
c. Pemeriksaan fisik umum lainnya akan sangat membantu diagnosis. Pada kasus
trauma, perlu dilakukan pemeriksaan terkait organ yang terkena dampak trauma
secara teliti, sehingga mencegah perburukan yang biasanya terjadi secara drastis.
d. Inventarisasi beberapa factor resiko dan komplikasinya pada organ non neurologis
dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisis ini. Pada pasien dengan stroke, karena
etiologinya vascular, perlu diperhatikan secara umum ada tidaknya efekfaktor resiko
vascular terhadap organ target lain. Misalnya pada pasien stroke dengan hipertensi,
perlu diketahui kelainan pada jantung, ginjal, dan retina. Pada pasien trauma, perlu
diperiksa kemungkinan trauma di organ lain. Demikian pula neoplasma dan infeksi,
sesuai dengan patogenesisnya masing-masing.

2. Pemeriksaan Fisik Neurologis


a. Pemeriksaan kesadaran secara kualitatif (kompos mentis, delirium, somnolen, spoor,
koma) dan kuantitatif menggunakan Skala Koma Glasglow (SKG)dan Four Score
b. Pemeriksaan pupil yang mendiskripsikan bentuk, isokor/anisokor, diameter pupil
mata kanan dan kiri, serta bagaimana reaksinya terhadap cahayalangsung dan tak
langsung.
c. Pemeriksaan nervus kranialis I sampai XII. Pada pasien tidak sadar, dapat digantikan
reflex-refleks batang otak
d. Pemeriksaan motoric lengkap meliputi kekuatan otot dengan skala 0-5, trofi, tonus,
reflex fisiologis tendon dalam, dan reflex patologis. Dijelaskan pula pola distribusi
paresisnya, misalnya hemiparesis, tetra/paraparesis, paresis miotom/otot tertentu.
e. Pemeriksaan sensorik lengkap beserta pola distribusi lesinya (misalnya
hemihipestesi, hipestesi setinggi dermatom medulla spinalis tertentu, hipestesi pada
dermatom saraf tertentu, hipestesi pola sarung tangan dan kaki). Termasuk
didalamnya distribusi dan karakteristik nyeri seperti hiperalgesia dan alodinia. Untuk
menilai tingkat baal dan tingkat nyeri dapat mebggunakan Visual Analog Scale 0-10.
f. Pemeriksaan otonom, seperti adakah inkontinensia/retensio uri et alvi, gangguan
ereksi/ejakulasi terkait neurologi, hipo/hyperhidrosis, dan berbagai sindrom deficit
otonom lainnya.
g. Pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi otot
h. Pemeriksaan fungsi luhur ; setidaknya skrining menggunakan MMSE, Mini Cog,
MoCA INA, atau perangkat penapisan fungsi luhur lainnya.

Anda mungkin juga menyukai