Anda di halaman 1dari 16

1.

instinc keibuan

2.1Pengertian instinc keibuan

Instinc keibuan adalah kemampuan berbuat sesuatu yang di bawah sejak lahir yg di tujui pada
pemuasan dorongan-dorongan nafsu dan dorongan lain. Insting bisa disebu juga naluri ataugarizah.
Insting juga dapat diartikan sebagai pola tingkah laku yang bersifat turun temurunyang dibawa sejak
lahir tanpa pengalaman sebelumnya atau tanpa tujuan yang mendasarseperti pada hewan misalnya
terdapat insting pembuatan tempat tinggal yang khas, mendapatdan menyimpan serta mencernakan
makanannya yang mungkin bisa dimanfaatkan padamusim hujan.

2.2 Jenis jenis insting

1.Naluri berjodoh ( seksual instinct ): yaitu laki-laki menginginkan wanita dan wanita ingin berjodoh
dengan laki-laki.

2.Naluri keibu-bapakan ( paternal instinct ): yaitu tabiat kecintaan orang tua kepada anaknyadan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu tahan menderitadalam mengasuh
bayinya, kelakuanya itu didorong oleh naluri tersebut.

3.Naluri berjuang (combative instinct ): yaitu tabiat manusia yang cenderungmempertah

2.Rooming -in

2.1 pengertian Rooming-in(rawat gabung) berarti menempatkan bayi sekamar/seruangandengan


ibunya, meski tetap berada di tempat tidur yang berbeda, jarak ibu dan bayinya jadi berdekatan,
sehingga memungkinkan ibu memperhatikan bayinya. Sebagian besar bayi baru lahir normal hanya
membutuhkan ruanganhangat, bersih dan diobservasi ketat, segera diberikan kepada ibu
untukdihangatkan tubuhnya dan mendapatkan ASI (WHO, 1998).Rooming in ( rawat gabung) adalah
suatu cara perawatan dimana ibu dan bayiyang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
dalam sebuahruangan bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Budi Marjono,1999).
Rooming in(rawat gabung) ialah suatu system perawatan bayi serta ibu dirawatdalam satu unit. Dalam
pelaksanaannya bayi harus selalu berada disamping ibusejak segera setelah dilahirkan sampai pulang.
Untuk persalinan di RumahSakit terdapat modifikasi dalam praktek bahwa pada saat kunjungan
bayiditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminasi dengan pengunjung.Station bayi
dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapatmelihat bayinya (Prawirohardjo, 2002).

2.2 TujuanRooming In(rawat gabung)

a.Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dibutuhkan.
b.Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benarseperti yang dilakukan oleh
petugas

.c.Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibumasih di rumah sakit.

d.Dalam rawat gabung, suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untukmendukung dan
membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinyasecara baik dan benar.

2.3 Syarat-syarat

rooming in(rawat gabung) Bayi dan ibu yang dirawatgabung harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.

b. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayicukup sehat , reflek menghisap
baik, tidak ada tanda infeksi dsb.

c. Bayi yang dilahirkan dengan secsio cesarea dengan anastesia umum,rawat gabung dilakukan setelah
ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidakngantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap
disusukanmeskipun mungkin ibu masih terpasang infus.

d. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai apgar minimal 7)

e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih.g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.

2.4 Kontra indikasirooming in(rawat gabung) Rawat gabung tidak bolehDiberikan pada ibu dan bayi yang
mengalami :

a.Bayi yang premature

b.Bayi berat lahir kurang dari 2000-2500 gram

c.Bayi dengan sepsis.

d.Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya : hidrosephalus, maningokel,anansefali, atresia ani,
omfalokel, dsb

.e.Bayi dengan gangguan nafas

f.Ibu dengan infeksi berat, misalnya : sepsis, dsb


2.5 Manfaat rooming in(rawat gabung)

1.Aspek fisika.

A. Menyusui anak akan mudah dilaksanakan dan mudah berhasilkarena anak berada disamping ibunya.
Ibu tahu betul waktumenyusui dan waktu anaknya lapar.

b.Bahaya infeksi dari bayi lain dapat dikurangi karena bayi terpisahdari bayi lain karena bayi sekamar
dengan ibunya.2.

2.spek Fisiologisa.

A. Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui danfrekwensinya lebih sering dan ini
merupakan proses fisiologisyangalami.

b.Dengan menyusui maka akan timbul refleksoksitosinyang akanmembantu proses


fisiologisinfolusirahim, dan prolaktin yang akanmemacu proses produksi ASI.3.

3.spek Psikologis.

a.Bayi akan menerima rasa keibuan lebih besar dari pada diruang bayi.Didalam satu ruangan bayi akan
mendapatkan rasa dan sentuhanibunya lebih sering. Hal ini diperlukan anak sebagai rasa kasihsayang
yang penting untuk menimbulkan rasa aman bagi bayi.

b.Menimbulkan kepuasan bagi bayi dan ibu karena hubungan diantaramereka dapat selalu dijalin.

c.Membentuk temperamen yang baik bagi bayi karena bayi tidak perlumarah atau menangis karena
lapar atau karena kurang perhatiansebab sewaktu-waktu ibu dapat menolong dan memperhatikannya.

d.Waktu kunjungan kedua orang tua yaitu ibu dan ayah akan lebihgembira karena merasa dapat
bertemu dalam satu kesatuan keluarga.4.

