Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN)

DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI

KECAMATAN SEBATIK TENGAH

KABUPATEN NUNUKAN

Disusun Oleh :

Sutami Mappasimbung

NIM. 500893696

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ-SAMARINDA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang Masalah

Citra buruk pelayanan publik di Indonesia  pada masa  lalu terlanjur melekat di

kalangan masyarakat luas. Lambanya pelayanan, sulit dan rumitnya persyaratan yang harus

dipenuhi dan  tidak transparannya masalah pembiayaan menimbulkan keengganan

masyarakat  untuk mengurus perijinan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi

perkembangan perekonomian sehingga menghambat proses terwujudnya peningkatan

kesejahteraan masyarakat.  Bagi Pemerintah Daerah, hal ini menjadi tantangan tersendiri

yang harus diselesaikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang  Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintah Daerah.  Menurut undang-undang tersebut bahwa salah satu tujuan

dari kebijakan  Otonomi adalah mewujudkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang

semakin baik kepada masyarakat. Untuk itu kualitas pelayanan kepada masyarakat

merupakan salah satu indikator penilaian  keberhasilan otonomi daerah.

Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat merupakan fungsi yang harus

diemban pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, sebagai tolak ukur

terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pintu masuk bagi

percepatan reformasi birokasi di daerah dalam mewujudkan tata kelola pemeritahan di daerah

yang baik, keinginan mewujudkan birokrasi yang efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka

perbaikan kinerja manajemen pemerintahan atau kualitas pelayanan publik adalah dengan

memperbaiki proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan.

Pelayanan Pemerintah kepada masyarakat yang dikenal dengan pelayanan umum

(Public Service) pada hakekatnya adalah serangkaian layanan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah kepada semua lapisan masyarakat dengan tujuan memenuhi semua kebutuhan

masyarakat.

Menurut direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri

Republik Indonesia (2010; 27) pintu masuk (entry point) bagi percepatan reformasi birokrasi

di daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik (good local

governance) terfokus pada peningkatan kualitas penyelenggaraan publik. Kualitas

penyelenggaraan pelayanan umum (publik) di daerah masih perlu ditingkatkan ke arah yang

lebih baik. Banyak hal yang menyebabkan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan

tersebut, misalnya perilaku petugas yang belum bersifat melayani, tidak jelasnya waktu

pelayanan, dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan publik, serta panjangnya

prosedur yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu jenis layanan publik.

Fungsi kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat menjadi relevan bila dilihat

dari segi kedekatan jarak, kecepatan waktu, dan kualitas pelayanan yang diberikan.

Berbagai keluhan terus dialami oleh masyarakat, pelayanan dengan metode

konvensional ternyata menghadirkan berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat, antara

lain :

1.      Kurangnya ketepatan waktu dalam penyelesaian berkas yang diminta oleh masyarakat;

2.      Warga harus bolak balik ke kantor karena kurangnya keterbukaan informasi pelayanan;

3.      Tidak transparannya jumlah biaya yang harus dibayarkan sebagai imbalan pelayanan;

4.      Adanya berbagai kesalahan dalam pengetikan berkas masyarakat;

5.      Petugas yang melayani masyarakat cenderung kurang menyadari posisi dan

tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat,

Melihat masalah tersebut, hendaknya perlu diadakan perubahan dalam badan serta

sistem birokrasi. Meninggalkan birokrasi lama kemudian memulai pada tahap birokrasi yang

lebih efisien dan efektif dengan mengganti metode pelayanan dengan cara konvensional
menggunakan metode PATEN seperti halnya yang dilakukan oleh Kecamatan Sebatik

Tengah Kabupaten Nunukan. PATEN merupakan kebijakan makro karena berasal dari pusat

sehingga bisa diterapkan secara menyeluruh di wilayah di Indonesia. Pelayanan Administrasi

Terpadu (PATEN) untuk mempermudah dan mendekatkan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat khususnya dalam pelayanan publik. Dengan PATEN, untuk mengurus palayanan

perijinan  dan non perijinan yang berskala kecil, masyarakat tidak perlu lagi sampai ke kantor

kabupaten karena adanya PATEN dapat menghemat waktu dan biaya dalam pemenuhan

pelayanan yang diinginkan masyarakat.

