Oleh:
Akromul Fajri (19133200110)
Vista Desyananda (19133200111)
Puji syukur kehadiran Tuhan yang maha esa yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia berupa kemampuan untuk berdiskusi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas dan Makalah ini berisi tentang Sistem Moneter Internasional. Makalah ini disusun
dalam rangka menyeleseikan mata kuliah perdagangan internasional.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan baik moril maupun materiil dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada:
bapak dosen mata kuliah perdagangan internasional.
Rekan-rekan Mahasiswa Manajemen Non reguler
Kami sadar bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan, untuk itu kami
sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam
proses belajar.
penulis
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat kita berbicara tentang moneter maka masalah utama yang seringkita
bicarakan adalah berkaitan dengan uang. Setiap negara mempunyai mata uang sendiri dan
mata uang itu menunjukkan nilai barangnya. Begitu juga dengan sistem moneter
internasional ini mengacu pada institusi-institusi dimanapembayaran atas transaksi lintas
negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaiman kurs tukar asing ditentukan dan
bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar.
Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua
negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksilintas negara. Sistem
moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan
internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan.
Pembahasan inti dari sistem moneter internasionaladalah menentukan pengaturan sistem
kurs tukar.
Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter
internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem kesistem yang lain
diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat inipun sistem moneter
internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah sistemnya
menjadi lebih berfungsi optimal. Untuk itu penulis akan membahas terkait dengan
“Sistem Moneter Internasional
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Secara umum, terdapat empat periodisasi utama sejarah perkembangan sistem
moneter internasional yakni standar emas klasik, periode interwar, masa Bretton Woods
System, dan era Post-Bretton Woods System. Pada awalnya, kemunculan tatanan
ekonomi dan politik modern di awal abad ke-18 menjadi sebuah turning point penting
bagi keterlibatan negara dalam mengatur sirkulasi uang baik di level domestik maupun
internasional. Akan tetapi, keterlibatan pemerintah didalam pengaturan perekonomian dan
moneter kemudian memunculkan masalah baru ketika adanya ‘gesekan’ yang muncul
diantara perekonomian domestik dan internasional dimana pencetakan uang yang
berlebihan oleh pemerintah pada akhirnya menghasilkan inflasi yang mempengaruhi
stabilitas dan reputasi negara yang bersangkutan di dalam sistem moneter internasional
(Gilpin, 1987). Keadaan ini kemudian mendorong kemunculan sebuah ‘sistem moneter
pertama’ di level internasional yakni
1. standar emas klasik atau classical gold
standard dimana emas menjadi dasar bagi nilai tukar mata uang suatu negara
didalam perdagangan internasional. Sistem ini merupakan perluasan pengaruh negara
bagi pengaturan sistem moneter internasional karena pemberlakuan standar emas ini
sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip ekonomi liberal yang berasumsi
bahwa sistem moneter harus berjalan secara otomatis, impersonal, dan aktor-aktor
yang terlibat didalamnya bersifat simetris (Gilpin, 1987). Hal tersebut dikarenakan
pemberlakuan standar emas klasik membutuhkan peranan bank-bank sentral untuk
menjaga stabilitas perputaran dan arus uang sehingga sistem moneter ala liberal
menjadi tak berlaku lagi. Selain itu, sistem moneter ala standar emas ini tak bersifat
impersonal dan simetris karena membutuhkan sosok ‘pemimpin’ yang dianggap
mampu menciptakan order yang akan menjadi dasar bagi upaya stabilisasi sistem
moneter internasional melalui sebuah integrasi yang terpusat di London sehingga
memunculkan Britania Raya yang diwakili oleh Bank of England sebagai negara
‘hegemon’ yang mampu menentukan sekaligus mengatur suplai dan sirkulasi moneter
dunia (Gilpin, 1987). Pada dasarnya, pemberlakuan standar emas ini membuat negara
yang menganutnya harus menentukan harga emas dalam mata uangnya serta siap
untuk membeli atau menjual emas pada tingkat harga yang telah ditetapkan tersebut.
Oleh karenanya, bank-bank sentral negara yang menerapkan sistem ini kemudian
harus memiliki cadangan emas yang sesuai dengan jumlah uang yang dicetaknya. Hal
ini mengakibatkan nilai tukar menjadi fixed dan cenderung tidak berubah sehingga
stabilitas nilai uang dan kurs internasional dapat dicapai. Sistem ini pertama kali
diberlakukan secara legal formal oleh Britania Raya pada tahun 1819 ketika parlemen
mengeluarkan Resumption Act yang menyatakan bahwa Bank of England harus
memulai kembali kegiatannya untuk menukar uang kertas dengan emas yang sempat
terhenti selama empat tahun akibat dari Perang Napoleon yang berlangsung sejak
1793 hingga 1815 dan kemudian terus berlanjut hingga tahun 1870 ketika sistem ini
diberlakukan dan diterima oleh hampir seluruh negara Eropa (Frieden, 2006).
