Anda di halaman 1dari 42

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

SKENARIO 1

Disusun oleh : Kelompok 6

1. PUTU TEJA LAKSANA N. 07700137


2. GUSTI AYU ANITA H. 07700139
3. DITTO DWI LAKSONO S.U. 07700141
4. INDAH REGINA MARTHA F. 07700145
5. LUH PUTU MITHA YULANDARI 07700147
6. MARETHA DEWI A.S. 07700149
7. MADE ADITHA DHARMA D. 07700151
8. ROSA IKA YAYUNANI 07700153
9. NI LUH MADE PUSPITA S. 07700155
10. I MADE DWI SURYA WIBAWA 07700157
11. CHAIRUL RIJAL AW 07700159
PEMBIMBING TUTOR : dr. Titik

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2009/2010

1
KATA PENGANTAR

Segenap rasa puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah dan hasil diskusi
PBL kelompok kami selesai tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini disajikan beberapa hasil diskusi terkait dengan skenario 1
yaitu “perdarahan pervaginam”. Serta beberapa klarifikasi istilah dan pembahasan
masalah skenario 1 yang menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa kedokteran
dalam penegakan diagnosis mulai dari proses anamnesa hingga tercapainya suatu
hipotesa akhir. Di mana, akan disajikan juga beberapa penatalaksanaan dari kasus
tersebut.

Diharapkan semoga hasil diskusi kelompok kami yang berbentuk makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.

Akhir kata, “Tidak ada gading yang tak retak”. Kami sadar akan kekurangan
kami dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, baik itu rekan – rekan, tutor serta para narasumber.

Surabaya, november

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I
SKENARIO....................................................................................................................4
BAB II
KATA KUNCI...............................................................................................................5
BAB III
MINIMAL PROBLEM..................................................................................................6
BAB IV
POKOK BAHASAN......................................................................................................7
BAB V
PEMBAHASAN............................................................................................................9
5.1. KLARIFIKASI ISTILAH...............................................................................9
5.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI UROGENITAL WANITA..........................10
GENITALIA EKSTERNA..................................................................................11
GENITALIA INTERNA......................................................................................13
POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI...............................................16
HORMON-HORMON REPRODUKSI...............................................................17
BAB VI
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS DAN ANALISIS......................................................24
BAB VII
MEKANISME DIAGNOSIS.......................................................................................30
BAB VIII
DIAGNOSIS AKHIR...................................................................................................33
BAB IX
PENATALAKSANAAN & TERAPI..........................................................................39
BAB X
PROGNOSIS dan KOMPLIKASI...............................................................................41
BAB XII
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................42

3
BAB I

SKENARIO

Seorang wanita berusia 35 tahun, P2G2, mengalami perdarahan selama 2


minggu, dan setiap hari ia harus ganti 5-6 pembalut dan dismenorea. Pasien
mengatakan seperti ada benjolan yang mengeras dalam perutnya. Menurut suaminya,
pasien semakin pucat.

4
BAB II

KATA KUNCI

1. P2G2
2. Perdarahan
3. Dismenorea
4. Benjolan yang mengeras
5. Pucat

5
BAB III

MINIMAL PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan perdarahan


2. Penyakit apa saja yang bisa mengakibatkan perdarahan
3. Pada kasus ini, bagaimana cara diagnosa pastinya
4. Tanda-tanda apa saja yang bisa dijelaskan kepada keluarga/suaminya untuk
merujuk? Bagaimana cara menjelaskannya?
5. Kemungkinan diagnosanya
6. Differential diagnosis dari penyakit ini
7. Pemeriksaan laboratorium apa saja yang diperlukan

6
BAB IV

POKOK BAHASAN

1. Anatomi dan fisiologi urogenital wanita


2. Gangguan yang menyebabkan gejala perdarahan

7
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. KLARIFIKASI ISTILAH


5.1.1. P2G2
Suatu istilah yang menyatakan bahwa pasien sudah pernah hamil 2
kali dan melahirkan 2 kali.
5.1.2. Perdarahan
Suatu kejadian dimana terdapatnya saluran pembuluh darah yang
putus atau pecah (arteri, vena ataupun kapiler) akibat suatu trauma, dapat
terjadi pada pembuluh darah bagian luar maupun bagian dalam. Untuk
membedakan pembuluh vena ataupun arteri melihat warna maupun sifat
perdarahannya seperti untuk pembuluh darah vena biasanya warnanya
lebih gelap dibandingkan arteri sedang unuk sifat perdarahannya,
pembuluh darah vena bila terjadinya perdarahan akan menetes atau
menitik, sedangakan untuk perdarahan pada arteri akan menyembur.
5.1.3. Dismenorea

Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian


hebatnya sehingga terkadang memaksa penderita untuk istirahat dan
bahkan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk
beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea dibagi menjadi dua
berdasarkan ada-tidaknya kelainan ginekologis, yaitu:

1. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), yaitu dismenorea


yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis.
2. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, aquaired), yaitu dismenorea yang
berkaitan dengan kelainan ginekologis, baik kelainan anatomi maupun
proses patologis pada pelvis.

5.1.4. Benjolan yang mengeras


Benjolan mengeras adalah bentukan yang bisa nampak dipermukaan
kulit atau tidak yang didalamnya terdapat bentukan massa padat.

8
5.1.5. Pucat
Pucat adalah tanda diagnostik yang dapat dilihat dari keadaan umum
pasien, biasanya terlihat pada wajah. Salah satu penyebabnya yaitu karena
tubuh kekurangan darah.

5.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI UROGENITAL WANITA

Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul.

 Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi


 Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.

Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-


hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus –
hipofisis – adrenal – ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara,
kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

9
GENITALIA EKSTERNA

Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.


Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah
perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

Labia minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris.
Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium

10
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan
duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat
lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval,
cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek
dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah
sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.

Vagina

Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di


bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan
fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal
yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi
vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari
sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan
lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah
sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi
orgasmus vaginal.

Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe

11
median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan,
kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
ruptur.

GENITALIA INTERNA

Uterus

Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus


dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot
polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam

12
rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri

Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada


ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa
otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan
sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).

Ligamenta penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,


ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.

Salping / Tuba Falopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium

13
sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal
dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars
isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan
karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya
(gambar).

Pars isthmica (proksimal/isthmus)

Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba


pengendali transfer gamet.

Pars ampularis (medial/ampula)

Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian
ini.

Pars infundibulum (distal)

Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,


melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang
keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.

Mesosalping

Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

Ovarium

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang


kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan
saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan
terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi
hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus
luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.

14
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI

Badan pineal

Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari
bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer
otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan
dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-
serabut saraf. Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi.
Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga
menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi
pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang
menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.

Hipotalamus

Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah


talamus. Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis
sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis). Menghasilkan hormon-hormon pelepas :
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone),
CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing
Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon
penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).

Pituitari / hipofisis

Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan hormon-hormon


gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan
dan pematangan folikel (FSH – Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein
(LH – luteinizing hormone). Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis
menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain.

15
Ovarium

Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel


telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari
teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-
hormon gonadotropin.

Endometrium

Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi
hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan
mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium
rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid. Jika ada pembuahan /
implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi
endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.

HORMON-HORMON REPRODUKSI

GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)

Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi


hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin
(FSH / LH ).

FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH.


Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di
ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis). Pelepasannya
periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak
ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel
granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.

LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)

Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi


memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga

16
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal
siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi
dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya
dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1
jam). Kerja sangat cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di
sel-sel Leydig testis).

Estrogen

Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal
melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan /
regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos /
osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.

Progesteron

Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian


diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada
endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan
yang optimal jika terjadi implantasi.

HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)

Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu

17
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000
mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000
mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan
produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin
juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan
sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin

Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan


produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental
Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa
laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi
gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa
amenorhea.

5.3 MEKANISME PERDARAHAN


Usia reproduksi hormonal meningkat esterogen meningkat proliferasi
sel otot polos uterus meningkat permukaan endometrium lebih luas dan tebal
vascularisasi meningkat kontraksi rahim perdarahan meningkat.

5.4. PEMERIKSAAN FISIK


Di sini kita akan membahas permasalahan yang telah kita temukan dalam
skenario1. Adapun untuk mempermudah pembahasan kita, pembahasan telah
dirincikan dalam beberapa bagian terpisah namun merupakan satu kesatuan yang
saling melengkapi dan mendukung.

