Anda di halaman 1dari 15

LINTASAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME DAN

AKTUALISASINYA

Musa Pelu *

Abstrak

Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang erat. Filsafat


memiliki aspek-aspek utama yang dapat dijadikan landasan bagi
pendidikan. Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek-aspek metafisis,
epistemologis, dan aksiologis. Aspek metafisis antara lain berkaitan
dengan persoalan realitas yang tercermin pada bahan ajar, pengalaman
dan keterampilan. Aspek epistemologis berkaitan dengan persoalan
pengetahuan dan kebenaran, termasuk di dalamnya sumber belajar dan
metode pembelajaran. Aspek aksiologis berkaitan dengan nilai kebaikan
dan keindahan yang akan ditanamkan kepada peserta didik.
Perenialisme sebagai aliran dalam filsafat juga memiliki ketiga aspek
tersebut yang dapat dijadikan landasan bagi pendidikan yang
mendasarkan pada filsafat ini.

Kata kunci : Filsafat Perenialisme, Pendidikan

Pendahuluan gejala yang terus ada dan sama.


Apabila gejala dari musim ke musim
Perenialisme merupakan suatu ini dihubungkan satu sama lain
aliran dalam pendidikan yang lahir seolah-olah merupakan benang
pada abad kedua puluh. Perenialisme dengan corak warna yang khas,
berasal dari kata perennial yang yaitu terus menerus sama.
berarti abadi, kekal, selalu atau terus Berdasarkan pandangan
tiada akhir. Pengertian ini dapat tersebut, maka untuk proses
dianalogikan dengan bunga yang sivilisasi atau pembudayaan perlu
terus-menerus mekar dari musim ke diteliti tentang adanya watak yang
musim. Hal ini menunjukkan adanya selalu berulang kembali dan sama.

*
Musa Pelu *adalah Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami
36 A Surakarta.

233 | A g a s t y a V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2 0 1 1
234 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

Tanpa usaha semacam itu, mengambil jalan regresif tersebut,


manusia akan kehilangan jejak dan bukanlah hanya nostalgia atau rindu
faktor-faktor yang menstabilkan akan nilai-nilai lama untuk diingat
peradaban sendiri. Benang dengan atau dipuja, tetapi berpendapat
warna yang khas yang terus menerus bahwa nilai-nilai tersebut mempunyai
ada ini, harus dicari dalam lingkup kedudukan vital bagi pembangunan
filsafat dengan melihatnya dari aspek kebudayaan abad ke duapuluh.
metafisika, epistomologi, aksiologi, Prinsip-prinsip aksiomatis yang tidak
dan logika. Filsafat perenialisme terikat oleh waktu itu terkandung
berusaha untuk menjawabnya agar dalam semua sejarah.
dapat menstabilkan peradaban itu Perenialisme merupakan filsafat
sendiri. yang susunan dirinya merupakan
Berdasarkan pandangan di atas, kesatuan. Oleh karena itu, premis-
maka perenialisme menentang premis yang disusun merupakan hasil
pandangan progresivisme yang me- pikiran yang memberi kemungkinan
nekankan perubahan dan sesuatu bagi seseorang untuk bersikap yang
yang baru. Jalan yang ditempuh oleh tegas dan lurus. Sehingga tidak
kaum perenialis adalah dengan jalan sejalan dengan prinsip-prinsip yang
mundur ke belakang, dengan meng- evolusionistis dan naturalistis.
gunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip prinsip umum yang telah Tokoh-Tokoh Perenialisme
menjadi pandangan hidup yang kuat,
kukuh pada zaman kuno dan abad Perenialisme berpendapat bahwa
pertengahan. tokoh-tokoh yang mampu membawa
Perenialisme memandang bahwa perbaikan terhadap keadaan
keadaan sekarang sebagai zaman sekarang yang dianggap mempunyai
yang mempunyai kebudayaan yang kebudayaan yang terganggu oleh
terganggu oleh kekacauan, ke- kekacauan, kebingungan dan
bingungan, dan kesimpangsiuran. kesimpangsiuran adalah Plato,
Oleh karena itu, dinilai sebagai zaman Aristoteles, dan Thomas Aquinas.
yang membutuhkan usaha untuk Ketiga tokoh tersebut dianggap
mengamankan lapangan moral, memiliki pendirian dan pandangan-
intelektual dan lingkungan sosial pandangan yang masih mempunyai
kultural yang lain. arti bagi abad ini. Di samping itu,
Perenialisme mengambil jalan pendirian dan pandangan-pandangan
yang regresif karena berpandangan itu masih dapat dipertimbangkan
bahwa tidak ada jalan lain kecuali sebagai dasar pedoman kebudayaan
kembali kepada prinsip umum yang abad ini.
telah menjadi dasar tingkah laku dan
perbuatan Zaman Kuno dan Abad 1. Plato (427-347 SM)
Pertengahan, yaitu kepercayaan- Plato adalah seorang filsuf idealis
kepercayaan aksiomatis mengenai yang memandang dunia ide sebagai
pengetahuan, realita dan nilai. dunia kenyataan. Ide adalah realitas.
Pandangan perenialisme dengan
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 235

