Anda di halaman 1dari 46

Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI


Oleh : Dr. Sri Andayani, M.Kom.

1
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan
Materi ini disusun dengan tujuan agar para peserta diklat mampu:
1) menjelaskan landasan hukum sistem penjaminan mutu
perguruan tinggi;
2) menjelaskan pengertian dan tujuan penjaminan mutu perguruan
tinggi;
3) menjelaskan proses penjaminan mutu perguruan tinggi secara
internal dan eksternal;
4) mensintesis peran strategis perguruan tinggi dalam menyiapkan
sumber daya manusia (SDM);
5) menganalisis sistem penjaminan mutu dalam aspek proses
pencapaian tujuan perguruan tinggi.

B. Pendahuluan

Pengembangan budaya mutu di Perguruan Tinggi menjadi pondasi


penting untuk mewujudkan perguruan tinggi yang berkualitas dan
berdaya saing yang mampu menempatkan bangsa untuk maju sejajar
dengan bangsa-bangsa lain. Upaya penciptaan budaya mutu ini sejalan
dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kesetaraan mutu
Perguruan Tinggi di Indonesia dengan lingkungan Internasional.

Pengakuan terhadap perguruan tinggi yang berkualitas ditunjukkan


dengan adanya akreditasi dan berbagai pemeringkatan PT baik secara
nasional maupun internasional. Beberapa badan akreditasi internasional
antara lain AUN QA dari ASEAN, ABET (Accreditation Board for
Engineering and Technology) dari Amerika, ASIIN dari Jerman, ASIC

2
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
(Accreditation Service for International Schools, Colleges & Universities)
dari United Kingdom, dan AACSB (Association to Advance Collegiate of
Schools of Business). Selain akreditasi, pengakuan PT berkualitas juga
ditunjukkan dengan berbagai pemeringkatan, antara lain klaterisasi oleh
Ristekdikti, webometric, 4ICU, ARWU (Academic Ranking World
University), Times Higher Education World University Rankings, dan QS
World University Rankings.

Budaya mutu adalah pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku
berdasarkan standar pendidikan tinggi yang dilaksanakan oleh semua
pemangku kepentingan (internal stakeholders) di perguruan tinggi.
Peningkatan kualitas mutu sehingga tercipta budaya mutu dari pendidikan
tinggi di Indonesia terus dilakukan karena perannya yang strategis dalam
memajukan bangsa.

Penciptaan budaya mutu ini menjadi fokus sejak otonomi perguruan


tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya diintroduksikan di dalam Pasal
50 ayat (6) UU Sisdiknas UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Upaya yang sistematis dari Pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi secara sistematis diupayakan
dengan diterbitkannya undang-undang maupun peraturan-peraturan
pendukung.

Untuk memenuhi kepentingan tersebut, sistem penjaminan mutu


pendidikan tinggi (SPM Dikti) secara khusus telah diatur di dalam satu
bab tersendiri, yaitu Bab III dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (UU Dikti). Selain itu pemerintah juga menerbitkan
Permenristekdikti Nomor 62 tahun 2016 tentang Sistem penjaminan mutu
Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) dan Permenristekdikti Nomor 44 tahun
2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti).

3
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
SPM Dikti bertujuan untuk menjamin pemenuhan standar
pendidikan tinggi secara sistemik dan berkelanjutan sehingga tumbuh
dan berkembang budaya mutu di setiap perguruan tinggi di Indonesia.
Dengan demikian, implementasi SPM Dikti dengan struktur seperti di atas
harus mampu menjamin pemenuhan standar pendidikan tinggi di
perguruan tinggi secara sistemik dan berkelanjutan.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut disebutkan bahwa SPM


Dikti dilaksanakan di Perguruan Tinggi dengan meliputi:

1) Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang dikembangkan oleh


Perguruan Tinggi; dan

2) Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) yang dilakukan melalui


akreditasi

3) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti).

Dengan dikukuhkannya dalam UU Dikti, maka semua perguruan tinggi di


Indonesia berkewajiban menjalankan SPM Dikti sesuai dengan kekhasan
Perguruan Tinggi sendiri sehingga dapat dikembangkannya Budaya Mutu
di perguruan Tinggi.

4
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
BAB II
BAB II MUTU DAN STANDAR PENDIDIKAN TINGGI

A. Mutu Pendidikan Tinggi

Quality is conformance to requirements (standard). Mutu adalah


kepatuhan terhadap hal-hal yang sudah ditentukan atau disyaratkan yang
diungkapkan dalam standar-standar. Mutu pendidikan tinggi adalah
tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan
Standar Dikti yang terdiri atas SN Dikti dan Standar Dikti yang ditetapkan
oleh setiap perguruan tinggi (pasal 1 Permenristekdikti No. 62 Th 2016).

Berdasarkan pasal 51 UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan


Tinggi, disebutkan bahwa Pendidikan Tinggi yang bermutu merupakan
Pendidikan Tinggi yang menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif
mengembangkan potensinya dan menghasilkan Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi yang berguna bagi Masyarakat, bangsa, dan Negara.

Perguruan tinggi yang bermutu, secara umum diartikan sebagai


perguruan tinggi yang mampu: (1) menetapkan dan mewujudkan visinya
melalui pelaksanaan misi; (2) memenuhi kebutuhan stakeholders,
berupa: kebutuhan sosial (societal needs), kebutuhan dunia kerja
(industrial needs), dan kebutuhan profesional (professional needs); serta
(3) secara berkelanjutan menetapkan tingkat mutu berikutnya, setelah
mutu yang ditetapkan tercapai.

Ada dua aspek terkait dengan mutu perguruan tinggi yaitu reputasi
dan rekognisi. Reputasi perguruan tinggi adalah persepsi pihak lain atau
masyarakat tentang institusi tersebut dalam waktu panjang. Reputasi
tidak tumbuh secara instan tetapi dalam waktu panjang dan akan

5
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
ditentukan oleh konsistensi dalam menghasilkan kinerja terbaik.
Perguruan tinggi yang berkualitas akan dikenal memiliki reputasi yang
baik oleh pihak lain.

Rekognisi pada aspek mutu perguruan tinggi merujuk pada


pengakuan pihak lain, baik negara, badan, organisasi, maupun institusi
lain terhadap kualitas perguruan tinggi. Akreditasi dan sertifikasi
merupakan bentuk rekognisi mutu PT. Rekognisi mutu PT akan berimbas
terhadap hal-hal berikut:
• Memperluas akses dan menjamin pengembangan PT
• Mempromosikan pembaharuan dan reformasi sistem maupun
kelembagaan dengan tujuan meningkatkan kualitas, relevansi dan
efisiensi
• Menjamin sumber daya dan dana yang memadai untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan PT
• Mendukung pengembangan kemitraan dan kerjasama
internasional

B. Standar Pendidikan Tinggi

Menurut UU Nomor 12 tahun 2012 Dikti Pasal 54, Standar


Pendidikan Tinggi terdiri atas:

1) Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Menteri atas


usul suatu badan yang bertugas menyusun dan mengembangkan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi; dan

2) Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh setiap Perguruan


Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

6
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
1. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti)

Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) adalah satuan


standar yang meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan
Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat. Standar Nasional pendidikan tinggi saat ini mengacu pada
Permenristek Dikti No. 44 tahun 2015 dan Permenristek Dikti No. 50 tahun
2018 tentang perubahan SN Dikti. Setiap standar dalam SN Dikti terdiri
atas delapan standar: 1) standar hasil, 2) standar isi, 3) standar proses,
4) standar penilaian, 5) standar SDM, 6) standar sarana dan prasarana,
7) standar pengelolaan, dan 8) standar pembiayaan.

