SKENARIO 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2009/2010
1
KATA PENGANTAR
Segenap rasa puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah dan hasil diskusi
PBL kelompok kami selesai tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini disajikan beberapa hasil diskusi terkait dengan skenario 1
yaitu “perdarahan pervaginam”. Serta beberapa klarifikasi istilah dan pembahasan
masalah skenario 1 yang menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa kedokteran
dalam penegakan diagnosis mulai dari proses anamnesa hingga tercapainya suatu
hipotesa akhir. Di mana, akan disajikan juga beberapa penatalaksanaan dari kasus
tersebut.
Diharapkan semoga hasil diskusi kelompok kami yang berbentuk makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.
Akhir kata, “Tidak ada gading yang tak retak”. Kami sadar akan kekurangan
kami dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, baik itu rekan – rekan, tutor serta para narasumber.
Surabaya, november
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I
SKENARIO....................................................................................................................4
BAB II
KATA KUNCI...............................................................................................................5
BAB III
MINIMAL PROBLEM..................................................................................................6
BAB IV
POKOK BAHASAN......................................................................................................7
BAB V
PEMBAHASAN............................................................................................................9
5.1. KLARIFIKASI ISTILAH...............................................................................9
5.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI UROGENITAL WANITA..........................10
GENITALIA EKSTERNA..................................................................................11
GENITALIA INTERNA......................................................................................13
POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI...............................................16
HORMON-HORMON REPRODUKSI...............................................................17
BAB VI
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS DAN ANALISIS......................................................24
BAB VII
MEKANISME DIAGNOSIS.......................................................................................30
BAB VIII
DIAGNOSIS AKHIR...................................................................................................33
BAB IX
PENATALAKSANAAN & TERAPI..........................................................................39
BAB X
PROGNOSIS dan KOMPLIKASI...............................................................................41
BAB XII
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................42
3
BAB I
SKENARIO
4
BAB II
KATA KUNCI
1. P2G2
2. Perdarahan
3. Dismenorea
4. Benjolan yang mengeras
5. Pucat
5
BAB III
MINIMAL PROBLEM
6
BAB IV
POKOK BAHASAN
7
BAB V
PEMBAHASAN
8
5.1.5. Pucat
Pucat adalah tanda diagnostik yang dapat dilihat dari keadaan umum
pasien, biasanya terlihat pada wajah. Salah satu penyebabnya yaitu karena
tubuh kekurangan darah.
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul.
9
GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah
perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris.
Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium
10
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan
duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat
lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval,
cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek
dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah
sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.
Vagina
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe
11
median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan,
kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
12
rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
13
sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal
dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars
isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan
karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya
(gambar).
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian
ini.
Mesosalping
Ovarium
14
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari
bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer
otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan
dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-
serabut saraf. Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi.
Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga
menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi
pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang
menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
Hipotalamus
Pituitari / hipofisis
15
Ovarium
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi
hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan
mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium
rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid. Jika ada pembuahan /
implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi
endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
HORMON-HORMON REPRODUKSI
16
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal
siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi
dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya
dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1
jam). Kerja sangat cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di
sel-sel Leydig testis).
Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal
melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan /
regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos /
osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Progesteron
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
17
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000
mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000
mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan
produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin
juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan
sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
Anamnesa
Identitas
Nama : Nyonya X
Umur : 35 tahun
Alamat : jln raya gunung anyar kidul 33 surabaya
18
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Keluhan utama : perdarahan pervaginam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Perdarahan selama 2 minggu
Ganti 5-6 pembalut per hari
Nyeri perut
Seperti ada benjolan yang mengeras dalam perutnya
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah ada riwayat penyakit ini
Tidak ada penyakit liver
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Penyakit Sosial : -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak lemah dan pucat
Kesadaran : komposmentis
1. Vital sign :
Tensi : 120/70 mmHg
Suhu : 370C
RR : 26x/menit
Nadi : 92x/menit
2. Kepala/Leher
A/I/C/D : +/-/-/-
Mata : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Tidak terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening
Nafas cuping hidung (-)
Tekanan vena jugularis normal
Trakea ditengah
19
3. Thorax
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi : dalam batas normal
Perkusi: dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal
4. Abdomen : terdapat benjolan yang mengeras di regio suprapubik sebesar 10cm
5.Urogenital : perdarahan pervaginam selama 2 minggu
6. Ekstremitas: dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Evaluasi
Harus diarahkan terhadap penyakit yang dianggap menjadi penyebabnya.