Oleh karena itu, filsafat Plato klasifikasi dan penilaian terhadap


dipandang beraliran realistis. Dalam segala sesuatu yang dialami sehari-
tulisannya “Republik” Plato menyata- hari.
kan keyakinannya bahwa jalan untuk
membentuk masyarakat menjadi 2. Aristoteles (483-322 SM)
stabil adalah menentukan kedudukan Aristoteles adalah murid Plato,
yang pasti bagi setiap orang atau tetapi ia tidak setuju dengan
setiap kelas menurut kapasitasnya pandangan dualistis dari gurunya
masing-masing dalam masyarakat mengenai dunia, yaitu dunia ide dan
sebagai keseluruhan. Mereka yang dunia bayang-bayang. Untuk itu
memiliki kebajikan dan kebijaksanaan diciptakanlah teori hilomorfisme,
yang cukup dapat menduduki posisi yaitu suatu teori bentuk dalam unsur-
yang tinggi, dan seterusnya ke bawah unsur, gagasan dalam benda-
bagi mereka yang mempunyai bendanya atau jiwa dalam badan.
kualitas yang lebih rendah. Dari atas Menurut Aristoteles, dunia
ke bawah mengambil urut-urutan adalah tunggal, merupakan suatu
para raja, filsuf, perwira dan prajurit, kesatuan dalam tata kosmis. Untuk
pekerja tangan dan budak. Yang itu, ia mengemukakan teori yang
paling atas adalah mereka yang telah bersendikan atas gambar piramida
bertahun-tahun mengalami pen- yang disebut piramida ontologis
didikan dan latihan, dan telah Aristoteles. Bagian bawah piramida,
menunjukkan sifat superioritasnya terutama di bagian dasarnya terdapat
dalam melawan berbagai godaan, pernyataan yang berujud unsur
serta dapat menunjukkan cara hidup (matter) dengan bentuk yang paling
menurut kebenaran tertinggi. kecil di antara semua yang berbentuk.
Mengenai standar kebenaran Keadaan ini berubah bila kenyataan
tertinggi, dinyatakan oleh Plato itu menanjak dari bagian bawah
dengan doktrinnya yang disebut Ide. melalui sisi-sisinya hingga sampai
Dunia ini tetap dan satu jenisnya, pada tingkat yang paling tinggi.
sedangkan ide tertinggi adalah Puncak ini bebas dari sifat-sifat
kebaikan. Tugas ide adalah me- kotor dan pengalaman yang fana, dan
mimpin budi manusia dan menjadi disebut penggerak yang tiada gerak,
contoh dunia pengalaman. Dunia ide yang mempunyai sifat-sifat ke-
berbeda dengan dunia pengalaman, tuhanan. Secara terus menerus
yang penangkapannya dilakukan oleh puncak ini menarik dan
indera. Dunia ide adalah tetap meningkatkan hal-hal atau benda-
sedangkan dunia pengalaman adalah benda yang lebih rendah ke arahnya.
berubah-ubah. Dunia pengalaman Dengan demikian, tendensi dari
disebut juga dunia bayang-bayang. kenyataan itu adalah menuju arah
Sekali manusia mengenal dan aktualitas, sehingga makin lama
menguasai dunia ide, ia dapat makin jauh dari potensialitasnya.
mengetahui jalan yang pasti. Dengan Apabila dihubungkan dengan
demikian dapat menggunakan sebagai manusia, maka manusia itu setiap
alat untuk mengukur, mengadakan waktu adalah potensialitas yang
236 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

sedang berubah menjadi aktualitas. dan ini masih merupakan bahan. Budi
Sebagai contoh, meskipun manusia lalu mengolah bahan itu menjadi
dalam hidupnya tidak jarang pula pengetahuan. Bila belum diolah oleh
berkat dimilikinya akal, perasaan, dan budi dapat juga disebut pengetahuan,
kemauannya, semua ini dapat tetapi yang baru mempunyai sifat-
dikurangi. Hal-hal yang bersifat sifat jasmaniah belaka. Budi adalah
partikular yang merintangi kehidupan kemampuan manusia yang tinggi,
dapat diatasi. Melalui peningkatan yang mempunyai cita-cita untuk
suasana hidup spiritual ini manusia menuju ke kebenaran sejati yang
dapat semakin mendekatkan diri bersumber pada Tuhan.
kepada Gerak yang Tanpa Gerak Selain budi, manusia juga
sebagai tujuan dan bentuk terakhir mempunyai kehendak. Baik budi
dari segalanya. maupun kehendak selalu menuju
kepada Tuhan. Dengan demikian,
3. Thomas Aquinas (1225-1274) semakin besar arah budi dan
Thomas Aquinas mengembang- kehendak manusia kepada semuanya,
kan ajaran (aliran) yang disebut berarti semakin besar pula partisipasi
dengan Thomisme. Menurut ajaran manusia di dunia menurut kehendak
ini, dilihat dari aspek ontologi, Tuhan. Dari penjelasan di atas, maka
dikatakan bahwa Tuhan adalah manusia perlu mempunyai dua jenis
pencipta segala sesuatu di dunia ini. kepercayaan, yaitu yang berdasarkan
Tuhan adalah maha baik dan segala wahyu dari Tuhan dan yang bersifat
sesuatu yang menyertai-Nya adalah rasional. Keduanya diperlukan bagi
baik pula sehingga tidak tepat apabila pembinaan individu dan siviliasi,
di dunia ini diadakan pembedaan karena saling menyempurnakan.
mana yang baik dan mana yang Sebagai contoh, dalam ranah
buruk. Yang perlu ada perbedaan kesusilaan, manusia dapat menyusun
adalah sebagai berikut: “ada makhluk hukum-hukum kesusilaan, tetapi
ada yang diadakan, sedangkan adanya hukum itu baru dapat dianggap
Tuhan itu ada dengan sendirinya. sempurna bila dilingkungi oleh
Secara filosofis bahwa ada Tuhan hukum-hukum supernatural.
adalah esensinya, sedangkan ada Setelah perenialisme menjadi
makhluk tidak sama dengan esensi- terdesak karena perkembangan
nya. Ada makhluk memang tidak politik industri yang cukup berat
terpisahkan dari esensinya, tetapi timbulah usaha untuk bangkit
dapat dibedakan satu sama lain, kembali, dan perenialisme berharap
sedangkan pada Tuhan keduanya agar manusia kini dapat memahami
identik. ide dan cita filsafatnya yang meng-
Mengenai pandangan tentang anggap filsafat sebagai suatu azas
dualisme dari Plato, Thomas Aquinas yang komprehensif perenialisme
mempunyai pendapat yang berbeda. dalam makna filsafat sebagai satu
Menurutnya, pengetahuan itu pada pandangan hidup yang berdasarkan
awalnya merupakan persentuhan pada sumber kebudayaan dan hasil-
dunia luar dengan badan (indera), hasilnya.
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 237