Standar Nasional Pendidikan Tinggi bertujuan untuk:

1) menjamin tercapainya tujuan pendidikan tinggi yang berperan


strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora
serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang
berkelanjutan;

2) menjamin agar pembelajaran pada program studi, penelitian, dan


pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi; dan

3) mendorong agar perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara


Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melampaui kriteria
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara
berkelanjutan.

7
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib:
 dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional;
 dijadikan dasar untuk pemberian izin pendirian perguruan tinggi dan
izin pembukaan program studi;
 dijadikan dasar penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan
kurikulum pada program studi;
 dijadikan dasar penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
 dijadikan dasar pengembangan dan penyelenggaraan sistem
penjaminan mutu internal;
 dijadikan dasar penetapan kriteria sistem penjaminan mutu eksternal
melalui akreditasi.

Berikut garis besar isi standar nasional pendidikan tinggi (SN Dikti).
1). Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang


pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi di
seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar
nasional pendidikan untuk tingkat pendidikan tinggi terdiri atas delapan
standar sebagai berikut.
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
1) SKL merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan.
2) SKL digunakan sebagai acuan utama pengembangan tujuh
standar yang lain.

8
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
3) Rumusan capaian pembelajaran lulusan wajib mengacu pada
deskripsi capaian pembelajaran lulusan KKNI, dan memiliki
kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI.
4) Capaian pembelajaran pada aspek sikap merupakan perilaku
benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan
aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan
spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman
kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada
masyarakat.
5) Capaian pembelajaran pada aspek pengetahuan merupakan
penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bdang ilmu
tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam
proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/atau pengabdian kepada masyarakat.
6) Capaian pembelajaran pada aspek keterampilan merupakan
kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan
konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh
selama proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa,
penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat.
b. Standar Isi Pembelajaran
1) Standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal tingkat
kedalaman dan keluasan materi pembejaran dengan mengacu
deskripsi capaian pembelajaran lulusan dari KKNI.
2) Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran pada profesi,
spesialis, magister, magister terapan, doktor, dan doktor terapan,
wajib memanfaatkan hasil penelitian dan hasil pengabdian kepada
masyarakat.

9
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
3) Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
4) Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik.
5) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan untuk
setiap program studi.
c. Standar Proses Pembejaran
1) Standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang
pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk
memperoleh capaian pembelajaran lulusan.
2) Standar proses mencakup: a) karakteristik proses; b)
perencanaan proses; pelaksanaan proses, dan beban belajar
mahasiswa.
3) Karakteristik proses terdiri atas sisfat interaktif, holistik, integratif,
saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat
pada mahasiswa.
4) Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk setiap mata
kuliah dan disajikan dalam rencana pembelajaran semester (RPS)
atau istilah lain.
5) RPS memuat sekurang-kurangnya capaian pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, waktu pembelajaran, sumber belajar,
penilaian hasil belajar dan daftar referensi yang digunakan.
6) Pelaksanaan proses pembelajaran dapat dalam berbagai bentuk
pembelajaran, seperti: kuliah, responsi dan tutorial, seminar, dan
praktikum/praktik bengkel serta praktik lapangan.

10
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

d. Standar Penilaian
1) Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang
penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka
pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

2) Penilaian proses dan hasil belajar mencakup hal-hal berikut:


o prinsip penilaian;
o teknik dan instrumen penilaian;
o mekanisme dan prosedur penilaian;
o pelaksanaan penilaian;
o pelaporan penilaian; dan
o kelulusan mahasiswa.
Bahasan rinci tentang hal-hal penilaian tersebut dapat dilihat dalam
Permenristek Dikti No. 44 tahun 2015.

e. Dosen dan Tenaga Kependidikan


1) Standar dosen dan tenaga kependidikan merupakan kriteria
minimal tentang kualifikasi dan kompetensi dosen dan tenaga
kependidikan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka
pemenuhan CP lulusan
2) Dosen pada pendidikan tinggi wajib memiliki kualifikasi pendidikan
akademik minimum, kompetensi pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memilikik kemampuan untuk menyelenggarakan
pendidikan dalam rangka pemenuhan CP lulusan
3) Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik paling rendah
lulusan program diploma 3, kecuali tenaga administrasi memiliki
kualifikasi akademik paling rendah SMA atau sederajat.

11
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

4) Tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib


memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan
keahliannya

f. Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran


1) Standar sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kriteria
minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi
dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan CP lulusan.
2) Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana prasarana ditetapkan
berdasarkan rasio penggunaan sarana sesuai dengan karakteristik
metode dan bentuk pembelajaran, serta harus menjamin
terselenggaranya proses pembelajaran dan pelayanan
administrasi akademik.

2). Standar Nasional Penelitian

Standar Nasional Penelitian adalah kriteria minimal tentang system


penelitian pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Penelitian harus diarahkan untuk


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Standar Nasional
Penelitian harus mengarah pada terpenuhinya capaian pembelajaran
(CP) lulusan serta memenuhi ketentuan dan peraturan di perguruan
tinggi.

Standar Nasional Penelitian meliputi 8 standar lain, yaitu: a) standar


hasil penelitian, b) standar isi penelitian, c) standar proses penelitian, d)

12
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
standar penilaian penelitian, e) standar peneliti, f) standar sarana dan
prasarana penelitian, g) standar pengelolaan penelitian, dan h) standar
pembiayaan penelitian.

Kewajiban PT terkait standar nasional penelitian adalah sebagai


berikut:

a) memiliki rencana strategis penelitian yang merupakan bagian dari


rencana strategis perguruan tinggi;

b) menyusun kriteria dan prosedur penilaian penelitian paling sedikit


menyangkut aspek peningkatan jumlah publikasi ilmiah, penemuan
baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan jumlah dan
mutu bahan ajar;

c) menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau fungsi


penelitian dalam menjalankan program penelitian secara
berkelanjutan;

d) melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau fungsi


penelitian dalam melaksanakan program penelitian;

e) memiliki panduan tentang kriteria peneliti dengan mengacu pada


standar hasil, standar isi, dan standar proses penelitian;

f) mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian pada lembaga


lain melalui program kerja sama penelitian;

g) melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis, dan


spesifikasi sarana dan prasarana penelitian; dan

h) menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi penelitian


dalam menyelenggarakan program penelitian paling sedikit melalui
pangkalan data pendidikan tinggi.

13
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

3). Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat

Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat adalah kriteria


minimal tentang system pengabdian kepada masyarakat pada perguruan
tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) meliputi 8


standar lain, yaitu: a) standar hasil PkM, b) standar isi PkM, c) standar
proses PkM, d) standar penilaian PkM, e) standar pelaksana PkM, f)
standar sarana dan prasarana PkM, g) standar pengelolaan PkM, dan h)
standar pembiayaan PkM.

Hasil pengabdian kepada masyarakat mendakup: a) penyelesaian


masalah yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan keahlian
sivitas akademik yang relevan; b) pemanfaatan teknologi tepat guna; c)
bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; atau d) bahan
ajar atau modul pelatihan untuk pengayaan sumber belajar.