4.Aspek pendidikana.

A. Bagi yang belum berpengalaman dengan adanya rawat gabung dapatmempelajari bayinya
menambah pengetahuan dan pengalamandalam merawat anaknya bila telah pulang kerumahnya.

b.Dengan mengamati tingkah laku anaknya, ia akan mengetahui hal-hal yang perlu mendapatkan
pertolongan, misalnya : bila mukaanaknya pucat, bernafas tidak teratur, buang iar besar encer,
berwarna hijau,dsb.

5.Aspek Ekonomi.

a.Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedinimungkin, hal ini merupakan suatu
penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol dot, serta peralatan lain yang
dibutuhkan.
b.Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karenainvolusirahimmenjadi lebih cepat. Demikian juga
infeksi dapat dikurangi ataudicegah, berarti penghematan biaya bagi keluarga ibu karena perawatan
lebih singkat.

6.Aspek medis.Dengan pelaksanan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinyainfeksi nosokomial
pada bayi serta menurunkan angka morbiditas ibumaupun bayi. Manfaat yang tak kalah penting,
denganroomingin bayitidak akan kehilangan kesempatan mendapatkan kolostrum yangdiproduksi
payudara ibu semenjak hari pertama sampai maksimal 3-4hari (Roesli, 2004). Dari beberapa studi
terdahulu bahwa denganmenempelkan bayi ke dada ibu segera langsung dan menyelimuti ibu bersama
bayinya (metode kangguru) merupakan cara yang sangatefektif untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir (DepkesRI, 2001).

2.6 Faktor-faktor Yang MempengaruhiRooming in(Rawat Gabung)

Keberhasilan rooming in(rawat gabung) yang mendukung peningkatan penggunaan ASI dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain:

1.Peranan sosial budayaKemajuan teknologi perkembangan industri dan pengaruh kebudayaan barat
menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat, memberisusu formula dianggap modern
karena memberikan ibu kedudukan yangsama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan mengendornya
payudaramembuat ibu-ibu enggan menyusui bayinya.

2.Factor EkonomiBeberapa wanita memilih bekerja diluar rumah karena status atau memangdirinya
dibutuhkan. Pada sebagian kasus lainnya ibu bekerja diluar rumahhanya semata karena tekanan
ekonomi dimana penghasilan suami dirasakan belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga.Dengan
bekerja diluar rumahibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya, bila bayi telahmengenal
dot/botol maka bayi cenderuang lebih memilih botol. Dengandemikian frekwensi penyusuan akan
berkurang dan akan menyebabkan produksi menurun. Keadaan ini selanjutnya akan mendorong ibu
untukmenghentikan pemberian ASI.3.

3.Peran tatalaksana ruah sakit/rumah berslinPeranan tata laksana rumah sakit/rumah bersalin sangat
penting mengingatkini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanankesehatan yang
lebih baik. Tata laksana rumah sakit yang tidak menunjangkeberhasilan menyusui harus dihindari,
seperti :

a.Bayi yang dipuasakan beberapa hari, padahal reflek hisap bayi lebihkuat pada jam-jam pertama
sesudah lahir. Rangsangan payudara diniakan mempercepat timbulnya reflek prolaktin dan
mempercepat produksi ASI.

b.Memisahkan bayi dari ibunya

c.Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akanmembuat ibu salah sangka dan
menganggap susu formula sama baiknya bahkan lebih baik dari ASI.4.
2.7 Pelaksanaan Rooming In(Rawat Gabung)

Dalam rawat gabung bayi ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangansedemikian rupa sehingga
ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja 7 bayi atau ibu membutuhkannya. Bayi dapat
diletakkan ditempat tidur bersamaibunya, atau dalam boks disamping tempat tidur ibu, yang penting ibu
bisamelihat dan mengawasi bayinya. Tangisan bayi merupakan rangsangan sendiri bagi ibu untuk
membantu produksi ASI. Dokter dan perawat atau Bidan harusdapat memperhatikan keadaan ibu dan
bayi dengan mengadakan kunjungansekurang-kurangnya sekali dalam sehari. Bila ibu dan bayi sudah
diperbolehkan pulang, dapat diberikan penyuluhan tentang cara merawat bayi, payudara dancara
meneteki yang benar sehingga ibu dirumah terampil melakukan rawatgabung serta cara
mempertahankan meneteki ssekalipun.