Anamnesa
Identitas
Nama : Nyonya X
Umur : 35 tahun
Alamat : jln raya gunung anyar kidul 33 surabaya

18
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Keluhan utama : perdarahan pervaginam
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Perdarahan selama 2 minggu
 Ganti 5-6 pembalut per hari
 Nyeri perut
 Seperti ada benjolan yang mengeras dalam perutnya
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Tidak pernah ada riwayat penyakit ini
 Tidak ada penyakit liver
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Penyakit Sosial : -

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak lemah dan pucat
Kesadaran : komposmentis
1. Vital sign :
 Tensi : 120/70 mmHg
 Suhu : 370C
 RR : 26x/menit
 Nadi : 92x/menit
2. Kepala/Leher
 A/I/C/D : +/-/-/-
 Mata : dalam batas normal
 Hidung : dalam batas normal
 Telinga : dalam batas normal
 Mulut : dalam batas normal
 Tidak terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening
 Nafas cuping hidung (-)
 Tekanan vena jugularis normal
 Trakea ditengah

19
3. Thorax
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi : dalam batas normal
Perkusi: dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal
4. Abdomen : terdapat benjolan yang mengeras di regio suprapubik sebesar 10cm
5.Urogenital : perdarahan pervaginam selama 2 minggu
6. Ekstremitas: dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Evaluasi
Harus diarahkan terhadap penyakit yang dianggap menjadi penyebabnya.
Tes kehamilan serum atau urin adalah tes pertama dilakukan pada wanita usia
subur. Sebuah FBC berguna untuk menilai keberadaan anemia, dan harus
melakukan investigasi awal jika disuga keganasan hematologikal. Jika
penyakit sistemik dicurigai, lakukan tes laboratorium yang sesuai, misalnya,
fungsi tiroid tes untuk disfungsi tiroid, prolaktin untuk hiperprolaktinemia; tes
fungsi hati untuk kegagalan hati. Testosteron serum progesteron, bebas dan
LH dapat diindikasikan ketika tanda-tanda sindrom ovarium polikistik yang
hadir (misalnya, hirsutisme, jerawat, obesitas). PT / PTT aktif dapat
menunjukkan koagulopati tetapi belum cukup untuk mengkonfirmasi
penyebab gangguan perdarahan. Pengujian khusus untuk penyakit von
Willebrand (VWD) meliputi faktor von Willebrand antigen, ristocetin kegiatan
co-faktor, dan faktor aktivitas VIII. American College of Obstetricians dan
Gynecologists merekomendasikan pengujian VWD dalam situasi berikut:
remaja menyajikan dengan pendarahan vagina berat; sebelum terapi hormonal
dimulai; wanita dewasa dengan pendarahan vagina tanpa penyebab lain, ketika
perdarahan vagina merupakan indikasi hanya untuk histerektomi. Jika
dicurigai keguguran (misalnya, periode tidak terjawab sebelumnya, usia
reproduksi, nyeri panggul suprapubik, sehingga pendarahan vagina berat)
golongan darah rhesus ibu harus diuji untuk mengidentifikasi golongan darah
Rh-negatif. Menunjukkan kebutuhan administrasi imunoglobulin Anti-D.

20
2. Kolposkopi
Pemeriksaan Colposcopic menyediakan tampilan diperbesar leher rahim
dan jaringan vagina dan vulva. Lesi pra-ganas dan ganas dengan karakteristik
tertentu terlihat pada kolposkopi sehingga dapat terdeteksi (misalnya,
vaskularisasi abnormal, berubah putih dengan asam asetat, dan lesi exophytic
divisualisasikan pada kolposkopi adalah kriteria diagnostik kunci untuk kanker
leher rahim). Wanita dengan atau berulang persisten episode perdarahan
postcoital harus dirujuk untuk kolposkopi untuk menyingkirkan keganasan.

3. Imaging
Pencitraan rongga rahim merupakan bagian integral dari evaluasi
perdarahan vagina abnormal dan diperlukan bila lesi struktural yang
mendasari, seperti leiomyoma rahim atau polip. USG sangat membantu dalam
melihat dinding rahim dan gangguan rongga rahim seperti polip endometrium
dan fibroid. Sebuah ketebalan endometrium > 15 mm biasanya dilakukan
penilaian lebih lanjut dengan biopsi endometrium, diikuti oleh histeroskopi
dengan biopsi endometrium diarahkan jika biopsi endometrium adalah negatif.
USG transvaginal (TVUS) akan membantu untuk membedakan antara
kehamilan ektopik dan keguguran pada awal kehamilan. Hal ini juga dapat
membantu dalam diagnosis plasenta dan plasenta previa. Jika dicurigai kanker
ovarium (misalnya, keluarga sejarah kanker ovarium atau payudara, diketahui
mutasi BRCA1 atau BRCA2, tidak menggunakan sebelumnya OCP) CT
panggul dan perut dapat menilai untuk penyakit lanjut (biasanya diindikasikan
jika penyakit perut dicurigai pada pemeriksaan, misalnya , asites dan / atau
menyajikan distensi perut). MRI adalah nilai dalam mengevaluasi kelainan
struktural dicurigai seperti adenomiosis, endometriosis, dan fibroid rahim.