Kewajiban perguruan tinggi dalam standar pengabdian kepada


masyarakat adalah:
a) memiliki renstra PkM yang merupakan bagian dari renstra PT;
b) menyusun kriteria dan prosedur penilaian pkm paling sedikit
menyangkut aspek hasil pkm dalam menerapkan, mengamalkan,
dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi guna
memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan
bangsa;
c) menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau fungsi
PkM dalam menjalankan program PkM secara berkelanjutan;

14
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
d) melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau fungsi
PkM dalam melaksanakan program PkM;
e) memiliki panduan tentang kriteria pelaksana PkM dengan
mengacu pada standar hasil, standar isi, dan standar proses PkM;
f) mendayagunakan sarana dan prasarana pada lembaga lain melalui
kerja sama PkM;
g) melakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis, dan
spesifikasi sarana dan prasarana PkM; dan
h) menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi PkM dalam
menyelenggarakan program PkM paling sedikit melalui PD Dikti.

2. Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi

Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh setiap perguruan


tinggi mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Standar ini
terdiri atas standar Dalam Bidang Akademik dan Standar Dalam Bidang
Non akademik yang melampaui SN Dikti.

Secara ringkas, Standar Dikti digambarkan pada Gambar 1.

15
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

Gambar 1. Struktur Standar Dikti

16
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
BAB III
BAB III PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI

A. Prinsip Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi


1. Dasar hukum
Dasar hukum implementasi SPM Dikti adalah UU No 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti). Ruh dari UU Dikti adalah
penjaminan mutu pendidikan tinggi. Hal ini kemudian diwujudkan dengan
pengaturan penjaminan mutu pendidikan tinggi dalam 1 (satu) bab
tersendiri, yaitu Bab III UU Dikti berjudul Penjaminan Mutu.
Untuk memenuhi amanat UU Dikti tersebut, telah diterbitkan
Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) dan Permenristekdikti No. 32 Tahun 2016
Tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.
Untuk melaksanakan kedua Permenristekdikti tersebut BAN PT
telah menerbitkan Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(Perban) No. 2 Tahun 2017 Tentang Sistem Akreditasi Nasional
Pendidikan Tinggi (SAN Dikti).
Perguruan tinggi wajib menyampaikan data dan informasi
penyelenggaraan perguruan tinggi untuk disimpan dalam PD Dikti, serta
memastikan kebenaran dan ketepatannya. Ketentuan lebih lanjut tentang
PD Dikti ini selain ditetapkan dalam Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016
Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti), juga
diatur secara khusus dalam Permenristekdikti No. 61 Tahun 2016
Tentang Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti).
Penetapan standar mutu oleh Pemerintah mungkin juga berubah
menyesuaikan dengan perkembangan pendidikan tinggi secara

17
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
internasional dan cenderung semakin tinggi agar segera dapat mengejar
ketertinggalan dengan PT luar negeri. Saat ini Pemerintah melalui
Kemenristek Dikti telah mengeluarkan Peraturan tentang Standar
Nasional Perguruan Tinggi (SN DIKTI) yaitu Permenristek Dikti No 44
tahun 2015. Pemerintah juga sudah mengeluarkan Perpres nomor 08
tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang
harus juga menjadi acuan penjaminan mutu PT.

2. Prinsip penjaminan mutu PT


Ada tiga prinsip utama dalam upaya melakukan penjaminan mutu
perguruan tinggi, yaitu konsistensi, meningkat berkelanjutan (continuous
improvement), dan pembudayaan. Penjaminan mutu diartikan sebagai
upaya pencapaian standar mutu (current standard) yang ditetapkan
sebelumnya secara konsisten sampai standar tersebut tercapai. Prinsip
konsisten ini dapat dipenuhi bila PT memiliki bagian yang secara khusus
melakukan penjaminan mutu di dalam PT tersebut. Beberapa PT telah
memiliki bagian khusus dalam bentuk Kantor Penjaminan Mutu, Pusat
Penjaminan Mutu, atau Lembaga Penjaminan Mutu dan lainnya yang
melakukan penjaminan mutu internal. Institusi penjaminan mutu internal
ini akan mengelola penjaminan mutu dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian upaya pencapaian
mutu.
Prinsip maju berkelanjutan mempunyai makna bahwa penjaminan
mutu itu tidak bersifat final dengan standar mutu yang ditetapkan saat ini.
Ada standar mutu yang seharusnya dicapai agar prodi dinyatakan
berkualitas yaitu standar mutu ideal. Pencapaian standar mutu harus
dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Prodi atau institusi diberi
kebebasan untuk menentukan tahapan standar mutu sampai mencapai

18
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
standar mutu ideal. Yang perlu diperhatikan adalah tahapan itu harus
disesuaikan dengan kondisi saat ini (base line).
Proses penjaminan mutu adalah proses pembudayaan komunitas
PT untuk memiliki budaya mutu. Budaya dari komunitas prodi atau
institusi biasanya belum kompatibel dengan sistem penjaminan mutu.
Sistem ini memerlukan budaya mutu yang harus ditumbuhkan dalam
komunitas prodi. Pembentukan budaya adalah upaya pembiasaan yang
biasanya memerlukan waktu yang lama. Dengan prinsip pertama
(consistency) dan kedua (continuous improvement) maka prinsip
pembudayaan mutu akan dengan mudah tumbuh dalam komunitas prodi.
Pentahapan dan penjejangan dalam pencapaian standar mutu PT
bukan hanya mencapai standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah
saat ini, tetapi PT juga dapat mengacu pada standar mutu internasional
meskipun pemerintah tidak menetapkan. Dengan kata lain pencapaian
standar mutu PT dapat melampaui standar mutu yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Pada dasarnya upaya peningkatan mutu adalah upaya
pembentukan budaya mutu agar dapat keberlanjutan upaya penjaminan
mutu terus dapat dilakukan. Budaya mutu dapat terbangun melalui proses
penjaminan mutu secara internal oleh perguruan tinggi sendiri dan secara
periodik dikendalikan atau diaudit dari institusi independen di luar
perguruan tinggi, agar hasilnya objektif.

3. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Sistem Penjaminan Mutu


Pendidikan Tinggi
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) adalah
kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara

19
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
berencana dan berkelanjutan. SPM Dikti terdiri atas 3 (tiga) sub sistem,
yaitu:
1) Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI),
2) Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) atau Akreditasi, dan
3) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti).
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah kegiatan sistemik
penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara
otonom atau mandiri untuk mengendalikan dan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Setiap perguruan tinggi dapat mengembangkan sendiri SPMI antara lain
sesuai dengan latar belakang sejarah, nilai dasar yang menjiwai pendirian
perguruan tinggi itu, jumlah program studi dan sumber daya manusia,
sarana dan prasarana perguruan tinggi tersebut tanpa campur tangan
pihak lain.
SPMI dilakukan untuk mencapai (a) kepatuhan terhadap kebijakan
akademik, standar akademik, peraturan akademik, dan manual mutu
akademik, (b) kepastian bahwa lulusan memiliki kompetensi sesuai
dengan yang ditetapkan di setiap program studi, (c) kepastian bahwa
setiap mahasiswa memiliki pengalaman belajar sesuai dengan spesifikasi
program studi, dan (d) relevansi program pendidikan dan penelitian
dengan tuntutan masyarakat dan stakeholders lainnya.
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) adalah kegiatan
penilaian melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat
pencapaian mutu program studi dan perguruan tinggi.
PD Dikti merupakan kumpulan data penyelenggaraan pendidikan
tinggi seluruh perguruan tinggi yang terintegrasi secara nasional. PD Dikti
berfungsi sebagai sumber data dan informasi bagi:

