Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan

Efusi Pleura

Winda Julian Po7120319062


LAPORAN PENDAHULUAN

Efusi Pleura

A. Definisi

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah
atau pus. (Baughman C Diane, 2000)

Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh
banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

B. Etiologi

Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh). Penyakit yang menyertai transudat :
- Gagal jantung kiri.
- Sindrom nefrotik.
- Obstruksi vena kava superior
- Asites pada serosis hati
- Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam
jaringan ). Cairan ini dapat terjadi karena
adanya :
- Infeksi
- Neoplasma/tumor
- Infark paru

C. Tanda dan Gejala


1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak
keringat, batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat
tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang
beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Batuk
- Pernafasan yang cepat
- Demam
- Cegukan

D. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga


pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid
yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya
tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate kadar
proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall ,
1997)

E. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati


menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan
dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
- Ultrasonografi
- Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi,
berat jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8 terdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
- Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk
sel-sel malignan, dan pH.
- Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
F. Diagnosis
1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan:
Inspeksi:
- Dinding dada simetris /
asimetris
- Sela iga melebar
- Cembung
- Gerakan menurun kesisi
yang sehat Palpasi
- Gerakan fremitus suara
menurun. Perkusi:
Redup, garis Ellis Domoiseau (+)
Auskultasi:
- Pada bagian yang sakit, suara napas menurun

G. Diagnosis Banding

- Efusi pleura e.c TB paru.


- Emfisema paru.
- Emboli pulmonal.
- Gagal jantung.

H. Penatalaksanaan

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan
bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis

(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.

I. Proses Keperawatan
a. Pengkajian

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

- Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.
- Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
- Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara/cairan).
2. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
3. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.
c. Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Pola napas tidak Tupan : 1. identifikasi 1. Pemahaman
efektif Pola napas etiologi atau faktor penyebab kolaps
berhubungan efektif. pencetus. perlu untuk
dengan penurunan 2. Evaluasi fungsi pemasangan
ekspansi paru Tupen : pernapasan (napas selang dada yang
(akumulasi setelah cepat, sianosis, tepat dan
udara/cairan) dilakukan perubahan tanda memilih tindakan
intervensi vital) terpeutik yang
keperawatan 3. Auskultasi bunyi lain.
selama 3x24 napas. 2. Disteres
jam pasien 4. Kaji pasien adanya pernafasan dan
bisa bernapas nyeri tekan bila perubahan pada
dengan normal batuk, nafas dalam tanda- tanda vital
dengan kriteria 5. Pertahankan posisi dapat terjadi
hasil: nyaman biasanya karena stress
Menunjukkan peninggian kepala foisiologis dan
pola napas tempat tidur nyeri qatau dapat
normal/efektif 6. Bila selang dada menunjukan
dengan GDA dipasang : terjadinya syok
normal, - periksa sehubungan
Bebas sianosis pengontrol dengan hipoksia/
dan tanda penghisap, perdarahan .
gejala hipoksia batas cairan. 3. Bunyi nafas
- Observasi dapat menurun
gelembung atau tak ada pada
udara botol lobus, segmen
penampung. paru atau seluruh
- Klem selang area paru
pada bagian ( unilateral).
bawah unit Area atelektasis
drainase bila tak ada bunyi
terjadi nafas, dan
kebocoran. sebagian area
- Awasi pasang kolaps menurun
surutnya air bunyinya
penampung. 4. Sokongan
- Catat terhadap dada
karakter/jumla dan otot
h drainase abnormal
selang dada. membuat batuk
7. Kolaborasi untuk efektif/
pmberian oksigen mengurangi
melalui trauma.
kanul/masker 5. menurunkan
resiko obstruksi
drainase/
terlepasnya
selang
6. Mempertahankan
tekanan negative
intrapleural
sesuai yang
diberikan , yang
meningkatkan
ekspansi
optimum dan
drainase cairan
dan melakukan
intervensi
selanjutnya.
7. Alat dalam
menurunkan
kerja nafas;
meningkatkan
penghilangan
distres respirasi
dan sianosis
sehubungan
dengan
hipoksemia.

2 Gangguan pola Tupan : 1. Kaji masalah 1. Memberikan


istirahat dan tidur Pola tidur gangguan tidur infrmasi dasar
berhubungan terpenuhi pasien, dalam
dengan adanya karakteristik, dan menentukan
nyeri. Tupen : penyebab kurang rencana
Setelah tidur. perawatan.
dilakukan 2. Lakukan mandi 2. Meningkatkan
intervensi hangat sebelum tidur
keperawatan tidur 3. Mengurangi
selama 3x24 3. Lakukan masase gangguan tidur
jam pola tidur pada daerah 4. Mengurangi
terpenuhi belakang, tutup gangguan tidur
dengan kriteria jendela / pintu jika
hasil : perlu
nyeri 4. Berikan
berkurang pengobatan seperti
analgetik dan
sedative setengah
jam sebelum tidur.
3 Nyeri dada Tupan : 1. Observasi 1. Membantu dalam
berhubungan Nyeri dada karakteristik, mengevaluasi
dengan peradangan berkurang lokasi, waktu, dan rasa nyeri.
pada rongga pleura perjalanan rasa 2. Membantu
Tupen : nyeri dada mengurangi rasa
Setelah Tersebut nyeri.
dilakukan 2. Bantu 3. Untuk
intervensi klien melakukan mengurangi /
keperawatan tehnik relaksasi menghilangkan
selama 3x24 3. Berikan analgetik rasa nyeri.
jam pasien sesuai indikasi
mengatakan
nyeri dada
klien hilang
dengan kriteria
hasil : nyeri
berkurang dan
pasien tampak
tenang

Anda mungkin juga menyukai