Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KABUPATEN NUNUKAN
Disusun Oleh :
Sutami Mappasimbung
NIM. 500893696
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-SAMARINDA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Citra buruk pelayanan publik di Indonesia pada masa lalu terlanjur melekat di
kalangan masyarakat luas. Lambanya pelayanan, sulit dan rumitnya persyaratan yang harus
masyarakat untuk mengurus perijinan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi
kesejahteraan masyarakat. Bagi Pemerintah Daerah, hal ini menjadi tantangan tersendiri
2004 Tentang Pemerintah Daerah. Menurut undang-undang tersebut bahwa salah satu tujuan
dari kebijakan Otonomi adalah mewujudkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat. Untuk itu kualitas pelayanan kepada masyarakat
terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pintu masuk bagi
percepatan reformasi birokasi di daerah dalam mewujudkan tata kelola pemeritahan di daerah
yang baik, keinginan mewujudkan birokrasi yang efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka
perbaikan kinerja manajemen pemerintahan atau kualitas pelayanan publik adalah dengan
(Public Service) pada hakekatnya adalah serangkaian layanan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah kepada semua lapisan masyarakat dengan tujuan memenuhi semua kebutuhan
masyarakat.
Republik Indonesia (2010; 27) pintu masuk (entry point) bagi percepatan reformasi birokrasi
di daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik (good local
penyelenggaraan pelayanan umum (publik) di daerah masih perlu ditingkatkan ke arah yang
lebih baik. Banyak hal yang menyebabkan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan
tersebut, misalnya perilaku petugas yang belum bersifat melayani, tidak jelasnya waktu
pelayanan, dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan publik, serta panjangnya
prosedur yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu jenis layanan publik.
Fungsi kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat menjadi relevan bila dilihat
dari segi kedekatan jarak, kecepatan waktu, dan kualitas pelayanan yang diberikan.
konvensional ternyata menghadirkan berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat, antara
lain :
1. Kurangnya ketepatan waktu dalam penyelesaian berkas yang diminta oleh masyarakat;
2. Warga harus bolak balik ke kantor karena kurangnya keterbukaan informasi pelayanan;
3. Tidak transparannya jumlah biaya yang harus dibayarkan sebagai imbalan pelayanan;
5. Petugas yang melayani masyarakat cenderung kurang menyadari posisi dan
Melihat masalah tersebut, hendaknya perlu diadakan perubahan dalam badan serta
sistem birokrasi. Meninggalkan birokrasi lama kemudian memulai pada tahap birokrasi yang
lebih efisien dan efektif dengan mengganti metode pelayanan dengan cara konvensional
menggunakan metode PATEN seperti halnya yang dilakukan oleh Kecamatan Sebatik
Tengah Kabupaten Nunukan. PATEN merupakan kebijakan makro karena berasal dari pusat
masyarakat khususnya dalam pelayanan publik. Dengan PATEN, untuk mengurus palayanan
perijinan dan non perijinan yang berskala kecil, masyarakat tidak perlu lagi sampai ke kantor
kabupaten karena adanya PATEN dapat menghemat waktu dan biaya dalam pemenuhan
Kabupaten Nunukan merupakan bentuk respon yang memperhatikan kebutuhan dan tuntutan
Daerah menuju Tata kelola Pemerintahan daerah yang baik, Sebagai kebutuhan dasar warga
negara atas suatu barang dan jasa dalam pelayanan administrasi yang terkait dengan
kepentingan publik. Orientasi kegiatannya adalah barang-barang publik dan pelayanan publik
sehingga dalam dinamika kehidupan, masyarakat yang bertindak selaku konsumen akan
berhubungan atau terkait dengan kegiatan pelayanan publik. Selain itu perlu diketahui
bersama bahwa sumber dana kegiatan pelayanan publik berasal dari masyarakat melalui
pajak sehingga wajar apabila masyarakat mengharapkan adanya pelayanan yang baik dan
berkualitas.
Berdasarakan pada uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
Nunukan”.