Pandangan Mengenai Realita yang mengandung suatu tujuan. Oleh


karena semua hal itu bersumber pada
Perenialisme berpendapat bahwa kenyataan yang bersifat spiritual,
apa yang dibutuhkan manusia maka tiap-tiap hal itu atau benda
terutama ialah jaminan bahwa “reality melewati jalannya sendiri-sendiri
is universal that is every where and at yang tidak dapat dihindari.
every moment the same”. Realita itu Ada empat macam sebab (kausa)
bersifat universal yang ada di mana yang menjadi pendukung atau
saja dan sama di setiap waktu. pendorong terjadi atau berlangsung-
Dengan keputusan yang bersifat nya sesuatu, yaitu sebagai berikut.
ontologisme, kita akan sampai pada a) Kausa materialis, yaitu bahan yang
pengertian-pengertian yang hakiki. menjadi susunan sesuatu benda,
Ontologi perenialisme berisikan misalnya telor, tepung, dan gula untuk
pengertian: benda individual, esensi, roti.
aksiden dan substansi. b) Kausa formalis, yaitu bentuk atau
1. Benda individual adalah benda model sesuatu benda, misalnya bulat,
yang sebagaimana Nampak di panjang, dan lain sebagainya.
hadapan manusia yang dapat c) Kausa efisien, yaitu gerakan yang
ditangkap oleh indera kita, seperti digunakan dalam pembuatan sesuatu,
kayu, batu, orang dan lain sebagainya. misalnya cepat, lambat, tergesa-gesa
2. Esensi dari sesuatu adalah kualitas dan lain sebagainya.
yang menjadikan atau menyebabkan d) Kausa finalis, yaitu tujuan atau
benda itu lebih intrinsik daripada akhir dari sesuatu benda, misalnya
halnya, misalnya manusia ditinjau tujuan pembuatan patung.
dari esensinya adalah makhluk
berpikir. Esensi adalah lebih penting Pandangan Mengenai
daripada halnya. Pengetahuan
3. Aksiden adalah keadaan-keadaan
khusus yang dapat berubah-ubah dan Kepercayaan adalah pangkal
sifatnya kurang penting dibandingkan tolak perenialisme mengenai kenyata-
dengan esensialnya, misalnya orang an dan pengetahuan. Artinya ke-
suka barang-barang antik, suka benaran adalah sesuatu yang
berpakaian bagus. menunjukkan kesesuaian antara pikir
4. Substansi adalah suatu kesatuan (kepercayaan) dengan benda-benda.
dari tiap-tiap yang berpasangan pada Sedang yang dimaksud benda adalah
setiap individu dari yang khas dan hal-hal yang adanya bersendikan atas
yang universal, yang material dan prinsip-prinsip keabadian. Oleh
yang spiritual. Akallah yang harus karena itu, menurut perenialisme
mengadakan pembedaan mengenai perlu adanya dalil-dalil yang logis,
sifat-sifat tersebut. nalar, sehingga sulit untuk diubah
Disamping yang telah diuraikan atau ditolak kebenarannya. Menurut
di atas, perenialisme memandang Aristoteles, prinsip-prinsip itu dapat
bahwa realita itu bersifat teleologis dirinci menjadi :
238 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

