Anda di halaman 1dari 7

Merancang Pementasan Teater

Merancang pementasan adalah suatu kegiatan berupa rangkaian


tindakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan langkah-langkah
memahami secara konseptual, teknik dan prosedural untuk menghasilkan
tujuan pementasan. Pementasan teater secara umum, baik pementasan
teater tradisional atau pun teater non tradisional (teater transisi, teater
modern dan teater kontemporer) merupakan proses komunikasi atau
peristiwa interaksi antara pementasan seni dengan penontonnya yang
dibangun oleh suatu sistem pengelolaan, yakni manajemen pementasan. 

Fungsi manajamen dalam sebuah kegiatan menurut Terry (1980) dapat


dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari; perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan (POAC) guna mencapai
tujuan kegiatan dengan efektif dan efisien. Tujuan yang dimaksud adalah
mencapai tujuan pementasan seni teater. 
A. Manajemen
Manajemen secara estimologi berasal dari kata to manage yang berarti
mengatur atau merancang. RickyW. Graffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efisien. Musyawarah produksi seni pertunjukan bertujuan untuk membentuk
kelompok kerja dalam memproduksi seni pertunjukan.
B. Pembagian Kerja
Kelompok Kerja Manajemen Produksi
1. Pimpinan Produksi
 Bertugas mengorganisir semua pekerja dalam pementasan seni
Pertunjukan
 Bertanggung jawab secara keseluruhan atas pelaksanaan dan
keberhasilan Produksi.
2. Sekertaris Produksi
 Bertanggung jawab dalam membungkukkan dan mencatat semua
kegiatan
 Membuat proposal pementasan, membuat surat-surat yang
berhubungan dengan kegitan pementasan pertujukan
 mempersiapkan surat masuk dan surat keluar membuat rancangan
kegiatan yang berhubungan dengan administrasi kesekretarisan
3. Bendahara
 Bertanggung jawab terhadap semua hal yang berhubungan dengan
keuangan
 membuat administrasi keuang produksi seni pertunjukan
 membuat laporan keuangan produksi seni pertunjukan
 berkoordinasi dengan pimpinan produksi dalam hal kebendaharaan
4. Seksi Dokumentasi
 Bertanggung jawab atas kegiatan baik berupa visual, audio serta
audio visual
 merencanakan, melaksanakan dan menyimpan semua dokumentasi
kegiatan pementasan pertunjukan
 berkoordinasi dengan pimpinan produksi yang berhubungan
dokumentasi
5. Seksi Publikas
 Bertangguang jawab terhadap segala urusan promosi dari kegiatan
pementasan pertunjukan
 Merancang publikasi untuk berbagai media, baik media cetak, media
audio maupun audio visual
 Melaksanakan dan mewujudkan segala media yang telah dirancang
dan sepakati oleh tim produksi
 Berkoordinasi dengan pimpinan produksi untuk urusan rancangan
dan pelaksanaan publikasi
6. Seksi Pendanaan
 Bertanggung jawab terhadap penyediaan dana yang dibutuhkan
dalam proses dan pelaksanaan pementasan seni pertunjukan
7. House Manager
 Bertugas mengemban pelayanan public serta bertanggung jawab
kepada pimpinan produksi dlam layanan staf produksi dan layanan
public
 Pelayanan ditunjukan kepada seluruh staf produksi yang bekerja
menyelengarakan produksi seni pertunjukan
 Layanan kepada public diberikan dalam hubungan pemberian
service kepada penonton
 Pelayanan public dilakukan mulai dari keamanan menjamu
penonton
Bidang – bidang yang termasuk dalam House Manager yaitu :
1. Seksi Keamanan : menyusun , merencanakan dan bertangung jawab
keamanan selama pementasan pertunjukan berlangsung
2. Konsumsi : merencanakan , mengatur dan menyediakan konsumsi
selama produksi
3. Transportasi : merencakan transportasi selama produksi dengan
penyedia dan pengguna transportasi
4. Ticketing : merencanakan , mencetak , mendistribusikan dan
menjual tiket yang akan digunakan
5. Seksi Gedung
 Bertanggung jawab terhadap penyedia gedung untuk latiahnb
dan pementasan
 Mengurus perijinan gedung yang akan digunakan untuk
pemenatasan
 Bertanggung jawab pada perawatan dadn kebersihan gedung
selama digunakan untuk produksi
C. Manajemen Artistik
Tugas dan tanggung jawab kelompok kerja manajemen artistik seni
pertunjukan adalah sebagai berikut:
Kelompok Kerja Manajemen Atistik
1. Sutradara / Konseptor
a. Membuat konsep pertunjukan
b. Mengatur laku / jalannya pertunjukan
c. Memilih lakon yang akan dipentaskan
d. Memilih pemain dan melatih pemain sesuai konsep
e. Membuat konsep artistic dan berdiskusi dengan penataan artistic
2. Pemeran
a. Membuat konsep pemeran dengan sutradara
b. Menganalisa naskah lakon
c. Merancang pemeran dan dikoordinasikan dengan sutradara
d. Melaksanakan opservasi pada peran yang akan dimainkan
e. Melaksanakan interpretasi hasil observasi
f. Melaksanakan latihan dengan sutradara
g. Bermain peran dalam pementasan
3. Pimpinan Artistik
a. bertanggung jawab pada segala artik karya
b. bertanggung jawab pada masalah tehnis tata letak setting
c. mengevaluasi hasil tata setting atau panggung, tata chaya, tata
kostum atau busana pemain, tata rias, tata bunyi dan suara dalam
bekerja, pimpinan artistic dibantu oleh :
a) Stage Manajer
b) penata panggung
c) penata kostuim atau busana
d) penata rias
e) penata cahaya
f) penata bunyi dan suara
g) penata musik