1.2. Rumusan Masalah
1) Tujuan
b) Untuk mengetahui pengaruh Pelayanan Administasi Terpadu Kecamatan (PATEN) terhadap
2) Manfaat
pelayanan publik di Kecamatan Sebatik Tengah. Dan dapat memberikan masukan kepada
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan sesuai dengan aturan pokok
karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan
baik dan profesional. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik adalah
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di
Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan resposibiltas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah),
dengan ciri sebagai berikut: Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi
diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
persyaratan teknis maupun persyaratan administratif; 3) unit kerja dan atau pejabat yang
pelayanan dan tata cara pembayarannya; dan 5) jadwal waktu penyelesaian pelayanan;
pemberi pelayanan, waktu penyeleaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan
dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta; Efisiensi, artinya: 1)
persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait; Ketepatan
waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan; Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan
cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang
dilayani; Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan
Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Pelayanan Publik menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang
Kualitas dipandang secara lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang
ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia. Hal ini tampak jelas
dalam definisi yang dirumuskan Goetsh dan Davis dalam Arief (2007; 117) bahwa kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut pakar lainnya yakni Evans
dan Lindsay dalam Amin Ibrahim (2008; 22) melihat kualitas pelayanan itu dari berbagai
segi, yakni dari pelanggan (masyarakat atau konsumen) dari sudut dasar produknya, dan
sudut dasar pemakaiannya dan dari sudut dasar nilainya. Dari sudut pelanggan tentulah
kualitas pelayanan itu muaranya pada kepuasan, sesuatu yang sebaik mungkin memuaskan.
Dari sudut dasar produk, harus ada spesifikasi dari setiap pelayanannya. Sedangkan dari
pelanggan/konsumen/masyarakat.
Pengukuran kualitas seharusnya melibatan semua individu yang terlibat dalam proses
itu, dengan demikian pengukuran kualitas bersifat partisifatif. Orang-orang yang bekerja
dalam proses harus memahami secara baik bagaimana memproleh nilai itu, karna penilaian
teradap kualitas pelayanan bukan diukur atau dinilai oleh pemberi pelayanan, akan tetapi
diberikn oleh langganan atau pihak yang menerima pelayanan. Namun demikian, tidak ada
suatu standar yang dapat dipakai sebagai ukuran umum tentang kualitas pelayanan. Hal ini
disebabkan unsur subyektivitas dalam diri penerima pelayanan, seseorang mungkin menilai
suatu pelayanan yang diterimanya sudah memuaskan tetapi belum memuaskan bagi orang
lain.
Dalam Sinambela (2008; 6) secara teoritik, tujuan pelayanan publik pada dasarnya
adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan
a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhknan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;
b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas,
d. Parsipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
masyarakat;
e. Kesamaan Hak, yaitu pelayanan yang tidak diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya
pelayanan yang baik adalah awal bagi tumbuhnya kepercayaan masyarakat kepada
pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima. Dalam metode pengukuran ini,
penilaian masyarakat selaku konsumen berperan penting dalam mengukur kualitas pelayanan
publik. Menurut Parasuraman (1990 : 23), pengukuran kualitas pelayanan publik didasarkan
pada indikator-indikator:
1. Tangibles, artinya kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, ruang tunggu,
dan lain-lain.
2. Reliability, yakni kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya.
3. Responsiveness, yakni kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara
4. Assurance, yakni kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan
5. Emphaty, yakni sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.
harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk
pengaduan.
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan
pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Pengertian PATEN
publik di kecamatan yang proses pengelolaannya, dimulai dari permohonan sampai ke tahap
terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat pelayanan (Dian Utomo; 2010: 32). Satu
tempat ini disini berarti cukup melalui satu meja atau loket pelayanan. Sistem ini
di kecamatan.