Tes kehamilan serum atau urin adalah tes pertama dilakukan pada wanita usia
subur. Sebuah FBC berguna untuk menilai keberadaan anemia, dan harus
melakukan investigasi awal jika disuga keganasan hematologikal. Jika
penyakit sistemik dicurigai, lakukan tes laboratorium yang sesuai, misalnya,
fungsi tiroid tes untuk disfungsi tiroid, prolaktin untuk hiperprolaktinemia; tes
fungsi hati untuk kegagalan hati. Testosteron serum progesteron, bebas dan
LH dapat diindikasikan ketika tanda-tanda sindrom ovarium polikistik yang
hadir (misalnya, hirsutisme, jerawat, obesitas). PT / PTT aktif dapat
menunjukkan koagulopati tetapi belum cukup untuk mengkonfirmasi
penyebab gangguan perdarahan. Pengujian khusus untuk penyakit von
Willebrand (VWD) meliputi faktor von Willebrand antigen, ristocetin kegiatan
co-faktor, dan faktor aktivitas VIII. American College of Obstetricians dan
Gynecologists merekomendasikan pengujian VWD dalam situasi berikut:
remaja menyajikan dengan pendarahan vagina berat; sebelum terapi hormonal
dimulai; wanita dewasa dengan pendarahan vagina tanpa penyebab lain, ketika
perdarahan vagina merupakan indikasi hanya untuk histerektomi. Jika
dicurigai keguguran (misalnya, periode tidak terjawab sebelumnya, usia
reproduksi, nyeri panggul suprapubik, sehingga pendarahan vagina berat)
golongan darah rhesus ibu harus diuji untuk mengidentifikasi golongan darah
Rh-negatif. Menunjukkan kebutuhan administrasi imunoglobulin Anti-D.
20
2. Kolposkopi
Pemeriksaan Colposcopic menyediakan tampilan diperbesar leher rahim
dan jaringan vagina dan vulva. Lesi pra-ganas dan ganas dengan karakteristik
tertentu terlihat pada kolposkopi sehingga dapat terdeteksi (misalnya,
vaskularisasi abnormal, berubah putih dengan asam asetat, dan lesi exophytic
divisualisasikan pada kolposkopi adalah kriteria diagnostik kunci untuk kanker
leher rahim). Wanita dengan atau berulang persisten episode perdarahan
postcoital harus dirujuk untuk kolposkopi untuk menyingkirkan keganasan.
3. Imaging
Pencitraan rongga rahim merupakan bagian integral dari evaluasi
perdarahan vagina abnormal dan diperlukan bila lesi struktural yang
mendasari, seperti leiomyoma rahim atau polip. USG sangat membantu dalam
melihat dinding rahim dan gangguan rongga rahim seperti polip endometrium
dan fibroid. Sebuah ketebalan endometrium > 15 mm biasanya dilakukan
penilaian lebih lanjut dengan biopsi endometrium, diikuti oleh histeroskopi
dengan biopsi endometrium diarahkan jika biopsi endometrium adalah negatif.
USG transvaginal (TVUS) akan membantu untuk membedakan antara
kehamilan ektopik dan keguguran pada awal kehamilan. Hal ini juga dapat
membantu dalam diagnosis plasenta dan plasenta previa. Jika dicurigai kanker
ovarium (misalnya, keluarga sejarah kanker ovarium atau payudara, diketahui
mutasi BRCA1 atau BRCA2, tidak menggunakan sebelumnya OCP) CT
panggul dan perut dapat menilai untuk penyakit lanjut (biasanya diindikasikan
jika penyakit perut dicurigai pada pemeriksaan, misalnya , asites dan / atau
menyajikan distensi perut). MRI adalah nilai dalam mengevaluasi kelainan
struktural dicurigai seperti adenomiosis, endometriosis, dan fibroid rahim.
