Anda di halaman 1dari 4

Mengenal Macam-Macam Perjuangan Bersenjata

untuk Mempertahankan Kemerdekaan RI


Squad, siapa yang suka main perang-perangan? Biasanya, anak-anak kecil
sering sekali nih main perang-perangan dengan pedang-pedangan. Nah,
tahukah kamu, pasca kemerdekaan, negara kita juga mengalami banyak
peperangan untuk mempertahankan kedaulatan negara. Tentunya perangnya
perang betulan, ya. Kira-kira seperti apa ya, ceritanya? Yuk, mengenal
macam-macam perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan
RI!

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, seluruh negara jajahan Jepang di


Asia Tenggara diambil alih oleh pasukan Sekutu yaitu AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies). Tugas AFNEI adalah menerima penyerahan
kekuasaan dari tangan Jepang, membebaskan tentara Sekutu yang ditahan
Jepang, melucuti serta mengumpulkan orang-orang Jepang untuk
dipulangkan ke negerinya.

Kedatangan tentara Sekutu ternyata juga disertai dengan kedatangan NICA


(Netherland Indies Civil Administration) yang bertujuan ingin kembali
menegakkan kekuasaan Belanda di Indonesia. Tentara AFNEI bersama NICA
sampai ke Indonesia pertama kali pada tanggal 16 September 1945 di
Tanjung Priok. Kemudian, Indonesia melakukan berbagai upaya untuk
mempertahankan kemerdekaan, salah satunya dengan melalui perjuangan
bersenjata. 

Pertempuran Surabaya

Pertempuran arek-arek Surabaya dengan pihak Sekutu bersama NICA


diawali oleh insiden bendera di Hotel Yamato, Surabaya, tanggal 19
September 1945. Salah seorang tentara Belanda menurunkan bendera merah
putih lalu menggantinya dengan bendera Belanda. Hal ini menimbulkan
kemarahan rakyat Surabaya. Arek-arek Surabaya menurunkan bendera
Belanda dan merobek warna biru agar menjadi warna bendera Indonesia.

Selain peristiwa perobekan bendera, kedatangan pasukan Sekutu ke


Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S.
Mallaby memicu kemarahan arek-arek Surabaya. Hal ini terjadi karena
tentara Sekutu membebaskan tahanan di penjara di Kalisosok, menduduki
Pangkalan Udara Tanjung Perak, dan Gedung Internatio. Para pemuda pun
melawan dan menimbulkan pertempuran bersenjata yang menewaskan
Brigjen A.W.S. Mallaby.

Baca Juga: Pengertian dan Ciri-Ciri Perubahan Sosial Budaya

Peristiwa ini kemudian membuat hubungan Inggris dan Indonesia


merenggang, sehingga Inggris mengeluarkan ultimatum agar para pemuda
menyerah paling lambat 10 November 1945 pukul 06.00. Namun, para
pemuda Surabaya tetap bertempur membela tanah kelahirannya. Tokoh yang
sangat berperan dalam membakar semangat pada pemuda saat itu
adalah Bung Tomo. Hampir tiga minggu para pemuda mempertahankan
Surabaya hingga banyak korban jatuh akibat pertempuran ini. Untuk
mengenang peristiwa ini kemudian setiap tanggal 10 November diperingati
sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa disebabkan karena adanya penindasan dan teror


terhadap penduduk Magelang yang menimbulkan perlawanan dari TKR.
Perlawanan ini terjadi sejak 23 November 1945 hingga 12 Desember 1945,
dengan dipimpin oleh Imam Adrongi dan Letkol M. Sarbini. Pertempuran
Ambarawa berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dan NICA ke
Ambarawa, lho! Letkol Isdiman, Mayor Suharto, dan Kolonel
Sudirman juga ikut terlibat dalam pertempuran Ambarawa. Pasukan Sekutu
dan NICA yang terdesak pada tanggal 15 Desember 1945 akhirnya
meninggalkan daerah Ambarawa dan menandai berakhirnya pertempuran
Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa ini setiap tanggal 15 Desember
diperingati sebagai Hari Infanteri.