3.post partum blues

2.1 masa nifas (puerperium)

dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alatkandungan kembali seperti keadaan blm
hamil masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat
diperlukan yang tujuannyaadalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis,
melaksanakansekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadikomplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatankesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat,
memberikanpelayanan KB. Reaksi emosional yang biasanya muncul pada perempuan di masa nifas
pascamelahirkan yaitu:

1.„maternity blues‟ atau „post partum blues‟ atau „blues‟

2.Psikois pasca persalinan3.Depresi pasca persalinan

3.despresi pasca persalinan

2.2 FASE-FASE PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUMS

seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik
maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang barumelahirkan terbagi
dalam tiga fase:taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan
berceritatentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.taking hold
dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5minggu.fase letting-go
dimana ibu mempunyai persepsi .
2.3 PENGERTIAN POST PARTUM BLUES

Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu yangbaru
melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal. Gangguanpsikologi
pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihanpascapartum, depresi
pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama
pascapersalinan atau pada saat fase taking in,cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima
dan berlangsung dalam rentangwaktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum blues
merupakan gangguan suasanahati pascapersalinan yang bisa berdampak pada perkembangan anak
karena stres dan sikap ibuyang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang
mudah menangis,cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut
puerperiumatau trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada
depresipascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan. Saat ini
postpartumblues yang sering juga disebut maternity blues atau baby blues diketahui sebagai suatu
sindromgangguan afek ringan yg sering tampak dari sebelum pertama minggu persalinan.

2.4 Faktor -faktor penyebab post partum blues

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.Namun,
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:Faktor hormonal
yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktindan estradiol.

Faktor demografi yaitu umur dan paritas.Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.Latar
belakang psikososial ibuTakut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.Ada beberapa hal yang
menyebabkan post partum blues, diantaranya :Lingkunganmelahirkan yang dirasakan kurang nyaman
oleh si ibu.Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.Sejarah keluarga atau pribadi yang
mengalami gangguan psikologis.Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkanTidak ada
perhatian dari suami maupun keluargaTidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-
kanak atau remaja. Misalnyatidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.Takut tidak menarik lagi
bagi suaminyaKelelahan, kurang tidur.

a. Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalahriwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasidari kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.Wanita primipara lebih umum
menderita blues karena setelah melahirkan wanita primiparaberada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibutidak paham perannya ia akan menjadi bingung
sementara bayinya harus tetap dirawat.

b. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguanmental selama 2
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengankelahiran pertama merupakan
faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelahmelahirkan dan periode laten selama dua hari
diantara kelahiran dan munculnya gejala.Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.
Kadang progesteron naik dan estrogenyang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor
penyebab yang sudah pasti.

C. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi
dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologisindividu. Klaus dan Kennel
(Regina dkk, 2001),

2.5 Gejalah-Gejalah post partum blues

Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejalatersebut
biasanya muncul hari ke 3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut di
antaranya yaitu;

1.sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia,

Q tidak sabar,

Q penakut,

Q tidak mau makan,

Q tidak mau bicara,

Q sakit kepala sering berganti mood,

Q mudah tersinggung ( iritabilitas),

Q merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,

Q tidak bergairah,

Q tidak percaya diri

Q khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati,

Q tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,

Q merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan,

Q merasa tidak menyayangi bayinya,

Q insomnia yang berlebihan.


Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalamwaktu
antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapaminggu atau
beberapa bulan itu di sebut post partum.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pascasalin
yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengansebagai alat
bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner denganvaliditas yang teruji
yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 haripasca salin. Pertanyaan-
pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,perasaan bersalah serta mencakup
hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesionerini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di
mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih
satu sesuai dengan gradasi perasaan yangdirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapatdiselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai
skoring lebih besar dari 12(dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk
mendiagnosis kejadianpost-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti
Belanda,Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama
pascasalin dan bila hasilnya meragukan dapat di ulang pengisiannya 2 nya 2 minggu kemudian.

4.kesedihan dan duka cita despresi


2.1
2.2

2.3
2.4

2.5
2.6

2.7
5.Mengidentifikasi permasalahan kes akibat Enzin dan koenzim

2.1 pengertian Enzim dan Koenzim adalah senyawa protein yang ada di dlm sel secara biokimia enenzim
merupakan biokatalis yaitu senyawa yg di produksi oleh organnisme.

2.2 Perbedaan Enzim dan koenzim

1.Enzim merupakan suatu biokatalisator bersifat termolabir dalam melaksanakan fungsinya oleh logam
berat.

2.Koenzim merupakan senyawa organik yg di perlukan aktifitas tertentu. Bersifat termostabil berat
molekul rendah.
2.3 beberapa enzim berasal dari hewan

1.enzim kemotripsin

2.enzim katalase

3.enzim lipase

4.enzim renet

5.Tripsin

Bebrapa Enzim berasal dari tanaman

1.enzim aktinidin

2.enzim brobromelin

3.enzim papain

2.3 faktor yang mempengaruhi beberapa enzim

1.kadar enzim

2.kadar substar

3.suhu

4.oksidasi

5.ph

2.4 faktor yang mempengaruhi kerja enzim

1.enzim berkerja pada suhu optimun

2.enzim bekerja pada kisaran ph tertentu

3.kontraksi enzim akan meningkat

4.bila konsentrasi di naikin maka kecepatan reaksi akan meningkat sampai pada batas maksimun.

Anda mungkin juga menyukai