4. Biopsi
Biopsi endometrium dilakukan untuk mendiagnosis patologi serius yang
mendasari, seperti hiperplasia endometrium dan kanker endometrium.
Mayoritas wanita postmenopause yang hadir dengan pendarahan vagina akan
memiliki biopsi endometrium, terutama ketika USG menunjukkan menebal
endometrium (ketebalan endometrium > 15 mm), dan ketika pendarahan
berulang pada adanya riwayat terapi hormonal. Ini adalah penyelidikan hanya
21
yang pasti dapat mengkonfirmasi keberadaan kanker endometrium. Jenis
histologis endometrium dapat membantu memastikan diagnosis anovulasi
(endometrium proliferatif) atau ovulasi (endometrium sekretori) perdarahan
uterus disfungsional. Ini mungkin nilai dalam menentukan jenis pengobatan
yang sesuai. Biopsi serviks harus dilakukan jika dicurigai kanker serviks. Pada
kanker ovarium, biopsi meningkatkan resiko tumpahan sel kanker.
5. Histeroskopi
Histeroskopi dianjurkan ketika dicurigai rongga endometrium yang
patologis (misalnya, polip endometrium, leiomyoma sub-mukosa, atau kanker
endometrium). Pemeriksaan ini adalah uji diagnostik dan khusus yang paling
sensitif untuk mendiagnosis gangguan rongga rahim. Hal ini dapat dilakukan
pada pasien dengan perdarahan aktif, meskipun visualisasi yang memadai
mungkin lebih sulit. Sampling jaringan rongga endometrium kadang-kadang
ditunjukkan, terutama pada pasien dengan risiko tinggi hiperplasia
endometrium atau kanker endometrium.
6. Smear serviks
Pap serviks biasanya dianjurkan bila dicurigai cervicitis dan ketika
pemeriksaan fisik menunjukkan patologi serviks lokal.
22
BAB VI
23
o Infertilitas
o Nyeri selama atau sebelum menstruasi, dan berkurang setelah mens.
o Nyeri saat berhubungan seksual (dipareunia)
o Nyeri saat BAB / BAK
o Nyeri perut bagian bawah
o Diare dan / atau sembelit
o Perdarahan haid tidak teratur atau berat, atau
o Darah dalam urin.
24
sifat ganas. Massa/tumor ini merupakan penyakit pertumbuhan sel dalam
tubuh dimana bentuknya, sifat dan juga kinetikanya berbeda dengan sel
normal tubuh lainnya. Pertumbuhan sel kanker umumnya sangat liar,
terlepas dari kendali pertumbuhan sel normal.
Secara umum penyebab kanker dapat dibedakan menjadi 3 golongan:
1. Kelainan kongenial atau genetika (karena kerusakan gen dalam
tubuh)
2. Karsinogen (zat atau bahan yang dapat menimbulkan kanker).
o Kimiawi (karsinogen alami) :
a. organic : aflatoksin yang terdapat pada biji kacang yg
ditumbuhi jamur aspergillus bisa menyebabkan kanker hati,
nitrosamine dalam makanan dan minuman
b. inorganic : abses, cadmium, plumbum.
o Buatan manusia : bahan industri seperti cat, petrokimia, karet,
obat-obatan seperti arsen, chlornaphazine. Selain itu asam rokok
juga dapat menyebabkan kanker karena didalamnya terdapat
banyak karsinogen seperti polycyclic aromatichydrocarbon dan
aromatic amine. Hormon juga dapat menimbulkan kanker pada
beberapa organ yang pertumbuhanya dipengaruh oleh hormone
seperti payudara, uterus (rahim) dan prostat.