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Sebatik Tengah

Kabupaten Nunukan merupakan bentuk respon yang memperhatikan kebutuhan dan  tuntutan

masyarakat dalam pelayanan, serta dinamika perkembangan penyelenggaraan Pemerintah

Daerah menuju Tata kelola Pemerintahan daerah yang baik, Sebagai kebutuhan dasar warga

negara atas suatu barang dan jasa dalam pelayanan administrasi yang terkait dengan

kepentingan publik. Orientasi kegiatannya adalah barang-barang publik dan pelayanan publik

sehingga dalam dinamika kehidupan, masyarakat yang bertindak selaku konsumen akan

berhubungan atau terkait dengan kegiatan pelayanan publik. Selain itu perlu diketahui

bersama bahwa sumber dana kegiatan pelayanan publik berasal dari masyarakat melalui

pajak sehingga wajar apabila masyarakat mengharapkan adanya pelayanan yang baik dan

berkualitas.

Berdasarakan pada uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih

mendalam mengenai “Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) dalam

peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten

Nunukan”.
1.2.    Rumusan Masalah

Apakah Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Sebatik

Tengah Kabupaten Nunukan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kantor

Kecamatan Sebatik Tengah?

1.3.   Tujuan dan Manfaat Penelitian

1)   Tujuan

a)      Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di

Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan;

b)      Untuk mengetahui pengaruh  Pelayanan Administasi Terpadu Kecamatan (PATEN) terhadap

peningkatan pelayanan publik Kantor Kecamatan Sebatik Tengah.

2)   Manfaat

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara obyektif  terkait

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) terhadap Peningkatan kualitas

pelayanan publik di Kecamatan Sebatik Tengah. Dan dapat memberikan masukan kepada

para pengambil keputusan di Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan dalam penataan

kelembagaan pemerintah daerah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.  Pelayanan Publik


            Pelayanan Publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan sesuai dengan aturan pokok

dan tata cara yang telah ditetapkan.

            Pada hakekatnya Pemerintahan adalah pelayanan kepada masyarakat, oleh

karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan

baik dan profesional. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik adalah

merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di

samping sebagai abdi negara dengan maksud untuk mensejahterakan masyarakat.

            Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan

oleh adanya akuntabilitas dan resposibiltas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah),

dengan ciri sebagai berikut: Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi

tujuan dan sasaran; Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan

diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan; Kejelasan dan kepastian

(transparan), mengenai: 1) prosedur/tatacara pelayanan; 2) persyaratan pelayanan, baik

persyaratan teknis maupun persyaratan administratif; 3) unit kerja dan atau pejabat yang

berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan; 4) rincian biaya/tarif

pelayanan dan tata cara pembayarannya; dan 5) jadwal waktu penyelesaian pelayanan;

Keterbukaan, artinya prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab

pemberi pelayanan, waktu penyeleaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan

dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan

dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta; Efisiensi, artinya: 1)

persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian

sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan

produk pelayanan yang berkaitan; 2) dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan


dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya

kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait; Ketepatan

waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan

dalam kurun waktu yang telah ditentukan; Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan

cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang

dilayani; Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan

aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.

            Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62 Tahun 2003

tentang Pedoman Umum Pelayanan Publik menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang

merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

2.2.  Kualitas Pelayanan

 Kualitas dipandang secara lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang

ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia. Hal ini tampak jelas

dalam definisi yang dirumuskan Goetsh dan Davis dalam Arief (2007; 117) bahwa kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,

dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut pakar lainnya yakni Evans

dan Lindsay dalam Amin Ibrahim (2008; 22) melihat kualitas pelayanan itu dari berbagai

segi, yakni dari pelanggan (masyarakat atau konsumen) dari sudut dasar produknya, dan

sudut dasar pemakaiannya dan dari sudut dasar nilainya. Dari sudut pelanggan tentulah

kualitas pelayanan itu muaranya pada kepuasan, sesuatu yang sebaik mungkin memuaskan.