4. Biopsi
Biopsi endometrium dilakukan untuk mendiagnosis patologi serius yang
mendasari, seperti hiperplasia endometrium dan kanker endometrium.
Mayoritas wanita postmenopause yang hadir dengan pendarahan vagina akan
memiliki biopsi endometrium, terutama ketika USG menunjukkan menebal
endometrium (ketebalan endometrium > 15 mm), dan ketika pendarahan
berulang pada adanya riwayat terapi hormonal. Ini adalah penyelidikan hanya

21
yang pasti dapat mengkonfirmasi keberadaan kanker endometrium. Jenis
histologis endometrium dapat membantu memastikan diagnosis anovulasi
(endometrium proliferatif) atau ovulasi (endometrium sekretori) perdarahan
uterus disfungsional. Ini mungkin nilai dalam menentukan jenis pengobatan
yang sesuai. Biopsi serviks harus dilakukan jika dicurigai kanker serviks. Pada
kanker ovarium, biopsi meningkatkan resiko tumpahan sel kanker.

5. Histeroskopi
Histeroskopi dianjurkan ketika dicurigai rongga endometrium yang
patologis (misalnya, polip endometrium, leiomyoma sub-mukosa, atau kanker
endometrium). Pemeriksaan ini adalah uji diagnostik dan khusus yang paling
sensitif untuk mendiagnosis gangguan rongga rahim. Hal ini dapat dilakukan
pada pasien dengan perdarahan aktif, meskipun visualisasi yang memadai
mungkin lebih sulit. Sampling jaringan rongga endometrium kadang-kadang
ditunjukkan, terutama pada pasien dengan risiko tinggi hiperplasia
endometrium atau kanker endometrium.

6. Smear serviks
Pap serviks biasanya dianjurkan bila dicurigai cervicitis dan ketika
pemeriksaan fisik menunjukkan patologi serviks lokal.

22
BAB VI

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS DAN ANALISIS

Adapun penyakit berhubungan yang kami gunakan sebagai differential diagnosis


pada kasus ini adalah :
1. Endometriosis interna

 Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal sel-sel endometrium) yang


terbentuk di luar rahim. Endometriosis ini paling sering ditemukan pada
organ lain dari panggul, seperti di ovarium, Lig. Rotundum, tuba Falopii,
septum rektovaginal, peritoneum pelvic, dinding usus, dinding abdomen,
umbilicus, bekas luka laparotomi, limfo nodul, paru-paru, pleura.

 Epidemiologi: wanita usia reproduktif, lebih sering terjadi pada wanita


infertile dibandingkan pada wanita subur

 Penyebab pasti endometriosis belum diidentifikasi. Beberapa teori yang


menunjang, a.l.:
o Implantasi
Refluks dari endometrium haid via tuba Falopii yang masuk kembali
dan mengimplantasi peritoneum atau organ abdomen lain.
o Metaplastik
Uterus dan peritoneum sama-sama berasal dari lapisan serosa kavum
sulomik
o Limfogen atau emboli vascular

 Kebanyakan wanita dengan endometriosis tidak menunjukkan gejala, di


mana terapi tidak diperlukan. Bila ada gejala, maka gejala umum yang
dirasakan a.l.:
o Sakit di daerah panggul atau pinggang

23
o Infertilitas
o Nyeri selama atau sebelum menstruasi, dan berkurang setelah mens.
o Nyeri saat berhubungan seksual (dipareunia)
o Nyeri saat BAB / BAK
o Nyeri perut bagian bawah
o Diare dan / atau sembelit
o Perdarahan haid tidak teratur atau berat, atau
o Darah dalam urin.

 Endometriosis dapat dicurigai berdasarkan pola gejala, dan kadang-kadang


selama pemeriksaan fisik, tetapi diagnosis pasti dikonfirmasi oleh
laparoskopi.
Jadi, untuk mendiagnosa endometriosis, bisa dengan:
o Anamnesa
o Pemeriksaan fisik
o USG panggul
o Laparoskopi
o Biopsi jaringan
o Pemeriksaan histo-PA

 Pengobatan endometriosis termasuk obat dan pembedahan baik untuk


menghilangkan rasa sakit dan pengobatan infertilitas jika kehamilan
diinginkan.

