Anda di halaman 1dari 13

JUDUL PERCOBAAN : Identifikasi Gugus Aldehid, Keton, dan Karboksilat

TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 28 Februari 2017


TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus
Aldehid.
2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus
Keton.
3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus
Karboksilat.
4. Membedakan antara gugus aldehid, keton, dan karboksilat
yang terdapat di dalam senyawa organik.
DASAR TEORI :
A. Struktur Aldehid dan Keton
Gugus aldehid mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon
karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid ( R dalam rumus dibawah ini) dapat berupa
alkil, aril atau H.

atau RCHO (suatu aldehida)


Gugus keton mempunyai dua gugus akil (aril) yang terikat pada karbon karbonil.
Rumus dari keton :

atauu RCOR (suatu keton)


Banyak aldehid keton mempunyai bau khas yang membedakannya umunya aldehida
berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya trans-sinamaldehida adalah
komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer-enantiomer karbon yang
menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen. (Fessenden & Fessenden, 1986).
Perbedaan struktur dari aldehida dan keton menyebabkan perbedaan sifat-sifat fisik
dan kimia.
1. Aldehida lebih mudah dioksidasi dibandingkan keton
2. Aldehida lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik daripada keton

B. Sifat-sifat Fisik Aldehida dan Keton


Adanya gugus karbonil menyebabkan senyawa ini bersifat polar dan mempunyai gaya
intermolekul dan titik didih yang lebih besar daripada alkana yang bersesuaian. Namun
demikian aldehid dan keton tidak mempunyai ikatan hidrogen yang kuat diantara molekul-
molekulnya.
Atom oksigen pada senyawa karbonil dapat membentuk ikatan hidrogen yang cukup
kuat dengan molekul air. Senyawa karbonil dengan berat molekul yang rendah dapat larut
didalam air, sedangkan aseton dan asetaldehida larut dalam air dalam segala perbandingan.
Berapa senyawa aldehida, berasal dari sumber alam dan mempunyai bau yang harum.
Beberapa diantaranya seperti dibawah ini.

Benzaldehida Vanili salisilaldehida sinamaldehida

Aldehid mumunya dapat bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen
yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil dari aldehid leboh kurang
terlindung dibandingkan dengan atom karbon karbonil dari keton. (Siswoyo, 2009)

C. Reaksi-reaksi Aldehi dan Keton


a) Oksidasi Aldehid dan Keton
Keton tak mudah dioksidasi, tetapi aldehida sangat mudah teroksidasi menjadi asam
karboksilat. Hampir setiap reagenesiayang mengoksidasi suatu alkohol juga
mengoksidasi suatu aldehid. Garam permanganat atau dikromat merupakan zat
pengoksidasi yang terpopuler, tetapi bukanlah satu-satunya reagenesia yang dapat
digunakan.

Heptanal Asam heptanoat (78%)


(Suatu aldehida) (suatu asam karboksilat)

Tidak ada reaksi


Disamping oksidasi oleh permanganat dan dikromat, aldehida dapat dioksidasi oleh zat
pengoksidasi yang sangat lembut, seperti Ag+ dan Cu+ Reagen Tollens (suatu larutan
basa dari ion kompleks perak-amonia) digunakan sebagai reagenesia uji untuk aldehid.
Aldehida itu dioksidasi menjadi anion karboksilat; Ion Ag+ dalam reagensia Tollens
direduksi menjadi logan Ag. Uji positif ditandai oleh terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi. Dengan meluasnya penggunaan spektroskopi. Uji tollens
tidak lagi dipilih untuk identifikasi aldehida, namun kadang-kadang cermin masih
dibuat dengan cara ini.

Dari reagenesia tollens Cermin


b) Reduksi Aldehida dan Keton
Suatu aldehida aatau keton dapat direduksi menjadi suatu alkohol, suatu hidrokarbon
atau suatu amina. Produk reduksi ini tergantung pada bahan pereduksi dan struktur
senyawa karbonilnya.

c) Reaksi Haloform
halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut uji iodoform, untuk
metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk
iodoform (CHI3) padat berwarna kuning.
d) Reaksi-reaksi Adisi Aldehida dan Keton
Ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang meyendiri bersifar nonpolar. Agar
bereaksi, biasanya diperlukan suatu elektrofil untuk menyerang electron-elektron
ikatan-pi. Namun ikatan rangkap karbon-oksigen telah bersifat polar bahkan tanpa
serangan elektrofil. Suatu senyawa karbonil dapat diserang oleh suatu nukleofil atau
oleh suatu elektrofil. (Fessenden;1982)
 Reaksi dengan Air
Air dapat mengadisi suatu gugus karbonil, untuk membentuk suatu 1,1-diol,
yang disebut gem-diol, atau hidrat. Reaksi itu reversible, dan biasanya
kesetimbangan terletak pada sisi karbonil. (Fessenden; 1982)
Reaksi Umum: O OH