Dari sudut dasar produk, harus ada spesifikasi dari setiap pelayanannya. Sedangkan dari

sudut dasar pemakaiannya bermakna tingkat-tingkat kesesuaian dengan keinginan

pelanggan/konsumen/masyarakat.
Pengukuran kualitas seharusnya melibatan semua individu yang terlibat dalam proses

itu, dengan demikian pengukuran kualitas bersifat partisifatif. Orang-orang yang bekerja

dalam proses harus memahami secara baik bagaimana memproleh nilai itu, karna penilaian

teradap kualitas pelayanan bukan diukur atau dinilai oleh pemberi pelayanan, akan tetapi

diberikn oleh langganan atau pihak yang menerima pelayanan. Namun demikian, tidak ada

suatu standar yang dapat dipakai sebagai ukuran umum tentang kualitas pelayanan. Hal ini

disebabkan unsur subyektivitas dalam diri penerima pelayanan, seseorang mungkin menilai

suatu pelayanan yang diterimanya sudah memuaskan tetapi belum memuaskan bagi orang

lain.

 Kualitas Pelayanan Publik 

Dalam Sinambela (2008; 6) secara teoritik, tujuan pelayanan publik pada dasarnya

adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan

prima yang tercermin dari :

a.       Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua

pihak yang membutuhknan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

b.      Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

c.       Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas,

d.      Parsipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat;

e.       Kesamaan Hak, yaitu pelayanan yang tidak diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya

suku, agama, ras, golongan, status sosial dan lain-lain;


f.       Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan

antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Pelayanan publik sudah seharusnya memperhatikan kualitas pelayanan karena

pelayanan yang baik adalah awal bagi tumbuhnya kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah, yang selanjutnya akan menjadi penentu pemberdayaan masyarakat. Dalam

konteks ini, pengukuran mengenai kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara

pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima. Dalam metode pengukuran ini,

penilaian masyarakat selaku konsumen berperan penting dalam mengukur kualitas pelayanan

publik. Menurut Parasuraman (1990 : 23), pengukuran kualitas pelayanan publik didasarkan

pada indikator-indikator:

1.      Tangibles, artinya kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, ruang tunggu,

dan lain-lain.

2.      Reliability, yakni kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya.

3.      Responsiveness, yakni kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara

cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen

4.      Assurance, yakni kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan

dan menumbuhkan kepercayaan konsumen

5.      Emphaty, yakni sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.

Standar Pelayanan Publik

Dalam Kemenpan Nomor 63 tahun 2003, setiap penyelenggaraan pelayanan publik

harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi

penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dilakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan

publik. Standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi :


a.       Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk

pengaduan.

b.      Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan

penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c.       Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian

pelayanan

d.      Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e.       Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan

publik.

f.       Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan

pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Pengertian PATEN

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan

publik di kecamatan yang proses pengelolaannya, dimulai dari permohonan sampai ke tahap

terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat pelayanan (Dian Utomo; 2010: 32). Satu

tempat ini disini berarti cukup melalui satu meja  atau loket pelayanan. Sistem ini

memposisikan warga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan

di kecamatan.
Maksud Penyelenggaraan PATEN

Dian Utomo 2010:36, mengemukakan PATEN diselenggarakan dengan maksud untuk

mewujudkan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan

bagi Badan/Kantor/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di kabupaten/ kota bagi

kecamatan yang secara kondisi geografis daerah akan lebih efektif dan efisien di layani

melalui kecamatan. Pusat pelayanan masyarakat berarti dimasa datang kecamatan harus

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara proporsional berdasarkan kriteria

dan skala kecamatan di bidang perijinan dan non perijinan.