 Indikasi dilakukannya operasi:


o Gejala endometriosis yang parah
o Adanya distorsi organ panggul
o Adanya obstruksi usus atau saluran kemih
2. Ca serviks

 Ca serviks adalah kanker yang menyerang bagian serviks (mulut rahim).


Kanker atau karsinoma sendiri merupakan istilah medis yang biasanya
digunakan untuk menyebut suatu massa/tumor/ benjolan yang memiliki

24
sifat ganas. Massa/tumor ini merupakan penyakit pertumbuhan sel dalam
tubuh dimana bentuknya, sifat dan juga kinetikanya berbeda dengan sel
normal tubuh lainnya. Pertumbuhan sel kanker umumnya sangat liar,
terlepas dari kendali pertumbuhan sel normal.
 Secara umum penyebab kanker dapat dibedakan menjadi 3 golongan:
1. Kelainan kongenial atau genetika (karena kerusakan gen dalam
tubuh)
2. Karsinogen (zat atau bahan yang dapat menimbulkan kanker).
o Kimiawi (karsinogen alami) :
a. organic : aflatoksin yang terdapat pada biji kacang yg
ditumbuhi jamur aspergillus bisa menyebabkan kanker hati,
nitrosamine dalam makanan dan minuman
b. inorganic : abses, cadmium, plumbum.
o Buatan manusia : bahan industri seperti cat, petrokimia, karet,
obat-obatan seperti arsen, chlornaphazine. Selain itu asam rokok
juga dapat menyebabkan kanker karena didalamnya terdapat
banyak karsinogen seperti polycyclic aromatichydrocarbon dan
aromatic amine. Hormon juga dapat menimbulkan kanker pada
beberapa organ yang pertumbuhanya dipengaruh oleh hormone
seperti payudara, uterus (rahim) dan prostat.
3. Lingkungan hidup
o Pekerjaan : laborat radiology, tambang speperti batubara, minyak
tanah
o Tempat tinggal : udara yang banyak mengandung radium, arsen,
nikel
o Gaya hidup : diet makanan, minuman keras, merokok, seringnya
terpapar sinar matahari, dll.

4. HPV (human papilomma virus) terutama varian 16 dan 18 dan


infeksi dari virus herpes simpleks varian 2.

 Faktor predesposisi

25
a. Gadis yang melakukan coitus pertama saat usianya kurang dari 17
tahun.

b. Riwayat persalinan yang tinggi/banyak (umumnya lebih dari 5 kali


melahirkan) apalagi dengan jarak persalinan yang terlampau dekat
(kurang dari 2 tahun)

c. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas)

d. Hygine seksual yang jelek (tidak menjaga kebersihan alat genital)

e. Wanita yang mengalami infeksi virus Humman Papiloma Virus

f. Wanita yang merokok.

 Terjadinya Ca Serviks

Pada dasaranya kanker terjadi karena adanya pertumbuhan sel tubuh


yang abnormal. Dalam kasus ca serviks, terjadi karena sel penyusun
serviks (sel epitel) yang normal berubah menjadi bentuk abnormal.
Secara anatomis, serviks dibagi menjadi 2 bagian yakni
eksoserviks/portio (bagian luar) dan endoserviks kanalis serviks (bagian
dalam). Masing-masing bagian itu dilapisi oleh sel penyusun yang
disebut dengan sel epitel. Pada bagian eksoserviks dilapisi oleh sel epitel
gepeng berlapis (squamous compleks), sedangkan pada endoserviks
dilapisi oleh sel epitel kuboid / silindris pendek selapis bersilia. Pada
daerah perbatasan keduanya terdapat area yang disebut “squamo-
columnar junction (SJC)”. Pada bagian peralihan inilah, sel-sel epitel itu
biasanya akan mengalami metaplasi (perubahan se menjadi abnormal)
Hal ini disebabkan karena sel-sel itu saling bertumpuk dan saling
mendesak, sehingga sel-sel tersebut bila tersensivitas bisa berubah
menjadi sel yang abnormal. Inilah yang menjadi dasar terjadinya ca
serviks.