3
Meletusnya Perang Dunia Pertama dan Kedua menjadi awal kejatuhan sistem
standar emas klasik ini karena kedua perang tersebut menimbulkan kekacauan dalam
sistem moneter global dan negara-negara di dunia mengalami berbagai macam
keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh masalah hiperinflasi, nilai tukar yang
fluktuatif, serta kebijakan devaluasi. Periode yang dikenal sebagai periode interwar ini
berupaya untuk mengembalikan sistem monter internasional ke dalam bentuk standar
emas setelah sebelumnya perdagangan internasional berjalan secara sporadis dan tak
beraturan (Salvatore, 2013). Akan tetapi, berbagai permasalahan diatas membuat
sistem standar emas menjadi kurang relevan karena ketergantungan akan emas terus
berkurang dan diperparah oleh kemunculan Great Depression di tahun 1929 yang
berimbas pada kejatuhan ekonomi Britania Raya yang notabene merupakan negara
pemegang order sistem moneter kala itu (Frieden, 2006).
4
5. Kinerja sistem moneter internasional sejak 1971
Upaya untuk mengakhiri sistem Bretton Woods ini kemudian terlihat dari
Dekrit Presiden Nixon yang dikeluarkan pada tanggal 15 Agusus 1971 dimana dekrit
ini dianggap oleh banyak pihak sebagai upaya sepihak Amerika Serikat untuk
menghindari krisis kepercayaan dunia terhadap kredibilitas Amerika Serikat sebagai
penjamin sistem moneter dan finansial global (Paparchontis, 2005).
Keruntuhan sistem Bretton Woods ini kemudian menandai berakhirnya era
fixed exchange rate dan memulai era baru floating exchange rate atau juga dikenal
sebagai Post-Bretton Woods System dimana nilai tukar mata uang dunia disesuaikan
dengan mekanisme pasar yakni tingkat supply dan demand. Pada awalnya, sistem
floating ini dianggap sebagai salah satu sistem moneter dan finansial global yang
lebih aman dan fair karena diasumsikan tidak terlalu mengancam perekonomian
makro negara-negara dalam sistem internasional (Frieden, 2006).
Akan tetapi, dalam perjalanannya sistem ini kemudian menghasilkan sebuah
sistem moneter dan finansial global yang penuh dengan ketidakpastian atau
uncertainty dan spekulasi-spekulasi dalam pasar uang dunia. Situasi dan kondisi ini
pada akhirnya menghasilkan apa yang kemudian disebut sebagai kapitalisme kasino
atau casino capitalism (Strange, 1986). Strange melihat bahwa sistem moneter dan
finansial global adalah sebuah arena kasino dimana para aktor internasional kemudian
bebas untuk keluar masuk dalam ‘permainan’ dan ‘perjudian’ ekonomi internasional.
Disebut sebagai ‘permainan’ dan ‘perjudian’ karena negara sebagai salah satu aktor
dominan dalam ekonomi politik internasional kemudian berperan sebagai spekulator
yang akan menentukan arah serta nilai tukar mata uang setiap harinya dengan cara
bertaruh dengan persentase kemenangan atau keuntungan yang tidak besar dan tidak
kecil di berbagai pasar delivatif internasional.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana dimana
sistem moneter internasional adalah salah satu kebutuhan esensial dalam aspek ekonomi
internasional karena berkaitan erat dengan arus perdagangan dan fluktuasi neraca
perdagangan suatu negara.
Oleh karena peran dan eksistensinya yang begitu penting maka diperlukan sebuah
parameter yang dapat memastikan kualitas sistem moneter tersebut dimana parameter
yang dapat merepresentasikan akuntabilitas sebuah sistem moneter adalah liquidity,
adjustment, dan confidence.
Perkembangan sistem moneter internasional itu sendiri berjalan sesuai dengan
dinamika ekonomi internasional yang terus mengalami fluktuasi dari masa ke masa. Pada
akhirnya, sistem moneter internasional, baik yang berupa fixed maupun floating bertujuan
untuk menjaga kelancaran arus perdagangan internasional serta mendistribusikan
keuntungan perdagangan tersebut secara merata dan adil.
6
DAFTAR PUSTAKA
Frieden, Jeffrey A., 2006. “The Bretton-Woods in Action” In: Global Capitalism: Its
Fall and Rise in the Twentieth Century. New York: W.W. Norton & Co. Inc., pp.
278-300.
Gilpin, Robert, 1987. “International Money Matters” In: The Political Economy of
International Relations. Princeton : Princeton University Press, pp. 118-170.
Helleiner, Eric, 2008. “The Evolution of the International Monetary and Financial
System” dalam Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press,
pp.213-240.
Paparchontis, Kathleen. 2005. 100 World Leaders Who Shaped World
History. California : Bluewoods Books
Salvatore, Dominick. 2013. “The International Monetary System: Past, Present and Future,
dalam International Economics, John Wiley & Sons, pp.423-462