Maksud Penyelenggaraan PATEN
mewujudkan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan
bagi Badan/Kantor/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di kabupaten/ kota bagi
kecamatan yang secara kondisi geografis daerah akan lebih efektif dan efisien di layani
melalui kecamatan. Pusat pelayanan masyarakat berarti dimasa datang kecamatan harus
Asas PATEN
Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, khususnya jenis pelayanan
administrasi, maka PATEN menganut asas-asas pelayanan publik sesuai dengan Undang-
undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Asas-asas itu
adalah :
1. Kepentingan umum, yang berarti pemberian pelayanan oleh petugas pelaksana PATEN tidak
2. Kepastian hukum, berarti ada jaminan bagi terwujudnya hak dan kewajiban antara penerima
PATEN;
3. Kesamaan hak, berarti pemberian pelayanan dalam PATEN tidak membedakan suku, agama,
4. Keseimbangan hak dan kewajiban, berarti pemenuhan hak harus sebanding dengan
kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan;
5. Keprofesionalan, berarti setiap pelaksana PATEN harus memiliki kompetensi yang sesuai
8. Keterbukaan, berarti setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, berarti ada pemberian kemudahan
11. Ketepatan waktu, berarti penyelesaian setiap jenis pelayanan yang dikelola dilakukan tepat
12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, berarti setiap jenis pelayanan dalam PATEN
dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau oleh warga masyarakat penerima pelayanan.
Pelanggan atau orang yang menerima pelayanan dalam konsep ini adalah masyarakat
yang selalu ingin mendapatkan kepuasan yang maksimal terutama dalam hal kualitas
pelayanan publik. Dengan semakin tinginya kualitas pelayanan publik maka kepuasan
Berdasarkan hal diatas, pelayanan publik, kualitas pelayanan publik, standar pelayan
Dari penjelasan kerangka konseptual yang ada, maka dibuat hipotesis dari penelitian,
sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) terhadap Peningkatan kualitas pelayanan Publik pada Kantor Kecamatan Sebatik
Tengah.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) terhadap Peningkatan kualitas pelayanan Publik pada Kantor Kecamatan Sebatik
Tengah.
Dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu hipotesis untuk
penelitian ini bahwa “Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelayanan Administrasi
Terpadu (PATEN) terhadap Peningkatan kualitas pelayanan Publik pada Kantor Kecamatan
Sebatik Tengah”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Menurut Sugiono
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan antar variabel yang satu dengan yang lain. Alasan yang
fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi atau
daerah tertentu, yaitu untuk memberikan fakta mengenai kualitas pelayanan administrasi
Lokasi dari penelitian ini bertempat di Kantor Kecamatan Sebatik Tengah Jalan P.
Ramli Desa Maspul RT. 04 Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Alasan
pemilihan lokasi penelitian berdasarkan atas pertimbangan bahwa kecamatan Sebatik Tengah
kecamatan (PATEN) sekitar 2 (dua) tahun dengan hasil sebagai juara pertama Kecamatan
Dalam Saifuddin Azwar (2005; 77) populasi didefinisikan sebagia kelompok subjek
yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagi suatu populasi, kelompok subjek ini
kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan
tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu. Populasi dalam penelitian ini
terpadu kecamatan (PATEN) dalam kurun waktu 4 (empat) bulan. Pengambilan responden
Sampel
Sample menurut sugono (2004:91) sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dan menurut Hadi (1983:63) adalah sebagian indivdu atau
populasi yang diselidiki. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi
sampel, Sugiono (2006; 95). Kemudian menggunakan teknik Accidental sampling, yang
mana teknik penentuan sampelnya berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara,
tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari
melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang dijadikan objek penelitian atau orang
yang kita jadikan sebagai sumber mendapatkan informasi ataupun data (Jonathan Sarwono,
2006;129) olah Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data dengan cara membagikan Kuesioner (Angket) yaitu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
Dalam penelitian ini menggunakan angket. Angket adalah teknik pengumpulan data
melalui penyebaran kuesioner (daftar penyebaran/isian) untuk diisi langsung oleh responden
seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum (Abdurrahmat
Fathoni, 2006; 111). Kuesioner dalam penelitian ini dikembangkan dari variabel melalui
standar pelayanan publik yaitu prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan,
produk pelayanan, sarana dan prasarana, dan kompetensi petugas pemberi pelayanan.