 Penyebaran

26
Kanker serviks dapat menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya.
Penyebaran ini terjadi melalui jalur limfogen (melalui getah bening).
Sel-sel kanker ini akan masuk ke getah bening dan selanjutnya akan ikut
peredaran dari getah bening ini.Penyebaran ke area sekitar juga bisa
terjadi seperti ke uterus(rahim), pelvis (panggil) atau vesica urinaria
(kandung kemih). Penyebaran kanker ke tempat yang jauh (dalam istilah
medis disebut metastasis) dapat mengenai organ seperti paru-paru, hati,
ginjal, tulang dan otak. Dari penyebaran inilah dapat diketahui stadium
dari kanker apakah stadium dini (stadium Ia, Ib, IIa) atau stadium lanjut
(IIb, III, dan IV). Semakin tinggi stadium, semakin kecil pula angka
kesembuhannya. Stadium IV disebut juga sebagia stadium terminal/akhir
dimana sudah terjadi penyebaran ke organ-organ jauh dan harapan hidup
sekitar <10%.

 Tanda dan Gejala

1. Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama. Hal ini biasanya


merupakan tanda umum yang sering dijumpai. Perdarahan yang
terjadi dikarenakan kerapuhan dari jaringan serviks. Saat coitus,
umumnya akan terjadi gesekan pada dinding serviks. Karena jaringan
yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh, maka perdarahan
mudah terjadi.

2. Keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan. Keputihan


ini lama kelamaan akan berbau busuk oleh kaena adanya proses
infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat kanker tersebut.

3. Rasa nyeri yang hebat divagina dan sekitarnya atau pada perut
bagian bawah.

4. Anemia (karena perarahan hebat pada vagina)

5. Gejala yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke organ-


organ lainnya misalnya,

o paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis

27
o hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali
(pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut)

o otak : koma, kehilangan penglihatan.

o tulang : nyeri tulang, paah tulang

 Diagnosa

Diagnosis dapat ditegakan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan,


namum diagnosis pasti ca serviks ditegakan melalui pemeriksaan sitologi
(pemeriksaan sel) dengan cara biopsi (mengambil sebagian jaringan pada
serviks ). Dari biopsy tersbut akan terlihat dengan jelas sel-sel kanker
tersebut.

 Penanganan

Penanganan kasus kanker pada umumnya dibedakan berdasarkan


stadiumnya. Pada stadium dini masih dapat dilakukan dengan
pembedahan. Setelah pembedahan dilnjutkan dengan radioterapi
(penyinaran). Pada stadium lanjut, umumnya tidak dilakukan
pembedahan. Namun dengan kemoterapi (obat-obatan ) dan juga
radioterapi. Pada stadium IV (IVa dan IVb) umumnya pengobatan yang
diberikan hanyalah bersifat paliatif. Hal ini dikarenakan penyebaran sel
kanker yang sudah menyeluruh. Sehingga radioterapilah pengobatan
akhir dari pasien dengan stadium ini.

 Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program
skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis
ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui
pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga
55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol,
satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon

28
imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga
14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.

BAB VII

MEKANISME DIAGNOSIS

Anamnesa
DD:

perdarahan - Endometriosis
Keluhan Utama
pervaginam interna
- Ca serviks

Riwayat Penyakit
 Perdarahan selama 2 minggu
Sekarang
 Ganti 5-6 pembalut per hari
 Nyeri perut
 Seperti ada benjolan yang mengeras
dalam perutnya

 Tidak pernah ada riwayat penyakit ini


Riwayat Penyakit  Tidak ada penyakit liver
Dahulu

29
Riwayat Penyakit Tidak ada keterangan
Keluarga

Riwayat Sosial Tidak ada keterangan

Vital Sign :
Pemeriksaan Fisik Suhu = 370C

Tekanan Darah = 120/70 mmHg

RR = 26 kali/menit
Kepala:
Denyut Nadi = 92 kali/menit
A/I/C/D = +/-/-/-

Leher

dalam batas normal

Thorax:

Inspeksi : dalam batas normal


Palpasi : dalam batas normal
Perkusi: dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal

Abdomen:

