0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan2 halaman
Pemeriksaan fisik untuk pasien dengan hemiparese meliputi pemeriksaan tanda vital, nyeri, dan fisik umum untuk mengetahui faktor risiko dan komplikasi pada organ lain. Pemeriksaan neurologis mencakup kesadaran, pupil, saraf kranial, kekuatan otot, sensorik, otonom, keseimbangan, dan fungsi kognitif untuk menentukan lokasi dan tingkat cedera saraf.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
5.Pemeriksaan Fisis Untuk Penyakit Dengan Hemiparese
Pemeriksaan fisik untuk pasien dengan hemiparese meliputi pemeriksaan tanda vital, nyeri, dan fisik umum untuk mengetahui faktor risiko dan komplikasi pada organ lain. Pemeriksaan neurologis mencakup kesadaran, pupil, saraf kranial, kekuatan otot, sensorik, otonom, keseimbangan, dan fungsi kognitif untuk menentukan lokasi dan tingkat cedera saraf.
Pemeriksaan fisik untuk pasien dengan hemiparese meliputi pemeriksaan tanda vital, nyeri, dan fisik umum untuk mengetahui faktor risiko dan komplikasi pada organ lain. Pemeriksaan neurologis mencakup kesadaran, pupil, saraf kranial, kekuatan otot, sensorik, otonom, keseimbangan, dan fungsi kognitif untuk menentukan lokasi dan tingkat cedera saraf.
Pemeriksaan Fisis untuk penyakit dengan hemiparese: (sumber : Buku Ajar Neurologi FKUI)
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Pemeriksaan Tanda vital: dapat menggambarkan deficit neurologis misalnya pola nafas tertentu dan hipotensi ortostatik. b. Pemeriksaan skrining nyeri misalnya menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) atau Visual Analogue Scale (VAS) san resiko jatuh. c. Pemeriksaan fisik umum lainnya akan sangat membantu diagnosis. Pada kasus trauma, perlu dilakukan pemeriksaan terkait organ yang terkena dampak trauma secara teliti, sehingga mencegah perburukan yang biasanya terjadi secara drastis. d. Inventarisasi beberapa factor resiko dan komplikasinya pada organ non neurologis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisis ini. Pada pasien dengan stroke, karena etiologinya vascular, perlu diperhatikan secara umum ada tidaknya efekfaktor resiko vascular terhadap organ target lain. Misalnya pada pasien stroke dengan hipertensi, perlu diketahui kelainan pada jantung, ginjal, dan retina. Pada pasien trauma, perlu diperiksa kemungkinan trauma di organ lain. Demikian pula neoplasma dan infeksi, sesuai dengan patogenesisnya masing-masing.
2. Pemeriksaan Fisik Neurologis
a. Pemeriksaan kesadaran secara kualitatif (kompos mentis, delirium, somnolen, spoor, koma) dan kuantitatif menggunakan Skala Koma Glasglow (SKG)dan Four Score b. Pemeriksaan pupil yang mendiskripsikan bentuk, isokor/anisokor, diameter pupil mata kanan dan kiri, serta bagaimana reaksinya terhadap cahayalangsung dan tak langsung. c. Pemeriksaan nervus kranialis I sampai XII. Pada pasien tidak sadar, dapat digantikan reflex-refleks batang otak d. Pemeriksaan motoric lengkap meliputi kekuatan otot dengan skala 0-5, trofi, tonus, reflex fisiologis tendon dalam, dan reflex patologis. Dijelaskan pula pola distribusi paresisnya, misalnya hemiparesis, tetra/paraparesis, paresis miotom/otot tertentu. e. Pemeriksaan sensorik lengkap beserta pola distribusi lesinya (misalnya hemihipestesi, hipestesi setinggi dermatom medulla spinalis tertentu, hipestesi pada dermatom saraf tertentu, hipestesi pola sarung tangan dan kaki). Termasuk didalamnya distribusi dan karakteristik nyeri seperti hiperalgesia dan alodinia. Untuk menilai tingkat baal dan tingkat nyeri dapat mebggunakan Visual Analog Scale 0-10. f. Pemeriksaan otonom, seperti adakah inkontinensia/retensio uri et alvi, gangguan ereksi/ejakulasi terkait neurologi, hipo/hyperhidrosis, dan berbagai sindrom deficit otonom lainnya. g. Pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi otot h. Pemeriksaan fungsi luhur ; setidaknya skrining menggunakan MMSE, Mini Cog, MoCA INA, atau perangkat penapisan fungsi luhur lainnya.