20
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
1) LAM (Lembaga Akreditasi Mandiri) dan BAN-PT untuk melakukan
akreditasi program studi dan perguruan tinggi sesuai dengan
kewenangan masing-masing;
2) Pemerintah, untuk melakukan pengaturan, perencanaan,
pengawasan, pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan
koordinasi program studi dan perguruan tinggi; dan
3) Masyarakat, untuk mengetahui kinerja program studi dan perguruan
tinggi

Secara ringkas hubungan antara SPMI, SPME dan PD Dikti dalam


proses penjaminan mutu pendidikan tergambarkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara SPMI, SPME dan PD Dikti


Tujuan SPM Dikti adalah untuk menjamin pemenuhan Standar Dikti
secara sistemik dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang
Budaya Mutu di setiap perguruan tinggi di Indonesia.
Fungsi SPM Dikti adalah mengendalikan penyelenggaraan
pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan
pendidikan tinggi yang bermutu.

21
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

4. Tugas Perguruan tinggi dalam mengimplementasikan SPMI


Perguruan Tinggi bertugas menerapkan SPMI yang meliputi tahap-
tahap Penetapan Standar Dikti, Pelaksanaan Standar Dikti, Evaluasi
pelaksanaan Standar Dikti, Pengendalian pelaksanaan Standar Dikti, dan
Peningkatan Standar Dikti secara berkelanjutan. Sesuai dengan istilah
‘internal’ di dalam SPMI, kelima langkah tersebut harus dilaksanakan
secara internal oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi mengimplementasikan SPMI dengan melakukan
kegiatan-kegiatan berikut.
a. menetapkan pengelolaan SPMI, dengan memilih salah satu model
sebagai berikut:
1) membentuk Unit/Lembaga Penjaminan Mutu untuk
mengimplementasikan SPMI;
2) mengintegrasikan implementasi SPMI pada manajemen
perguruan tinggi; atau
3) kombinasi antara model pertama dan model kedua (setelah
SPMI menjadi budaya mutu, unit/lembaga penjaminan mutu
dihapuskan dan SPMI terintegrasi dalam manajemen
perguruan tinggi);

b. menyusun dokumen yang diperlukan untuk mengimplementasi-kan


SPMI di Perguruan Tinggi yang bersangkutan;
c. membentuk dan mengelola PD Dikti tingkat perguruan tinggi; dan
d. mengimplementasikan SPMI dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan (internal stakeholders) di dalam perguruan tinggi yang
bersangkutan.

22
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
B. Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
Mekanisme pelaksanaan proses penjaminan mutu perguruan tinggi
dapat dilihat pada Gambar 3.

AQRF= ASEAN Qualification Reference Framework


Gambar 3. Mekanisme Proses Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Kemenristekdikti memberikan tugas penyusunan Draft Standar Nasional


Perguruan Tinggi kepada Badan Standar Nasional Pendidikan
berdasarkan Standar Kualifikasi Nasional. Selanjutnya Draft SN DIKTI
diserahkan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk disahkan dan
SN DIKTI dijadikan acuan oleh perguruan tinggi untuk mengelola dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setiap perguruan tinggi
diharuskan menyelenggarakan Sistem Penjaminan Mutu Internal dan
melaporkannya ke Kemendikbud-Ditjen Dikti yang selanjutnya
menugaskan BAN-PT untuk melakukan proses akreditasi dan
mengumumkan status akreditasi perguruan tinggi tersebut.

23
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
1. Penjaminan Mutu Internal
Kegiatan penjaminan mutu perguruan tinggi internal dimaksudkan
untuk menciptakan budaya dan kebiasaan mutu yang dilakukan oleh
perguruan tinggi sendiri (internally driven) dan untuk menjamin
keberlanjutan upaya tersebut (continuous improvement).
SPMI di suatu perguruan tinggi direncanakan, dilaksanakan,
dievaluasi, dikendalikan, dan dikembangkan oleh perguruan tinggi. Hal ini
secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) Permenristekdikti No.
62 Tahun 2016 Tentang SPM Dikti. Secara ringkas, tahapan
implementasi tersebut disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses Penjaminan Mutu Internal

Sekalipun setiap perguruan tinggi dapat mengembangkan SPMI


secara otonom atau mandiri, namun terdapat hal mendasar yang harus
ada di dalam SPMI setiap perguruan tinggi. Di dalam Pasal 52 ayat (2)
UU Dikti disebutkan bahwa penjaminan mutu dilakukan melalui 5 (lima)
langkah utama siklus SPMI yang disingkat PPEPP, yaitu Penetapan,

24
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan Standar Dikti.
Hal ini berarti bahwa kelima langkah utama tersebut harus ada dalam
melaksanakan SPMI, bahkan merupakan inti dari SPMI di setiap
perguruan tinggi.
Merujuk pada Gambar 4, perencanaan SPMI merupakan tahap
penetapan standar dalam siklus PPEPP, yang didokumentasikan
menjadi 4 dokumen SPMI. Diawali dengan penetapan dokumen kebijakan
yakni dokumen tertulis yang berisi uraian secara garis besar tentang
bagaimana suatu Perguruan Tinggi memahami, merancang dan
mengimplementasikan SPMI Perguruan Tinggi dalam penyelenggaraan
pendidikan tinggi, sehingga terwujud budaya mutu pada Perguruan Tinggi
tersebut. Dokumen ini bermanfaat untuk:
a) menjelaskan kepada para pemangku kepentingan PT (internal
dan eksternal) tentang SPMI PT yang bersangkutan secara
ringkas, padat, namun utuh dan menyeluruh;
b) menjadi dasar atau “payung” bagi pelaksanaan SPMI PT secara
sistemik dan terstruktur;
c) membuktikan bahwa PT telah memiliki dan mengimplemen-
tasikan SPMI sebagaimana diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan

Dokumen kedua adalah dokumen manual mutu yang merupakan


petunjuk praktis mengenai cara, langkah, atau prosedur tentang
bagaimana setiap standar dalam SPMI PT dirumuskan/ditetapkan,
dilaksanakan, dievaluasi, dikendalikan, dan ditingkatkan secara
berkelanjutan, oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
melaksanakannya pada semua aras dalam PT. Dokumen ini mencakup