3. Lingkungan hidup
o Pekerjaan : laborat radiology, tambang speperti batubara, minyak
tanah
o Tempat tinggal : udara yang banyak mengandung radium, arsen,
nikel
o Gaya hidup : diet makanan, minuman keras, merokok, seringnya
terpapar sinar matahari, dll.
Faktor predesposisi
25
a. Gadis yang melakukan coitus pertama saat usianya kurang dari 17
tahun.
Terjadinya Ca Serviks
Penyebaran
26
Kanker serviks dapat menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya.
Penyebaran ini terjadi melalui jalur limfogen (melalui getah bening).
Sel-sel kanker ini akan masuk ke getah bening dan selanjutnya akan ikut
peredaran dari getah bening ini.Penyebaran ke area sekitar juga bisa
terjadi seperti ke uterus(rahim), pelvis (panggil) atau vesica urinaria
(kandung kemih). Penyebaran kanker ke tempat yang jauh (dalam istilah
medis disebut metastasis) dapat mengenai organ seperti paru-paru, hati,
ginjal, tulang dan otak. Dari penyebaran inilah dapat diketahui stadium
dari kanker apakah stadium dini (stadium Ia, Ib, IIa) atau stadium lanjut
(IIb, III, dan IV). Semakin tinggi stadium, semakin kecil pula angka
kesembuhannya. Stadium IV disebut juga sebagia stadium terminal/akhir
dimana sudah terjadi penyebaran ke organ-organ jauh dan harapan hidup
sekitar <10%.
3. Rasa nyeri yang hebat divagina dan sekitarnya atau pada perut
bagian bawah.
27
o hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali
(pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut)
Diagnosa
Penanganan
Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program
skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis
ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui
pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga
55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol,
satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon
28
imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga
14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.
BAB VII
MEKANISME DIAGNOSIS
Anamnesa
DD:
perdarahan - Endometriosis
Keluhan Utama
pervaginam interna
- Ca serviks
Riwayat Penyakit
Perdarahan selama 2 minggu
Sekarang
Ganti 5-6 pembalut per hari
Nyeri perut
Seperti ada benjolan yang mengeras
dalam perutnya
29
Riwayat Penyakit Tidak ada keterangan
Keluarga
Vital Sign :
Pemeriksaan Fisik Suhu = 370C
RR = 26 kali/menit
Kepala:
Denyut Nadi = 92 kali/menit
A/I/C/D = +/-/-/-
Leher
Thorax:
Abdomen:
30
Urogenital: perdarahan pervaginam
Usia reproduksi
Hormonal
progesterone estrogen
Kontraksi rahim
31
Perdarahan meningkat
Uterus
anemia prostaglandin
nyeri
BAB VIII
DIAGNOSIS AKHIR
MIOMA UTERI
32
adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim. Masyarakat
umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya mioma
uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah
luar. Statistik penderita mioma tidak diketahui secara pasti karena masih jarang
karena umumnya mioma uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang
menimbulkan keluhan atau gejala. Umumnya sekitar 30% terjadi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun. Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan
memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga mencapai 5 kg.
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui. Umumnya penyebab dari
mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen yang lebih banyak dan tinggi pada
sebagian jaringan otot rahim. Otot rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih
akan pertumbuhan yang tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen
sehingga muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri. Pada saat terjadi
kehamilan dan masa reproduksi, tumor uteri akan lebih lebih cepat tumbuh
dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada saat terjadi menopause.
Mioma Submokosum
Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat
dirasakan sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan
terjadinya degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering
mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut
33
sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan
“Myomgeburt” sering mengalami nekrose atau ulserasi.
Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar
atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat
tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum
dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut
Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkai dapat
menimbulkan torsi.
Atrofi
Setelah menopause ataupunb sesudah mioma uteri menjadi kecil.
Degenerasi Hialin
Sering terjadi pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktu aslinya
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya. Jaringan ikat bertambah, berwarna putih keras, disebut
juga sebagian mioma uteri.
Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan lime
sehingga menyerupai Limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
34
Degenerasi Membaku (Cakireus Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut. Oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri padat dan keras
berwarna putih.
Degenarasi Lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada kasus-kasus lain
mungkin disebabkan karena tumornya merupakan variasi campuran.
Degenerasi Sarcomateus
Jarang terjadi.
35
Tanda dan Gejala
Perdarahan Abnormal
1. Hipermenore
2. Menorargia
3. Metrorargia
4. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat
pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan
amenia yang berat.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium sampai
Adeno Karsinoma Endometrim.
2. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
3. Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang diserta
nekrosis setempat dan peradangan.
1. Torsi bertungkai
2. Infeksi pada mioma
36
Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
Gejala-gejala Skunder
1. Anemia
2. Lemah
3. Pusing-pusing
4. Sesak nafas
5. Fibroid Heat, sejenis degenerasi myocard, yang dulu disangka berhubungan
dengan adanya mioma uteri. Sekarang anggapan ini disangkal.
6. Erytbaru Cytosis pada mioma yang besar.
Dasar Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
37
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
Imaging
Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil. MRI lebih akurat untuk
menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya
pemeriksaan lebih mahal.
BAB IX
38
Penatalaksanaan Myoma Uteri terdiri atas terapi hormon, pengobatan herbal
dan operasi. Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri. Umumnya
pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala – gejala dari mioma uteri dan
cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan obat hormon. Operasi
merupakan pilihan terakhir jika pengobatan hormone tidak berhasil. Pengobatan
herbal dapat menjadi pilihan jika pengobatan hormon tidak berhasil dan sang
penderita tidak mau menjalani operasi. Obat herbal yang dapat digunakan untuk
pengobatan mioma uteri adalah buah mengkudu, keladi tikus, temu putih dan mahkota
dewa.
55% dari semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama bila :
1. Tanpa keluhan
2. Menjelang menopause
3. Besar mioma < 12 minggu kehamilan
Dalam decade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan Gurh
Agonis (Gurha) selama 16 minggu
Pengobatan Operatif
39
Keadaan khusus tidak operasi/menjelang menopause
1. Radiasi
2. Pasangan radium
3. Hormonal
9.2. EDUKASI
MERUJUK
Rasional : Agar ibu sabar dan siap menghadapi sakit dan kondisi ibu tetap fit
sampai pengobatan selanjutnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
BAB X
Prognosis
40
Kebanyakan myoma asimtomatis dan tidak memerlukan pengobatan. Pada
yang mempunyai gejala, histerektomi merupakan pengobatan tuntas.
Miomektomi juga memberikan hasil yang baik, dan histeroskopi miomektomi
memberikan hasil yang baik pada myoma submukosal yang simtomatis.
Pengobatan menggunakan GnRH mengurangkan kira-kira 40%-60% ukuran
tumor selepas 3 bulan pengobatan, namun setengah daripada mioma tumbuh
kembali apabila pengobatan dihentikan.
Mioma selalunya berhenti tumbuh atau muncul setelah menopause.
Komplikasi
Degenerasi Ganas
Leimioma sarkoma 0.32 – 0.6% dan seluruh mioma merupakan 50 – 57% dari
semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologik uterus yang telah diangkat.
BAB XII
DAFTAR PUSTAKA
41
Mansyur ,arif ; 2005 kapita selekta kedokteran cetakan ke 7 Media Aesculapius.
Jakarta.
Sylvia & Lorreine, 2006 ; PATOFISIOLOGI Edisi 6 ; EGC ; JAKARTA.
Thompson, A.D dkk.1997.Catatan Kuliah Patologi.Jakarta:EGC
http://www.medicinenet.com/endometriosis
http://www.scribd.com/doc/16628452/Mioma-Uterus
http://kandunganbedah.blogspot.com/2008/08/ca-serviks.html
http://obstetriginekologi.com/og/anatomi+fisiologi+sistem+urogenital.html
42