1. Principium identitatis atau hukum yaitu induktif. Cara ini memulai


identitas, yaitu identitas sesuatu. pengenalan dengan hal-hal partikular.
Misalnya apabila si Ali adalah benar- Intinya, jika belum mengandung hal-
benar si Ali, maka ia tidak akan hal yang universal adalah mustahil
menjadi si Budi. data partikular itu dapat membangun
2. Principium contradictionis atau kesimpulan-kesimpulan yang
hukum kontradiksi (berlawanan), universal.
artinya suatu pernyataan pasti tidak Perenialisme juga mengemukakan
mengandung sekaligus kebenaran adanya hubungan antara ilmu
dan kesalahan, pasti hanya meng- pengetahuan dengan filsafat.
andung satu kenyataan yakni benar
atau salah. a) Science sebagai ilmu penge-
3. Principium exclusi terti artinya tahuan
tidak ada kemungkinan ketiga. Science yang meliputi biologi,
Apabila pernyataan pertama salah, fisika, sosiologi, dan sebagainya ialah
pasti pernyataan kedua benar, dan pengetahuan yang disebut sebagai
sebaliknya apabila pernyataan per- empiriological analysis, yakni analisa
tama benar, pasti pernyataan yang atas individual things dan peristiwa-
berikutnya tidak benar. peristiwa pada tingkat pengalaman
4. Principium rationis suffecientis, dan bersifat alamiah. Science seperti
artinya apabila sesuatu dapat ini dalam pelaksanaan analisa dan
diketahui asal muasalnya, pasti dapat penelitiannya mempergunakan
dicari pula tujuan atau akibatnya. metode induktif. Selain itu juga
Ajaran lain dari Aristoteles yang menggunakan metode deduktif, tetapi
dapat dijadikan pegangan adalah pusat kajiannya adalah meneliti dan
logika. Logika Aristoteles terdiri dari mencoba dengan data tertentu yang
dua hal, yaitu jalan pikiran bersifat khusus.
(rationorum) dan bukti. Jalan pikiran
adalah silogisme. Silogisme me- b) Filsafat sebagai pengetahuan
nunjukkan adanya hubungan logis Menurut perenialisme, fisafat
antara premis mayor, premis minor yang tertinggi ialah ilmu metafisika.
dan konklusio (kesimpulan). Masing- Sebab, science dengan metode
masing terdiri dari putusan. Setiap induktif bersifat analisa empiris;
putusan terdiri dari pengertian yang kebenarannya terbatas, relatif atau
berhubungan satu sama lain. kebenarannya probability. Tetapi
Misalnya, kalau kita menerima premis filsafat dengan metode deduktif
bahwa manusia itu adalah animal bersifat ontological analysis, ke-
rasionale dan kita akui bahwa si Fulan benaran yang dihasilkannya
adalah manusia, maka dapat ditarik universal, hakiki, dan berjalan dengan
kesimpulan bahwa si Fulan adalah hukum-hukum berpikir sendiri,
animal rasionale. berpangkal pada hukum pertama;
Selain dengan cara deduktif seperti bahwa kesimpulannya bersifat
di atas, manusia perlu mengenal mutlak, asasi.
dunia dengan cara kebalikannya,
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 239

Hubungan filsafat dan penge- di dalam mempersoalkan masalah


tahuan tetap diakui urgensinya, sebab keindahan harus berakar pada dasar
analisa empiris dan analisa ontologi teologis, ketuhanan.
keduanya dianggap perenialisme
dapat komplementatif. Tetapi filsafat Aliran Perenialisme Dalam
tetap dapat berdiri sendiri dan Pendidikan
ditentukan oleh hukum hukum dalam
filsafat sendiri, tanpa tergantung 1. Pandangan Tentang Pendidikan
kepada ilmu pengetahuan. Teori atau konsep pendidikan
perenialisme dilatarbelakangi oleh
Pandangan Mengenai Nilai filsafat-filsafat Plato sebagai Bapak
Idealisme Klasik, filsafat Aristoteles
Perenialisme berpandangan sebagai Bapak Realisme Klasik, dan
bahwa persoalan nilai adalah filsafat Thomas Aquina yang mencoba
persoalan spiritual, sebab hakikat memadukan antara filsafat Aristoteles
manusia adalah pada jiwanya, dengan ajaran Gereja Katolik yang
sedangkan perbuatan manusia tumbuh pada zamannya.
merupakan pancaran isi jiwanya yang
berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan. a. Plato (427-347 SM)
Secara teologis, manusia perlu Plato hidup pada zaman
mencapai kebaikan tertinggi, yaitu kebudayaan yang sarat dengan
nilai yang merupakan suatu kesatuan ketidakpastian, yaitu fisafat sofisme.
dengan Tuhan. Untuk dapat sampai Ukuran kebenaran dan ukuran moral
kesana manusia harus berusaha menurut sofisme adalah manusia
dengan bantuan akal rationya yang secara pribadi, sehingga pada zaman
berarti mengandung nilai ke- itu tidak ada kepastian dalam moral
praktisan. Menurut Aristoteles, dan kebenaran, tergantung pada
kebajikan dapat dibedakan: yaitu masing-masing individu. Plato
yang moral dan yang intelektual. berpandangan bahwa realitas yang
Kebajikan moral adalah kebajikan hakiki itu tetap tidak berubah karena
yang merupakan pembentukan telah ada pada diri manusia sejak dari
kebiasaan, yang merupakan dasar asalnya. Menurut Plato, dunia ideal,
dari kebajikan intelektual. Jadi, yang bersumber dari ide mutlak, yaitu
kebajikan intelektual dibentuk oleh Tuhan. Manusia menemukan ke-
pendidikan dan pengajaran. benaran, pengetahuan, dan nilai
Kebajikan intelektual didasari moral dengan menggunakan akal atau
oleh pertimbangan dan pengawasan ratio.
akal. Oleh perenialisme, estetika Tujuan utama pendidikan adalah
digolongkan kedalam filsafat praktis. membina pemimpin yang sadar akan
Kesenian sebagai salah satu sumber asas normative dan melaksanakannya
kenikmatan keindahan adalah suatu dalam semua aspek kehidupan.
kebajikan intelektual yang bersifat Masyarakat yang ideal adalah
praktis filosofis. Hal ini berarti bahwa masyarakat adil sejahtera. Manusia
240 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