R─C─R + H2O R─C─R

OH
 Reaksi dengan Alkohol
Alcohol dapat mengadisi suatu gugus karbonil. Produk adisi satu molekul
pada suatu aldehid desubut hemiasetal, sedangkan produk dua molekul alcohol
(dengan hilangnya H2O) disebut asetal. Reaksi ni dikatalis dengan asam kuat
O OR OR
ROH, H ROH, H
R─C─H R─C─R R─C─R + H2O

OH OR

 Reaksi dengan Natrium bisulfit

Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi


kepada ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya sebagai suatu nukleofil.
Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar
disekelilingi atom karbon. Karbonil bereaksi dengan larutan perak natrium
bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih. Hasil ini
bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa karbonil,
sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan senyawa
karbonil dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain.
O OH

R O H + HSO3-Na+ R C SO3-Na+

 Reaksi dengan Hidrazin dan Senyawa Sehubungan

Imina mudah terhidrolisis (dipaksa pisah oleh air). Tahap awal hidrolisis
adalah protonasi nitrogen imina. Jika suatu gugus elektronegatif terikat pada
nitrogen imina itu, maka kebasaan nitrogen ituberkurang dan hidrolisis
terkurangi (Fessenden;1982).
Pasangan electron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-
senyawa lain yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi
menghasilkan fenilhidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk
membebaskan satu mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia
dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal aldehid dan keton.
Reaksi yang sama dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin menghasilkan 2,4-
dinitrofenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.

OH
C=O + H2N NH C NH

NH C=N
Fenilhidrasin Fenilhidrazon

Hidroksilamin bereaksi dengan senyawa karbonil menghasilkan oksim,


yang dapat pula digunakan untuk pengenalan, disamping itu, oksim digunakan
pula sebagai bahan perantara didalam sintesis, misalnya pemanasan di dalam
Suasana basa menghasilkan hidrokarnon yang sebanding.

OH H2O
C=O + H2NOH C C=NOH
NHOH
Hidroksil amin Oksim

D. Reaktivitas Hidrogen Alfa


Ikatan karbon-hidrogen biasanya stabil, nonpolar dan pasti tidak bersifat asam. Tetapi
dengan adanya suatu gugus karbonil terjadilah hydrogen alfa yang bersifat asam. Jika
suatu hydrogen berposisi alf terhadap dua gugus karbonil, maka hydrogen ini cukup asam
sehingga dapat dibentuk gayam dengan mengolah senyawa itu dengan suatu alkoksida
(Fessenden;1982).
Atom hydrogen yang terikat pada atom karbon disebelah atom karbonil yang disebut
atom karbon alfa, ialah bersifat asam lemah. Ini disebabkan karena muatan dari anion yang
bertalian (anion enolat) dapat diserahkan ke atom oksigen yang elektronegatif
O O O
C C R + B- BH + C C R C R
C

Banyak dari reaksi-reaksi senyawa karbonil didasarkan kepada kenyataan tersebut.


Atom hydrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehiddan keton mudah
diganti oleh halogen didalam larutan biasa. Reaksi ini, didasarkan pada reaksi yang cepat
antara ion enolat dengan halogen. Oleh karena pengaruh tarikan electron dari halogen,
maka atom hydrogen yang masih ada pada atom karbon alfa akan lebih asam, dan lebih
mudah tertukar oleh halogen. Oleh karena itu, gugus metil yang terikat pada atom karbon
karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa trihakometil oleh halogen dari basa.

O O

R C CH3 + I2 + 3OH- R C CI3 + 3H2O + 3I-

Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk menyediakan
iodoform, bromoform atau kloroform.

O O

R C CI3 + 3OH- R C O- + CHI3


Iodoform
Biasanya reaksi ini digunakan untuk menunjukkan adanya metil keton. R-CO-CH 3.
Senyawa bila direaksikan dengan iodium dan basa segera menghasilkan iodoform yang
mengendap sebagai hablur berwarna kuning dan berbau obat. Oleh karena reagen di
dalam reaksi ini ialah suatu oksidator, maka suatu alcohol yang mengandung suatu gugus
–CH(OH)3, sehingga menghasilkan pengujian yang positif.

Oleh karena anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada
gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru,
sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan larutan basa
yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang bila dipanaskan
akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni krotonaldehid.

O O

H3C C H OH-
H2C C H

O O O

H2C C H + H2C C H H3C CH CH2C H

H+
H-
OH O
panas O
H3C CH CH2C H H3C─CH=CH─C─H
-2H2O
Kedua-duanya mempunyai atom hydrogen alfa, mudah berkondensasi dengan
benzaldehid yang tidak mempunyai atom hydrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak
bisa menjalankan reaksi aldol.
O O
O
C H + H3C C CH3 OH- CH CH C CH CH
-2H2O

Reagen Tollens, yakni larutan ion perak beramoniak, direduksi oleh aldehid
menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam yang bertalian. Keton
tidak dioksidasi oleh reagen Tollens yang merupakan oksidator lemah. Persamaan
reaksinya:

Aldehid ini dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam reagensia tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2016).
Reagen fehling dan benedict, yang terdiri dari kompleks Cu 2+ dengan ion tartirat
untuk pereaksi fehling atau sitrat untuk pereaksi benedict, keduanya adalah larutan basa.
Reaksinya dengan aldehid adalah sebagai berikut:

Pereaksi tembaga berwarna biru tua. Jika pereaksi ini bereaksi dengan aldehid, terbentuk
endapan Cu2O berwarna merah bata.
Reaksi dengan pereaksi tollens atau fehling mengubah iatan C – H menjadi ikatan C
– O. Aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang
sama. Karena keton tidak mempunyai hidrogen yang menempel pada atom karbonil,
keton tidak dapat dioksidasi dengan pereaksi-pereaksi ini. Keton dapat dioksidasi dengan
keadaan reaksi yang lebih keras daripada aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan
salah satu karbonilnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan jumlah atom
karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton aslinya (Hart, 1990).
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil-aldehid dan beberapa keton
yang tidak mengandung gugus yang besar disekeliling atom karbon karbonil bereaksi
dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujd hablur berwarna
putih. Hasil adisi ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa-
senyawa karbonil, sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan
senyawa karbonil dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain

(Hart, 1990).

Fenilhidrazin bereaksi dengan aldehid dan keton membentuk fenilhidrazon. Hal


tersebut disebabkan oleh pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan
senyawa-senyawa lain yang sejenis, sehingga dihasilkan fenilhidrazon setelah hasil
reaksi yang mula-mula tersebut membentuk membebaskan satu mol air (Tim Dosen
Kimia Organik, 2016).

Produk tersebut terbentuk kristal yang kerap digunakan untuk mengidentifikasi


aldehid dan keton melalui penentuan titik lelehnya. Jika reaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin
digunakan, biasanya produk dicurigai bersifat karsirogenik. Hati-hati dengan pereaksi
tersebut dan hindari dengan sentuhan kulit.
Oksim dan hidrazon yang dibuat berturut-turut dari hidrokslamin dan hidrazin,
adalah kristal padat yang dapat digunakan untuk mengenali senyawa karbonil tersebut.
Titik leleh oksim padat yang diturunkan dari tiga senyawa karbonil cair adalah
(Hart, 1990).
Selain itu, oksim digunakan pula sebagai bahan perantara di dalam sintesis,
misalnya pemanasan di dalam suasana basa menghasilkan hidrokarbon yang sebanding
(Tim Dosen Kimia Organik, 2016).
Hidrogen yang bersebelahan (α ) dengan karbon karbonil lebih asam daripada
hidrogen dari ikatan C – H basa karena dua alasan. Pertama, karbon karbonil membawa
muatan positif parsial sehingga sanggup menarik elektron dari ikatan C – H di dekatnya,
yang mengakibatkan kenaikan keasamannya. Elektron-elektron bergerak menuju karbon
karbonil dari menjahui hidrogen (α ), yang memudahkan basa mengambil hidrogen (α )
tersebut sebagai roton (yaitu tanpa elektron ikatan). Alasan kedua mengenai keasaman
hidrogen (α ) dan yang lebih penting adalah bahwa anion yang dihasilkannya dapat
dimampatkan melalui resonansi (Hart, 1990).

Anion ini dinamakan anion enolat. Muatan negatifnya dapat disebarkan diantara
atom karbon (α ) dan atom oksigen. Karena oksigen lebih elektronegatif daripada karbon,
sebagian besar muatan terdapat pada atom oksigen. Banyak dari reaksi-reaksi senyawa
karbonil didasarkan pada pertanyaan tersebut.
(Hart, 1990).
Haloform dapat terbentuk bila halogen direaksikan dengan senyawa metil keton,
sehingga halogenasi α dapat digunakan sebagai dasar uji iodoform untuk senyawa-
senyawa metil keton. Halogenasi alfa (α ) merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut
uji iodoform, untuk metil keton. Gugus metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk
iodoform (CHI3) padat berwarna kuning (Fessenden, 1982).
Uji Iodoform:
Uji ini tidaklah spesifik untuk metil keton. Iod merupakan zat pengoksidasi lembut,
dan senyawa apa saja yang dapat dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil juga
akan menunjukkan uji positif.