D. Pelatihan pemeran
1. Latihan teknik muncul : teknik muncul (the tectique of entrance)
menurut rendra dalam buku tentang bermain drama (1985, hlm.12)
adalah suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan peran untuk
pertama kali memasuki sebuah pentas lakon.
Teknik muncul ialah cara pemain memunculkan diri pada saat
tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu drama babak, atau
adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton
sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia
harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian
muslim dengan tutur kata yang lemah lembut sesuai dan prilaku
kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
2. Latihan teknik memberi isi : teknik untuk memberi isi pengucapan
dialog-dialog untuk menonjolkan emosi dan pikiran-pikiran yang
terkandung dalam dialog tersebut.
Contoh teknik ini : Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan
makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya :
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik,
sikap, gerak anggota badan lainnya (gestur)
3. Latihan teknik pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimaks atau
drama tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya
menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah.
a. Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume
suara atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya,
menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya
b. Teknik pengembangan jasmaniah, yakni
 Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu
berjongkok dan seterusnya
 Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh
 Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan , dari belakang
ke depan, dan sebagainya
 Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat
seperti menggerakkan kaki atau jari
 Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi
tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan
kesedihan dan sebagainya.
4. Teknik membina puncak-puncak : Teknik memina puncak-uncak
adalah teknik yang dilakukan oleh pemeran terhadap jalanannya
pementasan lakon. Teknik ini dilakukan oleh pemeran untuk menuju
klimaks pemain.
5. Latihan Teknik Timing
Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan
jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu
yang singkat atau sekejap, misalnya:
a. Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti
menepuk kepala “aku lupa, maaf!’
b. Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala
sambil mengucapkan “Aku lupa, maaf!”
c. Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!”
lalu menepuk kepala.
6. Latihan teknik improvisasi : merupakan latihan teknik dasar
permainan tanpa ada persiapan atau bersifat spontan. Teknik ini
berguna untuk mengasah kepekaan seorang pemeran untuk mengatasi
suatu masalah yang timbul pada saat pementasaan.
E. Merancang tata pangung
Pengertian tata pentas secara sempit, yaitu benda yang membentuk
suatu larat belakang  fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan
mengacu pada dimensi ini maka dapat ditarik pengertian bahwa Tata Pentas
adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna
menunjang seorang pemeran dalam memainkan lakonnya. Prinsip - prinsip
dalam menata pentas adalah : 

 Dapat memberi ruang kepada gerak laku.


 Dapat memberi pernyataan suasana lakon.
 Dapat membari pandangan yang menarik.
 Dapat dilihat dan dimengerti oleh penonton.
 Merupakan rancangan yang sederhana.
 Dapat bermanfaat terus menerus bagi pemeran atau pelaku.
 Dapat secara efisien dibuat, disusun dan di bawa, serta
 Dapat membuat rancangan menunjukkan bahwa setiap elemen yang
tedapat didalam penampilan  visual pentasnya memiliki hubungan satu
sama lain.

F. Merancang Tata Busana Pementasan.

Tata busana sangat berpegaruh terhadap penonton sebab sebelum


seorang pemeran didengar dialognya, terlebih dahulu yang diperhatikan
adalah penampilannya. Kesan yang ditimbulkan pada penonton mengenai
diri pemeran tergantung pada yang nampak oleh penonton sebab busana
yang nampak menggariskan karakter pemerannya serta memperkuat kesan
terhadap penonton.

Agar busana pementasan mempunyai efek yang diinginkan, maka suatu


busana harus memiliki fungsi tertentu yaitu sebagai berikut :

 Membantu menghidupkan perwatakan pemeran yang artinya sebelum


berperan, busana yang digunakan sudah menyimbolkan karakter yang
dilakonkan, termasuk umur, kebangsaan, status sosial, dan juga
kepribadiannya.
 Membantu menunjukkan individualisasi peranan, artinya warna dan
gaya tata busananya harus dapat membedakan peranan yang satu
dengan peranan yang lainnya.
 Membantu memberi fasilitas dan juga gerak pemeran, artinya pemeran
atau pelaku harus dapat melaksanakan laku atau akting perannya
tanpa tanpa merasa terganggu oleh busananya. Busana tidak harus
dapat memberi bantuan kepada pelaku tetapi pelaku harus sanggup
menambah efek visual gerak, menambah indah, dan menyenangkan
dilihat disetiap posisi yang di ambil oleh pemeran.