yang terbaik adalah manusia yang kebahagiaan tertinggi ialah ke-


hidup atas dasar prinsip idea mutlak, hidupan berpikir.
yaitu suatu prinsip mutlak yang
menjadi sumber realitas semesta dan c. Thomas Aquinas (1225-1274)
hakikat kebenaran abadi yang Thomas berpendapat pendidikan
transcendental yang membimbing adalah menuntun kemampuan-
manusia untuk menemukan kriteria kemampuan yang masih tidur
moral, politik, dan sosial serta menjadi aktif atau nyata tergantung
keadilan. Ide mutlak adalah Tuhan. pada kesadaran tiap-tiap individu.
Seorang guru bertugas untuk
b. Aristoteles (384-322 SM) menolong membangkitkan potensi
Aristoteles (384-322 SM) adalah yang masih tersembunyi dari anak
murid Plato, namun dalam pemikiran- agar menjadi aktif dan nyata. Menurut
nya mereaksi terhadap filsafat J. Maritain, norma fundamental
gurunya, yaitu idealisme. Hasil pendidikan adalah: cinta kebenaran,
pemikirannya disebut filsafat cinta kebaikan dan keadilan,
realisme. Ia mengajarkan cara kesederhanaan dan sifat terbuka
berpikir atas prinsip realistis, yang terhadap eksistensi, cinta kerjasama.
lebih dekat pada alam kehidupan Kaum perenialis juga percaya
manusia sehari-hari. bahwa dunia alamiah dan hakikat
Menurut Aristoteles, manusia manusia pada dasarnya tetap tidak
adalah makhluk materi dan rohani berubah selama berabad-abad.
sekaligus. Sebagai materi, ia men- Gagasan-gagasan besar terus
yadari bahwa manusia dalam memiliki potensi yang paling besar
hidupnya berada dalam kondisi alam untuk memecahkan permasalahan-
materi dan sosial. Sebagai makhluk permasalahan di setiap zaman. Selain
rohani, manusia sadar ia akan menuju itu, filsafat perenialis menekankan
pada proses yang lebih tinggi yang kemampuan-kemampuan berpikir
menuju kepada manusia ideal. rasional manusia sehingga mem-
Perkembangan budi merupakan titik bedakan mereka dengan binatang-
pusat perhatian pendidikan dengan binatang lain.
filsafat sebagai alat mencapainya.
Aristoteles menganggap penting 2. Pandangan Tentang Belajar
pula pembentukan kebiasaan pada Teori dasar dalam belajar
tingkat pendidikan usia muda dalam menurut perenialisme adalah :
menanamkan kesadaran menurut
aturan moral. Ia juga menganggap a. Mental disiplin sebagai teori
kebahagiaan sebagai tujuan dari dasar
pendidikan yang baik. Ia mengem- Penganut perenialisme se-
bangkan individu secara bulat, pendapat bahwa latihan dan
totalitas. Aspek-aspek jasmaniah, pembinaan berpikir (mental
emosi, dan intelek sama dikembang- discipline) adalah salah satu
kan, walaupun ia mengakui bahwa kewajiban tertinggi dari belajar, atau
keutamaan dalam proses belajar
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 241

(yang tertinggi). Karena itu teori dan Adler membedakan antara


program pendidikan pada umumnya learning by instruction dan learning by
dipusatkan kepada pembinaan ke- discovery, penyelidikan tanpa bantuan
mampuan berpikir. guru. Dan sebenarnya learning by
instruction adalah dasar dan menuju
b. Rasionalitas dan Asas Ke- learning by discovery, sebagai self
merdekaan education. Menurut perenialisme,
Asas berpikir dan kemerdekaan tugas guru bukanlah perantara antara
harus menjadi tujuan utama dunia dengan jiwa anak, melainkan
pendidikan; otoritas berpikir harus guru juga sebagai murid yang
disempurnakan sesempurna mengalami proses belajar sementara
mungkin. Dan makna kemerdekaan mengajar.
pendidikan ialah membantu manusia Guru mengembangkan potensi-
untuk menjadi dirinya sendiri, be potensi self discovery; dan ia
him-self, sebagai essential-self yang melakukan moral authority atas
membedakannya daripada makhluk- murid-muridnya, karena ia adalah
makhluk lain. Fungsi belajar harus seorang professional yang ber-
diabdikan bagi tujuan ini, yaitu kualifikasi dan superior dibandingkan
aktualitas manusia sebagai makhluk murid.
rasional yang dengan itu bersifat
merdeka. 3. Pandangan Tentang Kurikulum
Tugas utama pendidikan adalah
c. Learning to Reason ( Belajar mempersiapkan anak didik kearah
untuk Berpikir) kematangan. Matang dalam arti hidup
Perenialisme tetap percaya akalnya. Untuk itulah, akal perlu
dengan asas pembentukan kebiasaan mendapat tuntutan kearah
dalam permulaan pendidikan anak. kematangan tersebut.
Kecakapan membaca, menulis dan Perenialisme tidak menge-
berhitung merupakan landasan dasar. sampingkan memorisasi, meskipun
Dan berdasarkan pentahapan itu, memorisasi itu bersifat mekanis,
maka learning to reason menjadi karena belajar mempunyai peranan
tujuan pendidikan tinggi. untuk menerima benih-benih yang
baik, maka memorisasi diperlukan.
d. Belajar sebagai Persiapan Hidup Memorisasi diperlukan agar benih-
Bagi Thomisme, belajar untuk benih tersebut berada dengan baik
berpikir dan belajar untuk persiapan dalam jiwa anak didik sebelum dapat
hidup (dalam masyarakat) adalah dua berakar dan tumbuh.
langkah pada jalan yang sama, yakni Sejalan dengan pandangan di
menuju kesempurnaan hidup, atas, perenialisme sangat menghargai
kehidupan duniawi menuju ke- pengalaman yang tidak langsung,
hidupan syurgawi. tanpa mengesampingkan pengalaman
langsung. Pengalaman langsung
e. Learning through Teaching diperlukan agar mata pelajaran-mata
(Belajar melalui Pengajaran) pelajaran yang diterima anak didik
242 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