Untuk menganalisis jawaban dari responden, maka jawaban diberi skor berdasarkan
skala interval dengan metode Likert. Skala Likert mempunyai interval 1 – 5, untuk jawaban
yang mendukung pertanyaan atau pernyataan diberi skor tertinggi dan untuk jawaban yang
Observasi
mendapatkan informasi yang dapat melengkapi data kuesioner yaitu dengan melihat kondisi
Wawancara
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tak
berstruktur, yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
Data sekunder merupakan merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal
mencari dan mengumpulkan (Jonathan Sarwono, 2006; 123). Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu. Data sekunder merupakan data yang sudah
diolah oleh pihak lembaga atau institusi tertentu, seperti data profil serta tugas pokos dan
sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka
Pengujian Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang
mampu mengukur apa yang akan diukur, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2006;
137) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen penelitian sebagai alat ukur dalam mendapatkan data yang sesuai dengan korelasi
Secara teknis valid tidaknya suatu butir pertanyaan dinilai berdasarkan kedekatan
jawaban responden pada pertanyaan lain. Nilai kedekatan jawaban tersebut diukur
menggunakan korelasi dengan rumuss analisis korelasi Product Moment, yaitu nilai korelasi
Uji validitas ditujukan sebagai uji tentang kemampuan suatu angket, sehingga benar-
benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak
Pengujian Realibilitas
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai, maka instrumen yang digunakan
untuk mendapatkan data seharusnya merupakan data yang valid dan realibel. Maka setelah
dilakukan uji validasi pada instrumen penelitian, akan dilakukan uji reliabilitas pada
instrumen penelitian.
Jonathan Sarwono (2006; 100) menguraikan bahwa realibilitas menunjuk pada adanya
konsistensi dan stabilitasi nilai hasil skala pengukuran tertentu. Realibilitas berkonsentrasi
pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Sugiyono (2006; 138) realibel instrumen
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen
yang valid umumnya realibel, tetapi pengujian realibilitas instrumen yang perlu dilakukan.
Dengan kata lain bahwa instrumen penelitian yang realibel merupakan instrumen penelitian
yang konsisten dan bisa diandalkan. Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini realibel atau tidak, maka, dilakukan pengujian realibilitas dengan
menggunakan rumus Spearmen Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen
dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap, selanjutnya skor
data tiap kelompok itu disusun sendiri. Koefisien ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus
Spearman Brown.
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis statistik. Analitik yaitu menggunakan suatu masalah dan keadaan sebagaimana
Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil
kosioner maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan di analisis. Dalam pengolahan
1. Editing.
Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh diteliti tentang kelengkapan dan kejelasan
jawaban dari butir-butir pertanyaan yang telah dibuat. Adapun proses editing yang dilakukan
adalah:
menafsirkan.
d) Apakah jawaban-jawaban responden cukup logis dan terdapat kesesuain antara jawaban yang
2. Coding dan Scoring, merupakan usaha mengklasifikasi atau mengelompokkan jawaban
yang ditentukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 100 orang, maka perlu
sebagai berikut:
Setelah diuji harga “t” hitung, maka signifikansi ditentukan dengan “t” table dengan tingkat
Selanjutnya untuk menetukan tingkat koefisien variabel yang dianalis diatas maka digunakan
interpretasi atau pedoman koefisien korelasi menurut buku Metode Penelitian Kuntitatif dan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Faried. 2011. Teori dan Konsep Administrasi: Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju Redefinisi.
Jakarta; Rajawali Pers.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan teknik penyusunan Skripsi. Jakarta; Rineka
Cipta.
Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta Implementasinya . Bandung; Mandar
Maju.
Irawan, Prasetya. 2012. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi. Tangerang Selatan;
Universitas terbuka.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuatitatif dan Kualitatif. Yogyakarta; Graha Ilmu.