Asas PATEN

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, khususnya jenis pelayanan

administrasi, maka PATEN menganut asas-asas pelayanan publik sesuai dengan Undang-

undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Asas-asas itu

adalah :

1.      Kepentingan umum, yang berarti pemberian pelayanan oleh petugas pelaksana PATEN tidak

boleh mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan;

2.      Kepastian hukum, berarti ada jaminan bagi terwujudnya hak dan kewajiban antara penerima

pelayanan (warga masyarakat) dan pemberi pelayanan (kecamatan) dalam penyelenggaraan

PATEN;

3.      Kesamaan hak, berarti pemberian pelayanan dalam PATEN tidak membedakan suku, agama,

ras, golongan, gender, dan status ekonomi;

4.      Keseimbangan hak dan kewajiban, berarti pemenuhan hak harus sebanding dengan

kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan;

5.      Keprofesionalan, berarti setiap pelaksana PATEN harus memiliki kompetensi yang sesuai

dengan bidang tugasnya;


6.      Partisipatif, berarti peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan PATEN

dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;

7.      Persamaan perlakuan/tidak diskriminasi, berarti dalam penyelenggaraan PATEN setiap

warga masyarakat berhak memperoleh pelayanan yang adil;

8.      Keterbukaan, berarti setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan

memperoleh informasi tentang PATEN;

9.      Akuntabilitas, berarti proses penyelenggaraan PATEN harus dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan perundang-undangan;

10.  Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, berarti ada pemberian kemudahan

terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan;

11.  Ketepatan waktu, berarti penyelesaian setiap jenis pelayanan yang dikelola dilakukan tepat

waktu sesuai dengan standar pelayanan PATEN;

12.  Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, berarti setiap jenis pelayanan dalam PATEN

dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau oleh warga masyarakat penerima pelayanan.

2.3      Kerangka Konseptual Penelitian

            Pelanggan atau orang yang menerima pelayanan dalam konsep ini adalah  masyarakat

yang selalu ingin mendapatkan kepuasan yang maksimal terutama dalam hal kualitas

pelayanan publik. Dengan semakin tinginya kualitas pelayanan  publik maka kepuasan

masyarakat terhadap instansi pemerintah terpenuhi.

            Berdasarkan hal diatas, pelayanan publik, kualitas pelayanan publik, standar pelayan

publik,  maka kerangka konseptual penelitian dapat dirumuskan, bahwa Pelayanan

Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)  dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat, sehingga diduga ada hubungan antara Pelayanan Adminstrasi Terpadu

Kecamatan (PATEN) dengan peningkatan kualitas pelayanan publik.


2.4      Hipotesis

            Dari penjelasan kerangka konseptual yang ada, maka dibuat hipotesis dari penelitian,

sebagai berikut:

1.      Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

(PATEN) terhadap Peningkatan kualitas pelayanan Publik pada Kantor Kecamatan Sebatik

Tengah.

2.      Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

(PATEN) terhadap Peningkatan kualitas pelayanan Publik pada Kantor Kecamatan Sebatik

Tengah.

Dari  dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu hipotesis untuk

penelitian ini bahwa “Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelayanan Administrasi

Terpadu (PATEN) terhadap Peningkatan kualitas pelayanan Publik  pada Kantor Kecamatan

Sebatik Tengah”
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1     Pendekatan Penelitian

            Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Menurut Sugiono

(2006;11) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

atau menghubungkan antar variabel yang satu dengan yang lain. Alasan yang

melatarbelakangi peneliti mengambil pendekatan kuantitatif deskriptif adalah memberikan

fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi atau

daerah tertentu, yaitu untuk memberikan fakta mengenai kualitas pelayanan administrasi

terpadu kecamatan (PATEN).

3.2     Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini bertempat di Kantor Kecamatan Sebatik Tengah Jalan P.

Ramli Desa Maspul RT. 04 Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Alasan

pemilihan lokasi penelitian berdasarkan atas pertimbangan bahwa kecamatan Sebatik Tengah

merupakan instansi yang sudah menerapkan kebijakan pelayanan administrasi terpadu

kecamatan  (PATEN) sekitar 2 (dua) tahun dengan hasil sebagai juara pertama Kecamatan

berprestasi sekabupaten Nunukan pada tahun 2014.