dapat mencapai integrasi dan untuk a. Aspek penalaran seperti logika,


mempelajari kebutuhan riil manusia. retorika, paramasastera dan ilmu
Sekolah rendah memberikan pasti. Pengetahuan ini dapat
pendidikan dan pengetahuan yang meningkatkan dan kecerdasan akal.
serba dasar. Melalui pengetahuan b. Buku-buku besar sepanjang masa,
yang tradisional seperti membaca, karangan dari tokoh-tokoh besar,
menulis dan berhitung, anak didik yang karenanya bernilai besar pula
memperoleh dasar penting bagi sepanjang masa. Materi buku ini
pengetahuan-pengetahuan yang lain. merupakan isi hakiki dari ke-
Selain itu, sekolah dasar juga budayaan.
berfungsi memberikan pendidikan Mengenai hakikat perguruan
watak dengan menekankan pada tinggi, Robert Hutchkins mengatakan
kebajikan-kebajikan moral. Untuk bahwa jika abad pertengahan bersifat
itu,diperlukan penanaman dan latihan teologis, maka masa sekarang
yang memadau agar proses seharusnya bersifat filsafat metafisika
internalisasi kebajikan tersebut yang pada dasarnya adalah cinta
berhasil dengan baik. intelektual Tuhan sehingga perguruan
Oleh karena pendidikan rendah tinggi tidak seyogyanya bersifat
baru memberikan pendidikan dasar, utilistis. Perguruan tinggi sekarang
maka belum dapat dijadikan dasar perlu menyelenggarakan penelitian
pembaharuan sosial dalam arti sesuai dengan fungsinya masing-
sesungguhnya sehingga belum masing. Namun hasil penelitian yang
disebut sebagai badan untuk bermutu tinggi adalah yang
mengadakan pembaharuan sosial. bersendikan filsafat.
Prinsip-prinsip kuriklum untuk
sekolah dasar yang telah diuraikan di Analisis Filsafat Perenialisme
atas, berlaku pula untuk sekolah dan Aktualisasinya
menengah dengan suatu prinsip
peningkatan pematangan akal anak Perenialisme memandang bahwa
didik. Peningkatan ini adalah dalam keadaan sekarang sebagai suatu masa
bentuk pendidikan umum, yang dengan kebudayaan yang terganggu
menuntun perkembangan umum, atau diliputi dengan kekacauan,
psikis dan fisik anak didik yang kebingungan dan kesimpangsiuran.
berumur 12 sampai 20 tahun. Bagi Untuk itu harus diselamatkan dengan
yang berumur 12 sampai 16 tahun, cara kembali kepada prinsip umum
kurikulum yang diperlukan terdiri yang telah menjadi dasar tingkah laku
dari bahasa-bahasa asing kuno, dan perbuatan Zaman Kuno dan Abad
seperti Latin dan Yunani dan bahasa- Pertengahan yaitu kepercayaan-
bahasa modern. Penguasaan bahasa kepercayaan aksiomatis mengenai
merupakan dasar untuk pengenalan realita, pengetahuan, dan nilai dari
dunia luas bagi anak didik. zaman tersebut.
Anak didik yang berumur 16 Menurut perenialisme, realita
tahun sampai 20 tahun perlu tertinggi berada di balik alam, yaitu
mendapatkan pengetahuan tentang :
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 243

Tuhan sendiri yang bersifat penuh berbenturan dengan nilai-nilai dan


kedamaian dan supernatural. Tuhan kepercayaan masyarakat sebagai hasil
adalah aktualitas murni yang sunyi budaya yang keberadaanya merupa-
dan sepi dari substansi. Konsep- kan respon terhadap perubahan,
konsep dasar ontologi bersendikan karena tidak ada satu masyarakat
atas pengertian-pengertian yang yang statis. Nilai-nilai yang dianggap
pasti. Seperti benda individual, esensi, baik dan benar belum tentu baik atau
aksiden, dan substansi. Pengetahuan benar untuk masa sekarang
dipandang mengandung kebenaran berdasarkan fenomena yang terjadi di
bila dapat memiliki evidensi- diri masyarakat. Perenialisme me-
sendiri. Jalan yang perlu ditempuh mandang bahwa kebenaran dan
akal untuk mencapainya adalah pengetahuan bisa dicapai dengan akal
dengan penalaran, baik yang bersifat agar memiliki evidensi sendiri.
induktif, deduktif, serta perpaduan Argumen ini juga di buktikan dengan
keduanya. Sedangkan nilai menurut pandangan Aristoteles sendiri yang
perenialisme adalah pandangan nota benenya adalah pendukung
mengenai hal-hal yang bersifat perenialisme. Aristoteles mengatakan
spiritual. Tuhan adalah sumber nilai bahwa yang buat semua orang
dan karenanya nilai selalu bersifat dikatakan baik, tetapi Aristoteles
teologis. tidak berhasil menerangkan mengapa
Usaha perbaikan keadaan se- sesuatu yang dikatakan baik dapat
karang melalui penerapan kembali dianggap tidak baik oleh orang lain.
nilai-nilai dan kepercayaan Aristoteles sulit menjawabnya.
aksiomatis yang berdasarkan pada Hal ini tidak bisa dilepaskan dari
sumber kebenaran dan kestabilan sejarah lahirnya perenialisme itu
yaitu Tuhan akan memberikan sendiri. Perenialisme lahir sebagai
kontribusi yang positif. Nilai-nilai reaksi terhadap pendidikan progresif.
kebaikan dan kebenaran Tuhan yang Perenialisme menentang pandangan
dianggap bersifat abadi apabila progresivisme yang menekankan
dijadikan way of life bagi penganutnya pada perubahan dan sesuatu yang
akan menjadi kontrol atau pedoman baru. Dalam kehidupan ini, perubahan
bagi individu untuk bersikap dan merupakan suatu keniscayaan karena
berperilaku yang baik dan benar. tidak ada yang tetap kecuali
Nilai-nilai dan kepercayaan tersebut perubahan itu sendiri. Perubahan
sekaligus sebagai dasar pedoman merupakan bagian yang melekat
untuk meluruskan kembali atau dalam kehidupan manusia dan
sebagai bahan instrospeksi diri niscaya terjadi terus menerus.
terhadap kebudayaan masa sekarang Perubahan yang dimaksud adalah
melalui pendukung-pendukungnya perubahan dalam berbagai aspek
untuk kembali kepada nilai-nilai dan sosial yang berkaitan erat, langsung
kebenaran yang bersifat teologis yang atau tidak langsung dengan tindakan
abadi. manusia dalam lingkup lokal dan
Tetapi disisi lain pandangan global yang memberi konteks
perenialisme tersebut akan
244 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