25
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
manual penetapan standar, manual pelaksanaan standar, manual
pengendalian pelaksanaan standar dan manual peningkatan standar.
Dokumen ketiga adalah dokumen standar mutu, yang meliputi SN
Dikti yang ditetapkan oleh permenristekdikti dan standar pendidikan tinggi
melampaui SN Dikti yang ditetapkan oleh Perguruan tinggi. Standar Dikti
yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi yang harus ‘melampaui’ SN Dikti
ditentukan oleh Visi Perguruan Tinggi. Pengertian ‘melampaui’ atau
‘dilampaui’ meliputi dua hal, yaitu:
a. melebihi atau dilebihi secara ‘kuantitatif’, dan/atau
b. melebihi atau dilebihi secara ‘kualitatif’.
Kedua jenis standar diturunkan menjadi standar-standar turunan yakni
standar-standar yang ditetapkan secara lebih spesifik pada level yang
lebih rendah untuk menjamin terpenuhinya standar induk pada level yang
lebih tinggi (lebih luas).
Perguruan tinggi dalam menetapkan Standar mutu hendaknya
memperhatikan pedoman sebagai berikut:
a) menjadikan peraturan perundang-undangan (mulai dari UU, PP,
Peraturan Menteri) dan peraturan internal sebagai rambu-rambu yang
harus ditaati;
b) mempelajari dan menginternalisasi SN-Dikti sebagai kriteria minimal;
c) menjadikan Visi, Misi, dan Tujuan institusi sebagai acuan dan sumber
inspirasi;
d) memperhatikan masukan dan saran dari pemangku kepentingan
eksternal PT yaitu pengguna lulusan, asosiasi profesi, alumni, orang
tua / wali mahasiswa, dan masyarakat luas, sebagai bahan
pertimbangan;
e) Melibatkan pemangku kepentingan internal PT seperti dosen, tenaga
kependidikan, dan mahasiswa; dan

26
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
f) menggunakan berbagai standar dalam SPMI dari PT terkemuka,
lembaga akreditasi PT yang kredibel, atau asosiasi beberapa PT, baik
dari dalam maupun luar negeri.
Dokumen keempat adalah dokumen formulir mutu. Setiap standar
membutuhkan beberapa formulir sebagai alat untuk
memenuhi/melengkapi apa-apa yang diaturnya. Misalnya standar
rekruitasi dan seleksi calon mahasiswa membutuhkan formulir:
pengumuman penerimaan calon mahasiswa, daftar calon mahasiswa,
daftar hadir selesksi, formulir daftar ulang, dan lain-lain. Dengan formulir-
formulir tersebut akan menjadi bukti bahwa standar tersebut telah
dilaksanakan.
Tahap kedua pada siklus SPMI adalah pelaksanaan standar. Pada
tahap ini, setiap standar yang telah ditetapkan dilaksanakan dalam
tahapan seperti ditunjukkan pada gambar 4. Artinya, tahap-tahap
pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pengendalian, serta peningkatan selalu digunakan pada tahap
pelaksanaan standar beserta turunan-turunannya.
Tahap ketiga pada siklus SPMI adalah evaluasi. Evaluasi bersifat
diagnostik dan formatif dilakukan melalui monitoring dan evaluasi diri oleh
pejabat struktural/atasan. Evaluasi bersifat sumatif dilakukan melalui
audit mutu internal (AMI) oleh auditor mutu internal dan juga melalui
akreditasi.
Audit Mutu Internal (AMI) merupakan kegiatan untuk memeriksa
tentang pemenuhan Standar Dikti pada Tahap Pelaksanaan Standar Dikti
(ketika Standar Dikti dilaksanakan). Hasil Audit Mutu Internal akan
menunjukkan evaluasi pelaksanaan Standar Dikti yang dapat terdiri atas
4 alternatif capaian, yaitu a) mencapai; b) melampaui; c) belum mencapai;
dan d) menyimpang dari Standar Dikti yang telah ditetapkan.

27
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
Hasil audit mutu internal akan dijadikan dasar bagi PT untuk
melakukan tahap pada siklus SPMI berikutnya, yaitu pengendalian
Standar Dikti. Pada tahap ini merupakan langkah untuk mengambil
tindakan penjaminan mutu. Jika standarnya belum tercapai atau
menyimpang, maka tindakan pengendalian adalah melakukan tindakan
koreksi pelaksanaan standar untuk mencapai standar. Jika standarnya
telah tercapai atau terlampaui, maka tindakannya adalah
mempertahankan pencapaian, pelampauan dan berupaya lebih
meningkatkan Standar Dikti.
Tahap akhir pada siklus SPMI adalah peningkatan standar. PPEPP
setiap Standar Dikti akan menghasilkan kaizen atau continuous quality
improvement (CQI) pada semua Standar Dikti, sehingga tercipta Budaya
Mutu.

2. Penjaminan Mutu Eksternal


Kegiatan penjaminan di perguruan tinggi selain dilakukan secara
internal melalui SPMI, juga harus dilakukan secara internal. Kegiatan
penjaminan mutu secara eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi atau lembaga mandiri lain yang diberi kewenangan oleh
Menteri. Penjaminan mutu eksternal merupakan kegiatan sistemik
penilaian kelayakan program dan/atau perguruan tinggi oleh BAN-PT
atau lembaga mandiri di luar perguruan tinggi yang diakui Pemerintah,
untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi untuk dan atas
nama masyarakat, sebagai bentuk akuntabilitas publik. Untuk
kepentingan tersebut pemerintah telah mengeluarkan Permenristekdikti
No. 32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan
Tinggi, serta peraturan BAN PT No 2 tahun 2017 tentang sistem
akreditasi nasional (SAN) pendidikan tinggi.

28
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
Kegiatan akreditasi meliputi akreditasi institusi dan akreditasi
program studi. Sementara ini kedua jenis akreditasi ini masih dilakukan
semuanya oleh BAN PT. Kedua bentuk akreditasi institusi dan program
studi merupakan kegiatan penilaian terhadap Sembilan kriteria.

C. Keterkaitan SN Dikti dalam SPMI dan kriteria akreditasi dalam


SPME
Dalam Pasal 3 ayat (1) Permenristekdikti No. 32 Tahun 2016
Tentang Aktreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi disebutkan
akreditasi dilakukan terhadap Program Studi dan Perguruan Tinggi
berdasarkan interaksi antar standar di dalam Standar Pendidikan Tinggi.
Mutu Pendidikan Tinggi selain diukur dari pemenuhan setiap Standar
PendidikanTinggi, juga harus diukur dari pemenuhan interaksi antar
standar pendidikan.
Saat ini lembaga penjamin mutu eksternal untuk PT di Indonesia
masih dilakukan oleh BAN PT. BAN PT telah mengeluarkan instrumen
akreditasi PT versi 3.0 (IAPT 3.0) pada akhir tahun 2018, dan instrumen
akreditasi program studi versi 4.0 (IAPS 4.0) pada April 2019. Baik IAPT
maupun IAPS menggunakan sembilan kriteria dalam menentukan
peringkat akreditasi, yaitu 1) Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi; 2) Tata
Pamong, Tata Kelola, dan Kerjasama; 3) Mahasiswa; 4) Sumber Daya
Manusia; 5) Keuangan, Sarana, dan Prasarana; 6) Pendidikan; 7)
Penelitian; 8) Pengabdian kepada Masyarakat; dan 9) Luaran dan
Capaian Tridharma. Gambar 5 menunjukkan struktur interaksi antar
kriteria tersebut.

