Aldehid mumunya dapat bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen
yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil dari aldehid leboh kurang
terlindung dibandingkan dengan atom karbon karbonil dari keton. (Siswoyo, 2009)
c) Reaksi Haloform
halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut uji iodoform, untuk
metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk
iodoform (CHI3) padat berwarna kuning.
d) Reaksi-reaksi Adisi Aldehida dan Keton
Ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang meyendiri bersifar nonpolar. Agar
bereaksi, biasanya diperlukan suatu elektrofil untuk menyerang electron-elektron
ikatan-pi. Namun ikatan rangkap karbon-oksigen telah bersifat polar bahkan tanpa
serangan elektrofil. Suatu senyawa karbonil dapat diserang oleh suatu nukleofil atau
oleh suatu elektrofil. (Fessenden;1982)
Reaksi dengan Air
Air dapat mengadisi suatu gugus karbonil, untuk membentuk suatu 1,1-diol,
yang disebut gem-diol, atau hidrat. Reaksi itu reversible, dan biasanya
kesetimbangan terletak pada sisi karbonil. (Fessenden; 1982)
Reaksi Umum: O OH
OH
Reaksi dengan Alkohol
Alcohol dapat mengadisi suatu gugus karbonil. Produk adisi satu molekul
pada suatu aldehid desubut hemiasetal, sedangkan produk dua molekul alcohol
(dengan hilangnya H2O) disebut asetal. Reaksi ni dikatalis dengan asam kuat
O OR OR
ROH, H ROH, H
R─C─H R─C─R R─C─R + H2O
OH OR
R O H + HSO3-Na+ R C SO3-Na+
Imina mudah terhidrolisis (dipaksa pisah oleh air). Tahap awal hidrolisis
adalah protonasi nitrogen imina. Jika suatu gugus elektronegatif terikat pada
nitrogen imina itu, maka kebasaan nitrogen ituberkurang dan hidrolisis
terkurangi (Fessenden;1982).
Pasangan electron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-
senyawa lain yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi
menghasilkan fenilhidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk
membebaskan satu mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia
dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal aldehid dan keton.
Reaksi yang sama dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin menghasilkan 2,4-
dinitrofenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.
OH
C=O + H2N NH C NH
NH C=N
Fenilhidrasin Fenilhidrazon
OH H2O
C=O + H2NOH C C=NOH
NHOH
Hidroksil amin Oksim
O O
Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk menyediakan
iodoform, bromoform atau kloroform.
O O
Oleh karena anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada
gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru,
sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan larutan basa
yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang bila dipanaskan
akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni krotonaldehid.
O O
H3C C H OH-
H2C C H
O O O
H+
H-
OH O
panas O
H3C CH CH2C H H3C─CH=CH─C─H
-2H2O
Kedua-duanya mempunyai atom hydrogen alfa, mudah berkondensasi dengan
benzaldehid yang tidak mempunyai atom hydrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak
bisa menjalankan reaksi aldol.
O O
O
C H + H3C C CH3 OH- CH CH C CH CH
-2H2O
Reagen Tollens, yakni larutan ion perak beramoniak, direduksi oleh aldehid
menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam yang bertalian. Keton
tidak dioksidasi oleh reagen Tollens yang merupakan oksidator lemah. Persamaan
reaksinya:
Aldehid ini dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam reagensia tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2016).
Reagen fehling dan benedict, yang terdiri dari kompleks Cu 2+ dengan ion tartirat
untuk pereaksi fehling atau sitrat untuk pereaksi benedict, keduanya adalah larutan basa.
Reaksinya dengan aldehid adalah sebagai berikut:
Pereaksi tembaga berwarna biru tua. Jika pereaksi ini bereaksi dengan aldehid, terbentuk
endapan Cu2O berwarna merah bata.
Reaksi dengan pereaksi tollens atau fehling mengubah iatan C – H menjadi ikatan C
– O. Aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang
sama. Karena keton tidak mempunyai hidrogen yang menempel pada atom karbonil,
keton tidak dapat dioksidasi dengan pereaksi-pereaksi ini. Keton dapat dioksidasi dengan
keadaan reaksi yang lebih keras daripada aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan
salah satu karbonilnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan jumlah atom
karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton aslinya (Hart, 1990).
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil-aldehid dan beberapa keton
yang tidak mengandung gugus yang besar disekeliling atom karbon karbonil bereaksi
dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujd hablur berwarna
putih. Hasil adisi ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa-
senyawa karbonil, sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan
senyawa karbonil dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain
(Hart, 1990).
Anion ini dinamakan anion enolat. Muatan negatifnya dapat disebarkan diantara
atom karbon (α ) dan atom oksigen. Karena oksigen lebih elektronegatif daripada karbon,
sebagian besar muatan terdapat pada atom oksigen. Banyak dari reaksi-reaksi senyawa
karbonil didasarkan pada pertanyaan tersebut.
(Hart, 1990).
Haloform dapat terbentuk bila halogen direaksikan dengan senyawa metil keton,
sehingga halogenasi α dapat digunakan sebagai dasar uji iodoform untuk senyawa-
senyawa metil keton. Halogenasi alfa (α ) merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut
uji iodoform, untuk metil keton. Gugus metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk
iodoform (CHI3) padat berwarna kuning (Fessenden, 1982).
Uji Iodoform:
Uji ini tidaklah spesifik untuk metil keton. Iod merupakan zat pengoksidasi lembut,
dan senyawa apa saja yang dapat dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil juga
akan menunjukkan uji positif.
Brom dan klor juga bereaksi dengan metil keton, menghasilkan masing-masing
(CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Istilah umum untuk menyebut CHCX33 ialah
“haloform”, maka reaksi ini sering disebut sebagai reaksi haloform (Fessenden, 1982).
Karena bromoform dan kloroform merupakan cairan tidak mencolok, maka
pembentuknya tak berguna untuk maksud uji. Namun, reaksi antara suatu metil keton
dengan setiap halogen tersebut memberikan suatu metode pengubahan metil keton ini
menjadi asam karboksilat (Fessenden, 1982).
(Sitorus, 2010).
Bila aldehid direaksikan dengan larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi
sesamanya menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan menyingkirkan air
menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni krokonaldehid
(Tim Dosen Kimia Organik, 2016).
1) Alat
- Tabung reaksi 20 buah
- Termometer 1 buah
- Erlenmeyer 50 mL 1 buah
- Corong buchner 1 buah
- Labu penyaring + penyaring 1 buah
- Pembakar buchner 1 buah
- Kaki tiga 1 buah
- Pendingin refluks 1 buah
- Kompor listrik + kaca 1 buah
- Kaca arloji 1 buah
- Gelas kimia 3 buah
- Pipet tetes 9 buah
- Spatula 1 buah
- Pipa kapiler 1 buah
- Rak tabung reaksi 1 buah
2) Bahan
- Asetaldehid - Reagen Fenilhidrazin
- Sikloheksanon - Hidrosiamin Hidroksida
- n-heptaldehid - Natrium asetat trihidrat
- 2-pentanon - Air Es
- Formalin
- Isopropil alkohol
- Etanol
- Reagen benedict (Reagen Fehling)
- Larutan 10% NaOH
- Larutan 5% NaOH
- Larutan AgNO3 5%
- Lrutan NH4OH 2%
- Larutan jenuh Natrium Bisulfit
- HCl