terhadap pemikiran, sikap dan 1. Peristiwa kerusuhan yang terjadi


tindakan manusia itu sendiri. pada tanggal 13-15 Mei 1998 adalah
Perubahan sosial diartikan yang kesebelas kalinya menimpa Kota
sebagai perubahan yang terkait Surakarta. Dalam peristiwa itu terjadi
dengan kehidupan masyarakat, aksi kerusuhan, penjarahan, peng-
termasuk di dalamnya perubahan rusakkan, pembakaran, pemer-
sistem nilai dan norma sosial, sistem kosaan, yang hampir seluruhnya yang
pelapisan sosial, struktur sosial, dijadikan sasaran adalah warga etnik
proses-proses sosial, pola sikap dan keturunan Cina. Selang satu tahun
tindakan sosial serta lembaga berikutnya yaitu pada bulan
kemasyarakatan. Dalam hal ini Nopember 1999, terjadi aksi
perubahan sikap sudah inheren kerusuhan yang diikuti dengan
dalam perubahan sosial. Sebagai tindakan pembakaran terhadap
contoh, pada masa dulu orang makan gedung Balai Kota Surakarta serta
sambil berdiri, itu dikatakan tidak pengrusakan sarana dan fasilitas
baik dan sopan; tetapi pada masa umum lainnya.
sekarang, dalam pesta baik 2. Kedua peristiwa kerusuhan
pernikahan, ulang tahun, syukuran tersebut mengindikasikan adanya
dan sebagainya, para tamu menikmati tindakan kekerasan yang seolah-olah
hidangan pesta dengan berdiri sudah sudah menjadi perilaku umum atau
menjadi sebuah kebiasaan. Dan budaya. Ironisnya, perilaku kekerasan
kebanyakan orang mengatakan hal itu tersebut banyak melibatkan para
baik-baik saja. Kebaikan ini berdasar- pemuda terutama pelajar.
kan indikator/parameter penilaian- 3. Dilain pihak, aksi kekerasan ter-
nya sudah berubah. Orang sekarang sebut memunculkan sebuah pertanya-
mempertimbangkannya dari segi an besar yaitu bagaimana mungkin
kepraktisan, efisiensi dan kefektifan- kerusuhan bisa terjadi pada
nya. masyarakat yang memiliki kultur
Terhadap berbagai persoalan halus dengan nilai-nilai budaya
yang terjadi di masyarakat saat ini, Jawanya yang mementingkan prinsip
sebagai akibat terjadinya perubahan, kerukunan dan prinsip hormat
harus segera diatasi dan diawali melakukan tindakan anarkis, amoral-
dengan menganalisa terhadap segala asusila.
sesuatu terkait dengan permasalahan 4. Visi Kota Surakarta sebagai kota
itu. Solusinya tidak harus kembali budaya sekaligus kota pelajar hanya
kepada nilai-nilai dan kepercayaan akan menjadi sebuah slogan tanpa
yang diyakini pada zaman kuno dan makna, apabila tidak ada penanganan
abad pertengahan. Namun demikian, yang serius, terprogram, dan
sebagai contoh fenomena yang bisa menyeluruh untuk mengatasi aksi
menggambarkan penerapan filsafat kekerasan tersebut.
perenialisme tetapi dalam konteks 5. Untuk itu, pemerintah kota
sekarang dapat dideskripsikan Surakarta bekerjasama dengan
sebagai berikut. UNICEF melaksanakan suatu
kebijakan berupa pelaksanaan
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 245