29
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

Gambar 5. Interaksi antar kriteria akreditasi

Pada gambar 5 nampak bahwa visi misi tujuan dan strategi


mendasari elemen-elemen tata pamong-tata kelola-dan kerjasama,
mahasiswa, SDM, serta keuangan-sarana-dan prasarana. Keempat
elemen ini merupakan elemen-elemen yang harus ada dalam tridharma
PT; pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada
akhirnya, implementasi tridharma akan bermuara pada luaran dan
capaian hasil pendidikan, hasil penelitian dan hasil pengabdian kepada
masyarakat.
Luaran SPMI digunakan oleh prodi/PT sebagai bahan pengajuan
akreditasi kepada LAM dan/atau BAN-PT untuk memperoleh status
akreditasi dan peringkat terakreditasi program studi dan/atau perguruan
tinggi. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara pelaksanaan
standar Pendidikan Tinggi melalui SPMI dengan kriteria-kriteria dalam
akreditasi. Gambar 6 menunjukkan keterkaitan tersebut.

30
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Gambar 6. Keterkaitan SN Dikti dengan kriteria akreditasi

1. Visi, Misi Tujuan dan Strategi


Organisasi yang baik harus memiliki visi, misi, dan tujuan dan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Visi, misi dan tujuan serta
stretagi pencapaiannya harus bisa dijelaskan pada laporan evaluasi diri
(LED). Demikian pula prosedur penyusunannya dan strategi
pencapaiannya, mekanisme perumusan visi, misi, dan tujuan. Pimpinan
prodi, dosen, karyawan, dan dosen memiliki akses informasi yang sama
mengenai visi, misi, dan tujuan prodi agar prodi dapat bergerak maju
dengan irama yang sama. Stakeholders juga perlu mendapatkan
informasi tentang visi, misi, dan tujuan agar mereka mengetahuinya
sehingg hubungan dengan mereka tidak ada hambatan. Melalui media
sosialisasi yang baik maka semua yang terlibat dalam organisasi dan
stakeholders dijangkau dengan baik.
2. Tata Pamong Tata Kelola, dan Kerjasama
Kriteria yang kedua adalah tata pamong(governance), Tata Kelola,
dan Kerjasama. BAN PT memandang perlu tata pamong ini ditetapkan

31
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
sebagai salah satu aspek yang dinilai. Tata pamong program studi harus
mencerminkan pelaksanaan good university governance dan
mengakomodasi nilai, norma, struktur, fungsi dan aspirasi stakeholders
prodi. Kepemimpinan prodi harus mampu memberikan inspirasi, arah,
motivasi secara efektif untuk mencapai tujuan, melaksakana misi, dan
mewujudkan visi menggunakan strategi yang dikembangkan bersama.
Tata pamong yang baik dapat dilihat dari lima indikator, yaitu kredibilitas,
transparansi, akuntabilitas, tanggunjawab, dan adil. Sistem tata pamong
berjalan secara efektif melalui mekanisme yang disepakati bersama,
serta dapat memelihara dan mengakomodasi semua unsur, fungsi, dan
peran dalam program studi. Tata pamong didukung dengan budaya
organisasi yang dicerminkan dengan ada dan tegaknya aturan, tatacara
pemilihan pimpinan, etika dosen, etika mahasiswa, etika tenaga
kependidikan, sistem penghargaan dan sanksi serta pedoman dan
prosedur pelayanan (administrasi, perpustakaan, laboratorium, dan
studio). Sistem tata pamong (input, proses, output dan outcome serta
lingkungan eksternal yang menjamin terlaksananya tata pamong yang
baik) harus diformulasikan, disosialisasikan, dilaksanakan, dipantau dan
dievaluasi dengan peraturan dan prosedur yang jelas. Pelaksanaan tata
pamong harus bisa dijelaskan secara ringkas sistem dan pelaksanaan
tata pamong di program studi untuk membangun sistem tata pamong
yang kredibel, transparan, akuntabel, bertanggung jawab dan adil dalam
mewujudkan visi, melaksanakan misi, mencapai tujuan dan
melaksanakan strategi pencapaian sasaran.
Kepemimpinan memegang peran penting dalam prodi.
Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua
unsur dalam program studi, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya

32
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
organisasi yang disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan
yang tepat dan cepat.
Kepemimpinan harus futuristik dan mampu memprediksi masa
depan, merumuskan dan mengartikulasi visi yang realistik, kredibel, serta
mengkomunikasikan visi kedepan, yang menekankan pada
keharmonisan hubungan manusia dan mampu menstimulasi secara
intelektual dan arif bagi anggota untuk mewujudkan visi organisasi, serta
mampu memberikan arahan, tujuan, peran, dan tugas kepada seluruh
unsur dalam perguruan tinggi. Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan
dikenal kepemimpinan operasional, kepemimpinan organisasi, dan
kepemimpinan publik. Kepemimpinan operasional berkaitan dengan
kemampuan menjabarkan visi, misi ke dalam kegiatan operasional
program studi. Kepemimpinan organisasi berkaitan dengan pemahaman
tata kerja antar unit dalam organisasi perguruan tinggi. Kepemimpinan
publik berkaitan dengan kemampuan menjalin kerjasama dan menjadi
rujukan bagi publik.
Sistem pengelolaan fungsional dan operasional program studi
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengembangan staf,
pengawasan, pengarahan, representasi, dan penganggaran.Kualitas
sistem pengelolaan ini harus bisa dijelaskan dengan baik pada LED dan
harus didukung oleh dokumen yang memadai. Prodi yang bermutu
memiliki sistem penjaminan mutu yang baik dan dilaksanakan secara
konsisten

3. Mahasiswa
Ranah ketiga adalah kemahasiswaan dan alumni. Sistem
Rekrutmen Mahasiswa Baru mencakup kebijakan rekrutmen calon
mahasiswa baru, kriteria seleksi mahasiswa baru, sistem pengambilan

33
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
keputusan, dan prosedur penerimaan mahasiswa baru. Indikator adanya
manajeman mahasiswa dan alumni adalah keberadaan alumni dan
seberapa besar kontribusinya terhadap institusi. Misalnya ada atau
tidaknya himpunan alumni, jika memiliki, perlu dijelaskan spesifikasi
konstribusinya misalnya: jenis partisipasi (dana, fasilitas, masukan untuk
perbaikan proses pembelajaran, pengembangan jejaring) dan hasil
kegiatan dari himpunan alumni untuk kemajuan program studi.
4. Sumber Daya Manusia
Ada dua macam SDM, yaitu dosen dan karyawan non dosen
atau tenaga kependidikan. Demikian juga untuk dosen biasanya ada dua
katagori, yaitu dosen tetap dan dosen tidak tetap. Pengertian dosen tetap
menurut BAN-PT adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai
tenaga tetap pada PT yang bersangkutan; termasuk dosen penugasan
Kopertis, dan dosen yayasan pada PTS dalam bidang yang relevan
dengan keahlian bidang studinya. Seorang dosen hanya dapat menjadi
dosen tetap pada satu perguruan tinggi, dan mempunyai penugasan kerja
36 jam/minggu.
Sistem rekrutmen (termasuk persyaratan akademik dan
pengalaman), penempatan, pembinaan, pengembangan dan
pemberhentian dosen dan tenaga kependidikan untuk menjamin mutu
penyelenggaraan program akademik. Mekanisme perekrutan dosen dan
tenaga kependidikan prodi PT harus memenuhi persyaratan kualifikasi
yang ditentukan oleh undang-undang.
5. Keuangan, Sarana, dan Prasarana
Keterlibatan aktif program studi harus tercerminkan dalam dokumen
tentang proses perencanaan, pengelolaan dan pelaporan serta
pertanggungjawaban penggunaan dana kepada pemangku kepentingan
melalui mekanisme yang transparan dan akuntabel. Bagaimana