Bandung Lautan Api

Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu dan NICA mulai datang serta
melakukan pendudukan terhadap kota Bandung. Pasukan Sekutu dan NICA
segera mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bandung untuk menyerahkan
senjata milik mereka sehingga memicu kemarahan. Pertempuran bersenjata
kemudian berlangsung selama kurun waktu November 1945-Maret 1946.

Puncak pertempuran terjadi ketika tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu dan
NICA mengeluarkan ultimatum untuk mengosongkan kota Bandung.
Komandan Divisi III Siliwangi A.H. Nasution bersama pemuda mengambil
inisiatif untuk mengosongkan kota Bandung dan membakar seluruh kota
beserta infrastruktur penting pemerintahan ataupun militer pada tanggal 24
Maret 1946. Salah satu tokoh yang berperan dalam pertempuran ini
adalah Moh. Toha yang harus gugur ketika berupaya meledakkan gudang
mesiu milik NICA di Bandung Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.

Pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Area terjadi karena beberapa peristiwa. Pertama adalah


insiden yang dilakukan oleh salah satu penghuni hotel di Jalan Bali, Medan
tanggal 13 Oktober 1945, yang menginjak lencana merah putih. Para pemuda
Indonesia yang marah kemudian menyerang hotel tersebut sehingga timbul
banyak korban.

Kedua adalah adanya ultimatum dari pimpinan tentara Sekutu di Sumatera


Utara yaitu T.E.D. Kelly tanggal 18 Oktober kepada rakyat Indonesia untuk
menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini memicu perlawanan antara
rakyat Medan dengan sekutu. Terlebih pada tanggal 1 Desember 1945, pihak
Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan
Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.

Peristiwa ini menimbulkan pertempuran yang lebih besar antara rakyat Medan
melawan Sekutu. Sekutu bersama NICA melancarkan aksi besar-besaran
sejak 10 Desember 1945, serta mengusir dan menindas rakyat Indonesia.
Rakyat Medan merespon pada tanggal 10 Agustus 1946 dengan membentuk
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area untuk melanjutkan
perlawanan terhadap Sekutu dan NICA. Pertempuran Medan Area berakhir
tanggal 1 Desember 1946 setelah pihak NICA mengajukan gencatan senjata
kepada pihak Republik.

Puputan Margarana

Sejak Maret 1946, Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali.


Perlawanan muncul dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai dibantu oleh TRI-
Laut Kapten Markadi. Pada masa itu, Indonesia telah menyepakati perjanjian
Linggarjati dimana secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari
Sumatera, Jawa dan Madura. Ngurah Rai tetap berusaha mengusir Belanda
dari Bali dengan melakukan long march dan bergerilya melawan musuh.

Puncak serangan pasukan Belanda terjadi tanggal 20 November 1946.


Pasukan Belanda mengepung desa Marga tempat I Gusti Ngurah Rai
bersembunyi. Walaupun terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara tentara
Indonesia dan Belanda, I Gusti Ngurah Rai tetap bertempur hingga titik darah
penghabisan. Pada 29 November 1946, Ngurah Rai gugur dalam
pertempuran melawan Belanda. Pertempuran sengit antara Belanda dan
tentara Indonesia di Bali dikenal dengan Perang Puputan (pertempuran
habis-habisan).

Wah, ternyata banyak sekali ya, pertempuran yang terjadi guna


mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI! Kamu juga bisa, lho turut
andil dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI. Gimana
caranya, tuh? Tentu saja dengan rajin belajar, dong. Supaya belajarnya makin
seru, yuk belajar bersama ruanglesonline! Kamu bisa tanya PR yang sulit
dengan kakak tutor yang berkualitas dan asik-asik ngajarnya. Yuk, ikutan
belajar sekarang!

Anda mungkin juga menyukai