“Kurikulum Pendidikan Budi Pekerti” Zaman Kuno dan Abad Pertengahan


dalam kurikulum sekolah di SMP Kota perlu dijadikan dasar penyusunan
Surakarta. Kebijakan ini merupakan konsep filsafat dan pendidikan zaman
langkah preventif untuk mengatasi sekarang. Hal ini berdasarkan
budaya kekerasan di Kota Surakarta. keyakinan bahwa kepercayaan-
6. Dalam pelaksanaannya materi kepercayaan tersebut berguna bagi
Pendidikan Budi Pekerti merupakan abad sekarang.
cerminan dari nilai-nilai budaya Jawa. Menurut perenialisme, realita
Hal ini bertujuan sebagai proses tertinggi berada di balik alam yaitu
internalisasi dan pelestarian nilai- Tuhan sendiri yang bersifat penuh
nilai budaya Jawa. Dalam proses kedamaian dan supernatural. Tuhan
pembelajarannya, selain aspek adalah aktualitas murni yang sunyi
kognitif dan afektif, maka aspek dan sepi dari substansi. Konsep-
psikomotorik atau perilaku harus konsep dasar ontologi bersendikan
dikondisikan sebagai suatu kebiasaan atas pengertian-pengertian yang
di lingkungan sekolah (implementasi- pasti. Seperti benda individual, esensi,
nya). aksiden, dan substansi. Pengetahuan
7. Diharapkan melalui langkah- dipandang mengandung kebenaran
langkah tersebut, yang dilakukan bila dapat memiliki evidensi- diri
secara terprogram, berkesinambung- sendiri. Jalan yang perlu ditempuh
an, terus menerus maka di masa-masa akal untuk mencapainya adalah
berikutnya tidak ada lagi peristiwa dengan penalaran, baik yang bersifat
kerusuhan ke-12, ke-13 dan induktif, deduktif, serta perpaduan
seterusnya terjadi di Kota Surakarta. keduanya. Sedangkan nilai menurut
Deskripsi di atas menunjukkan perenialisme adalah pandangan
bahwa untuk mengatasi budaya mengenai hal-hal yang bersifat
kekerasan di Kota Surakarta dengan spiritual. Tuhan adalah sumber nilai
cara menghidupkan kembali nilai- dan karenanya nilai selalu bersifat
nilai budaya Jawa yang selama ini teologis. Plato, Aristoteles dan
dianggap telah mulai pudar dan Thomas Aquinas adalah tokoh-tokoh
hilang dari masyarakat Jawa. Padahal yang mempunyai pengaruh terhadap
nilai-nilai budaya Jawa ini secara akal perkembangan konsep-konsep
dan logika, serta terbukti secara perenialisme.
empiris dari fakta sejarah dapat Belajar menurut perenialisme
mendatangkan kehidupan yang adalah latihan mental dan disiplin
serasi, rukun tanpa perselisihan dan jiwa. Pandangan tentang belajar
konflik. Inilah penerapan filsafat hendaklah berdasarkan atas paham
perenialisme secara operasional bahwa manusia itu pada hakikatnya
dalam bidang pendidikan. rasionalistis. Sehingga belajar adalah
mengembangkan berpikir logis,
Penutup deduktif, dan induktif.
Agar belajar dapat berhasil
Perenialisme memandang bahwa sesuai dengan tujuannya maka harus
kepercayaan-kepercayaan aksiomatis dapat memenuhi kebutuhan umum
246 | A g a s t y a - V o l . 1 , J a n u a r i 2 0 1 1

manusia yang superlatif (bertaraf


tinggi), dengan mengingat akan
adanya saling pengaruh mem-
pengaruhi antara belajar karena
pengajaran dan belajar karena
penemuan. Tugas pendidik adalah
menuntun peserta didik kearah
kematangan dengan menggunakan
dasar-dasar di atas.
Bimbingan kearah kematangan
dimulai di sekolah dasar yang
berfungsi sebagai persiapan dan
memberikan pengetahuan dan latihan
dasar. Pendidikan menengah
berfungsi untuk lebih meningkatkan
peranan pendidikan dasar dengan
meningkatkan program pendidikan
umum. Program ini berisikan
pelajaran-pelajaran kunci untuk
memperkembangkan penalaran dan
pengetahuan mengenai nilai-nilai
utama sepanjang sejarah manusia.
Pendidikan tinggi yang ideal adalah
yang diselenggarakan mirip dengan
perguruan tinggi yang terdapat pada
Abad Pertengahan. Pendidikan dan
semua kegiatan pendidikan tinggi
bersendikan filsafat. Perguruan tinggi
sekarang perlu menyelenggarakan
penelitian sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Perlu dipahami
bahwa penelitian yang bermutu tinggi
adalah yang bersendikan pada filsafat.
Lintaan Sejarah Filafat Pendidikan … | 247

Daftar Pustaka Lembaga Penelitian dan


Pengabdian Masyarakat
(LPPM) Universitas Sebelas
Abdul Aziz Wahab, dkk. 2009. Konsep Maret Surakarta.
Dasar IPS. Jakarta: Universitas
Terbuka. Redja Mudyahardjo. 2008. Filsafat
Ilmu Pendidikan. Bandung :
Barnadib, Imam. 1976. Filsafat aremaja Rosdakarya.
Pendidikan : Sistem dan
Metode. Yogyakarta : Andi Sri Agus. 2000. Sikap dan Perilaku
Offset. Masyarakat Surakarta Pasca
Kerusuhan Mei 1998.
Drijarkara, S.J. 1964. Pertjikan Surakarta : Fakultas Sastra
Filsafat. Jakarta : PT Universitas Sebelas Maret.
Pembangunan.
Udin S. Winataputra, dkk. 2008.
Harun Hadiwijono. 1996. Sari Sejarah Materi dan pembelajaran IPS
Filsafat 1. Yogyakarta : SD. Jakarta : Universitas
Kanisius. Terbuka.
_______________. 1997. Sari Sejarah
Filsafat 2. Yogyaakarta :
Kanisius

Huxley, Aldous. 2001. Filsafat


Perenialisme. Yogyakarta :
Qolam.

Ornstein, Allan C & Levine, Daniel U.


1985. An Introduction to the
Foundations of Education.
Boston : Houghton Mifflin
Company.

Pelu, Musa. 2007. Implementasi Nilai-


Nilai Budaya dalam Kurikulum
Pendidikan Budi Pekerti di
SMP Kota Surakarta (Studi
Kasus tentang Upaya
Pencegahan Budaya
Kekerasan di Kota Surakarta).
Laporan Penelitian Dana DIPA
LPPM Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Surakarta:

Anda mungkin juga menyukai