G. Merancang Tata Rias Pementasan.

Tata rias adalah mengenai tara rias pentas, maka dari itu segala sesuatu
harus ditujukan untuk membentuk artistik yang mendukung pemeran dalam
sebuah pementasan suatu lakon. Tata rias yaitu bagaimana cara
menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah atau
gambaran peran yang hendak dimainkan. 
Tugas tata rias, yaitu membantu memberikan dandanan atau perubahan
-perubahan pada para pemain sehingga terbentuk dunia pentas dengan
suasana yang sesuai dan wajar. Tugas ini dapat merupakan fungsi pokok,
atau pula fungsi bantuan. Sebagai fungsi pokok, misalkan tata rias ini
mengubah seorang gadis belia menjadi nenek-nenek atau laki-laki atau pula
sebaliknya. Sebagia fungsi  bantuan misalnya seorang gadis muda harus
memainkan peran sebagai gadis muda namun masih membutuhkan sedikit
riasan pada wajah atau rambut dan hal-hal kecil lainnya. Manfaat atau
kegunaan tata rias dalam pementasan.

 Merias tubuh sama dengan mengubah hal yang alami menjadi hal yang
berguna, artinya dengan prinsip mendapatkan daya guna yang tepat.
Bedanya dengan rias cantik adalah jika rias cantik mengubah yang jelek
menjadi cantik sedangkan rias untuk teater adalah merubah hal yang
alami menjadi hal yang dikehendaki.
 Mengatasi efek tata lampu yang kuat.
 Membuat wajah dan badan sesuai dengan peranan yang dimainkan.

H. Merancang Tata Cahaya.

Tata cahaya, yaitu pengaturan cahaya lampu atau lighting panggung


pementasan untuk menyinari atau menerangi arena peraminan serta
menambah kesan artistik. Tata cahaya sebelum menggunakan lampu listrik
pada masa sekarang ini, maka pertunjukan masih menggunakan sinar
matahari sebagai penerang dan setelah manusia mengenal api sebagai
sumber pemanas, maka manusia menggunakan api sebagai penerang
pementasan.

Efek dari penerangan menggunakan api menimbulkan kesan magis


dalam gerak lakunya yang mungkin atau bisa jadi sangat sulit didapatkan
dengan menggunakan yang bukan menggunakan api sebagai penerang.
Goyangan api saat dihempas angin menimbulkan efek gelap terang yang
semakin mengundang suasana yang artistik. Adapun tujuan dari adanya tata
cahaya yaitu :

 Menerangi dan menyinari panggung pentas dan pemeran.


 Menerangi, yaitu cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi
terang dan melenyapkan gelap sehingga semua barang-barang yang ada
baik itu penting atau tidak penting semua diterangi.
 Menyinari, yaitu cara menggunakan lampu untuk membuat bagian-
bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon karena dengan
menyinari daerah-daerah tertentu maka ada suatu suasana yang lebih
hendak ditonjolkan agar tercapai efek dramatik.
 Mengingatkan efek cahaya alamiah. Maksudnya, menentukan waktu
(jam), musim, cuaca, dan keadaan dengan menggunakan tata cahaya.
 Melukiskan dekor atau scenery dalam menambah nilai warna sehingga
tercapai adanya sinar dan bayangan menonjolkan fungsi dekorasi.
 Membantu permainan lakon menciptakan suasana kejiawaannya dalam
berperan.
I. Merancang Tata Bunyi.

Tata bunyi dapat pula diartikan sebagai mengatur musik, efek bunyi
maupun bunyi-bunyian yang menjadi pendukung terciptanya suasana
sehingga muncullah suasana emosional yang tepat. Tata Bunyi juga
diharapkan membantu imajinasi penonton untuk lebih dapat
membayangkan suasana kejadian dalam lakon. Hal-Hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang tata bunnyi yaitu :

 Efek dialog,
 Efek Bunyi, dan 
 Efek Musik.

Ketiga hal tersebut dapat digunakan secara bersama-sama meski


terkadang pula hanya 2 atau satu saja. Volume bunyi harus dapat dikontrol
dengan baik agar hasilnya jelas dan enak didengar. Volume berfungsi seperti
spotlight maksudnya bunyi apa yang diutamakan dalam adegan tersebut,
apa efek bunyinya, musiknya atau dialognya.

Penggunaan efek bunyi ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan


melainkan harus memiliki tujuan. Cara sederhana membuat efek bunyi
diantaranya adalah sebagai berikut :

 Bunyi pintu, untuk menghasilkan bunyi pintu kita dapat membuat pintu
kecil dalam kotak kecil yang dilengkapi dengan gerendel pintu yang jika
didekatkan dengan mikrofon akan menghasilkan suara pintu yang
sebenarnya.
 Bunyi jam, dapat dibuat dengan menggunakan kotak logam dan pensil
atau ballpoint yang digerakkan kekanan dan kekiri.
 Bunyi halilintar, dapat dibuat dengan cara menjatuhkan seng atau
memukulnya.
 Suara tembakan, dapat dibuat dengan memecahkan balon atau memukul
benda padat dengan keras.
 Bunyi pesawat dengan merekan suara pesawat di bandara.

Anda mungkin juga menyukai