Brom dan klor juga bereaksi dengan metil keton, menghasilkan masing-masing
(CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Istilah umum untuk menyebut CHCX33 ialah
“haloform”, maka reaksi ini sering disebut sebagai reaksi haloform (Fessenden, 1982).
Karena bromoform dan kloroform merupakan cairan tidak mencolok, maka
pembentuknya tak berguna untuk maksud uji. Namun, reaksi antara suatu metil keton
dengan setiap halogen tersebut memberikan suatu metode pengubahan metil keton ini
menjadi asam karboksilat (Fessenden, 1982).

Kondensasi aldol adalah penggabungan antara dua aldehid yang sama-sama


mempunyai Hα atau salah satu mempunyai Hα menghasilkan produk aldol (aldehid dan
keton) yang secara umum reaksinya adalah sebagai berikut:

(Sitorus, 2010).
Bila aldehid direaksikan dengan larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi
sesamanya menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan menyingkirkan air
menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni krokonaldehid
(Tim Dosen Kimia Organik, 2016).

E. Prinsip Uji Identifikasi Aldehid dan Keton


Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid
reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan
mengembangkan beberapa uji untuk mendekati gugus fungsi ini (Willbraham, 1992).
Aldehid dan keton merupakan senyawa polar dan ada beberapa uji yang digunakan
untuk mengetahui perbedaannya, antara lain :
1. Uji Tollens
Berdasarkan reaksi oksidasi aldehid dengan pereaksi tollens yang ditandai dengan
terbentuknya cermin perak, sedangkan keton tidak bereaksi.
2. Uji Iodoform
Berdasarkan reaksi pembentukan iodoform yang akan terbentuk bila terdapat senyawa
asetaldehid atau senyawa metil karbon yang ditandai dengan endapan kuning.
3. Uji 2,4-dinitrofenilhidrasin
Berdasarkan reaksi pembentukan endapan dari reaksi uji 2,4-dinitrofenilhidrasin
dengan gugus keton.
4. Uji Fehling
Berdasarkan reaksi antara senyawa turunan keton atau aldehid dengan pereaksi
fehling yang menghasilkan endapan merah bata.
F. Asam Karboksilat
Asam karboksilat satu golongan dengan senyawa organic yang dicirikan oleh gugus
karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil. Rumus
umum asam karboksilat yaitu RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa
ini mengion dalam larutan menghasilkan ion karboksilat dan proton (Willbraham, 1992).
Seperti alcohol, asam karboksilat dapat membentuk ikatan hydrogen dengan
sesamanya. Bahkan dimer (pasangan karboksilat yang berikatan hidrogen) dapat dijumpai
dalam keadaan gas dari asam yang berbobot molekul rendah, karena adnya ikatan
hydrogen titik didih dan titik leleh asam karboksilat lebih tinggi dibandingkan senyawa
lain yang bobot molekulnya sama. Semua asam karboksilat aromatic dan asam karboksilat
adalah padatan Kristal pada suhu kamar (Willbraham, 1992).
Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah :
1. Reaksi Pembentukan Garam
Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik
padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada temperatur
tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi adalah :
HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O
2. Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R
dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam
karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah :
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O
3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat
lambat.
4. Pembentukan Asam Karboksilat
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat
dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat,
reaksi oksidasi, reaksi Grignat.
ALAT DAN BAHAN

1) Alat
- Tabung reaksi 20 buah
- Termometer 1 buah
- Erlenmeyer 50 mL 1 buah
- Corong buchner 1 buah
- Labu penyaring + penyaring 1 buah
- Pembakar buchner 1 buah
- Kaki tiga 1 buah
- Pendingin refluks 1 buah
- Kompor listrik + kaca 1 buah
- Kaca arloji 1 buah
- Gelas kimia 3 buah
- Pipet tetes 9 buah
- Spatula 1 buah
- Pipa kapiler 1 buah
- Rak tabung reaksi 1 buah

2) Bahan
- Asetaldehid - Reagen Fenilhidrazin
- Sikloheksanon - Hidrosiamin Hidroksida
- n-heptaldehid - Natrium asetat trihidrat
- 2-pentanon - Air Es
- Formalin
- Isopropil alkohol
- Etanol
- Reagen benedict (Reagen Fehling)
- Larutan 10% NaOH
- Larutan 5% NaOH
- Larutan AgNO3 5%
- Lrutan NH4OH 2%
- Larutan jenuh Natrium Bisulfit
- HCl

Anda mungkin juga menyukai