34
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
keterlibatan program studi dalam perencanaan anggaran dan
pengelolaan dana. Biasanya satuan dan besaran biaya diminta untuk
melaporkan pada kondisi tiga tahun terakhir untuk melihat
kecenderungan dan dinamika perubahan terkait dengan biaya. Jenis
pemasukan dapat dikategorikan sebagai perolehan prodi, usaha sendiri,
kontribusi mahasiswa, alumni, pemerintah pusat atau sumber dana yang
berasal dari swasta.
Biaya pada PT biasanya dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah
operasional pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Dana operasional program studi harus mencakup gaji
dosen/karyawan, upah dan pembelian bahan. Biasanya biasa
operasional harus dilaporkan periode 3 tahun terakhir. Dana penelitian
dapat berasal dari diri peneliti, dari prodi atau PT, sponsor, atau hibah dari
pemerintah pusat.
Prasarana mencakup ruang kuliah, ruang dosen, dan ruang tenaga
kependidikan. Berbagai ukuran ruang institusi yang memiliki standar mutu
baik biasanya terpenuhi kecukupan ruang dosen untuk satu ruang yang
diperuntukkan bagi lebih dari 4 dosen, 3-4 dosen; satu ruang untuk 2
dosen, satu ruang untuk 1 dosen bukan pejabat.
Sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor yang
mendukung keberhasilan pencapaian proses pembelajaran, termasuk
membentuk suasana akademik yang baik. Misalnya ketersediaan
laboratorium, ruang kerja mahasiswa, ruang seminar, perpustakaan,
common room, sarana olah raga, seni, dan ibadah. Selain itu juga perlu
sarana jumlah dan variasi buku yang tersedia di perpustakaan, koleksi
jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional, komputer,
sarana olah raga dan seni.

35
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
Pada era informasi seperti sekarang ini fasilitas akses internet yang
mudah dan lancar untuk keperluan bidang akademik harus menjadi
prioritas pengadaan prasarana. Ukuran fasilitas internet berupa besarnya
bandwidth dapat menunjukkan kualitas prasarana modern dan
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan pada era informasi.

6. Pendidikan
Banyak hal yang harus dideskripsikan yang menyangkut latar
belakang, tujuan, dan rasional atas strategi pencapaian standar
perguruan tinggi dalam bidang pendidikan dan proses pendidikan.
Cakupan deskripsi meliputi kurikulum, pembelajaran (karakteristik proses
pembelajaran, rencana proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, monitoring dan evaluasi proses pembelajaran, dan
penilaian pembelajaran), integrasi kegiatan penelitian dan PkM dalam
pembelajaran, dan suasana akademik yang didasarkan atas analisis
internal dan eksternal, serta posisi dan daya saing program studi.
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi, bahan kajian, maupun bahan pelajaran serta
cara penyampaiannya, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Kurikulum
memuat standar kompetensi lulusan yang terstruktur dalam kompetensi
utama, pendukung dan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan,
terlaksananya misi, dan terwujudnya visi program studi. Kurikulum
memuat mata kuliah/modul/blok yang mendukung pencapaian
kompetensi lulusan dan memberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk
memperluas wawasan dan memperdalam keahlian sesuai dengan
minatnya, serta dilengkapi dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok,
silabus, rencana pembelajaran dan evaluasi.

36
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
Kurikulum PT harus dirancang berdasarkan relevansinya dengan
tujuan, cakupan dan kedalaman materi, pengorganisasian yang
mendorong terbentuknya hard skills dan keterampilan kepribadian dan
perilaku (softskills) yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan
kondisi. Kurikulum memuat deskripsi secara ringkas kompetensi lulusan
(kompetensi utama, kompetensi pendukung, kompetensi lainnya) dengan
merujuk pada peraturan yang berlaku (KKNI). Mekanisme peninjauan
kurikulum prodi harus dilakukan sesuai dengan konsep dan teori yang
benar termasuk dalam hal ini periode peninjauan, mekanisme peninjauan
kurikulum dan semua pihak yang seharusnya dilibatkan dalam
pengembangan kurikulum.
Pelaksanaan sistem pembelajaran dibangun berdasarkan
perencanaan yang relevan dengan tujuan, ranah belajar dan hierarkinya.
Pembelajaran dilaksanakan menggunakan berbagai strategi dan teknik
yang menantang, mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis,
bereksplorasi, berkreasi dan bereksperimen dengan memanfaatkan
berbagai sumber. Pelaksanaan pembelajaran memiliki mekanisme untuk
memonitor, mengkaji, dan memperbaiki secara periodik kegiatan
perkuliahan (kehadiran dosen dan mahasiswa), penyusunan materi
perkuliahan, serta penilaian hasil belajar.
Suasana akademik yang kondusif dapat mendukung proses
pembelajaran dan diharapkan dapat membantu penyelesaian studi
mahasiswa. Suasana akademik di PT mencakup otonomi keilmuan,
kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan interaksi serta
kemitraan dosn-mahasiswa. Suasana akademik juga harus didukung oleh
budaya ilmiah misalnya seminar, simposium, lokakarya, bedah buku,
penelitian bersama, dan pengenalan kehidupan di kampus.

37
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
7. Penelitian
Kebijakan PT/prodi dalam hal standar penelitian yang meliputi latar
belakang, tujuan, dan rasional atas strategi pencapaian merupakan hal-
hal pokok yang harus dapat ditemui pada bagian ini. Proses yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelaporan
penelitian yang didasarkan atas analisis internal dan eksternal, serta
posisi dan keunggulan pada bidang keilmuan program studi adalah poin-
poin vital yang akan menjadi rujukan BAN PT dalam menilai kualitas
penelitian prodi.
PT/Prodi harus dapat menunjukkan adanya dokumen formal
kebijakan dan standar penelitian yang mendorong adanya keterlibatan
mahasiswa program studi dalam penelitian dosen. Kebijakan penelitian
juga harus memastikan adanya peta jalan penelitian yang memayungi
tema penelitian dosen dan mahasiswa.
PT/Prodi melakukan analisis keberhasilan dan/atau
ketidakberhasilan pencapaian standar penelitian yang telah ditetapkan.
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan hasilnya
dianalisis serta dievaluasi. Analisis terhadap capaian kinerja harus
mencakup identifikasi akar masalah, faktor pendukung keberhasilan dan
faktor penghambat ketercapaian standar, dan deskripsi singkat tindak
lanjut yang akan dilakukan.
8. Pengabdian kepada Masyarakat
Perguruan tinggi memiliki rumusan yang jelas tentang latar
belakang, tujuan, dan rasional atas strategi pencapaian standar
pengabdian kepada masyarakat (PkM). Proses perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan pelaporan PkM yang didasarkan atas
analisis internal dan eksternal, serta posisi dan keunggulan pada bidang
keilmuan program studi secara eksplisit dijelaskan. Keberhasilan strategi

38
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
pencapaian didukung dengan adanya sumber daya yang dialokasikan
untuk mencapai standar yang telah ditetapkan serta mekanisme kontrol
ketercapaiannya.
Prodi dan PT harus memiliki kebijakan dan standar PkM yang
mendorong adanya keterlibatan mahasiswa program studi dalam PkM
dosen yang dibuktikan dengan dokumen formal. Kebijakan PkM juga
harus memastikan adanya peta jalan PkM yang memayungi tema PkM
dosen dan mahasiswa.
Pencapaian standar PkM dianalisis untuk mendapatkan data
tentang identifikasi akar masalah, faktor pendukung keberhasilan dan
faktor penghambat ketercapaian standar, dan rencana tindak lanjut yang
akan dilakukan. Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat,
dan hasilnya dianalisis serta dievaluasi.