3.3     Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi

Dalam Saifuddin Azwar (2005; 77) populasi didefinisikan sebagia kelompok subjek

yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagi suatu populasi, kelompok subjek ini

harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari

kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan

tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu. Populasi dalam penelitian ini

adalah masyarakat kecamatan Sebatik Tengah yang menggunakan pelayanan administrasi

terpadu kecamatan (PATEN) dalam kurun waktu 4 (empat) bulan. Pengambilan responden

dibatasi guna  mempermudah peneliti didalam melakukan penelitian.

Sampel

Sample menurut sugono (2004:91) sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Dan menurut Hadi (1983:63) adalah sebagian indivdu atau

populasi yang diselidiki. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memiliki

peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi

sampel, Sugiono (2006; 95). Kemudian menggunakan teknik Accidental sampling, yang

mana teknik penentuan sampelnya berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.  

3.4  Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara,

yaitu : sebagai berikut :

 Pengumpulan Data Primer


Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak

tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari

melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang dijadikan objek penelitian atau orang

yang kita jadikan sebagai sumber mendapatkan informasi ataupun data (Jonathan Sarwono,

2006;129)  olah Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode pengumpulan data dengan cara membagikan Kuesioner (Angket) yaitu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,2008:142)

            Kuesioner (angket)

Dalam penelitian ini menggunakan angket. Angket adalah teknik pengumpulan data

melalui penyebaran kuesioner (daftar penyebaran/isian) untuk diisi langsung oleh responden

seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum (Abdurrahmat

Fathoni, 2006; 111). Kuesioner dalam penelitian ini dikembangkan dari variabel melalui

standar pelayanan publik yaitu prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan,

produk pelayanan, sarana dan prasarana, dan kompetensi petugas pemberi pelayanan.

Untuk menganalisis jawaban dari responden, maka jawaban diberi skor berdasarkan

skala interval dengan metode Likert. Skala Likert mempunyai interval 1 – 5, untuk jawaban

yang mendukung pertanyaan atau pernyataan diberi skor tertinggi dan untuk jawaban yang

tidak mendukung pertanyaan atau pernyataan diberi skor terendah.

Adapun pemberian skor tersebut adalah sebagai berikut :

-          Skor 4 “untuk jawaban yang menyatakan baik”

-          Skor 3 “untuk jawaban yang menyatakan cukup baik”

-          Skor 2 “untuk jawaban yang menyatakan kurang baik”


-          Skor 1 “untuk jawaban yang menyatakan sangat kurang baik”

Observasi

Pengumpulan data melalui data pengamatan atau observasi dilakukan untuk

mendapatkan informasi yang dapat melengkapi data kuesioner yaitu dengan melihat kondisi

pada kecamatan Sebatik Tengah

Wawancara

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tak

berstruktur, yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan, Sugiyono (2011; 234)

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal

mencari dan mengumpulkan (Jonathan Sarwono, 2006; 123). Data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu. Data sekunder merupakan data yang sudah

diolah oleh pihak lembaga atau institusi tertentu, seperti data profil serta tugas pokos dan

fungsi kecamatan Sebatik Tengah.  

Uji Validitas dan Reliabitas


Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas

pelayanan administrasi terpadu kecamatan di Kecamatan Sebatik Tengah. Untuk mengetahui

sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka

harus dilakukan suatu uji Validitas dan Reabilitas, yaitu :

Pengujian Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang

mampu mengukur apa yang akan diukur, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2006;
137) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen penelitian sebagai alat ukur dalam mendapatkan data yang sesuai dengan korelasi

masing-masing pernyataan dengan skor total.

Secara teknis valid tidaknya suatu butir pertanyaan dinilai berdasarkan kedekatan

jawaban responden pada pertanyaan lain. Nilai kedekatan jawaban tersebut diukur

menggunakan korelasi dengan rumuss analisis korelasi Product Moment, yaitu nilai korelasi

setiap butir pertanyaan dengan total butir lainnya.