Inspeksi : benjolan di region suprapubik


Palpasi : benjolan sebesar 10cm
Perkusi: -
Auskultasi : -

30
Urogenital: perdarahan pervaginam

Ekstremitas: dalam batas Normal

Usia reproduksi

Hormonal 

progesterone estrogen 

Aktifitas mitosis myoma proliferasi sel otot polos uterus

Mengurangi apoptosis myoma permukaan endometrium lebih luas & tebal

Myoma semakin berkembang vaskularisasi 

Kontraksi rahim

31
Perdarahan meningkat

Uterus 

anemia prostaglandin 

menekan saraf sekitar benjolan pada perut bawah


pucat nyeri 

nyeri

BAB VIII

DIAGNOSIS AKHIR

Berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan yang di dapat, pada pasien


didapatkan benjolan yang semakin mengeras diperut region suprapubik sebesar 10cm
dan perdarahan pervaginam selama 2 minggu, pasien tampak pucat.
Maka dari itu, diagnosa akhir yang kami dapatkan adalah Myoma uteri karena
lebih mengarah ke Myoma uteri dibanding dengan differential diagnosis yang lain.
Berikut pembahasan lengkap mengenai Myoma uteri.

MIOMA UTERI

32
adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim. Masyarakat
umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya mioma
uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah
luar. Statistik penderita mioma tidak diketahui secara pasti karena masih jarang
karena umumnya mioma uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang
menimbulkan keluhan atau gejala. Umumnya sekitar 30% terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun. Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan
memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga mencapai 5 kg.

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui. Umumnya penyebab dari
mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen yang lebih banyak dan tinggi pada
sebagian jaringan otot rahim. Otot rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih
akan pertumbuhan yang tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen
sehingga muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri. Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi, tumor uteri akan lebih lebih cepat tumbuh
dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada saat terjadi menopause.

Jenis mioma uteri

 Mioma Submokosum
Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat
dirasakan sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan
terjadinya degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering
mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut

33
sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan
“Myomgeburt” sering mengalami nekrose atau ulserasi.

 Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar
atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol

 Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat
tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum
dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut
Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkai dapat
menimbulkan torsi.

Perubahan Sekunder Mioma

 Atrofi
Setelah menopause ataupunb sesudah mioma uteri menjadi kecil.

 Degenerasi Hialin
Sering terjadi pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktu aslinya
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya. Jaringan ikat bertambah, berwarna putih keras, disebut
juga sebagian mioma uteri.

 Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan lime
sehingga menyerupai Limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

34
 Degenerasi Membaku (Cakireus Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut. Oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri padat dan keras
berwarna putih.

 Degenerasi Merah (Caineous Degeneration)


Biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena
suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan
dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan
oleh pigmen hemosiserin dan hemofifusi. Degenrasi merah nampak khas
apabila terjadi kehamilan muda diserta emisis, haus, sedikit demam, kesakitan
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
1. Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
2. Aliran darah tidak seimbang
3. Edema sekitar tungkai
4. Tekanan hamil

 Degenarasi Lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada kasus-kasus lain
mungkin disebabkan karena tumornya merupakan variasi campuran.

 Degenerasi Sarcomateus
Jarang terjadi.

 Infeksi dan Suppurasi


Banyak terjadi pada jenis submukosa oleh karrena adanya Ulcerasi.

 Terjadi kekurangan darah menimbulkan


1. Nekrosis
2. Pembentukan Trombus
3. Bendungan darah dalam mioma
4. Warna merah hemosiderin/hemofuksin
(Manuaba, 2001)

35
Tanda dan Gejala

 Faktor yang menimbulkan gejala klinik


1. Besarnya mioma uteri
2. Lokasi mioma uteri
3. Perubahan pada mioma uteri

 Perdarahan Abnormal
1. Hipermenore
2. Menorargia
3. Metrorargia
4. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat
pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan
amenia yang berat.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium sampai
Adeno Karsinoma Endometrim.
2. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
3. Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).

 Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang diserta
nekrosis setempat dan peradangan.
1. Torsi bertungkai
2. Infeksi pada mioma

 Gejala dan Tanda Penekanan


Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri :
1. Pada uretra menyebabkan retensio urin
2. Pada pembuluh darah dan limfe dipinggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.

36
 Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.

 Gejala-gejala Skunder
1. Anemia
2. Lemah
3. Pusing-pusing
4. Sesak nafas
5. Fibroid Heat, sejenis degenerasi myocard, yang dulu disangka berhubungan
dengan adanya mioma uteri. Sekarang anggapan ini disangkal.
6. Erytbaru Cytosis pada mioma yang besar.

Mioma Uteri dan Kehamilan


Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas.
Risiko abortus berpengaruh karena distorsi rongga uterus, khususnya pada mioma
submukosa, letak janin menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada servik
uterus menyebabklan inersia maupun atonia uterus, sehingga menyebabkan
perdarahan pada persalinan plasenta sukar lepas dari dasarnya dan mengganggu
proses involusi dalam nifas.

Dasar Diagnosis

1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan

37
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
 Imaging
Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil. MRI lebih akurat untuk
menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya
pemeriksaan lebih mahal.

BAB IX

PENATALAKSANAAN & TERAPI

9.1. PENATALAKSANAAN & TERAPI

38
Penatalaksanaan Myoma Uteri terdiri atas terapi hormon, pengobatan herbal
dan operasi. Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri. Umumnya
pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala – gejala dari mioma uteri dan
cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan obat hormon. Operasi
merupakan pilihan terakhir jika pengobatan hormone tidak berhasil. Pengobatan
herbal dapat menjadi pilihan jika pengobatan hormon tidak berhasil dan sang
penderita tidak mau menjalani operasi. Obat herbal yang dapat digunakan untuk
pengobatan mioma uteri adalah buah mengkudu, keladi tikus, temu putih dan mahkota
dewa.

Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor. Tindakan operasi


dilakukan jika tumor mioma uteri membesar, timbul gejala penekanan mioma uteri,
nyeri dan perdarahan yang terus menerus. Operasi mioma uteri berupa histerektomi
(pengangkatan organ rahim) jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi
(pengangkatan miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia
reproduksi.

55% dari semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama bila :
1. Tanpa keluhan
2. Menjelang menopause
3. Besar mioma < 12 minggu kehamilan

Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan.


Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan
cepat dan dapat dilakukan tindakan segera.

Dalam decade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan Gurh
Agonis (Gurha) selama 16 minggu

Pengobatan Operatif

a. Miometomi (Enukliasi Mioma)


Adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
b. Histerektomi
Adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.

39
Keadaan khusus tidak operasi/menjelang menopause

1. Radiasi
2. Pasangan radium
3. Hormonal

9.2. EDUKASI

Memberikan edukasi pada pasien untuk:


1. Bersabar dalam menghadapi sakit
2. Mengurus JPS untuk meringankan biaya
3. Memberi keyakinan dan support bahwa sakitnya bisa sembuh
4. Menjaga nutrisi tetap baik
5. Menjaga kondisi tubuh tetap sehat
6. Mengurangi aktivitas

MERUJUK

 Pasien terlihat pucat dan mengalami perdarahan sehingga membutuhkan


transfusi darah secepatnya
 Jika kita tidak yakin melakukan VT lebih baik di konsulkan ke yang lebih
ahli

Rasional : Agar ibu sabar dan siap menghadapi sakit dan kondisi ibu tetap fit
sampai pengobatan selanjutnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.

BAB X

PROGNOSIS dan KOMPLIKASI

Prognosis

40
 Kebanyakan myoma asimtomatis dan tidak memerlukan pengobatan. Pada
yang mempunyai gejala, histerektomi merupakan pengobatan tuntas.
Miomektomi juga memberikan hasil yang baik, dan histeroskopi miomektomi
memberikan hasil yang baik pada myoma submukosal yang simtomatis.
 Pengobatan menggunakan GnRH mengurangkan kira-kira 40%-60% ukuran
tumor selepas 3 bulan pengobatan, namun setengah daripada mioma tumbuh
kembali apabila pengobatan dihentikan.
 Mioma selalunya berhenti tumbuh atau muncul setelah menopause.

Komplikasi

 Degenerasi Ganas
Leimioma sarkoma 0.32 – 0.6% dan seluruh mioma merupakan 50 – 57% dari
semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologik uterus yang telah diangkat.

 Tasi (Putaran Tungkai)


Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

 Nekrosis dan Infeksi


Terjadi karena gangguan sirkulasi darah padanya.

BAB XII

DAFTAR PUSTAKA

41
 Mansyur ,arif ; 2005 kapita selekta kedokteran cetakan ke 7 Media Aesculapius.
Jakarta.
 Sylvia & Lorreine, 2006 ; PATOFISIOLOGI Edisi 6 ; EGC ; JAKARTA.
 Thompson, A.D dkk.1997.Catatan Kuliah Patologi.Jakarta:EGC
 http://www.medicinenet.com/endometriosis
 http://www.scribd.com/doc/16628452/Mioma-Uterus
 http://kandunganbedah.blogspot.com/2008/08/ca-serviks.html
 http://obstetriginekologi.com/og/anatomi+fisiologi+sistem+urogenital.html

42

Anda mungkin juga menyukai