9. Luaran dan Capaian Tridharma


Kinerja dharma pendidikan diukur berdasarkan keberadaan dan
implementasi sistem yang menghasilkan data luaran dan capaian
pendidikan. Prodi menggunakan metoda yang sahih untuk mengukur
capaian pembelajaran lulusan, prestasi mahasiswa, efektivitas dan
produktivitas pendidikan, daya saing lulusan, serta kinerja lulusan.
Luaran dharma pendidikan mencakup analisis pemenuhan capaian
pembelajaran program studi, yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan capaian pembelajaran lulusan dari waktu ke waktu.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian prodi adalah IPK mahasiswa,
capaian prestasi mahasiswa akademik dan non akademik, efektivitas dan
produktivitas pendidikan, daya saing lulusan dan kinerja lulusan.
Luaran dharma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
meliputi publikasi ilmiah, pagelaran/pameran, karya ilmiah yang disitasi,

39
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
produk/jasa, serta luaran lain. Kesemua luaran tersebut adalah yang
dihasilkan oleh mahasiswa dalam proses pendidikan, baik secara mandiri
atau bersama dosen tetap prodi.
Capaian kinerja dalam luaran dharma PT ini harus diukur dengan
metoda yang tepat, dan hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis
terhadap capaian kinerja harus mencakup identifikasi akar masalah,
faktor pendukung keberhasilan dan faktor penghambat ketercapaian
standar, yang kemudian memunculkan rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan.

D. Peran Dosen dalam Penjaminan Mutu


Dosen merupakan komponen penting dalam penjaminan mutu
pendidikan tinggi. Dalam SN dikti, Pasal 27 disebutkan bahwa dosen
wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan
pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran. Kualifikasi
akademik merupakan tingkat pendidikan paling rendah. Sedangkan
kompetensi pendidik dinyatakan dengan sertifikat pendidik, dan/atau
sertifikat profesi. Dalam proses akreditasi, komponen penilaian terhadap
dosen masuk dalam elemen standar 4, yaitu sumber daya manusia.
Ada dua kategori dosen, yaitu dosen tetap dan dosen tidak tetap.
Dosen tetap adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai
tenaga tetap pada PT yang bersangkutan; termasuk dosen penugasan
Kopertis, dan dosen yayasan pada PTS dalam bidang yang relevan
dengan keahlian bidang studinya. Seorang dosen hanya dapat menjadi
dosen tetap pada satu perguruan tinggi, dan mempunyai penugasan kerja
minimum 36 jam/minggu. Selanjutnya dosen tetap dipilah dalam 2

40
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
kelompok, yaitu: dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan PS
dan dosen tetap yang bidang keahliannya di luar PS.
Pada penilaian akreditasi, terdapat enam elemen dalam penilaian
SDM, yaitu:
1. Efektivitas sistem seleksi, perekrutan, penempatan,
pengembangan, retensi, dan pemberhentian dosen dan tenaga
kependidikan untuk menjamin mutu penyelenggaraan program
akademik,
2. Sistem monitoring dan evaluasi, serta rekam jejak kinerja dosen
dan tenaga kependidikan
3. Kualifikasi akademik, kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional), dan jumlah (rasio dosen mahasiswa, jabatan
akademik) dosen tetap dan tidak tetap (dosen matakuliah, dosen
tamu, dosen luar biasa dan/atau pakar, sesuai dengan
kebutuhan) untuk menjamin mutu program akademik.
4. Jumlah, kualifikasi, dan pelaksanaan tugas Dosen Tidak Tetap
5. Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam tiga
tahun terakhir
6. Jumlah, rasio, kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga
kependidikan (pustakawan, laboran, analis, teknisi, operator,
programer, staf administrasi, dan/atau staf pendukung
lainnya)untuk menjamin mutu penyelenggaraan program studi.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka jelas peran dosen dalam
penjaminan mutu PT adalah dengan meningkatkan kualifikasi akademik,
kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional). Prodi dan
PT juga harus memperhatikan jumlah rasio (dosen mahasiswa, jabatan
akademik) dosen tetap dan tidak tetap.

41
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

42
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
BAB
PENUTUP

A. Penutup
Proses penjaminan mutu suatu perguruan tinggi dilakukan melalui
dua sistem, yaitu sistem penjaminan mutu internal dan sistem penjaminan
mutu eksternal. Sistem penjaminan mutu internal dilakukan oleh
perguruan tinggi secara mandiri. Sedangkan sistem penjaminan mutu
eksternal dilakukan melalui proses akreditasi.
Ada dua macam akreditasi, yaitu akreditasi institusi dan akreditasi
program studi. Sementara ini kedua macam akreditasi masih
dilaksanakan oleh BAN-PT, ke depan direncanakan akreditasi program
studi akan dilaksanakan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri. Ada sebanyak
sembilan kriteria penilaian akreditasi yang diukur dari interaksi antar SN
Dikti dengan Standar Dikti yang ditetapkan oleh PT. Saat ini hasil akhir
dari proses akreditasi disebutkan dalam bentuk status akreditasi dan
dikategorikan dalam tingkatan: terakreditasi Unggul, Baik Sekali, Baik
atau tidak terakreditasi.
Untuk menunjang kegiatan penjaminan mutu internal di perguruan
tinggi, khususnya peran dosen yang perlu diperhatikan adalah
pemenuhan tri dharma perguruan tinggi yang meliputi kegiatan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

43
Dr. Sri Andayani, M.Kom.
B. Latihan
1. Mengapa perlu sistem penjaminan mutu untuk PT? Apakah
urgensinya? Andaikata penjaminan mutu tidak ada apa yang akan
terjadi?
2. Dapatkah sistem penjaminan mutu mengantarkan komunitas yang
terlibat mencapai mutu yang ideal yang diharapkan? Jelaskan
alasan atas jawaban anda!
3. Sebutkan prinsip-prinsip sistem penjaminan mutu PT dan jelaskan
masing-masing prinsip tersebut.
4. Perguruan tinggi memiliki peranan yang strategis dalam
mnyiapkan SDM untuk pembangunan Indonesia saat ini dan masa
datang. Berilah alasan secara singkat dan jelas mengapa
demikian.
5. Sistem penjaminan mutu PT terdiri dari sistem penjaminan internal
dan eksternal. Institusi penjamin mutu PT eksternal sementara ini
dilakukan oleh BAN-PT. Sebutkan lingkup dan ranah kegiatan PT
yang menjadi fokus asesmen dari BAN-PT.

Daftar Pustaka

44
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 62


Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44


Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Tim Pengembang SPMI –Direktorat Penjaminan Mutu Direktorat Jenderal


Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2019. Kebijakan Nasional
SPM Dikti dan SPMI.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal


Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Penjaminan Mutu
2018, Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal.

45
Dr. Sri Andayani, M.Kom.

46

Anda mungkin juga menyukai