Uji validitas ditujukan sebagai uji tentang kemampuan suatu angket, sehingga benar-

benar dapat  mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Pengujian Realibilitas
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai, maka instrumen yang digunakan

untuk mendapatkan data seharusnya merupakan data yang valid dan realibel. Maka setelah

dilakukan uji validasi pada instrumen penelitian, akan dilakukan uji reliabilitas pada

instrumen penelitian.

Jonathan Sarwono (2006; 100) menguraikan bahwa realibilitas menunjuk pada adanya

konsistensi dan stabilitasi nilai hasil skala pengukuran tertentu. Realibilitas berkonsentrasi

pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Sugiyono (2006; 138) realibel instrumen

merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen

yang valid umumnya realibel, tetapi pengujian realibilitas instrumen yang perlu dilakukan.

Dengan kata lain bahwa instrumen penelitian yang realibel merupakan instrumen penelitian

yang konsisten dan bisa diandalkan. Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini realibel atau tidak, maka, dilakukan pengujian realibilitas dengan
menggunakan rumus Spearmen Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen

dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap, selanjutnya skor

data tiap kelompok itu disusun sendiri. Koefisien ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus

Spearman Brown.

3.5 Teknik Analisis Data

            Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan

analisis statistik. Analitik  yaitu menggunakan suatu masalah dan keadaan sebagaimana

adanya,sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito, 1992:10)

Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil

kosioner maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan di analisis. Dalam pengolahan

data ada beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain:

1.      Editing.
Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh diteliti tentang kelengkapan dan kejelasan

jawaban dari butir-butir pertanyaan yang telah dibuat. Adapun proses editing yang dilakukan

adalah:

a)    Kelengkapan pengisian terhadap semua pertanyaan dalam angket.

b)    Tulisan yang tertera harus dapat dibaca.

c)    Kalimatnya harus jelas maknanya sehingga tidak menyebabkan kesalahan dalam

menafsirkan.

d)    Apakah jawaban-jawaban responden cukup logis dan terdapat kesesuain antara jawaban yang

satu dengan yang lainnya.

 e)    Jawaban harus relevan dengan pertanyaan.

2.      Coding dan Scoring, merupakan usaha mengklasifikasi atau mengelompokkan jawaban

responden berdasarkan macamnya, dengan cara memberikan kode terhadap jawaban


responden dalam kuesioner sesuai dengan kategori masing-masing, kemudian diberikan skor

dengan menggunakan skala likert.

3.      Signifikansi Korelasi Produk Moment


Untuk menguji signifikansi pengaruh (Sugiyono,2008:184) yaitu apakah hubungan

yang ditentukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 100 orang, maka perlu

diuji signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi produk moment (sugiyono,2008:184)

sebagai berikut:

Setelah diuji harga “t” hitung, maka signifikansi ditentukan dengan “t” table dengan tingkat

kesalahan 5% maka apabila:

 ρ = 0   :Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan

ρ ≠ 0    :Berarti ada pengaruh yang signifikan

Selanjutnya untuk menetukan tingkat koefisien variabel yang dianalis diatas maka digunakan

interpretasi atau pedoman koefisien korelasi menurut buku Metode Penelitian Kuntitatif dan

Kualitatif Dan R&D (Sugiyono,2008:184).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Faried. 2011. Teori dan Konsep Administrasi: Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju Redefinisi.
Jakarta; Rajawali Pers.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yoggyakarta; Pustaka Pelajar


Dian, Utomo. Sad. 2010. Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN). Direktorat
Jenderal Pemetintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan teknik penyusunan Skripsi. Jakarta; Rineka
Cipta.
Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta Implementasinya . Bandung; Mandar
Maju.

Irawan, Prasetya. 2012. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi. Tangerang Selatan;
Universitas terbuka.

Miftah Thoha. 2010. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta; Kencana

Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta; Bumi Aksara.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuatitatif dan Kualitatif. Yogyakarta; Graha Ilmu.

Sinambela. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta; Bumi Aksara.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung; Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung; Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai